PENDAHULUAN
A. Alasan
Alasan penelitian dari jurnal yang berjudul “Identifikasi
Pertumbuhan Jamur Aspergillus Sp pada Roti Tawar yang Dijual
di Kota Padang Berdasarkan Suhu dan Lama Penyimpanan“
dikarenakan Pangan yang cukup banyak dikonsumsi masyarakat
sebagai makanan kudapan di Indonesia adalah roti tawar. Jamur
merupakan mikroorganisme utama yang berperan penting dalam
proses pembuatan dan pembusukan roti. Aspergillus merupakan
kontaminan umum pada berbagai substrat di daerah tropis maupun
subtropik.
Alasan penelitian kedua dengan judul “Delignifikasi Ampas Tebu
Dengan Larutan Natrium Hidroksida Sebelum Proses
Sakaraifikasi Secara Enzimatis Menggunakan Enzim Selulase
Kasar Dari Aspergillus Niger Fnu 6018” dikarenakan selulosa
merupakan sumber daya terbarukan yang paling banyak, dan telah
mendapat banyak perhatian sebagai sumber energi potensial dan
karbon untuk memproduksi produk yang bermanfaat seperti glukosa,
etanol dan bahan bakar, sehingga dengan adanya peneltian ini mampu
menghasilkan sumber energi potensial dan bahan bakar terbaru sebagai
upaya pembaharuan energi dengan bahan yang sangat sederhana dan
mudah ditemukan.
B. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian yang pertama dari jurnal yang berjudul
“Identifikasi Pertumbuhan Jamur Aspergillus Sp pada Roti Tawar
yang Dijual di Kota Padang Berdasarkan Suhu dan Lama
Penyimpanan“ adalah membandingkan pertumbuhan jamur
Aspergillus sp yang disimpan pada suhu kamar dan suhu di kulkas.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental analitik.
Tujuan penelitian dari jurnal kedua yang berjudul “Delignifikasi
Ampas Tebu Dengan Larutan Natrium Hidroksida Sebelum
1
Proses Sakaraifikasi Secara Enzimatis Menggunakan Enzim
Selulase Kasar Dari Aspergillus Niger Fnu 6018” adalah perlakuan
delignifi kasi selulosa ampas tebu yang terbaik sehingga dapat
digunakan dalam proses sakarifikasi enzimatis menggunakan enzim
selulase kasar dari kapang Aspergillus niger.
C. Teori dan hasil penelitian
2
stolonifer, Penicillium sp, Mucor sp dan Geotrichum sp serta juga bisa
terdapat Aspergillus sp dan lainnya. Aspergillus merupakan
mikroorganisme eukariot, saat ini diakui sebagai salah satu diantara
beberapa makhluk hidup yang memiliki daerah penyebaran paling
luas serta berlimpah di alam, selain itu jenis kapang ini juga
merupakan kontaminan umum pada berbagai substrat di daerah tropis
maupun subtropis. Oleh karena itu, kemungkinan besar banyak jenis
Aspergillus juga dapat hidup pada roti tawar. Jamur Aspergillus sp
dapat menghasilkan beberapa mikotoksin. Salah satunya adalah
aflatoksin
3
bakar fosil telah menghidupkan kembali minat yang kuat dalam
mencari sumber-sumber energi alternatif dan terbarukan. Energi baru
terbarukan yang cukup potensial dikembangkan di masa mendatang
adalah energi biomasa.
4
50oC, pH 4,8 selama 120 jam, 120 rpm. Pe nambahan enzim selulase
pada proses sakarifi kasi sebanyak 15 FPU/g substrat. Enzim selulase
yang ditambahkan dapat menghidrolisis fraksi serat terutama selulosa
yang mempunyai ikatan β-1,4 glikosida untuk menghasilkan glukosa.
Peningkatan konsentrasi gula pereduksi dapat disebabkan oleh
serangan selulase secara sinergis antara endoglukanase,
selobiohidrolase, dan β-glukosidase. Pada tahap awal endoglukanase
menghidrolisis ikatan β-1,4 secara acak dan bekerja pada bagian amorf
dari serat selulosa. Selanjutnya, selobiohidrolase menghidrolisis ujung
rantai selulosa menghasilkan selobiosa, di mana selobiosa ini
dihidrolisis oleh β-glukosidase menjadi glukosa.Hasil sakarifi kasi
enzimatis menggunakan 2 g serbuk ampas tebu terdelignifikasi terbaik
memiliki kadar gula reduksi sebesar 54,47 mg/100 ml.
5
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
6
kompleks menjadi struktur primer dengan menggunakan sodium hidroksida
telah dipelajari. Ampas tebu direndam dalam sodium hidroksida 6% selama 12
jam pada suhu kamar. Perlakuan ini dapat melonggarkan beberapa struktur
berkas selulosa ditunjukkan dengan terlepasnya lignin dan hemiselulosa,
masing-masing sampai 32,11 dan 42,87%, dan nilai retensi air yang tinggi
15,90 (b/b). Dalam kondisi ini, ampas tebu terdelignifi kasi dapat disakarifi
kasi oleh enzim selulase kasar dari Aspergillus niger. Sakarifi kasi secara
enzimatis 2 g ampas tebu terdelignifi kasi pada suhu 500C pH 4,8 selama 120
jam menghasilkan gula reduksi sebanyak 54.47 mg/100 ml (Gunam et al,
2011).
7
BAB III
A. Hasil
B. Pembahasan
Pada penelitian pertama pertumbuhan jamur pada suhu kamar lebih cepat dari
suhu kulkas dikarenakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari
jamur merupakan suhu. Suhu ini mempengaruhi reaksi kimiawi dan reaksi
enzimatis pada mikroba yang berpengaruh pada pertumbuhan fungi dan juga suhu
juga mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Rentang suhu untuk pertumbuhan
8
jamur Aspergillus sp yaitu mulai dari suhu kecil dari 200C dan optimum pada
suhu 200C-300C. Suhu optimum untuk pertumbuhan jamur Aspergillus sp adalah
suhu 200C-300C,7 hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan. Pada suhu
kamar, yaitu 25-280C jamur pada roti tawar lebih cepat tumbuh dibandingkan
dengan suhu kulkas (100C-150C). Temperatur suhu ini juga berhubungan dengan
Kelembaban Relatif (RH) karena semakin tinggi suhu maka RH semakin rendah
dan sebaliknya, semakin rendah suhu maka RH akan semakin tinggi. Bahan
pangan yang disimpan pada RH yang rendah dapat mengalami kerusakan pada
permukaannya karena jamur, yeast, dan bakteri tertentu. Pada penelitian yang
dilakukan di suhu kamar dimana suhunya lebih tinggi dibandingkan suhu kulkas
berarti memiliki RH yang lebih rendah sehingga menyebabkan pertumbuhan
jamur pada roti tawar lebih cepat pada suhu kamar.
9
kepala konidia. Sebagian besar dari spesies Aspergillus sp memiliki konidiofor
tidak bercabang yang masing-masing menghasilkan kepala konidia tunggal
Dalam proses Delignifikasi Variabel yang diamati pada hasil proses delig-
nifikasi, yaitu nilai retensi air dan kadar komponen serbuk ampas tebu
terdelignifikasi (hemiselulosa, selulosa, dan lignin).
Nilai retensi air merupakan perbandingan berat basah dan berat kering bahan
setelah direndam air selama 12 jam. Nilai retensi air meningkat pada semua
serbuk ampas tebu yang diberi perlakuan delignifikasi. NRA pada bahan baku
yang belum didelignifikasi adalah 7,24.
10
Kadar komponen serbuk ampas tebu terdeli-gnifikasi meliputi: selulosa,
lignin, dan hemise-lulosa.Besarnya kehilangan hemiselulosa dan lignin
mengakibatkan persentase selulosa serbuk ampas tebu yang diberi perlakuan
delignifikasi menjadi meningkat dari 40,59% pada bahan baku menjadi 42,67–
72,64% (data tidak diperlihatkan). Semakin tinggi konsentrasi dan lama
perendaman dengan NaOH maka semakin tinggi kadar selulosa, sedangkan
hemiselulosa, dan lignin semakin rendah (Tabel 3, 4 dan 5). Perlakuan ini dapat
melonggarkan struktur berkas selulosa yang ditunjukkan dengan terlepasnya
lignin dan hemiselulosa, masing-masing sampai 32,11% dan 42,87%, dan nilai
retensi air yang tinggi 15,90 (b/b). Molekul hemiselulosa yang larut dalam alkali
adalah rantai pendek dan rantai cabang serta terjadi asetilasi gugus substituen pada
hemiselulosa, sedangkan ikatan glikosidik intra-molekul hemiselulosa sulit
dihidrolisis. NaOH mampu menghilangkan sebagian lignin dan hemiselulosa yang
melindungi molekul selulosa serbuk ampas tebu, sekaligus mampu memutuskan
ikatan hidrogen terutama ikatan inter molekul selulosa sehingga selulosa berada
dalam keadaan tidak terikat. Keadaan ini menyebabkan selulosa menjadi longgar
baik terhadap ikatan dengan komponen non-selulosa maupun pada selulosanya
sendiri sehingga enzim selulase dapat lebih mudah kontak dengan selulosa yang
akhirnya hidrolisis selulosa menjadi gula-gula sederhana dapat berjalan lebih
sempurna.
11
BAB IV
KESIMPULAN
12