Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK TEGANGAN TINGGI

NAMA : DINDA SINTIA DEWI


NIM : 03041281621051
KELOMPOK : XII (DUA BELAS)
ANGGOTA : 1. MUHAMMAD NURIZKY A. S. (03041281621052)
2. MUHAMMAD RAFFI SHAHAB (03041281621053)
3. MUHAMMAD ZEN (03041281621054)
TANGGAL : 11 APRIL 2019
KEPALA LAB : PROF. Ir. H. ZAINUDDIN NAWAWI, PH.D
DOSEN : Dr. M ABU BAKAR SIDDIK, S.T., M.Eng
DR. MUHAMMAD IRFAN JAMBAK, S.T, M.ENG
ASISTEN : LUKMANUL HAKIM, S.T.
TEKNISI LAB : RACHMAT FAUZAN, S.T.

LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI


DAN PENGUKURAN BESARAN LISTRIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK TEGANGAN TINGGI

PERCOBAAN I
Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi AC
NAMA : DINDA SINTIA DEWI
NIM : 03041281621051
KELOMPOK : XII (DUA BELAS)
ANGGOTA : 1. MUHAMMAD NURIZKY A. S. (03041281621052)
2. MUHAMMAD RAFFI SHAHAB (03041281621053)
3. MUHAMMAD ZEN (03041281621054)
TANGGAL : 11 APRIL 2019
KEPALA LAB : PROF. Ir. H. ZAINUDDIN NAWAWI, PH.D
DOSEN : Dr. M ABU BAKAR SIDDIK, S.T., M.Eng
DR. MUHAMMAD IRFAN JAMBAK, S.T, M.ENG
ASISTEN : LUKMANUL HAKIM, S.T.
TEKNISI LAB : RACHMAT FAUZAN, S.T.

LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI


DAN PENGUKURAN BESARAN LISTRIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
PERCOBAAN 1

I. Nama Percobaan : Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi AC

II. Tujuan Percobaan :

1. Mempelajari dan mengamati cara-cara pembangkitan tegangan tinggi


dengan menggunakan transformator tegangan tinggi satu fasa.
2. Mempelajari dan mengamati cara-cara pengukuran tegangan tinggi
bolak-balik dengan menggunakan metode-metode
- Sela bola,
- Pembagi tegangan kapasitif.
3. Mempelajari dan mengamati karakteristik tembus dari beberapa
elektroda yang diberi tegangan tinggi bolak-balik.
4. Mempelajari cara menentukan tegangan tembus dengan menggunakan
konsep efisiensi medan.

III. Alat-alat Yang digunakan


1. Trafo Pembangkit Tegangan Tinggi 220V/60 kV, 5 kV A
2. Elektroda-elektroda Bola, Piring, Jarum, Batang
3. Instrumen Ukur dan Panel Kontrol
4. Barometer
5. Voltmeter AC

IV. Teori Dasar

Umumnya pada laboratorium-Iaboratorium, tegangan tinggi bolak-balik


diperoleh dengan cara menaikkan tegangan jala-jala dengan menggunakan
transformator penguji tegangan tinggi satu phasa. Untuk memperoleh harga
tegangan yang melebihi batas rating tegangan dari sebuah transformator, maka
dibuatlah suatu susunan cascade dari beberapa buah transformator.
A. Metode Pengukuran Tegangan Tinggi Bolak-Balik Dengan Sela Bola

Pada gambar (1) diperlihatkan prinsip pengukuran tegangan puncak dengan


menggunakan susunan elektroda bola. Salah satu bola diketanahkan dan bola yang
lain diberi tegangan bolak-balik U(t).

Untuk suatu sela S tertentu, terdapat suatu harga puncak U(t) yang dapat
menyebabkan tembus pada sela, sehingga terjadi breakdown pada beda tegangan
U , dim ana sesaat sebelum breakdown, harga U(t) sama dengan harga U .
Gejala breakdown ini dipengaruhi oleh suatu kelambatan waktu statistik yang
singkat yang merupakan waktu penantian timbulnya sebuah eIektron untuk
mengawali suatu lompatan elektron, dan suatu kelarnbatan waktu formatif yang
sarna singkatnya yang diperlukan agar terjadi breakdown tegangan atau kenaikan
arus yang cepat pada jalur lompatan elektron.
Agar hasil pengukuran tegangan cukup baik, rnaka harus diusahakan
Jangan sampai terjadi gejala "Pre-Discharge" dan gejala korona sebelum
breakdown, dengan cara membatasi lebar sela S sedemikian rupa, sehingga medan
listrik pada sela bola bersifat homogen.
Tegangan breakdown pada sela bola dengan isolasi udara dapat ditentukan
berdasarkan rumus berikut :
Ud = kd Udo ..........................................................................(1)
Dimana:
Kd adalah faktor koreksi yang harganya ditentukan oleh kerapatan udara relatif
(RAD), yang dapat ditentukan harganya berdasarkan rumus :
P(273  t o )
Kd  .
Po (273  t)

B. Metode Pengkuran Tegangan Tinggi Bolak-Balik Dengan Pembagi


Tegangan Kapasitif

Pembagi tegangan kapasitif berfungsi menurunkan harga tegangan yang


tinggi ke harga tegangan yang dapat diukur dengan aman. Proses pengukuran
dapat dijelaskan dengan menggunakan keterangan seperti gambar (2).

Dengan mengabaikan arus-arus yang mengalir pada cabang-cabang CM1


dan CM2, maka didapatkan harga tegangan U2 sebagai berikut :

C4
U2  .............................................................................................. (3)
C1  C 4  C5

Kapasitor CM2 diisi melalui dioda D2 sampai ke harga tegangan puncak


dari U2 ke U2 maks. Galvanometer G akan menunjukkan harga rata-rata dari UG
dimana:

U G  U 2 maks  U 2 ........................................................................................... (4)

Sedangkan

t
U t  U 1 maks . Sin ....................................................................................... (5)
Substitusikan persamaan (1.2) clan 1.4) ke persamaan (1.3) akan menghasilkan :

C4
U2  (U t  U 1 maks )
C1  C 4  C 5


C4
U 1 maks
1  Sin  t dt
C1  C 4  C 5

Jadi :

1  Sin  t dt
T
1 C4
UG    U 1 maks
T C1  C 4  C 5

C4
 U 1 maks ........................................................................(6)
C1  C 4  C 5

V. Prosedur Percobaan :
A. Pembangkit dan Pengukuran Tegangan Tinggi Bolak Balik
1. Rangkaian Percobaan :

TH = Transformator tegangan tinggi, 100 kV rms , 5 kVA


CST = Pembagi tegangan kapasitif, 100 kV rms , 500 pF
CWS = Bagian pengukuran dari pembagi tegangan kapasitif
SB = Voltmeter AC pada kontrol box
TSM = Pengukur arus AC pada sisi sekunder transformator tegangan tinggi
S = Sela bola
R6 = Tahanan peredam tegangan AC
R7 = Tahanan peredam tegangan impuls
F = Arrester

2. Kalibrasi
1. Catat temperatur dan tekanan udara sekeliling.
2. Buat rangkaian pereobaan seperti diatas.
3. Atur lebar sela S pada harga tertentu.
4. Atur trafo pengatur, sehingga harga tegangan pada sela S dapat
menyebabkan tembus.
5. Catat penunjukkan voltmeter pada SB sesaat sebelum terjadi tembus.
6. Atur kembali sela S untuk beberapa harga, dan untuk setiap harga S Inl
diulangi pereobaan diatas.
7. Gunakan elektroda bola dengan D = 10 em dan pereobaan dilakukan untuk
nilai S = 1,0; 1,5 ; 2,0; 2,5 ; 3,0 em.
8. Matikan sumber listrik.
9. Bandingkan nilai yang ditunjukkan pada voltmeter.

B. Karakteristik Tembus Beberapa Elektroda


1. Ganti susunan bola pada gambar (3) dengan elektroda yang lain seeara
bergantian, seperti piring-piring, jarum-jarum, batang-batang.
2. Untuk setiap susunan elektroda, atur lebar S dan naikkan harga tegangan
selasela, dengan mengatur transformator pengatur, sampai terjadi tembus.
3. Catat penunjukkan SB sesaat sebelum terjadi tembus.
4. Lakukan pereobaan ini dengan lebar sela seperti diatas.
5. Setelah percobaan seperti diatas dilakukan dengan semua elektroda, maka
turunkan tegangan sampai minimum dan matikan sumber listrik.

Catatan:
Untuk setiap elektroda, maka harga-harga lebar sela S harus sama
VI. Pertanyaan dan Jawaban

Pertanyaan :

1. Jelaskan cara kerja alat ukur tegangan SB.


2. Buat tabel-tabel yang berisi hasil-hasil percobaan tegangan oleh alat ukur
SB dan harga tegangan yang dihitung dari pengukuran sela bola.
3. Jelaskan kegunaan dan prinsip kerja arrester yang dipasang pada SISI
tegangan rendah transformator.
4. Gambarkan kurva tegangan tembus Ub sebagai fungsi dari setiap
elektroda.
5. Jelaskan proses terjadinya tembus pada elektroda dan bandingkan serta
jelaskan perbedaan antara elektroda-elektroda tersebut.

Jawaban :
VII. Data Hasil Percobaan

Parameter

Elek- Jarak
No.
troda (mm)
Teg. Suhu
Teg. Input Arus Tekanan Kelembaban
Tembus (°F) Strip Keterangan
(V) (mA) (Atm) (%)
(kV)

10 4 12 983 80 82 10
1 10 4 16 983 80 82 10
10 3 15 983 80 82 9
15 5 24 983 80 82 15
2 15 5 30 983 80 82 18
15 5 25 983 80 82 14
21 8 44 983 80 82 20 Dengan
1. Bola 3 21 7 40 983 80 82 21
21 7 42 983 80 82 23 Pengotoran
30 10 ~ 983 80 82 31
4 30 ~ ~ 983 80 82 ~
30 ~ ~ 983 80 82 ~
35 ~ ~ 983 80 82 ~
5 35 ~ ~ 983 80 82 ~
35 ~ ~ 983 80 82 ~

Parameter

Elek- Jarak
No.
troda (mm)
Teg. Suhu
Teg. Input Arus Tekanan Kelembaban
Tembus (°F) Strip Keterangan
(V) (mA) (Atm) (%)
(kV)

10 3 16 983 80 82 10 Dengan
3. Batang 1 10 4 24 983 80 82 12
10 3 20 983 80 82 12 Pengotoran
15 4 28 983 80 82 15
2 15 5 24 983 80 82 15
15 4 22 983 80 82 10
21 6 32 983 80 82 20
3 21 6 32 983 80 82 20
21 7 34 983 80 82 20
30 7 34 983 80 82 20
4 30 8 40 983 80 82 25
30 8 44 983 80 82 25
35 8 46 983 80 82 25
5 35 8 44 983 80 82 25
35 8 44 983 80 82 25

Parameter

Elek- Jarak
No.
troda (mm)
Teg. Suhu
Teg. Input Arus Tekanan Kelembaban
Tembus (°F) Strip Keterangan
(V) (mA) (Atm) (%)
(kV)

10 4 14 983 80 82 10
1 10 3 18 983 80 82 10
10 4 20 983 80 82 10
15 5 30 983 80 82 15
2 15 4 28 983 80 82 15
15 5 30 983 80 82 15
21 8 44 983 80 82 25 Dengan
4. Jarum 3 21 7 46 983 80 82 25
21 8 46 983 80 82 23 Pengotoran
30 8 48 983 80 82 25
4 30 8 48 983 80 82 25
30 9 ~ 983 80 82 27
35 ~ ~ 983 80 82 ~
5 35 ~ ~ 983 80 82 ~
35 ~ ~ 983 80 82 ~
VIII. Pengolahan Data

a. Elektroda Bola
1. Jarak 1 mm
a). V input
10+10+10
1). V input rata-rata =
3
V input rata-rata = 10

|V1 − Vinrt |+|V2 −Vinrt |+|V3 −Vinrt |


2). ΔV input rata-rata =
3
|10−10|+|10−10|+|10−10|
ΔV input rata-rata =
3
ΔV input rata-rata =0

3). Kesalahan Absolut = ΔV input rata-rata ± V input rata-rata


Kesalahan Absolut = 0 ± 10
Kesalahan Absolut = 0 + 10 = 10
Kesalahan Absolut = 0 – 10 = -10

ΔV input rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
V input rata−rata
0
Kesalahan Relatif = x 100%
10
Kesalahan Relatif =0%

b). V output
4+4+3
1). V output rata-rata =
3
V output rata-rata = 3,667

|V1 − Voutrt |+|V2 −Voutrt |+|V3 −Voutrt |


2). ΔV output rata-rata =
3
|4−3,667|+|4−3,667|+|3−3,667|
ΔV output rata-rata =
3
ΔV output rata-rata = 0,444

3). Kesalahan Absolut = ΔV output rata-rata ± V output rata-rata


Kesalahan Absolut = 0,444 ± 3,667
Kesalahan Absolut = 0,444 + 3,667 = 4,111
Kesalahan Absolut = 0,444 – 3,667 = -3,223

ΔV output rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
V output rata−rata
0,444
Kesalahan Relatif = x 100%
3,667

Kesalahan Relatif = 0,121 %

c). I output
12+16+15
1). I output rata-rata =
3
I output rata-rata = 14,333

|I1 − Ioutrt |+|I2 −Ioutrt |+|I3 −Ioutrt|


2). ΔI output rata-rata =
3
|12−14,333|+|16−14,333|+|15−14,333|
ΔI output rata-rata =
3
ΔI output rata-rata = 1,555

3). Kesalahan Absolut = ΔI output rata-rata ± I output rata-rata


Kesalahan Absolut = 1,555 ± 14,3333
Kesalahan Absolut = 1,555 + 14,3333 = 15,888
Kesalahan Absolut = 1,555 – 14,3333 = -12,778

ΔI output rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
I output rata−rata
1,5555
Kesalahan Relatif = x 100%
22,3333

Kesalahan Relatif = 0,108 %

2. Jarak 4 mm
a). V input
1). V input rata-rata = 25
V input rata-rata = 25

2). ΔV input rata-rata = |V1 − Vinrt |


ΔV input rata-rata = |25 − 25|
ΔV input rata-rata =0

3). Kesalahan Absolut = ΔV input rata-rata ± V input rata-rata


Kesalahan Absolut = 0 ± 15
Kesalahan Absolut = 0 + 15 = 15
Kesalahan Absolut = 0 – 15 = -15

ΔV input rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
V input rata−rata
0
Kesalahan Relatif = x 100%
15
Kesalahan Relatif =0%

b). V output
5+5+5
1). V output rata-rata =
3
V output rata-rata =5

|V1 − Vinrt |+|V2 −Vinrt |+|V3 −Vinrt |


2). ΔV output rata-rata =
3
|5−5|+|5−5|+|5−5|
ΔV input rata-rata = 3
ΔV output rata-rata =0

3). Kesalahan Absolut = ΔV output rata-rata ± V output rata-rata


Kesalahan Absolut =0±5
Kesalahan Absolut =0+5=5
Kesalahan Absolut = 0 – 5 = -5

ΔV output rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
V output rata−rata
0
Kesalahan Relatif = x 100%
5
Kesalahan Relatif =0%

c). I output
24+30+25
1). I output rata-rata =
3
I output rata-rata = 26,333

|I1 − Ioutrt |+|I2 −Ioutrt |+|I3 −Ioutrt|


2). ΔI output rata-rata =
3
|24−26,333|+|30−26,333|+|25−26,333|
ΔI output rata-rata =
3
ΔI output rata-rata = 2,444

3). Kesalahan Absolut = ΔI output rata-rata ± I output rata-rata


Kesalahan Absolut = 2,444 ± 26,333
Kesalahan Absolut = 2,444 + 26,333= 15,888
Kesalahan Absolut = 2,444 – 26,333= -12,778
ΔI output rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
I output rata−rata
2,444
Kesalahan Relatif = x 100%
26,333

Kesalahan Relatif = 0,093 %


3. Jarak 6 mm
a). V input
1). V input rata-rata = 25
V input rata-rata = 25

2). ΔV input rata-rata = |V1 − Vinrt |


ΔV input rata-rata = |25 − 25|
ΔV input rata-rata =0

3). Kesalahan Absolut = ΔV input rata-rata ± V input rata-rata


Kesalahan Absolut = 0 ± 15
Kesalahan Absolut = 0 + 15 = 15
Kesalahan Absolut = 0 – 15 = -15

ΔV input rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
V input rata−rata
0
Kesalahan Relatif = x 100%
15
Kesalahan Relatif =0%

b). V output
8+7+7
1). V output rata-rata =
3
V output rata-rata = 7,667

|V1 − Vinrt |+|V2 −Vinrt |+|V3 −Vinrt |


2). ΔV output rata-rata =
3
|8−7,667|+|7−7,667|+|7−7,667|
ΔV input rata-rata = 3
ΔV output rata-rata = 0,556

3). Kesalahan Absolut = ΔV output rata-rata ± V output rata-rata


Kesalahan Absolut = 0,556 ± 7,667
Kesalahan Absolut = 0,556 + 7,667 = 8,223
Kesalahan Absolut = 0,556 – 7,667 = -7,111

ΔV output rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
V output rata−rata

Kesalahan Relatif = 7,667 x 100%


Kesalahan Relatif = 0,0725 %

c). I output
44+40+42
1). I output rata-rata =
3
I output rata-rata = 42

|I1 − Ioutrt |+|I2 −Ioutrt |+|I3 −Ioutrt|


2). ΔI output rata-rata =
3
|44−42|+|40−42|+|42−42|
ΔI output rata-rata =
3
ΔI output rata-rata = 1,333

3). Kesalahan Absolut = ΔI output rata-rata ± I output rata-rata


Kesalahan Absolut = 1,333± 42
Kesalahan Absolut = 1,333+ 42 = 43,33
Kesalahan Absolut = 1,333– 42 = -40,667

ΔI output rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
I output rata−rata
1,333
Kesalahan Relatif = x 100%
42
Kesalahan Relatif = 0,032%

Arus Output melebihi 50 mA maka dianggap tak hingga (~)

b. Elektroda Piring

Parameter

Elek- Jarak
No.
troda (mm)
Teg. Suhu
Teg. Input Arus Tekanan Kelembaban
Tembus (°F) Strip Keterangan
(V) (mA) (Atm) (%)
(kV)

10 1 2 983 80 82 1
1 10 1 2 983 80 82 3
10 1 4 983 80 82 3
15 2 10 983 80 82 9
2 15 2 14 983 80 82 10
15 3 12 983 80 82 8
21 5 30 983 80 82 17 Dengan
2. Piring 3 21 5 30 983 80 82 18
21 5 32 983 80 82 18 Pengotoran
30 7 40 983 80 82 20
4 30 7 40 983 80 82 21
30 7 40 983 80 82 21
35 9 ~ 983 80 82 30
5 35 10 ~ 983 80 82 ~
35 10 ~ 983 80 82 ~

1. Jarak 1 mm
a). V input
10+10+10
1). V input rata-rata =
3
V input rata-rata = 10

|V1 − Vinrt |+|V2 −Vinrt |+|V3 −Vinrt |


2). ΔV input rata-rata =
3
|10−10|+|10−10|+|10−10|
ΔV input rata-rata =
3
ΔV input rata-rata =0

3). Kesalahan Absolut = ΔV input rata-rata ± V input rata-rata


Kesalahan Absolut = 0 ± 10
Kesalahan Absolut = 0 + 10 = 10
Kesalahan Absolut = 0 – 10 = -10

ΔV input rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
V input rata−rata
0
Kesalahan Relatif = x 100%
10
Kesalahan Relatif =0%

b). V output
1+1+1
1). V output rata-rata =
3
V output rata-rata =3

|V1 − Vinrt |+|V2 −Vinrt |+|V3 −Vinrt |


2). ΔV output rata-rata =
3
|1−1|+|1−1|+|1−1|
ΔV input rata-rata = 3
ΔV output rata-rata =0
3). Kesalahan Absolut = ΔV output rata-rata ± V output rata-rata
Kesalahan Absolut =0±0
Kesalahan Absolut =0+0=0
Kesalahan Absolut =0–0=0

ΔV output rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
V output rata−rata
0
Kesalahan Relatif = x 100%
0
Kesalahan Relatif =0%

c). I output
2+2+4
1). I output rata-rata =
3
I output rata-rata = 2,667

|I1 − Ioutrt |+|I2 −Ioutrt |+|I3 −Ioutrt|


2). ΔI output rata-rata =
3
|2−2,667|+|2−2,667|+|4−2,667|
ΔI output rata-rata =
3
ΔI output rata-rata = 0,889

3). Kesalahan Absolut = ΔI output rata-rata ± I output rata-rata


Kesalahan Absolut = 0,889± 2,667
Kesalahan Absolut = 0,889+ 2,667 = 3,556
Kesalahan Absolut = 0,889 – 2,667 = -1,778

ΔI output rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
I output rata−rata
0,889
Kesalahan Relatif = x 100%
2,667

Kesalahan Relatif = 0,333 %


2. Jarak 4 mm
a). V input
1). V input rata-rata = 25
V input rata-rata = 25

2). ΔV input rata-rata = |V1 − Vinrt |


ΔV input rata-rata = |25 − 25|
ΔV input rata-rata =0

3). Kesalahan Absolut = ΔV input rata-rata ± V input rata-rata


Kesalahan Absolut = 0 ± 15
Kesalahan Absolut = 0 + 15 = 15
Kesalahan Absolut = 0 – 15 = -15

ΔV input rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
V input rata−rata
0
Kesalahan Relatif = x 100%
15
Kesalahan Relatif =0%

b). V output
5+5+5
1). V output rata-rata =
3
V output rata-rata =5

|V1 − Vinrt |+|V2 −Vinrt |+|V3 −Vinrt |


2). ΔV output rata-rata =
3
|5−5|+|5−5|+|5−5|
ΔV input rata-rata = 3
ΔV output rata-rata =0

3). Kesalahan Absolut = ΔV output rata-rata ± V output rata-rata


Kesalahan Absolut =0±5
Kesalahan Absolut =0+5=5
Kesalahan Absolut = 0 – 5 = -5

ΔV output rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
V output rata−rata
0
Kesalahan Relatif = x 100%
5
Kesalahan Relatif =0%

c). I output
24+30+25
1). I output rata-rata =
3
I output rata-rata = 26,333

|I1 − Ioutrt |+|I2 −Ioutrt |+|I3 −Ioutrt|


2). ΔI output rata-rata =
3
|24−26,333|+|30−26,333|+|25−26,333|
ΔI output rata-rata =
3
ΔI output rata-rata = 2,444

3). Kesalahan Absolut = ΔI output rata-rata ± I output rata-rata


Kesalahan Absolut = 2,444 ± 26,333
Kesalahan Absolut = 2,444 + 26,333= 15,888
Kesalahan Absolut = 2,444 – 26,333= -12,778

ΔI output rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
I output rata−rata
2,444
Kesalahan Relatif = x 100%
26,333

Kesalahan Relatif = 0,093 %

3. Jarak 6 mm
a). V input
1). V input rata-rata = 25
V input rata-rata = 25

2). ΔV input rata-rata = |V1 − Vinrt |


ΔV input rata-rata = |25 − 25|
ΔV input rata-rata =0

3). Kesalahan Absolut = ΔV input rata-rata ± V input rata-rata


Kesalahan Absolut = 0 ± 15
Kesalahan Absolut = 0 + 15 = 15
Kesalahan Absolut = 0 – 15 = -15

ΔV input rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
V input rata−rata
0
Kesalahan Relatif = x 100%
15
Kesalahan Relatif =0%

b). V output
5+5+5
1). V output rata-rata =
3
V output rata-rata =5

|V1 − Vinrt |+|V2 −Vinrt |+|V3 −Vinrt |


2). ΔV output rata-rata =
3
|5−5|+|5−5|+|5−5|
ΔV input rata-rata = 3
ΔV output rata-rata =0

3). Kesalahan Absolut = ΔV output rata-rata ± V output rata-rata


Kesalahan Absolut =0±5
Kesalahan Absolut =0+5=5
Kesalahan Absolut = 0 – 5 = -5
ΔV output rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
V output rata−rata
0
Kesalahan Relatif = x 100%
5
Kesalahan Relatif =0%

c). I output
30+30+32
1). I output rata-rata =
3
I output rata-rata = 30,667

|I1 − Ioutrt |+|I2 −Ioutrt |+|I3 −Ioutrt|


2). ΔI output rata-rata =
3
|30−30,667|+|30−30,667|+|32−30,667|
ΔI output rata-rata =
3
ΔI output rata-rata = 2,667

3). Kesalahan Absolut = ΔI output rata-rata ± I output rata-rata


Kesalahan Absolut = 2,667 ± 30,667
Kesalahan Absolut = 2,667+ 30,667 = 33,334
Kesalahan Absolut = 2,667– 30,667 = -28

ΔI output rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
I output rata−rata
2,667
Kesalahan Relatif = x 100%
30,667

Kesalahan Relatif = 0,087%

4. Jarak 8 mm
a). V input
1). V input rata-rata = 25
V input rata-rata = 25

2). ΔV input rata-rata = |V1 − Vinrt |


ΔV input rata-rata = |25 − 25|
ΔV input rata-rata =0

3). Kesalahan Absolut = ΔV input rata-rata ± V input rata-rata


Kesalahan Absolut = 0 ± 15
Kesalahan Absolut = 0 + 15 = 15
Kesalahan Absolut = 0 – 15 = -15

ΔV input rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
V input rata−rata
0
Kesalahan Relatif = x 100%
15
Kesalahan Relatif =0%

b). V output
7+7+7
1). V output rata-rata =
3
V output rata-rata =7

|V1 − Vinrt |+|V2 −Vinrt |+|V3 −Vinrt |


2). ΔV output rata-rata =
3
|7−7|+|7−7|+|7−7|
ΔV input rata-rata = 3
ΔV output rata-rata =0

3). Kesalahan Absolut = ΔV output rata-rata ± V output rata-rata


Kesalahan Absolut =0±7
Kesalahan Absolut =0+7=7
Kesalahan Absolut = 0 – 7 = -7
ΔV output rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
V output rata−rata
0
Kesalahan Relatif = x 100%
7
Kesalahan Relatif =0%

c). I output
40+40+40
1). I output rata-rata =
3
I output rata-rata = 40

|I1 − Ioutrt |+|I2 −Ioutrt |+|I3 −Ioutrt|


2). ΔI output rata-rata =
3
|40−40|+|40−40|+|40−40|
ΔI output rata-rata =
3
ΔI output rata-rata =0

3). Kesalahan Absolut = ΔI output rata-rata ± I output rata-rata


Kesalahan Absolut = 0 ± 40
Kesalahan Absolut = 0+ 40 = 40
Kesalahan Absolut = 0– 40= -40

ΔI output rata−rata
4). Kesalahan Relatif = x 100%
I output rata−rata
0
Kesalahan Relatif = x 100%
40

Kesalahan Relatif =0%


IX. Analisa Hasil Percobaan
X. Kesimpulan
LAMPIRAN GRAFIK
VOUT TERHADAP JARAK ELEKTRODA

1. Elektroda Bola

Grafik Tegangan Tembus Terhadap Jarak


Elektroda Bola
8
Tegangan Tembus Rata-Rata (kV)

7
6
5
4
3
2
1
0
1 mm 2 mm

2. Elektroda Piring

Grafik Tegangan Tembus Terhadap Jarak


Elektroda Piring
10
Tegangan Tembus Rata-Rata (kV)

9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
1 mm 2 mm 3 mm 4 mm
3. Elektroda Batang

Grafik Tegangan Tembus Terhadap Jarak


Elektroda Batang
10
Tegangan Tembus Rata-Rata (kV)

9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
1 mm 2 mm 3 mm 4 mm

4. Elektroda Jarum

Grafik Tegangan Tembus Terhadap Jarak


Elektroda Piring
10
Tegangan Tembus Rata-Rata (kV)

9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
1 mm 2 mm 3 mm 4 mm
LAMPIRAN GAMBAR

1. Elektroda-elektroda yang digunakan:

A. Elektroda bola
B. Elektroda batang
C. Elektroda piring
D. Elektro jarum

2. High Voltage Testing Unit


3. Hygrometer, Pressuremeter dan Thermometer

4. Rangkaian Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi AC


LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK TEGANGAN TINGGI

PERCOBAAN II

Tegangan Tinggi Impuls

NAMA : DINDA SINTIA DEWI


NIM : 03041281621051
KELOMPOK : XII (DUA BELAS)
ANGGOTA : 1. MUHAMMAD NURIZKY A. S. (03041281621052)
2. MUHAMMAD RAFFI SHAHAB (03041281621053)
3. MUHAMMAD ZEN (03041281621054)
TANGGAL : 11 APRIL 2019
KEPALA LAB : PROF. Ir. H. ZAINUDDIN NAWAWI, PH.D
DOSEN : Dr. M ABU BAKAR SIDDIK, S.T., M.Eng
DR. MUHAMMAD IRFAN JAMBAK, S.T, M.ENG
ASISTEN : LUKMANUL HAKIM, S.T.
TEKNISI LAB : RACHMAT FAUZAN, S.T.

LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI


DAN PENGUKURAN BESARAN LISTRIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
PERCOBAAN II

I. Nama Percobaan : Tegangan Tinggi impuls

II. Tujuan Percobaan :


1. Mempelajari dan memahami pembangkitan tegangan impuls dan
pengukurannya
2. Mempelajari kemungkinan (probabilitas) tembus tegangan tinggi
impuls pada elektroda.

III. Alat – alat Yang Digunakan :


1. Trafo penaik tegangan 60 KV, 5 KVA
2. Generator Marx.
3. Cathode Ray Oscilloscop.
4. Instrumen Pengukuran.

IV. Teori Dasar


Dalam keadaan kerja, peralatan – peralatan elektik selain dapat
dibebani tegangan kerjanya, juga harus memiliki ketahanan terhadap
pembebanan tegangan lebih impuls akibat sambaran petir maupun akibat
proses pengoperasian saklar daya. Penguasaan cara pembangkitan
tegangan tinggi impuls diperlukan, agar dapat dihasilkan bentuk tegangan
yang mendekati kejadian pembebanan transien yang terjadi di jaringan dan
agar dapat dilakukan penelitian dasar tentang tembus elektrik.
Bentuk–bentuk gelombang tegangan tinggi impuls diperlihatkan pada
gambar (1)

Gambar 1. Bentuk-bentuk gelombang tegangan impuls


Tegangan impuls terpotong adalah tegangan impuls yang tiba – tiba
menjadi nol pada saat mencapai puncak atau sewaktu di muka atau ekor.
Tegangan impuls eksponensial ganda dipergunakan untuk peniruan
teganagn surja petir dan tegangan surja hubung. Perbedaan antara tegangan impuls
surja petir dan surja hubung ditentukan pada lama waktu muka dan waktu ekor,
seperti terlihat pada gambar ( 2 ). Tegangan impuls surja petir memiliki bentuk
1,2/50 yang berarti waktu muka T1 = 1,2 µ s dan waktu setengah ekor T2 = 50 µ s.
Tegangan impuls surja hubung memiliki bentuk 250/2500 yang berarti waktu
mencapai puncak T1 = 250 µ s dan setengah ekor T2 = 2500 µ s.

a. Tegangan impuls surja petir

b. Tegangan impuls surja hubung


Gambar 2. Bentuk gelombang tegangan impuls
4.1. Pembangkitan Tegangan Terpadu
Rangkaian dasar pembangkitan tegangan impuls surja petir dan surja hubung
adalah sama, hanya berbeda besar elemen-elemen rangkaiannya. Rangkaian
dasar yang biasa digunakan adalah seperti pada gambar (3).

Gambar 3. Rangkaian dasar pembangkitan tegangan impuls

Pertama-tama kondensator impuls Cs diisi muatan dengan tegangan tinggi


searah melalui tahanan tinggi sampai dicapai tegangan pemuat U0. Dengan
penyalaan sela percik F, terjadi pelepasan muatan mengisi kondensatorbeban
Cb. Kemudian ke tahanan pelepas Re. Teganganb impul diperoleh dari
terminal kondensator beban Cb.
Jika diinginkan waktu muka T1 yang singkat, maka pelepasan muatan yang
mengisi kondensator Cb harus secepat mungkin dicapai dengan û, sedang
waktu ekor T2yang lama ditentukan oleh tahanan pelepas Re yang jauh lebih
besar dibanding tahanan peredam Rd. Konstanta waktu pelepasan muatan ke
kondensator Cb, yang menentukan besar waktu muka, besarnya secara
pendekatan adalah Rd x Cb. Waktu muka ekor tegangan impuls ditentukan
oleh pelepasan muatan dari kedua kondensator diaras. Tinggi harga puncak
tegangan impulsdiperoleh dengan pembanding muatan U0 Cs dan Cb. Derajat
efisiensi dari rangkaian pembangkitan adalah :

U Cs
η= 
Uo C a  Cb
Secara umum diharapkan dengan tegangan pemuat U0 yang ada dapat
diperoleh tegangan puncak û yang tinggi, maka biasanyadipilih harga C s
>Cb. Dengan demikian maka waktu ekor tegangan impuls ditentukan oleh
konstanta waktu Cs Re. Besaran lain yang penting pada pembangkitan
tegangan impuls adalah energi impuls yang ditentukan oleh :

W = 1 C sU 0
2
2

Untuk pembangkitan tegangan impuls sangat tinggi biasanya digunakan


rangkaian pelipat ganda Marx, seperti terlihat pada gambar (4). Disini
sejumlah kondensator impuls yang sama, secara paralel menerima pengisian
muatan dan secara seri terjadi pelepasan muatan. Dengan demikian jumlah
keseluruhan tegangan penguat sesuai dengan jumlah tingkatan rangkaian.

Gambar 4. Rangkaian palipat ganda Marx tiga tingkat


Pengisian muatan pada kondensator impuls Cs adalah melalui tahanan yang
tinggi RL yang dipasang paralel, sampai dicapai tegangan pemuat setiap
tingkat sebesar U0. Dengan demikian penyalaan sela percik, maka
kondensator-kondensator Cs terhubung secara seri dan terjadi pelepasan
muatan ke kondensator beban Cbmelalui tahanan-tahanan peredam Rd.
Selanjutnya pelepasan muatandari semua kondensator akan melalui tahanan
pelepas Re dan juga Rd. Rangkaian Cascade Marx n tingkat dapat dibuat
rangkaian pengganti satu tingkatnya, dengan besaran-besarannya menjadi :

U0 = n U0’ Rd = n Rd ’
1
Cs = Cs ' Re = n Re’
n
Denikian juga sama halnya digunakan pembangkit impuls Cascade menurut
rangkaian (3.a).

4.2. Pengukuran Tegangan Impuls


Pengukuran tegangan impuls dapat dilakukan dengan sela percik bola,
karena kejadian tembus elektrik sela udara trejadi beberapa μ s setelah
dicapai tegangan tembus statis. Dengan demikian sela percik bola dapat
dipergunakan untuk pengukuran tegangan puncak impuls yang tidak terlalu
cepat dan untuk waktu ekor T2 50 μ s. Hal ini berlaku dengan mananggap
bahwa di dalam ruang antara sela bola terjadi pembawa muatan yang cukup,
dimana tembus elektrik akan langsung terjadi jika telah dicapai tinggi dan
kuat medan tertentu.

4.2.1.Waktu Keterlambatan Penyalaan


Kejadian tembus elektrik pada gas merupakan akibat perkembangan
“avalance” dengan adanya ionisasi tumbuhan molekul-molekul gas. Paa
sela elektroda di udara. Pelepasan muatan dapat diawali jika terjadi muatan
pembawa pada posisi yang baik di dalam ruang medan listrik. Jika pembawa
muatan tidak berada pada posisi tersebut, maka walaupuntegangan anjak
ionisasi Ue telah dilampaui, pelepasan muatan baru diawali setelah selang
waktuketerlambatan statis ts. Setelah terbentuk avalance elektron pertama
untuk pengembangan kenal pelepasan selanjutnya sampai erjadi tembus
elektrik memerlukan waktu pembentukan ts. Jumlah waktu-waktu tersebut
yaitu setelah sicapai tegangan anjak ionisasi Us pada t1 sampai terjadi tembus
elektrik, disebut waktu kelambatan penyalaan tembus elektrik.
Tv = ta + ts
Waktu keterlambatan penyalaan tersebut dapat dilihat pada gambar (5).

Gambar 5. Penentuan waktu kelambatan penyalaan


Pada tembus elektik tegangan impuls

4.2.2.Probabilitas Tembus Elektrik


Berdasarkan pengertian waktu kelambatan penyalaan seperti yang diuraikan
di atas, maka pada pengukuran tegangan puncak impuls dengan sela percik
bola tidak dapat diketahui besar perbedaan harga puncak tegangan U dengan
tembusnya Ud. Perbedaan ini dapat diketahui hanya jika dilakukan berulang
kali tembus elektrik pada sela bola tersebut.
Syarat terjadinya tembus elektrik, secara pendekatan dapat dipergunakan
kriteria waktu, dimana jika waktu setekah dicapai tegangan anjak ionisasi
melebihi waktu kelambatan penyalaan Tv, maka dapat dipastikan tembus
elektrik akan terjadi. Karena adanya simpangan pada ts dan ta, maka waktu
pembentukan waktu Tv akan tidak konstan. Harga rata-rata dari Tv berarti
juga harga-harga tegangan tembus Ud-50, dimana dalam hal ini dari sekian
kali pembebanan tegangan setengahnya terjadi tegangan tembus elektrik.
Secara umum dikatakan sebagai harga perubahan probabilitas tembus P
untuk harga puncak û atau tegangan impuls. Gambar 6 menjelaskan fungsi
distribusi tegangan tembus impuls pada suatu sela percik bola. Probabilitas
tembus adalah nol untuk û < Us, dimana tegangan tembus memiliki harga
batas bawah Ud-0 dan disebut sebagai tegangan ketahanan yang sangat
penting pengertiannya untuk perhitungan kekuataan elektrik suatu isolasi.
Ud-50 adalah harga tegangan yang dipergunakan untuk pengukuran dengan
sela percik bola. Ud-100 adalah harga tegangan kepastian terjadi tembus
elektik. Hal ini memiliki arti penting untuk sela percik pengaman pada suatu
arrester yang merupakan batas atas daerah simpangan tegangan impuls.
V. Prosedur Percobaan :

A. Pembangkitan Tegangan Tinggi Impuls Petir


1. Buat rangkaian percobaan seperti berikut tanpa obyek pengujian.

2. Catat temperatur dan tekanan udara sekeliling


3. Atur sela bola S dari elektroda bola pada harga tertentu.
4. Naikkan tegangan yang ditunjukkan oleh SM sampai dengan harga
tertentu yang diperkirakan dapat menyebabkan tembus pada sela bola,
bila dilakukan trigger.
5. Lakukan trigger secara manual. Bila belum terjadi tembus naikkan
harga tegangan SM dan di trigger lagi sampai terjadi tembus.
6. Catat harga tegangan yang diunjukkan oleh SM dan SV setiap kali
terjadi tembus.
7. Atur kembali lebar sela S untuk beberapa harga dan untuk setiap harga
S ini dilakukan percobaan seperti di atas.

B. Tingkat Kemungkinan Terjadinya Tegangan Tembus Pada Beberapa


Elektroda.
Lakukan prosedur percobaan di atas dengan mengganti susunan elektroda
bola-bola, jarum-jarum, piring-piring, batang-batang yang dipasang secara
bergantian.
C. Pengaruh Homogenitas Medan Terhadap Tegangan Impuls Pada Beberapa
Elektroda.
1. Lakukan prosedur percobaan di atas dengan memakai susunan
elektroda bola-piring dan jarum-piring sebagai obyek pengujian (TO).
2. Atur harga sela dari TO untuk harga-harga yang digunakan, sehingga
tembus pada TO adalah 50 % dari tembus pada sela S.
VI. Pertanyaan dan Tugas :

Pertanyaan :

1. Hitung besar waktu muka T1 dan waktu ekor T2.


2. Hitung besar derajat efisiensi η dari rangkaian tersebut berdasarkan
elemen rangkaian.
3. Buat kurva tegangan SV terhadap tegangan SM berdasarkan data
pengamatan pada percobaan tanpa obyek pengujian.
4. Buat kurva tegangan Ud-50 terhadap S dari setiap elektroda yang
digunakan.
5. Berikan analisa dan kesimpulan saudara.

Jawaban :
VII. Data Hasil Percobaan

VIII. Pengolahan Data


a. Tegangan Tembus
1. Tegangan Tembus pada Jarak 4 mm
8+9+8
a). VB rata-rata =
3
VB rata-rata = 8,333

|V1 − VB rt |+|V2 −VB rt |+|V3 −VB rt |


b). Δ VB rata-rata =
3
|8−8,333|+|9−8,333|+|8−8,333|
Δ VB rata-rata =
3
Δ VB rata-rata = 0,444

c). Kesalahan Absolut = Δ VB rata-rata ± VB rata-rata


Kesalahan Absolut = 0,444 ± 8,333
Kesalahan Absolut = 0,444 + 8,333 = 8,777
Kesalahan Absolut = 0,444 – 8,333 = -7,889
ΔVB rata−rata
d). Kesalahan Relatif = x 100%
VB rata−rata
0,444
Kesalahan Relatif = x 100%
8,333

Kesalahan Relatif = 0,0533 %

2. Tegangan Tembus pada Jarak 6 mm


8+9+9
a). VB rata-rata =
3
VB rata-rata = 8,667

|V1 − VB rt |+|V2 −VB rt |+|V3 −VB rt |


b). Δ VB rata-rata =
3
|8−8,667|+|9−8,667|+|9−8,667|
Δ VB rata-rata =
3
Δ VB rata-rata = 0,444

c). Kesalahan Absolut = Δ VB rata-rata ± VB rata-rata


Kesalahan Absolut = 0,444 ± 8,667
Kesalahan Absolut = 0,444 + 8,667 = 9,111
Kesalahan Absolut = 0,444 – 8,667 = -8,223

ΔVB rata−rata
d). Kesalahan Relatif = x 100%
VB rata−rata
0,444
Kesalahan Relatif = x 100%
8,667

Kesalahan Relatif = 0,0512 %

3. Tegangan Tembus pada Jarak 8 mm


10+10+10
a). VB rata-rata =
3
VB rata-rata = 10
|V1 − VB rt |+|V2 −VB rt |+|V3 −VB rt |
b). Δ VB rata-rata =
3
|10− 10|+|10− 10|+|10− 10|
Δ VB rata-rata =
3
Δ VB rata-rata =0

c). Kesalahan Absolut = Δ VB rata-rata ± VB rata-rata


Kesalahan Absolut = 0 ± 8,33
Kesalahan Absolut = 0 + 10 = 10
Kesalahan Absolut = 0 – 10 = -10

ΔVB rata−rata
d). Kesalahan Relatif = x 100%
VB rata−rata
0
Kesalahan Relatif = x 100%
10
Kesalahan Relatif =0%

4. Tegangan Tembus pada Jarak 10 mm


10+10+10
a). VB rata-rata =
3
VB rata-rata = 10

|V1 − VB rt |+|V2 −VB rt |+|V3 −VB rt |


b). Δ VB rata-rata =
3
|10− 10|+|10− 10|+|10− 10|
Δ VB rata-rata =
3
Δ VB rata-rata =0

c). Kesalahan Absolut = Δ VB rata-rata ± VB rata-rata


Kesalahan Absolut = 0 ± 8,33
Kesalahan Absolut = 0 + 10 = 10
Kesalahan Absolut = 0 – 10 = -10
ΔVB rata−rata
d). Kesalahan Relatif = x 100%
VB rata−rata
0
Kesalahan Relatif = x 100%
10
Kesalahan Relatif =0%

5. Tegangan Tembus pada Jarak 12 mm


13+12+12
a). VB rata-rata =
3
VB rata-rata = 12,333

|V1 − VB rt |+|V2 −VB rt |+|V3 −VB rt |


b). Δ VB rata-rata =
3
|13−12,333|+|12−12,333|+|12−12,333|
Δ VB rata-rata =
3
Δ VB rata-rata = 0,444

c). Kesalahan Absolut = Δ VB rata-rata ± VB rata-rata


Kesalahan Absolut = 0,444 ± 12,333
Kesalahan Absolut = 0,444 + 12,333 = 12,777
Kesalahan Absolut = 0,444 – 12,333 = -11,889

ΔVB rata−rata
d). Kesalahan Relatif = x 100%
VB rata−rata
0,444
Kesalahan Relatif = x 100%
12,333

Kesalahan Relatif = 0,0360 %

IX. Tegangan Tembus pada Jarak 14 mm

12+14+14
a). VB rata-rata =
3
VB rata-rata = 13,333
|V1 − VB rt |+|V2 −VB rt |+|V3 −VB rt |
b). Δ VB rata-rata =
3
|12−13,333|+|14−13,333|+|14−13,333|
Δ VB rata-rata =
3
Δ VB rata-rata = 0,889

c). Kesalahan Absolut = Δ VB rata-rata ± VB rata-rata


Kesalahan Absolut = 0,889 ± 13,333
Kesalahan Absolut = 0,889 + 13,333 = 14,222
Kesalahan Absolut = 0,889 – 13,333 = -12,444

ΔVB rata−rata
d). Kesalahan Relatif = x 100%
VB rata−rata
0,889
Kesalahan Relatif = x 100%
13,333

Kesalahan Relatif = 0,0667 %

b. Arus Sekunder (mA)


1. Arus Sekunder pada Jarak 4 mm
2,2+2,2+2,2
a). I Sekunder rata-rata =
3
I Sekunder rata-rata = 2,2

|I1 − Is−rt |+|I−Is−rt |+|I3 −Is−rt |


b). Δ I Sekunder rata-rata =
3
|2,2−2,2|+|2,2−2,2|+|2,2−2,2|
Δ I Sekunder rata-rata =
3
Δ I Sekunder rata-rata =0

c). Kesalahan Absolut = ΔI Sk-rata-rata ± I Sk-rata-rata


Kesalahan Absolut = 0 ± 2,2
Kesalahan Absolut = 0 + 2,2 = 2,2
Kesalahan Absolut = 0 - 2,2 = -2,2
Δ I Sekunder rata−rata
d). Kesalahan Relatif = x 100%
I Sekunder rata−rata
0
Kesalahan Relatif = x 100%
2,2

Kesalahan Relatif =0%

2. Arus Sekunder pada Jarak 6 mm


3,1+3,1+2,6
a). I Sekunder rata-rata =
3
I Sekunder rata-rata = 2,933

|I1 − Is−rt |+|I−Is−rt |+|I3 −Is−rt |


b). Δ I Sekunder rata-rata =
3
|2,933−3,1|+|2,933−3,1|+|2,933−2,6|
Δ I Sekunder rata-rata =
3
Δ I Sekunder rata-rata = 0,222

c). Kesalahan Absolut = ΔI Sk-rata-rata ± I Sk-rata-rata


Kesalahan Absolut = 0,222 ± 2,933
Kesalahan Absolut = 0,222 + 2,933 = 3,155
Kesalahan Absolut = 0,222 - 2,933 = -2,711

Δ I Sekunder rata−rata
d). Kesalahan Relatif = x 100%
I Sekunder rata−rata
0,222
Kesalahan Relatif = x 100%
2,933

Kesalahan Relatif = 0,0757 %

3. Arus Sekunder pada Jarak 8 mm


2,6+3,1+2,8
a). I Sekunder rata-rata =
3
I Sekunder rata-rata = 2,833
|I1 − Is−rt |+|I−Is−rt |+|I3 −Is−rt |
b). Δ I Sekunder rata-rata =
3
|2,833−2,6|+|2,833−3,1|+|2,833−2,8|
Δ I Sekunder rata-rata =
3
Δ I Sekunder rata-rata = 0,1776

c). Kesalahan Absolut = ΔI Sk-rata-rata ± I Sk-rata-rata


Kesalahan Absolut = 0,1776 ± 2,833
Kesalahan Absolut = 0,1776 + 2,833 = 3,011
Kesalahan Absolut = 0,1776 - 2,833 = -2,655

Δ I Sekunder rata−rata
d). Kesalahan Relatif = x 100%
I Sekunder rata−rata
0,1776
Kesalahan Relatif = x 100%
2,833

Kesalahan Relatif = 0,0627 %

4. Arus Sekunder pada Jarak 10 mm


3,2+3+3
a). I Sekunder rata-rata =
3
I Sekunder rata-rata = 3,067

|I1 − Is−rt |+|I−Is−rt |+|I3 −Is−rt |


b). Δ I Sekunder rata-rata =
3
|3,2−3,067|+|3−3,067|+|3−3,067|
Δ I Sekunder rata-rata =
3
Δ I Sekunder rata-rata = 0,089

c). Kesalahan Absolut = ΔI Sk-rata-rata ± I Sk-rata-rata


Kesalahan Absolut = 0,089 ± 3,067
Kesalahan Absolut = 0,089 + 3,067= 3,156
Kesalahan Absolut = 0,089 - 3,067= -2,978
Δ I Sekunder rata−rata
d). Kesalahan Relatif = x 100%
I Sekunder rata−rata
0,089
Kesalahan Relatif = x 100%
3,067

Kesalahan Relatif = 0,029 %

5. Arus Sekunder pada Jarak 12 mm


4,2+3,2+3,6
a). I Sekunder rata-rata =
3
I Sekunder rata-rata = 3,667

|I1 − Is−rt |+|I−Is−rt |+|I3 −Is−rt |


b). Δ I Sekunder rata-rata =
3
|4,2−3,667|+|3,2−3,667|+|3,6−3,667|
Δ I Sekunder rata-rata =
3
Δ I Sekunder rata-rata = 0,356

c). Kesalahan Absolut = ΔI Sk-rata-rata ± I Sk-rata-rata


Kesalahan Absolut = 0,356 ± 3,667
Kesalahan Absolut = 0,356 + 3,667= 4,023
Kesalahan Absolut = 0,356 - 3,667= -3,311

Δ I Sekunder rata−rata
d). Kesalahan Relatif = x 100%
I Sekunder rata−rata
0,356
Kesalahan Relatif = x 100%
3,667

Kesalahan Relatif = 0,097 %

6. Arus Sekunder pada Jarak 14 mm


4,4+5+23,8
a). I Sekunder rata-rata =
3
I Sekunder rata-rata = 4,4

|I1 − Is−rt |+|I−Is−rt |+|I3 −Is−rt |


b). Δ I Sekunder rata-rata =
3
|4,4−4,4|+|5−4,4|+|3,8−4,4|
Δ I Sekunder rata-rata =
3
Δ I Sekunder rata-rata = 0,4

c). Kesalahan Absolut = ΔI Sk-rata-rata ± I Sk-rata-rata


Kesalahan Absolut = 0,4 ± 4,4
Kesalahan Absolut = 0,4 + 4,4 = 4,8
Kesalahan Absolut = 0,4 – 4,4 = -4

Δ I Sekunder rata−rata
d). Kesalahan Relatif = x 100%
I Sekunder rata−rata
0,4
Kesalahan Relatif = x 100%
4,4

Kesalahan Relatif = 0,091 %

IX. Analisa Hasil Percobaan


Pada percobaan mengenai Tegangan Tinggi Impuls akan dilakukan
pengamatan, penelitian dan perhitungan manual. Dengan menggunakan rangkaian
seperti pada lampiran terdiri dari trafo, kapasitor sisi primer, diode, kapasitor sisi
sekunder, isolator yang akan dibangkitkan tegangan hingga 100.000 Volt (100
kV). Pada percobaan ini kita akan melakukan dengan perlakuan jarak elektroda
bola yang digunakan adalah 4 mm, 6 mm, 8 mm, 10 mm, 12 mm dan 14 mm.
Parameter yang diukur antara lain arus primer, arus sekunder, tegangan tembus,
suhu, tekanan dan kelembaban. Masing-masing tiap jarak dilakukan tiga kali
percobaan agar didapat data yang akurat.
Ketika percobaan dimulai dengan menentukan charging range maka akan
terlihat pada jaram 3 mm terjadi nilai yang berbeda pada arus primer, arus
sekunder, tegangan tembus. Namun, perbedaan nilai ini disebabkan oleh
kesalahan paralaks dari praktikan yang melihat hasilnya pada layar kontrol panel
dan peak voltmeter. Hal ini juga terjadi pada jarak 5 mm, 7 mm dan 8 mm namun
pada jarak ini nilai dari tegangan tembus akan meningkat dan cenderung sama
pada setiap perlakuannya.
Kenaikan nilai tegangan tembus akan sebanding dengan jarak elektroda
yang diatur hal ini menunjukkan pengaruh jarak membuat elektron-elektron pada
bagian sudut elektroda akan memberikan energy yang besar untuk menimbulkan
loncatan bunga api sehingga tegangan tembusnya pun besar. Nilai arus primer dan
arus sekunder pada masing-masing jarak pun cenderung bear (sebanding). Pada
saat setelah melakukan setiap percobaan, maka peralatan (bagian) harus di-
grounding dengan tongkat Faraday agar aman.

X. Kesimpulan

1. Semakin jauh jarak antar elektroda, maka semakin besar arus sekunder
yang dihasilkan.
2. Nilai arus sekunder dan arus primer berbanding lurus dengan tegangan
tembus yang dicapai.
3. Lamanya waktu strip berbanding lurus dengan jarak antar elektroda untuk
mencapai loncatan api
4. Peralatan harus di-grouding setelah dilakukan setiap setelah percobaan
agar aman.
5. Semakin jauh jarak antar elektroda, semakin besar nilai tegangan tembus
antar dua elektroda
LAMPIRAN GRAFIK

1. Grafik Tegangan Tembus

Grafik Tegangan Tembus Rata-Rata


terhadap Jarak Elektroda
14
Tegangan Tembus Rata-Rata (kV)

12

10

0
4 mm 6 mm 8 mm 10 mm 12 mm 14mm

2. Grafik Arus Sekunder


Grafik Arus Sekunder Rata-Rata terhadap
Jarak Elektroda
5
Arus Sekunder Rata-Rata (mA)

4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
4 mm 6 mm 8 mm 10 mm 12 mm 14mm

LAMPIRAN GAMBAR

1. Peak Voltmeter dan AC Peak Voltmeter

2. Kontrol Panel
3. Hygrometer, Pressuremeter dan Thermometer

4. Rangkaian Tegangan Tinggi Impuls


FOTO KELOMPOK

Kelompok 13

Kegiatan Praktikum Tegangan Tinggi pada Tanggal 10 April 2018


DAFTAR PUSTAKA

Dieter Kind, 1978. “An Introduction to High-Voltage Experimental Technique:


Textbook for Electrical Engineers”, Vieweg Teubner Verlag, Germany.

E. Kuffel, W. S. Zaengl, 2000, “High Voltage Engineering Fundamental” Second


Edition, Butterworth-Heinemann.

M. S. Naidu, V. Kamaraju, 1996, “High Voltage Engineering”, Tata McGraw-


Hill Publishing Company Limited.

Zainuddin Nawawi, 2006, “Petunjuk Praktikum Teknik Tegangan Tinggi”,


Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi dan Pengukuran Listrik, Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.

Anda mungkin juga menyukai