PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pembangunan suatu konstruksi, pertama – tama sekali yang dilaksanakan dan dikerjakan
dilapangan adalah pekerjaan pondasi ( struktur bawah ) baru kemudian melaksanakan pekerjaan
struktur atas. Pembangunan suatu pondasi sangat besar fungsinya pada suatu konstruksi. Secara
umum pondasi didefinisikan sebagai bangunan bawah tanah yang meneruskan beban yang
berasal dari berat bangunan itu sendiri dan beban luar yang bekerja pada bangunan ke tanah yang
disekitarnya.
Bentuk dan struktur tanah merupakan suatu peranan yang penting dalam suatu
pekerjaan konstruksi yang harus dicermati karena kondisi ketidaktentuan dari tanah berbedabeda.
Pondasi merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting dalam suatu pekerjaan teknik sipil,
karena pondasi inilah yang memikul dan menahan suatu beban yang bekerja diatasnya yaitu
beban konstruksi atas. Pondasi ini akan menyalurkan tegangan-tegangan yang terjadi pada beban
struktur atas kedalam lapisan tanah yang keras yang dapat memikul beban konstruksi tersebut.
Pondasi sebagai struktur bawah secara umum dapat dibagi dalam 2 (dua) jenis, yaitu
pondasi dalam dan pondasi dangkal. Pemilihan jenis pondasi tergantung kepada jenis struktur
atas apakah termasuk konstruksi beban ringan atau beban berat dan juga tergantung pada jenis
tanahnya. Untuk konstruksi beban ringan dan kondisi tanah cukup baik, biasanya dipakai pondasi
dangkal, tetapi untuk konstruksi beban berat biasanya jenis pondasi dalam adalah pilihan yang
tepat.
Secara umum permasalahan pondasi dalam lebih rumit dari pondasi dangkal.
Pondasi tiang pancang adalah batang yang relative panjang dan langsing yang digunakan untuk
menyalurkan beban pondasi melewati lapisan tanah dengan daya dukung rendah kelapisan tanah
keras yang mempunyai kapasitas daya dukung tinggi yang relative cukup dalam dibanding
pondasi dangkal. Daya dukung tiang pancang diperoleh dari daya dukung ujung ( end bearing
capacity ) yang diperoleh dari tekanan ujung tiang, dan daya dukung geser atau selimut ( friction
bearing capacity ) yang diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara tiang pancang
dan tanah disekelilingnya.
Secara umum tiang pancang dapat diklasifikasikan antara lain: dari segi bahan ada tiang
pancang bertulang, tiang pancang pratekan, tiang pancang baja, dan tiang pancang kayu.
BAB II
PEMBAHASAN
Pondasi Tiang Pancang
1.1 DASAR TEORI
Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk
menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang
terletak pada kedalaman tertentu. Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang
menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel),
dan beton. Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, dibor atau di dongkrak ke
dalam tanah dan dihubungkan dengan pile cap (poer). Tergantung juga pada tipe tanah, material
dan karakteristik penyebaran beban tiang pancnag diklasifikasikan berbeda-beda.
Pondasi tiang sudah digunakan sebagai penerima beban dan sistem transfer beban bertahun-
tahun. Pada awal peradaban, dari komunikasi, pertahanan, dan hal-hal yang strategik dari desa
dan kota yang terletak dekat sungai dan danau. Oleh sebab itu perlu memperkuat tanah
penunjang dengan beberapa tiang. Tiang yang terbuat dari kayu (timber pile) dipasang dengan
dipukul ke dalam tanah dengan tanah atau lubang yang digali dan diisi dengan pasir dan batu.
Pada tahun 1740, Christoffoer Polhem menemukan peralatan pile driving yang mana
menyerupai mekanisme Pile driving saat ini. Tiang baja (steel pile) sudah digunakan selama
1800 dan tiang beton (concrete pile) sejak 1900. Revolusi industri membawa perubahan yang
penting pada sistem pile driving melalui penemuan mesin uap dan mesin diesel. Lebih lagi baru-
baru ini, meningkatnya permintaan akan rumah dan konstruksi memaksa para pengembang
memanfaatkan tanah-tanah yang mempunyai karakteristik yang kurang bagus. Hal ini membuat
pengembangan dan peningkatan sistem pile driving. Saat ini banyak teknik-teknik instalansi
tiang pancang bermunculan.
Seperti tipe pondasi yang lainnya, tujuan dari pondasi tiang adalah:
1. Untuk menyalurkan beban pondasi ke tanah keras
2. Untuk menahan beban vertikal, lateral, dan beban uplift.
Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah dasar tidak mempunyai
kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah menunjukkan bahwa tanah
dangkal tidak stabil dan kurang keras apabila besarnya hasil estimasi penurunan tidak dapat
diterima pondasi tiang pancang dapat menjadi bahan pertimbangan.
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah yang berada
dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk
memikul berat bangunan beban yang bekerja padanya (Sardjono HS, 1988). Atau apabila tanah
yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban
yang bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman > 8 m
(Bowles, 1991). Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan
atau mentransfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (super struktur) ke lapisan tanah keras
yang letaknya sangat dalam.
Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan tegak lurus dalam tanah,
tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal
yang bekerja. Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan kesamping
dari kapal dan perahu. Sudut kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang tergantung dari alat yang
dipergunakan serta disesuaikan pula dengan perencanaannya.
Tiang pancang umumnya digunakan:
Untuk mengangkat beban-beban konstruksi diatas tanah kedalam atau melalui sebuah
stratum/lapisan tanah. Didalam hal ini beban vertikal dan beban lateral boleh jadi terlibat.
Untuk menentang gaya desakan keatas, gaya guling, seperti untuk telapak ruangan bawah tanah
dibawah bidang batas air jenuh atau untuk menopang kaki-kaki menara terhadap guling.
Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui kombinasi
perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang pancang ini dapat ditarik keluar
kemudian.
Mengontrol lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak berada pada tanah tepi
atau didasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya tinggi.
Membuat tanah dibawah pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol amplitudo getaran dan
frekuensi alamiah dari sistem tersebut.
Sebagai faktor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan dan atau pir, khususnya jika
erosi merupakan persoalan yang potensial.
Pondasi tiang pancang dibuat ditempat lain (pabrik, dilokasi) dan baru dipancang sesuai
dengan umur beton setelah 28 hari. Karena tegangan tarik beton adalah kecil, sedangkan berat
sendiri beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah diberi tulangan yang cuku kuat
untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan.
Kriteria dan jenis pemakaian tiang pancang
Dalam perencanaan pondasi suatu konstruksi dapat digunakan beberapa macam tipe
pondasi. Pemilihan tipe pondasi yang digunakan berdasarkan atas beberapa hal, yaitu:
Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi tersebut;
Besarnya beban dan beratnya bangunan atas;
Kondisi tanah tempat bangunan didirikan;
Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.
Kriteria pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu pondasi bangunan sangat tergantung
pada kondisi:
Tanah dasar di bawah bangunan tidak mempunyai daya dukung (misalnya pembangunan lepas
pantai)
Tanah dasar di bawah bangunan tidak mampu memikul bangunan yang ada diatasnya atau tanah
keras yang mampu memikul beban tersebut jauh dari permukaan tanah
Pembangunan diatas tanah yang tidak rata
Memenuhi kebutuhan untuk menahan gaya desak keatas (uplift)
Pemancangan
Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah ujung dan
menyebabkan retak tiang pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan
jumlah penumbukan pada tiang pancang. Umumnya, berat palu harus sama dengan beratnya
tiang untuk memudahkan pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan selama
pemancangan untuk memastikan bahwa kepala tiang pancang harus selalu berada sesumbu
dengan palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang pancang dan bahwa tiang pancang dalam
posisi yang relatif pada tempatnya.
Penyambungan
Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang atau
lebih, permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadap panjangnya
untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang. Pada tiang pancang
yang digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau pelat penyambung baja, atau
profil baja seperti profil kanal atau profil siku yang dilas menjadi satu membentuk kotak yang
dirancang untuk memberikan kekuatan yang diperlukan. Tiang pancang bulat harus diperkuat
dengan pipa penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang mempunyai lendutan maksimum
harus dihindarkan.
Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu
1. ·Tiang pancang dari kayu relatif lebih ringan sehingga mudah dalam pengangkutan.
2. ·Kekuatan tarik besar sehingga pada waktu pengangkatan untuk pemancangan tidak
menimbulkan kesulitan seperti misalnya pada tiang pancang beton precast.
3. ·Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah tidak dapat masuk lagi ke dalam
tanah.
4. ·Tiang pancang kayu ini lebih baik untuk friction pile dari pada untukend bearing pile sebab
tegangan tekanannya relatif kecil.
5. Karena tiang kayu ini relatif flexible terhadap arah horizontal dibandingkan dengan tiang-tiang
pancang selain dari kayu, maka apabila tiang ini menerima beban horizontal yang tidak tetap,
tiang pancang kayu ini akan melentur dan segera kembali ke posisi setelah beban horizontal
tersebut hilang. Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan kesamping
dari kapal dan perahu.
Kerugian pemakaian tiang pancang kayu:
1. ·Karena tiang pancang ini harus selalu terletak di bawah muka air tanah yang terendah agar
dapat tahan lama, maka kalau air tanah yang terendah itu letaknya sangat dalam, hal ini akan
menambah biaya untuk penggalian.
2. ·Tiang pancang yang di buat dari kayu mempunyai umur yang relatif kecil di bandingkan
dengan tiang pancang yang di buat dari baja atau beton terutama pada daerah yang muka air
tanahnya sering naik dan turun.
3. Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu (gravel) ujung tiang pancang kayu dapat
berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang tersebut hancur. Apabila tiang kayu tersebut
kurang lurus, maka pada waktu dipancangkan akan menyebabkan penyimpangan terhadap arah
yang telah ditentukan.
4. ·Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan jamur yang
menyebabkan kebusukan.
Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja gilas biasa, tetapi
tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan. Bilamana tiang pancang pipa atau kotak
digunakan, dan akan diisi dengan beton, mutu beton tersebut minimum harus K250.
Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat dari baja maka
kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam pengangkutan dan pemancangan
tidak menimbulkan bahaya patah seperti halnya pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang
pancang baja ini akan sangat bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang yang panjang
dengan tahanan ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap texture tanah,
panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban tanah.
a. Pada tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap, maka karat yang terjadi karena
adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir mendekati keadaan karat yang terjadi pada
udara terbuka.
b. Pada tanah liat (clay) yang mana kurang mengandung oxygen maka akan menghasilkan tingkat
karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi karena terendam air.
c. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah yang padat akan
sedikit sekali mengandung oxygen maka lapisan pasir tersebut juga akan akan menghasilkan
karat yang kecil sekali pada tiang pancang baja.
Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang dekat dengan
permukaan tanah. Hal ini disebabkan karenaAerated-Condition (keadaan udara pada pori-pori
tanah) pada lapisan tanah tersebut dan adanya bahan-bahan organis dari air tanah. Hal ini dapat
ditanggulangi dengan memoles tiang baja tersebut dengan (coaltar) atau dengan sarung beton
sekurang-kurangnya 20” (± 60 cm) dari muka air tanah terendah.
Karat /korosi yang terjadi karena udara (atmosphere corrosion) pada bagian tiang yang
terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti pada konstruksi baja biasa.
Keuntungan pemakaian Tiang Pancang Baja:
Tiang pancang ini mudah dalam dalam hal penyambungannya.
Tiang pancang ini memiliki kapasitas daya dukung yang tinggi.
Dalam hal pengangkatan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah.
Kerugian pemakaian Tiang Pancang Baja:
Tiang pancang ini mudah mengalami korosi.
Bagian H pile dapat rusak atau di bengkokan oleh rintangan besar.
Alat Pancang Tiang
1. Pemukul Jatuh (drop hammer)
Drop Hammer adalah palu berat yang diletakkan pada ketinggian tertentu di atas tiang.
Palu tersebut kemudian dilepaskan dan jatuh mengenai tiang. Pada kepala tiang dipasang
semacam topi/cap (shock absorber) untuk menghindari tiang rusak akibat tumbukan hammer.
2. Pemukul Aksi Tiang (single-acting hammer)
Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak naik oleh udara
atau uap yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan oleh beratnya sendiri.
Energi pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat ram dikalikan tinggi jatuh.
3. Pemukul Aksi Double (double-acting hammer)
Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram dan untuk
mempercepat gerakan ke bawahnya Kecepatan pukulan dan energi output biasanya lebih tinggi
daripada pemukul aksi tunggal.
4. Pemukul Diesel (diesel hammer)
Diesel Hammer adalah alat pemancang tiang yang paling sederhana. Alat ini memiliki satu
silinder dengan dua mesin diesel, piston/ram, tangki bahan bakar, tangki pelumas, pompa bahan
bakar, injector, dan mesin pelumas. Pada pengoperasiannya, energi alat didapat dari berat ram
yang menekan udara di dalam silinder.Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan
sistem injeksi bahan bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan dengan
menggunakan bahan bakar minyak. Energi pemancangan total yang dihasilkan adalah jumlah
benturan dari ram ditambah energi hasil dari ledakan
5. Pemukul Getar (vibratory hammer)
Vibratory Pile Driver merupakan alat yang memiliki beberapa batang horizontal dengan beban
eksentris. Pada saat pasangan batang berputar dengan arah yang berlawanan, berat yang
disebabkan oleh beban eksentris menghasilkan getaran pada alat. Getaran yang dihasilkan
tersebut menyebabkan material di sekitar pondasi yang terikat pada alat, akan ikut bergetar. Alat
ini sangat sesuai digunakan pada tanah yang lembab.Pemukul getar merupakan unit alat pancang
yang bergetar pada frekuensi tinggi
6. Hydraulic Hammer
Alat ini memiliki cara kerja berdasarkan perbedaan tekanan pada cairan hidrolis. Hidraulic
Hammer ini dimanfaatkan untuk memancangkan pondasi tiang baja H dan pondasi lempengan
baja dengan cara dicengkeram, didorong, dan ditarik. Alat ini sesuai digunakan ketika ada
keterbatasan daerah operasi karena tiang pancang yang dimasukkan cukup pendek. Untuk
memperpanjang tiangnya dapat dilakukan penyambungan pada ujung-ujungnya.
1. Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal saat tiang tersebut
dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus dibubuhi tanda dengan jelas pada
tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka tiang pancang diberi tanda setiap 1 meter.
2. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat dengan hati-hati sekali
guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan.
3. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana pemancangan tiang dapat
dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final set).
4. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver alat. Lokasi stock
material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan.
5. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.
6. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang berikutnya bila level
kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras yang diharapkan
belum tercapai.
Proses penyambungan tiang :
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan pada batang
pertama.
b. Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama sedemikian sehingga sisi-sisi
pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel menjadi satu.
c. Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat
d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.
7. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang dilakukan pada batang
pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai kedalaman tanah keras yang
ditentukan.
8. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai lapisan tanah
keras/final set yang ditentukan.
9. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.
B. Proses Pengangkatan
C. Proses Pemancangan
1. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok titik pancang
yang telah ditentukan.
2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.
3. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang telah dilapisi
kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
4. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang telah ditentukan.
5. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjangbackstay sambil diperiksa dengan
waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul-betul vertikal. Sebelum pemancangan dimulai,
bagian bawah tiang diklem dengancenter gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak
bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.
6. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara kontiniu ke atas
helmet yang terpasang diatas kepala tiang.
Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration test (CPT) seringkali
sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau sondir ini tes yang sangat cepat,
sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya dilapangan dengan pengukuran terus-
menerus dari permukaan tanah-tanah dasar. CPT atau sondir ini dapat juga mengklasifikasi
lapisan tanah dan dapat memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam
perencanaan pondasi tiang pancang (pile), data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan
kapasitas daya dukung (bearing capacity) dari tiang pancang sebelum pembangunan dimulai,
guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang pancang. Kapasitas daya dukung
ultimit ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
Qu = Qb + Qs = qbAb + f.As ........................................................... (2.1)
dimana :
Qu = Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang.
Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang.
Qs = Kapasitas tahanan kulit.
qb = Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.
Ab = Luas di ujung tiang.
f = Satuan tahanan kulit persatuan luas.
As = Luas kulit tiang pancang.
Dalam menentukan kapasitas daya dukung aksial ultimit (Qu) dipakai Metode Aoki dan
De Alencar.
Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung ultimit dari data Sondir.
Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) diperoleh sebagai berikut :
dimana :
qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D dibawah ujung tiang dan
Fb adalah faktor empirik tergantung pada tipe tanah.Tahanan kulit persatuan luas
(f)diprediksi sebagai berikut :
dimana :
qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan sepanjang tiang.
Fs = Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tanah.
Fb = Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe tanah.
Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel 2.1 dan nilai-nilai faktor empirik αs diberikan pada Tabel
2.2
Pada umumnya nilai αs untuk pasir = 1,4 persen, nilai αs untuk lanau = 3,0 persen dan
nilai αs untuk lempung = 1,4 persen.
Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil pengujian sondir
dapat dilakukan dengan menggunakan metode Meyerhoff.
Daya dukung ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan rumus :
Qult = (qc x Ap)+(JHL x K11) ........................................................ (2.4)
dimana :
Qult = Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.
Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan rumus
dimana :
Qijin = Kapasitas daya dukung ijin pondasi.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.
2. Daya dukung tiang pancang berdasarkan data sondir (CPT/Cone Penetration Test)
P =(qc*Ap)/3 + (JHL*Ka)/5 ;
dimana ; P = Daya dukung tiang pancang ijin (kg)
qc = Nilai konus (kg/cm2)
Ap = Luas penampang tiang pancang (cm2)
Ka = Keliling penampang tiang (cm1)
JHL = Jumlah hambatan lekat
SF = Safety factor ; 3 dan 5
3. Daya dukung tiang pancang berdasarkan Data SPT/ Standart Penentration Test
Qu = (40*Nb*Ap)
dimana ; Qu = Daya dukung batas pondasi tiang pancang
Nb = nilai N-SPT rata-rata pada elevasi dasar tiang pancang
Nb = (N1+N2)/2 ;
N1 = Nilai SPT pada kedalaman 3B pada ujung tiang ke bawah
N2 = nilai SPT pada kedalaman 8B pada ujung tiang ke atas
Ap = luas penampang dasar tiang pancang (m2)
P = (Qu +Qsi)/3
Kerugiannya yaitu:
1. Karena dalam pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan maka pada daerah yang
berpenduduk padat di kota dan desa, akan menimbulkan masalah disekitarnya.
2. Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
3. Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungannya sulit dan
memerlukan alat penyambung khusus.
4. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan
waktu yang lama.
Metode pelaksanaan:
1. Penentuan lokasi titik dimana tiang akan dipancang.
2. Pengangkatan tiang.
3. Pemeriksaan kelurusan tiang.
4. Pemukulan tiang dengan palu (hammer) atau dengan cara hidrolik.
PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Penggolongan pondasi tiang pancang menurut bahan terbagi atas : beton,baja, kayu, dan
komposit
2. Pemasangan tiang pancang dapat dilakukan dengan cara dicetak dari luar ataupun di bor di lokasi
kerja
3. Alat berat pemancang tiang pancang yaitu : pemukul jatuh, pemukul aksi tiang, pemukul aksi
double, pemukul diesel, pemukul getar, hydraulic hammer.
4. Metode pelaksanaan tiang pancang dimulai dari tahap persiapan, pengangkatan, dan
pemancangan
5. Kapasitas daya dukung tiang pancang dapat dihitung berdasarkan kekuatan baahan, data sondir,
data SPT, dan daya dukung tiang pancang