Anda di halaman 1dari 42

Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Drainase adalah pembuangan massa air secara alami atau buatan dari permukaan atau bawa
permukaan dari suatu tempat. Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan,menguras dan
membuang. Drainase merupakan bagian penting dalam penataan system penyediaan air di bidang
pertanian maupun tata ruang.Saluran drainase secara umum hanya disebut sebagai drainase. Saluran
drainase permukaan biasanya berupa parit sedangkan bawah permukaan biasanya berupa gorong-
gorong.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penduduk merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi semakin berkembangnya suatu wilayah perkotaan. Pertumbuhan wilayah yang tidak
disertai dengan perencanaan tata kota yang baik dalam hal seperti prasarana jalan dan sistem
drainase maka dapat menimbulkan permasalahan lingkungan hidup. Permasalahan yang sering
terjadi akibat adanya pertumbuhan wilayah tersebut adalah genangan air atau banjir. Belum adanya
sistem drainase pada wilayah tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir atau genangan.
Oleh sebab itu untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan perencanaan sistem drainase yang
berkelanjutan.
Perumahan BTN merupakan salah satu perumahan yang berada di Kota Kupang yang sering
mengalami banjir karena tidak memiliki jaringan drainase pada area tersebut, maka air hujan yang
turun tidak terserap dengan baik ke dalam tanah dan megalir bebas ke perumahan penduduk yang
berdampak pada genangan air pada daerah yang lebih rendah . Berdasarkan hal demikian maka perlu
dilakukan perencanaan terhadap sistem drainase pada area Perumahan BTN, baik itu dari sistem
jaringannya hingga pada rancangan bentuk dan dimensi saluran drainasenya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan hal-hal di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah, yaitu :
1. Berapakah curah hujan rencana pada kala ulang 2,5,10, dan 20 tahun di Perumahan BTN?
2. Berapakah pola aliran dari jaringan drainase pada Perumahan BTN?
3. Berapakah debit rencana dengan kala ulang 2,5,10, dan 20 tahun pada Perumanahan BTN?
4. Bagaimana bentuk saluran dan bangunan pada jaringan drainase di Perumahan BTN?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tugas besar ini, yaitu :
1. Mengetahui curah hujan rencana pada berbagai kala ulang 2,5,10, dan 20 tahun di Perumahan
BTN?
2. Mengetahui pola airan dari jaringan drainase di Perumahan BTN?

1
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

3. Mengetahui debit rencana sesuai dengan kala ulang 2,5,10, dan 20 tahun di Perumahan BTN?
4. Dapat mendesain saluran dan bangunan pada jaringan drainase di Perumahan BTN?

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah untuk tugas perencanaan saluran drainase ini adalah :
1. Perencanaan saluran drainase ini dilakukan pada area Perumahan BTN-Kolhua, Blok H, I dan
J.
2. Untuk penggunaan data hujan, diambil pada stasiun pos hujan Paupanda.
3. Data hujan diambil 20 tahun, mulai dari tahun1988 sampai dengan tahun 2007.

1.5 Metode Kajian


1.5.1 Lokasi Perencanaan
Untuk tugas perencanaan saluran drainase ini akan dilakukan pada Perumahan BTN-Kolhua,
Blok H, I dan J.

1.5.2 Data Hujan


Pengambilan data hujan dilakukan pada stasiun pos penakar hujan Paupanda, di mana
banyaknya sampel atau data adalah sebanyak 20 tahun yang dimulai dari tahun 1988 sampai
dengan tahun 2007.

Sumber : Data Curah Hujan Hasil Pencatatan Stasiun Paupanda, 2018

2
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

BAB II
ANALISIS HIDROLOGI

2.1 Perhitungan Curah Hujan Rencana


Data curah hujan pada Lampiran 2 merupakan data curah hujan harian untuk setiap bulan
dalam satu tahun. Untuk analisa curah hujan rencana hanya akan dipakai data curah hujan
maksimum untuk setiap tahunnya, sehingga data curah hujan pada Lampiran 1 perlu direkapitulasi
ulang dengan mencatat curah hujan harian maksimum setiap bulan untuk setiap tahunnya, mulai
dari tahun pencatatan 1988 sampai dengan 2007. Data curah hujan tersebut diambil dari data hasil
pencatatan curah hujan harian Stasiun Paupanda. Hasil rekapitulasi curah hujan harian maksimum
ditampilkan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Hasil Rekapitulasi Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan
No Tahun X (mm)
1 1988 138
2 1989 144
3 1990 202
4 1991 66
5 1992 123
6 1993 72
7 1994 62
8 1995 101
9 1996 71
10 1997 30
11 1998 65
12 1999 175
13 2000 68
14 2001 66
15 2002 123
16 2003 72
17 2004 106
18 2005 60
19 2006 103
20 2007 61

Sumber : Data Curah Hujan Hasil Pencatatan Stasiun Paupanda, 2018

3
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

2.2 Analisa Curah Hujan Rencana


Mengacu pada data curah hujan harian maksimum pada Tabel 2.1., akan dilakukan analisa
untuk menghitung curah hujan rencana pada periode ulang 2, 5,10 dan 20 tahun. Data curah hujan
harian tersebut akan dianalisa dengan memakai beberapa macam distribusi frekuensi yang banyak
digunakan dalam bidang hidrologi yaitu distribusi Log Pearson Tipe III dan distribusi Gumbel.
Analisa frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk
memperoleh probabilitas besaran hujan di masa yang akan datang, dengan anggapan bahwa sifat
statistik kejadian hujan yang akan datang masih sama dengan kejadian hujan masa lalu.

2.2.1 Analisa Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Normal


Persamaan yang digunakan pada distribusi normal adalah:
XT = X + KT . S
Dimana :
XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi pada periode ulang T tahun.
X = nilai rata-rata hitung
KT = faktor frekuensi ( Lampiran 3)
S = standar deviasi
Untuk analisa curah hujan rencana dengan distribusi normal akan mempergunakan tabel bantu
perhitungan seperti terlihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Analisa Curah Hujan dengan Distribusi Normal

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

4
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

1. Analisa Parameter Statistik


Mengacu pada data dalam Tabel 2.2., akan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan
beberapa parameter statistik yang nantinya akan dipergunakan untuk analisa lebih lanjut dan juga
untuk dipergunakan dalam pengujian parameter statistik guna menentukan distribusi mana yang
paling sesuai untuk digunakan.
Parameter – parameter statistic yang akan dihitung antara lain nilai rata – rata (mean), standar
deviasi (Sx), koefisien variasi (Cv), koefisien skewness (Cs) dan koefisien Kurtosis (Ck).

a. Nilai Rata – rata ( Mean )


∑ni=1 X i 1908
̅=
LogX = = 95.400
n 20
b. Standar Deviasi ( Sx )

∑n (X i − ̅
X)2 36524.80
S = √ i=1 =√ = 43.845
n−1 20 − 1

c. Koefisien Variasi ( Cv )
S 95.400
Cv = X̅ = 43.845 = 0.460

d. Koefisien Skewness ( Cs )
n
n

(n  1)( n  2) i 1
( X i  X )3
Cs  3
 0.978
S
e. Koefisien Kurtosis ( CK )
n
n2  (X i  X )4
Ck  i 1
 3.830
(n  1)( n  2)( n  3) S
4

2. Analisa Curah Hujan


Dalam analisis ini, akan diperlihatkan contoh analisis pada kala ulang 2,5,10 dan 20 tahun.

a. Analisa Curah Hujan Untuk Kala Ulang 2 tahun


Berdasarkan Tabel Faktor Frekuensi ( KT ) pada lampiran 3 untuk kala ulang 2 tahun nilai
KT adalah 0, maka besarnya curah hujan pada kala ulang 2 tahun adalah:
XT = X + K T . S
X2 = 95.400 + ( 0 x 43.845)
= 95.400 mm
Jadi, besarnya curah hujan pada kala ulang 2 tahun sebesar 95.400 mm
b. Analisa Curah Hujan Untuk Kala Ulang 5 tahun
Berdasarkan Tabel Faktor Frekuensi ( KT ) pada lampiran 3 untuk kala ulang 5 tahun nilai
KT adalah 0.84, maka besarnya curah hujan pada kala ulang 5 tahun adalah:
5
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

XT = X + K T . S
X2 = 95.400 + ( 0.84 x 43.845)
= 132.230 mm
Jadi, besarnya curah hujan pada kala ulang 5 tahun sebesar 132.230 mm
c. Analisa Curah Hujan Untuk Kala Ulang 10 tahun
Berdasarkan Tabel Faktor Frekuensi ( KT ) pada lampiran 3 untuk kala ulang 10tahun nilai
KT adalah 1.28, maka besarnya curah hujan pada kala ulang 1.28 tahun adalah:
XT = X + K T . S
X2 = 95.400 + ( 1.28 x 43.845)
= 151.521 mm
Jadi, besarnya curah hujan pada kala ulang 10 tahun sebesar 151.521 mm
d. Analisa Curah Hujan Untuk Kala Ulang 20 tahun
Berdasarkan Tabel Faktor Frekuensi ( KT ) pada lampiran 3 untuk kala ulang 20 tahun
nilai KT adalah 1.64, maka besarnya curah hujan pada kala ulang 20 tahun adalah:
XT = X + K T . S
X2 = 95.400 + ( 1.64 x 43.845)
= 167.305 mm
Jadi, besarnya curah hujan pada kala ulang 20 tahun sebesar 167.305 mm

Tabel 2.3. Hasil Perhitungan Curah Hujan dengan Distribusi Normal Untuk Beberapa Kala Ulang

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

2.2.2 Analisa Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Normal


Untuk analisa curah hujan rencana dengan distribusi Log Pearson Tipe III dipakai persamaan :
Log XT = Log X + KT . Slog x atau

Log YT = Y + KT . Slog x
Dimana :
XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi pada periode ulang T tahun.

Y = nilai rata-rata hitung


KT = faktor frekuensi ( Lampiran 3)
Slog x = standar deviasi

6
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Untuk analisa curah hujan rencana dengan distribusi log normal akan mempergunakan tabel
bantu perhitungan seperti terlihat pada Tabel 2.4

Tabel 2.4. Analisa Curah Hujan dengan Distribusi log Normal

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

1. Analisa Parameter Statistik


Mengacu pada data dalam Tabel 2.4 akan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan beberapa
parameter statistik yang nantinya akan dipergunakan untuk analisa lebih lanjut dan juga untuk
dipergunakan dalam pengujian parameter statistik guna menentukan distribusi mana yang paling
sesuai untuk digunakan.
Parameter – parameter statistic yang akan dihitung antara lain nilai rata – rata (mean), standar
deviasi (Sx), koefisien variasi (Cv), koefisien skewness (Cs) dan koefisien Kurtosis (Ck).
a. Nilai Rata – rata ( Mean )
∑ni=1 LogX i 38.75233
̅=
LogX = = 1.93762
n 20
b. Standar Deviasi ( Sx )

̅)2
∑n (LogX i − LogX 0.73893
SLog X = √ i=1 =√ = 0.19721
n−1 20 − 1

7
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

c. Koefisien Variasi ( Cv )
SLog X 0.19721
Cv = LogX̅ = 1.93762 = 0.10178

d. Koefisien Skewness ( Cs )
n
n
 ( LogX i  LogX ) 3
(n  1)( n  2) i 1
Cs  3
 0.08129
S LogX

e. Koefisien Kurtosis ( CK )
n
n 2  ( LogX i  LogX ) 4
Ck  i 1
 3.62585
(n  1)( n  2)( n  3) S LogX
4

2. Analisa Curah Hujan


Berdasarkan nilai parameter statistik yang didapat dari Tabel 2.4 dan persamaan pada
distribusi log normal , maka dapat dihitung besar curah hujan dengan kala ulang 2,5,10 dan 20
tahun dengan KT masing-masing sebagai berikut:

a. Analisa Curah Hujan Untuk Kala Ulang 2 tahun


Berdasarkan Tabel Faktor Frekuensi ( KT ) pada lampiran 3 untuk kala ulang 2 tahun nilai
KT adalah 0, maka besarnya curah hujan pada kala ulang 2 tahun adalah:
Log XT = Log X + KT . Slog x
Log X2 = 1.93762 + ( 0 x 0.1972)
= 1.94 mm
Y2 = 86.62
Jadi, besarnya curah hujan pada kala ulang 2 tahun sebesar 86.62 mm

b. Analisa Curah Hujan Untuk Kala Ulang 5 tahun


Berdasarkan Tabel Faktor Frekuensi ( KT ) pada lampiran 3 untuk kala ulang 5 tahun nilai
KT adalah 0.84, maka besarnya curah hujan pada kala ulang 5 tahun adalah:
Log XT = Log X + KT . Slog x
Log X2 = 1.93762 + ( 0.84 x 0.1972)
= 2.10 mm
Y2 = 126.84
Jadi, besarnya curah hujan pada kala ulang 5 tahun sebesar 126.84 mm

c. Analisa Curah Hujan Untuk Kala Ulang 10 tahun


Berdasarkan Tabel Faktor Frekuensi ( KT ) pada lampiran 3 untuk kala ulang 10 tahun
nilai KT adalah 1.28, maka besarnya curah hujan pada kala ulang 10 tahun adalah:
8
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Log XT = Log X + KT . Slog x


Log X2 = 1.93762 + ( 1.28 x 0.1972)
= 2.19 mm
Y2 = 154.90
Jadi, besarnya curah hujan pada kala ulang 10 tahun sebesar 154.90 mm
d. Analisa Curah Hujan Untuk Kala Ulang 20 tahun
Berdasarkan Tabel Faktor Frekuensi ( KT ) pada lampiran 3 untuk kala ulang 20 tahun
nilai KT adalah 1.64, maka besarnya curah hujan pada kala ulang 20 tahun adalah:
Log XT = Log X + KT . Slog x
Log X2 = 1.93762 + ( 1.64 x 0.1972)
= 2.26 mm
Y2 = 182.41
Jadi, besarnya curah hujan pada kala ulang 20 tahun sebesar 182.41 mm

Tabel 2.5. Hasil Perhitungan Curah Hujan dengan Distribusi Log Normal Untuk Beberapa Kala
Ulang

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

2.2.3 Analisa Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Pearson Tipe III
Untuk analisa curah hujan rencana dengan distribusi Log Pearson Tipe III dipakai
persamaan :
LogX T  Log X  G.SLogX
X T  Log 1 (Log X  G.SLogX )

Dimana :
XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi pada periode ulang T tahun.
LogX = nilai rata – rata logaritmik hitung.
SLogX = standar deviasi nilai logaritmik.
G = faktor frekuensi.

9
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Untuk analisa curah hujan rencana dengan distribusi Log Pearson Tipe III, sama
seperti pada analisa curah hujan dengan distribusi Normal dan Log Normal, juga akan
mempergunakan tabel bantu perhitungan seperti terlihat pada Tabel 2.6

Tabel 2.6 Analisa Curah Hujan dengan Distribusi Log Pearson Tipe III

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

1. Analisa Parameter Statistik


Mengacu pada data dalam Tabel 2.6 akan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan
beberapa parameter statistik yang nantinya akan dipergunakan untuk analisa lebih lanjut
dan juga untuk dipergunakan dalam pengujian parameter statistik guna menentukan
distribusi mana yang paling sesuai untuk digunakan.
Parameter – parameter statistic yang akan dihitung antara lain nilai rata – rata (mean),
standar deviasi (Sx), koefisien variasi (Cv), koefisien skewness (Cs) dan koefisien Kurtosis
(Ck).
f. Nilai Rata – rata ( Mean )
∑ni=1 LogXi 38.75233
̅=
LogX = = 1.93762
n 20

10
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

g. Standar Deviasi ( Sx )

̅) 2
∑n (LogX i − LogX 0.73893
SLog X = √ i=1 =√ = 0.19721
n−1 20 − 1

h. Koefisien Variasi ( Cv )
SLog X 0.19721
Cv = ̅
= 1.93762 = 0.10178
LogX

i. Koefisien Skewness ( Cs )
n
n

(n  1)( n  2) i 1
( LogX i  LogX ) 3
Cs  3
 0.08129
S LogX
j. Koefisien Kurtosis ( CK )
n
n 2  ( LogX i  LogX ) 4
Ck  i 1
 3.62585
(n  1)( n  2)( n  3) S LogX
4

2. Analisa Curah Hujan


Seperti pada analisa hujan rencana dengan dua metode terdahulu, untuk analisa curah
hujan dengan distribusi Log Pearson Tipe III hanya akan diperlihatkan contoh analisa
curah hujan untuk kala ulang 2,5,10 dan 20 tahun. Dengan terlebih dahulu melakukan
interpolasi untuk menentukan nilai G pada masing-masing kala ulang.
a. Analisa Curah Hujan Untuk Kala Ulang 2 tahun
Berdasarkan table 2.6 diperoleh nilai Cs = -0.08129. Merujuk pada lampiran 4
(Tabel Distribusi Log Pearson Tipe III untuk Koefisien Kemencengan Cs), untuk
kala ulang 2 tahun, maka dengan interpolasi diperoleh nilai G sebagai berikut :
(−0.08129)−(−0.2)
G= x (0.033 - 0.00) + 0.00 = 0.01780
(0.0−(−0.2))

sehingga besarnya curah hujan untuk kala ulang 2 tahun adalah :


LogX T  X  (G.S x )
LogX T  1.93762  (0.01780 x0.19721)
LogX T  1.94113
X T  87.32 mm
Jadi, besarnya curah hujan untuk kala ulang 2 tahun sebesar 87.32 mm
b. Analisa Curah Hujan Untuk Kala Ulang 5 tahun
Berdasarkan table 2.6 diperoleh nilai Cs = -0.08129. Merujuk pada lampiran 4
(Tabel Distribusi Log Pearson Tipe III untuk Koefisien Kemencengan Cs), untuk
kala ulang 5 tahun, maka dengan interpolasi diperoleh nilai G sebagai berikut :

11
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

(−0.08129)−(−0.2)
G= x (0.850 - 0.842) + 0.842 = 0.84674
(0.0−(−0.2))

sehingga besarnya curah hujan untuk kala ulang 5 tahun adalah :


LogX T  X  (G.S x )
LogX T  1.93762  (0.84674 x0.19721)
Jadi, besarnya curah hujan untuk
LogX T  2.089
X T  122.75 mm
Jadi, besarnya curah hujan untuk kala ulang 5 tahun sebesar 122.75 mm
c. Analisa Curah Hujan Untuk Kala Ulang 10 tahun
Berdasarkan table 2.6 diperoleh nilai Cs = -0.08129. Merujuk pada lampiran 4
(Tabel Distribusi Log Pearson Tipe III untuk Koefisien Kemencengan Cs), untuk
kala ulang 10 tahun, maka dengan interpolasi diperoleh nilai G sebagai berikut :
(−0.08129)−(−0.2)
G= x (1.258 – 1.282) + 1.282 = 1.3157
(0.0−(−0.2))

sehingga besarnya curah hujan untuk kala ulang 2 tahun adalah :


LogX T  X  (G.S x )
LogX T  1.93762  (1.3157 x0.19721)
LogX T  2.197
X T  157.43 mm
Jadi, besarnya curah hujan untuk kala ulang 10 tahun sebesar 157.43 mm
d. Analisa Curah Hujan Untuk Kala Ulang 20 tahun
Untuk menentukan nilai G pada kala ulang 20 tahun, terlebih dahulu dilakukan
interpolasi untuk kala ulang 25 tahun sebagai berikut :
(−0.08129)−(−0.2)
G25 = (0.0−(−0.2))
x (1.680 – 1.751) + 1.751 = 1.7088

Selanjutnya dicari nilai G pada kala ulang 20 tahun dengan menginterpolasi nilai
G pada kala ulang 10 dan 25 tahun sebagai berikut :
(20−10)
G20 = (25−10) x (1.7088 -1.3157) + 1.3157 = 1.5777

sehingga besarnya curah hujan untuk kala ulang 20 tahun adalah :


LogX T  X  (G.S x )
LogX T  1.93762  (1.5777 x0.19721)
LogX T  2.249
X T  177.32 mm
Jadi, besarnya curah hujan untuk kala ulang 20 tahun sebesar 177.32 mm

12
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Tabel 2.7 Hasil Perhitungan Curah Hujan dengan Distribusi Log Pearson Tipe III Untuk
Beberapa Kala Ulang

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

2.2.4 Analisa Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Gumbel


Untuk analisa curah hujan rencana dengan distribusi Gumbel dipakai persamaan :
X T  X  K .S
(YT  Yn )
K
 Sn
 (Tr  1) 
YT   ln  ln
 Tr 

Dimana :
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi pada periode ulang T tahun.
X = Nilai rata – rata hitung
S = Standar deviasi
K = Faktor frekuensi
Sn,Yn = Fungsi dari besaran atau banyaknya data
YT = Reduksi sebagai fungsi dari probabalitas
n = Banyaknya data
Tr = Periode ulang
Untuk analisa curah hujan dengan distribusi Gumbel akan mempergunakan tabel bantu
seperti terlihat pada Tabel 2.8

13
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Tabel 2.8. Tabel Analisa Curah Hujan dengan Distribusi Gumbel

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

1. Analisa Parameter Statistik


Berpatokan pada data dalam Tabel 2.4., maka akan dilakukan perhitungan untuk
mendapatkan beberapa parameter statistic yang nantinya akan digunakan dalam analisa
lebih lanjut dan juga untuk digunakan dalam pengujian parameter statistik guna
menentukan distribusi mana yang paling sesuai untuk digunakan.
Parameter – parameter yang akan dihitung antara lain nilai rata – rata (mean), standar
deviasi (Sx), koefisien variasi (Cv), koefisien skewness (Cs) dan koefisien Kurtosis (Ck).
a. Nilai Rata – rata ( Mean )
n

X
i 1
i
1908
X    95.400
n 20
b. Standar Deviasi ( Sx )
n

 (X
i 1
i  X )2
36524.80
Sx    43.845
n 1 20  1
c. Koefisien Variasi ( Cv )
Sx 43.845
Cs    0.460
X 1409970.96

d. Koefisien Skewness ( Cs )
14
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

n
n

(n  1)( n  2) i 1
(X i  X )3
Cv   0.3793
S3

e. Koefisien Kurtosis ( CK )
n
n2  (X i  X )4
i 1
Ck   3.830
(n  1)( n  2)( n  3) S 4

2. Analisa Curah Hujan


Untuk analisa curah hujan hanya akan diperlihatkan contoh analisa curah hujan untuk
kala ulang 2,5,10 dan 20 tahun.
a. Analisa Curah Hujan Untuk Kala Ulang 2 tahun
Berdasarkan Lampiran 4 (Tabel Hubungan Sn, Yn dengan n), dengan n = 20
diperoleh besarnya nilai S20 = 1.0628 dan Y20 = 0.5236. Dan dari Lampiran 5 (Tabel
Hubungan Tr dengan YTr) diperoleh besarnya nilai Y2 tahun = 0.3665, Sehingga
besarnya nilai faktor frekuensi (K) adalah :
YT  S n
K
Yn
(0.3665  0.5236)
K
1.0628
K  0.148

Besarnya curah hujan harian maksimum untuk kala ulang 2 tahun adalah :

X 2  X  ( K .S x )
X 2  95.400  (0.148 x 43.845)
X 2  88.92mm

Jadi, besarnya curah hujan untuk kala ulang 2 tahun sebesar 88.92 mm
b. Analisa Curah Hujan Untuk Kala Ulang 5 tahun
Berdasarkan Lampiran 5 (Tabel Hubungan Sn, Yn dengan n), dengan n = 20
diperoleh besarnya nilai S20 = 1.0628 dan Y20 = 0.5236. Dan dari Lampiran 4 (Tabel
Hubungan Tr dengan YTr) diperoleh besarnya nilai Y5 tahun = 1.4999, Sehingga
besarnya nilai faktor frekuensi (K) adalah :
YT  S n
K
Yn
(1.4999  0.5236)
K
1.0628
K  0.919

15
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Besarnya curah hujan harian maksimum untuk kala ulang 5 tahun adalah :

X 2  X  ( K .S x )
X 2  95.400  (0.919 x 43.845)
X 2  135.68mm

Jadi, besarnya curah hujan untuk kala ulang 5 tahun sebesar 135.68 mm
c. Analisa Curah Hujan Untuk Kala Ulang 10 tahun
Berdasarkan Lampiran 5 (Tabel Hubungan Sn, Yn dengan n), dengan n = 20
diperoleh besarnya nilai S20 = 1.0628 dan Y20 = 0.5236. Dan dari Lampiran 4 (Tabel
Hubungan Tr dengan YTr) diperoleh besarnya nilai Y10 tahun = 2.2504, Sehingga
besarnya nilai faktor frekuensi (K) adalah :
YT  S n
K
Yn
(2.2504  0.5236)
K
1.0628
K  1.625

Besarnya curah hujan harian maksimum untuk kala ulang 10 tahun adalah :

X 2  X  ( K .S x )
X 2  95.400  (1.625 x 43.845)
X 2  166.64mm

Jadi, besarnya curah hujan untuk kala ulang 10 tahun sebesar 166.64 mm
d. Analisa Curah Hujan Untuk Kala Ulang 20 tahun
Berdasarkan Lampiran 5 (Tabel Hubungan Sn, Yn dengan n), dengan n = 20
diperoleh besarnya nilai S20 = 1.0628 dan Y20 = 0.5236. Dan dari Lampiran 4 (Tabel
Hubungan Tr dengan YTr) diperoleh besarnya nilai Y20 tahun = 2.9702, Sehingga
besarnya nilai faktor frekuensi (K) adalah :

YT  S n
K
Yn
(2.9702  0.5236)
K
1.0628
K  2.302
Besarnya curah hujan harian maksimum untuk kala ulang 20 tahun adalah :

X 2  X  ( K .S x )
X 2  95.400  (2.302 x 43.845)
X 2  196.33mm

Jadi, besarnya curah hujan untuk kala ulang 20 tahun sebesar 196.33 mm

16
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Tabel 2.9 Hasil Perhitungan Curah Hujan dengan Distribusi Gumbel Untuk Beberapa Kala
Ulang

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

2.2.5 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Curah Hujan Rencana Untuk Setiap Distribusi
per Kala Ulang
Berdasarkan hasil – hasil perhitungan curah hujan rencana untuk setiap kala ulang
dengan memakai distribusi - distribusi yang ada, hasil perhitungan curah hujan rencana
untuk setiap distribusi direkapitulasi ulang dalam Tabel 2.10

Tabel 2.10. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Curah Hujan Untuk Setiap Distribusi per Kala
Ulang

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

2.3 Uji Persyaratan


Untuk menguji kecocokan distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi peluang
distribusi yang diperkirakan, yakni untuk mengetahui apakah persamaan distribusi yang
digunakan dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis atau tidak, maka
perlu diadakan pengujian parameter. Pengujian parameter yang akan dilakukan adalah Uji
Chi-Kuadrat dan Uji Smirnov-Kolmogorov. Namun sebelum diadakan uji kecocokan,
terlebih dahulu akan diadakan pengujian parameter statistik untuk memilih data hasil
perhitungan yang paling mendekati data valid.
2.3.1 Uji Persyaratan Statistik
Untuk uji persyaratan statistic dari distribusi – distribusi yang ada akan ditampilkan
dalam bentuk tabel dalam Tabel 2.11 berikut :

17
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Tabel 2.11. Uji Persyaratan Statistik

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

Berdasarkan data pada Tabel 2.11. dapat dilihat bahwa distribusi Normal, Log Normal
dan Gumbel tidak memenuhi persyaratan statistic yang disyaratkan untuk menjamin
validitas data, sehingga dari persyaratan yang ada, jika distribusi – distribusi yang lain
tidak memenuhi syarat maka akan dipakai distribusi Log Pearson Tipe III.
Jadi, untuk analisa selanjutnya akan dipakai hasil perhitungan curah hujan harian
maksimum yang didapat dari perhitungan dengan menggunakan Distribusi Log Pearson
Tipe III.

2.3.2 Uji Kecocokan


Dari hasil pengujian statistic terdahulu diperoleh data hasil perhitungan yang
memenuhi persyaratan statistic adalah data curah hujan hasil perhitungan dengan
distribusi Log Pearson Tipe III. Untuk itu data perhitungan dengan Distribusi Log Pearson
Tipe III akan diuji kecocokannya, untuk mengetahui apakah persamaan distribusi Log
Pearson Tipe III dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis atau tidak.
Pengujiannya meliputi : (1). Uji Chi-Kuadrat dan (2). Uji Smirnov Kolmogorov.
a. Uji Chi – Kuadrat
Pada uji Chi – Kuadrat dipakai Interpretasi terhadap hasil uji sebagai berikut :
 Apabila peluang lebih dari 5%, maka persamaan distribusi yang digunakan
dapat diterima,
 Apabila peluang kurang dari 1%, maka persamaan distribusi yang digunakan
kemungkinan kecil diterima,
 Apabila peluang berada diantara 1% – 5%, maka tidak mungkin mengambil
keputusan.

18
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Mengacu pada data Tabel 2.6. (Tabel Analisa Curah Hujan rencana dengan
Distribusi Log Person Tipe III), diperoleh data- data sebagai berikut :
 Jumlah data (n) = 20 buah data
 Jumlah kelas (k)
k  1  3.322 Logn
k  1  3.322 Log 20
k  5.189
k 5
 Jangkauan ( Range )
(Qmaks  Qmin)
Range 
Jumlah Kelas
(202  30)
Range 
5
Range  34.4

 Frekuensi Harapan ( EF )
n
EF 
k
20
EF 
5
EF  4
Perhitungan - perhitungan untuk uji Chi-Kuadrat, selanjutnya akan ditampilkan
dalam bentuk tabel seperti terlihat pada Tabel 2.12
Tabel 2.12. Perhitungan untuk Uji Chi-Kuadrat

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

Berdasarkan tabel 2.12. diperoleh data :


X2 hitung = 18/ 20 = 0.9
Dengan derajat kebebasan (dk) = jumlah kelas – 1
= 5–1
= 4

19
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Berdasarkan nilai pada Lampiran 6 (Tabel Nilai Kritis Untuk Distribusi Chi-
Square), dengan dk = 4 dan derajat signifikan 5% (0.05) diperoleh Chi-Square tabel
(5%) = 9.488
Mengacu pada hasil yang diperoleh pada Tabel 2.12 karena Chi-Square hitung <
Chi-Square tabel (5%) yang berarti bahwa peluang distribusi yang dipilih untuk dapat
mewakili distribusi statistik sampel lebih besar dari 5% maka Distribusi Log Pearson
Tipe III “dapat diterima”.
b. Uji Smirnov – Kolmogorov
Metode Kolmogorov-Smirnov tidak jauh beda dengan metode Lilliefors. Langkah-
langkah penyelesaian dan penggunaan rumus sama, namun pada signifikansi yang
berbeda. Signifikansi metode Kolmogorov-Smirnov menggunakan tabel pembanding
Kolmogorov-Smirnov, sedangkan metode Lilliefors menggunakan tabel pembanding
metode Lilliefors. Untuk pengujian kecocokan dengan metode Smirnov-Kolmogorov
perhitungannya ditabelkan dalam Tabel 2.13.
Tabel 2.13. Tabel Uji Smirnov – Kolmogorov

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

20
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Dimana :
Log X - Log X
Nilai K
Sx
Nilai Pr = (Hasil Interpolasi mengacu pada nilai K berdasarkan Lampiran 2 ( Tabel
Distribusi Log Pearson Tipe III untuk Koefisien Kemencengan Cs)
 Pr 
Nilai Px  1 -  
 100 
no urut
Nilai Sn 
(Jumlah data - 1)

Berdasarkan data dalam Tabel 2.13. di atas, diperoleh nilai ∆ maks hitung = 0.1236.
Berdasarkan Lampiran 7 ( Tabel Nilai Kritis ∆cr untuk Uji Smirnov – Kolmogorov ) didapat
nilai ∆cr untuk N = 20 dan derajat kepercayaan ά ( 5% ) sebesar 0.2940.
Karena ∆Maks Tabel< ∆Cr(5%) yang berarti bahwa peluang distribusi yang dipilih dapat
mewakili distribusi statistik sampel lebih besar dari 5% maka Distribusi Log Pearson Tipe
III dapat diterima.

2.4 Lengkung IDF ( Intensity – Duration – Frequency Curve )


Untuk dapat membuat lengkung IDF terlebih dahulu harus dihitung intensitas hujan
jam – jamannya. Ada beberapa persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung
intensitas hujan antara lain Rumus Talbot, Rumus Ishiguro, Rumus Sherman dan Rumus
Mononobe. Ketiga rumus yang disebutkan terlebih dahulu digunakan apabila data hujan
jangka pendek tersedia, sedangkan rumus Mononobe digunakan jika yang tersedia hanyalah
data hujan harian.
Mengacu pada Tabel 2.7 (Tabel hasil analisis curah hujan rencana distribusi Log
Pearson Tipe III) di atas akan dihitung intensitas hujan jam – jaman untuk beberapa durasi
dan kala ulang. Karena data curah hujan jangka pendek tidak tersedia dan yang tersedia
hanyalah data curah hujan harian, maka analisa intensitas hujan dilakukan dengan memakai
persamaan Mononobe. Rumus Mononobe :
2/3
R24  24 
I  
24  t 

Dimana : R24 = tebal hujan maksimum harian (mm)


t = lama hujan (jam)

21
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Contoh Perhitungan Intensitas Curah Hujan dengan Rumus Mononobe


Berikut ditampilkan contoh perhitungan intensitas hujan dengan memakai Rumus
Mononobe untuk kala ulang 5 tahun dengan durasi 5 menit.
Diketahui :
Curah hujan rencana untuk kala ulang 5 tahun dari hasil analisa dengan distribusi Log Pearson
Tipe III sebesar 127.23 mm. Sehingga besarnya intensitas hujan untuk durasi 5 menit sebesar
:
2/3
R 24  24 
I  
24  t 
2/3

 127.23  24 
I
24  5  
 60 
I  231.198 mm/jam
Jadi, intensitas hujan untuk kala ulang 5 tahun dengan durasi 5 menit sebesar 231.198
mm/jam

Hasil perhitungan intensitas hujan dengan Rumus Mononobe untuk kala ulang dan
durasi lainnya ditampilkan dalam Tabel 2.13. berikut.
Tabel 2.14. Perhitungan Intensitas Hujan dengan Rumus Mononobe

Sumber : Hasil tungan, 2018

Berdasarkan data pada Tabel 2.14, dibuat lengkung Intensitas – Durasi – Frekuensi
seperti terlihat pada Gambar 2.1.

22
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Kurva Intensitas - Durasi - Frekuensi


600
550
500
450
Intensitas (mm/jam)

400
350
300
250
200
150
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Durasi (menit)

kala ulang 2 tahun kala ulang 5 tahun kala ulang 10 tahun kala ulang 20 tahun

Grafik 2.1 Hubungan Intensitas, Durasi dan Frekuensi

Berdasarkan Grafik 2.1 Hubungan Intensitas, Durasi dan Frekuensi, dapat dilihat bahwa
intensitas hujan berbanding terbalik dengan durasi dan berbanding lurus dengan frekuensi (
kala ulang ). Pada hubungan antara intensitas hujan dan durasinya, semakin lama durasi hujan
maka semakin kecil intensitas hujannya, begitu pun sebaliknya. Sedangkan hubungan antara
intensitas hujan dan frekuensi, semakin besar frekuensi (kala ulang ) semakin besar pula
intensitasnya, begitupun sebaliknya.

2.5 Perhitungan Debit Banjir dengan Metode Rasional

Salah satu cara untuk menentukan debit rencana adalah dengan menggunakan metode
rasional. Metode ini sangat sederhana dan mudah dalam penggunaannya, namun terbatas
hanya untuk DAS-DAS dengan ukuran kecil ( A < 500 ha ).
Persamaan dasar metode rasional adalah
Q = C. I. A.
Dimana :
Q = Debit puncak banjir pada periodeulang T tahun ( m3/detik)
C = Koefisien pengaliran
I =Intensitas hujan ( mm/detik )

23
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

A = Luas DAS ( jika A dalam ha, maka persamaan tersebut dikalidengan 0.00278 dan jika A
dalam km, maka dikali dengan 0.278 )
Metode rasional ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa :
 Curah hujan terjadi secara serantak dan seragam menurut waktu.
 Curah hujan terjadi tersebar seragam menurut ruang.
 Lamanya hujan setidaknya sama dengan waktu konsentrasi ( tc ).

a. Koefisien Pengaliran ( C )
Koefisien pengaliran mencerminkan keadaan permukaan DAS apakah ada tanaman yang
dapat menyerap air kedalam tanah. Faktor yang mempengaruhi nilai C adalah laju infilterasi
tanah, kemiringan lahan, presentasi lahan kedap air, intensitas hujan, sifat dan kondisi tanah
serta air tanah.
Berdasarkan koefisien C yang bergantung pada jenis muka tanah atau tata guna lahan.
Pada kenyataan suatu DAS terdiri dari berbagai penggunaan lahan dengan koefisien
pengaliran yang berbeda. Untuk kondisi demikian penentuan nilai C dilakukan dengan
memakai rumus :
𝐴1𝐶1 + 𝐴2𝐶2 + 𝐴3𝐶3 + ..... + 𝐴𝑛𝐶𝑛
Cw =
𝛴𝐴
Dimana :
Cw = Koefisien pengaliran gabungan
A1, A2, A3, . . , An = Bagian luas DAS sebanyak n dengan tata guna lahan yang berbeda.
Dalam perencanaan ini, nilai koefisien pengaliran tidak dihitung akan tetapi akan digunakan
koefisien pengaliran yang telah diketahui sebesar 0.50 (Lampiran 9) .

b. Pola Aliran dan Luas Layanan


Pola aliran yang direncanakan mengacu pada kontur wilayah tinjauan. Pada dasarnya,
pola aliran dapat menjadi acuan dalam menentukan pembagian daerah tangkap air (DTA)
sesuai dengan jaringan pembuangan dari saluran drainase. Pola aliran dan pembagian daerah
tangkap air (DTA) pada daerah tinjauan ditampilkan pada Gambar 2.2.

24
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Gambar 2.2. Pola aliran dan pembagian daerah tangkap air (DTA) pada daerah tinjauan

25
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Tabel 2.15 Luasan Daerah Tangkap Air (DTA) per Blok


Luas
No. Luas DTA
Blok total
Ruas (km2)
(km2)
A1 0.035
A2 0.032
A 0.127
A3 0.031
A4 0.028
B1 0.034
B2 0.029
B 0.119
B3 0.030
B4 0.025
C1 0.031
C2 0.029
C 0.118
C3 0.030
C4 0.028
D1 0.026
D2 0.023
D 0.094
D3 0.024
D4 0.021
E1 0.022
E2 0.020
E 0.083
E3 0.021
E4 0.019
F1 0.023
F2 0.021
F 0.087
F3 0.022
F4 0.021
G1 0.020
G2 0.018
G 0.071
G3 0.018
G4 0.016
H1 0.018
H2 0.018
H 0.071
H3 0.018
H4 0.017
I1 0.019
I2 0.019
I 0.076
I3 0.020
I4 0.019
J1 0.008
J2 0.008
J 0.031
J3 0.008
J4 0.008
K K1 0.004 0.028

26
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

K2 0.008
K3 0.008
K4 0.008
L1 0.010
L2 0.008
L 0.032
L3 0.006
L4 0.008
Total Luasan DTA 0.937
Sumber: hasil perhitungan 2018
c. Waktu konsentrasi (tc)
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan yang jatuh untuk
mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat pengamatan (tempat keluaran DAS atau titik
kontrol). Setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi. Persamaan
kripich untuk menentukan waktu konsentrasi:
0,87 𝑙2
tc = 0,945( )
1000.𝑆
Dimana :
Tc = waktu konsentrasi (jam)
L = panjang saluran utama dan hulu sampai ke titik pengamatan (km)
S = kemiringan rata-rata saluran (mm)

Waktu konsentrasi dapat ditentukan dengan menjumlahkan waktu yang diperlukan


oleh air untuk mengalir dipermukaan lahan sampai saluran terdekat (to) dan waktu
perjalanan dari pertama masuk ke saluran sampai ke titik keluaran (tc) sehingga

tc= to + td ........................................... (2.9)


dengan
2 𝑛 0,167
to =( 𝑥 3,28 𝑥 𝐿 𝑥 1 ) .................. (2.10)
3
𝑠2
Ls
dan td =
60V
............................................. (2.11)
Dimana:
L = panjang lintasan aliran diatas tanah (m)
n = koefisien kekasaran Meanning (Lampiran 11)
s = kemiringan lahan
Ls = panjang lintasan aliran di dalam saluran (m)
V = kecepatan aliran dalam saluran (m/detik) (Lampiran 9 - 10).

27
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Untuk Perhitungan waktu konsentrasi setiap saluran drainase hanya akan diperlihatkan
contoh perhitungan untuk saluran A1. Hasil perhitungan lainnya ditampilkan dalam Tabel
2.16.
Contoh perhitungan waktu konsentrasi (tc)
Diketahui berdasarkan hasil pengukuran pada topografi di dapat hasil bahwa panjang
saluran A-1 adalah 204 m. Dalam perencanaan ini direncanakan akan dibuat saluran dari
pasang beton sehingga nilai koefisien Manning yang telah diketahui adalah 0,016
(Lampiran 11). Jarak limpasan air dari titik terjauh pada daerah yang dilayani saluran A-1
sampai ke saluran A-1 sejauh 345 m. Kemiringan DAS (s) = 0.938 %.Kecepatan aliran
dalam saluran (V) = 1,5 m/detik (Lampiran 9).

Lamanya waktu konsentrasi (tc)


2 0.016
to = ( x 3.28 x 204 x 1 )0,167= 1.40 menit
3
(0.938 )2
204
td = = 2.26 menit
60 𝑥 1.5
sehingga, tc = to + td
= 1.40 menit + 2.26 menit
= 3.67 menit
Hasil perhitungan untuk saluran-saluran lainnya dapat dilihat dalam Tabel 2.16

28
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Tabel 2.16 Waktu Konsentrasi (tc) Setiap Saluran

Panjang Saluran Kecepatan Aliran Jarak Limpasan Kemiringan DTA Koefisien


Blok No. Ruas
(m) (m/s) td (menit) (m) (%) Manning t0 (menit) tc (menit)
A1 204 1.50 2.27 345 0.938 0.016 1.40 3.66
A2 658 1.50 7.31 103 0.938 0.016 1.70 9.01
A
A3 651 1.50 7.23 102 0.938 0.016 1.69 8.93
A4 183 1.50 2.03 309 0.938 0.016 1.37 3.40
B1 196 1.50 2.18 351 1.063 0.016 1.37 3.55
B2 649 1.50 7.21 91 1.063 0.016 1.68 8.89
B
B3 655 1.50 7.28 92 1.063 0.016 1.68 8.96
B4 168 1.50 1.87 301 1.063 0.016 1.34 3.20
C1 190 1.50 2.11 333 1.092 0.016 1.36 3.47
C2 645 1.50 7.17 312 1.092 0.016 1.67 8.84
C
C3 649 1.50 7.21 93 1.092 0.016 1.67 8.88
C4 178 1.50 1.98 94 1.092 0.016 1.35 3.33
D1 185 1.50 2.06 279 1.322 0.016 1.33 3.39
D2 525 1.50 5.83 89 1.322 0.016 1.59 7.42
D
D3 540 1.50 6.00 89 1.322 0.016 1.60 7.60
D4 168 1.50 1.87 252 1.322 0.016 1.31 3.18
E1 166 1.50 1.84 273 1.390 0.016 1.31 3.15
E2 520 1.50 5.78 86 1.390 0.016 1.58 7.36
E
E3 527 1.50 5.86 87 1.390 0.016 1.58 7.44
E4 156 1.50 1.73 248 1.390 0.016 1.29 3.02
F1 173 1.50 1.92 266 1.385 0.016 1.31 3.24
F2 517 1.50 5.74 83 1.385 0.016 1.58 7.32
F
F3 522 1.50 5.80 89 1.385 0.016 1.58 7.38
F4 166 1.50 1.84 252 1.385 0.016 1.31 3.15
G1 165 1.50 1.83 251 1.197 0.016 1.32 3.15
G2 466 1.50 5.18 86 1.197 0.016 1.57 6.75
G
G3 465 1.50 5.17 85 1.197 0.016 1.57 6.74
G4 146 1.50 1.62 218 1.197 0.016 1.29 2.92
H1 157 1.50 1.74 241 1.247 0.016 1.30 3.05
H2 463 1.50 5.14 78 1.247 0.016 1.56 6.71
H
H3 466 1.50 5.18 77 1.247 0.016 1.56 6.74
H4 151 1.50 1.68 225 1.247 0.016 1.30 2.97
I1 169 1.50 1.88 232 1.0458 0.016 1.34 3.22
I2 451 1.50 5.01 84 1.0458 0.016 1.58 6.59
I
I3 463 1.50 5.14 86 1.0458 0.016 1.59 6.73
I4 169 1.50 1.88 222 1.0458 0.016 1.34 3.22
J1 146 1.50 1.62 113 1.0879 0.016 1.30 2.93
J2 221 1.50 2.46 74 1.0879 0.016 1.40 3.85
J
J3 215 1.50 2.39 71 1.0879 0.016 1.39 3.78
J4 145 1.50 1.61 109 1.0879 0.016 1.30 2.91
K1 155 1.50 1.72 112 1.0288 0.016 1.32 3.05
K2 223 1.50 2.48 74 1.0288 0.016 1.41 3.88
K
K3 225 1.50 2.50 74 1.0288 0.016 1.41 3.91
K4 149 1.50 1.66 110 1.0288 0.016 1.31 2.97
L1 166 1.50 1.84 137 0.8621 0.016 1.36 3.20
L2 237 1.50 2.63 80 0.8621 0.016 1.44 4.07
L
L3 224 1.50 2.49 70 0.8621 0.016 1.43 3.92
L4 129 1.50 1.43 1 0.8621 0.016 1.30 2.74

Sumber: hasil perhitungan 2018

Dalam perencanaan saluran drainase, waktu konsentrasi (tc) yang digunakan adalah
waktu konsentrasi desain (tcdesain) yaitu waktu konsentrasi yang dihitung berdasarkan
jaringan alir yang menuju dan melewati suatu saluran tertentu.
Untuk Perhitungan waktu konsentrasi desain (tcdesain) setiap saluran drainase hanya
akan diperlihatkan contoh perhitungan untuk saluran A4. Hasil perhitungan lainnya
ditampilkan dalam Tabel 2.17.
Contoh perhitungan waktu konsentrasi desain (tcdesain)
Berdasarkan pola aliran pada gambar 2.1, dapat diketahui bahwa saluran A2
mendapatkan air dari aliran pada saluran A1, hal ini berarti waktu konsentrasi desain
(tcdesain) pada saluran A2 juga mendapatkan tambahan dari lamanya aliran air pada saluran

29
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

A1 yang menuju saluran A2. Sehingga (tcdesain) pada saluran A2 dapat dihitung dengan
persamaan :
tcdesainA2= td + tc A1
= 7.31 menit + 3.66 menit
= 10.97 menit
= 0.18 jam
Jadi, nilai waktu konsentrasi desain (tcdesain) pada saluran A2 adalah 0.18 jam
Hasil perhitungan untuk saluran-saluran lainnya dapat dilihat dalam Tabel 2.17
Tabel 2.17 Waktu Konsentrasi Desain (tcdesain) Setiap Saluran

30
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

tc desain tc desain tc desain terpakai


Blok No. Ruas t0 (menit) td (menit) Jaringan Alir
tc (menit) (menit) (jam) (jam)
A1 1.40 2.27 3.66 t0 + td 3.66 0.06 0.06
A2 1.70 7.31 9.01 td + tcA1 10.97 0.18 0.18
A
A3 1.69 7.23 8.93 t0 + td 8.93 0.15 0.15
A4 1.37 2.03 3.40 t0 + td 3.40 0.06 0.06
B1 1.37 2.18 3.55 t0 + td 3.55 0.06 0.06
B2 1.68 7.21 8.89 td + tcB1 10.76 0.18 0.18
t0 + td 8.96 0.15
B
B3 1.68 7.28 8.96 td + tcA1 10.94 0.18 19.61
td + tcA3 + tcA4 19.61 0.33
B4 1.34 1.87 3.20 td + tcB3 10.82 0.18 0.18
C1 1.36 2.11 3.47 t0 + td 3.47 0.06 0.06
C2 1.67 7.17 8.84 td + TcC1 10.64 0.18 0.18
C3 1.67 7.21 8.88 t0 + td 8.88 0.15 0.15
C t0 + td 3.33 0.06
td + A1 + B1 +B2 18.08 0.30
C4 1.35 1.98 3.33 0.33
td + A3 + A4 +B4 17.51 0.29
td + A2 + B2 19.87 0.33
D1 1.33 2.06 3.39 t0 + td 3.39 0.06 0.06
D2 1.59 5.83 7.42 td + TcD1 9.22 0.15 0.15
D
D3 1.60 6.00 7.60 td + tcA3 14.93 0.25 0.25
D4 1.31 1.87 3.18 t0 + td 3.18 0.05 0.05
E1 1.31 1.84 3.15 t0 + td 3.15 0.05 0.05
E2 1.58 5.78 7.36 td + tcE1 8.93 0.15 0.15
t0 + td 7.44 0.12
E 1.58 5.86 7.44 0.15
E3 td + tcD1 9.25 0.15
td + tcD4 4.91 0.08
E4 1.29 1.73 3.02 0.36
td + tcD4 + tcD3 + tcA3 21.44 0.36
F1 1.31 1.92 3.24 t0 + td 3.24 0.05 0.05
F2 1.58 5.74 7.32 td + tcF1 8.98 0.15 0.15
F3 1.58 5.80 7.38 t0 + td 7.38 0.12 0.12
F4 t0 + td 3.15 0.05
td + tcD1 + tcE1 + tcE2 15.74 0.26
F4 1.31 1.84 3.15 0.26
td + tcD3 + tcD4 + tcE4 15.65 0.26
td + tcD2 + tcE4 12.29 0.20
G1 1.32 1.83 3.15 t0 + td 3.15 0.05 0.05
G2 1.57 5.18 6.75 td + tcG1 8.33 0.14 0.14
G
G3 1.57 5.17 6.74 t0 + td 6.74 0.11 0.11
G4 1.29 1.62 2.92 t0 + td 2.92 0.05 0.05
H1 1.30 1.74 3.05 t0 + td 3.05 0.05 0.05
H2 1.56 5.14 6.71 td + tcH1 8.19 0.14 0.14
t0 + td 6.74 0.11
H H3 1.56 5.18 6.74 0.14
td + tcG1 8.33 0.14
t0 + td 2.97 0.05
H4 1.30 1.68 2.97 0.14
td + tcH3 8.42 0.14
I1 1.34 1.88 3.22 t0 + td 3.22 0.05 0.05
I2 1.58 5.01 6.59 td + tcI1 8.23 0.14 0.14
I3 1.59 5.14 6.73 t0 + td 6.73 0.11 0.11
I t0 + td 3.22 0.05
td + tcG1 + tcH1 + tcH2 14.79 0.25
I4 1.34 1.88 3.22 0.25
td + tcG3 + tcG4 + tcH4 14.50 0.24
td + tcG2 + tcH4 11.60 0.19
J1 1.30 1.62 2.93 t0 + td 2.93 0.05 0.05
J2 1.40 2.46 3.85 td + tcJ1 5.38 0.09 0.09
J
J3 1.39 2.39 3.78 t0 + td 3.78 0.06 0.06
J4 1.30 1.61 2.91 t0 + td 2.91 0.05 0.05
K1 1.32 1.72 3.05 t0 + td 3.05 0.05 0.05
K2 1.41 2.48 3.88 td + tcK1 5.52 0.09 0.09
K t0 + td 3.91 0.07
1.41 2.50 3.91 0.09
K3 td + tcJ1 5.43 0.09
K4 1.31 1.66 2.97 td + tcK3 5.56 0.09 0.09
L1 1.36 1.84 3.20 t0 + td 3.20 0.05 0.05
L2 1.44 2.63 4.07 td + tcL1 5.84 0.10 0.10
L3 1.43 2.49 3.92 t0 + td 3.92 0.07 0.07
L t0 + td 2.74 0.05
td + tcJ1 + tcK1 + tcK2 11.29 0.19
1.30 1.43 2.74 0.19
td + tcJ3 + tcJ4 + tcK4 11.10 0.18
L4 td + tcJ2 + tcK4 8.26 0.14

31
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Sumber: hasil perhitungan 2018


d. Intensitas hujan saluran
Sebelum dilakukan perhitungan intensitas hujan saluran, terlebih dahulu ditretapkan
kala ukang rencana untuk setiap saluran. Penetapan kala ulang rencana untuk setiap
saluran ditetapkan berdasarkan penting atau tidaknya wilayah yang akan dilayani saluran
drainase tersebut. Untuk lokasi yang direncanakan, kala ulang setiap saluran yang
digunakan adalah kala ulang 5 tahun.
Untuk intensitas hujan, perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan
Mononobe, yaitu
𝑅24 24 2
I= ( )3.......................................... (2.12)
24 𝑡
Dimana
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum untuk 24 jam (mm)
t = lamanya curah hujan (jam)
Nilai curah hujan maksimum untuk 24 jam (R24) yang dipakai dalam perhitungan
adalah nilai curah hujan rencana hasil analisa dengan memakai distribusi Log Pearson tipe
III sesuai dengan kala ulang 5 tahun yaitu 127.23 mm. Untuk Perhitungan intensitas hujan
setiap saluran hanya akan diperlihatkan contoh perhitungan untuk saluran A1. Hasil
perhitungan lainnya ditampilkan dalam Tabel 2.18.
Contoh perhitungan intensitas hujan saluran
Diketahui:
Saluran A-1 dengan kala ulang rencana 5 tahun sehingga besarnya nilai R24 adalah 127.23
mm.Waktu konsentrasi desain untuk saluran A-1 0.06 jam (tabel 2.16). Maka besar
intensitas hujannya adalah
127.23 24 2
I= ( )3
24 0.06
I = 287.79 mm/detik
Jadi besarnya intensitas hujan untuk saluran A-1 adalah 287.79 mm/detik. Hasil
perhitungan untuk saluran-saluran lainnya dapat dilihat dalam Tabel 2.18

32
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Tabel 2.18 Intensitas Hujan Setiap Saluran


tc desain terpakai R24 Intensitas
Blok No. Ruas
(jam) (mm) (mm/jam)
A1 0.06 127.23 284.51
A2 0.18 127.23 136.89
A
A3 0.15 127.23 157.08
A4 0.06 127.23 298.73
B1 0.06 127.23 290.49
B2 0.18 127.23 138.69
B
B3 0.33 127.23 92.37
B4 0.18 127.23 138.16
C1 0.06 127.23 294.76
C2 0.18 127.23 139.74
C
C3 0.15 127.23 157.61
C4 0.33 127.23 92.37
D1 0.06 127.23 299.56
D2 0.15 127.23 153.71
D
D3 0.25 127.23 111.50
D4 0.05 127.23 312.62
E1 0.05 127.23 314.62
E2 0.15 127.23 157.09
E
E3 0.15 127.23 156.24
E4 0.36 127.23 87.16
F1 0.05 127.23 308.94
F2 0.15 127.23 156.46
F
F3 0.12 127.23 178.33
F4 0.26 127.23 108.28
G1 0.05 127.23 314.36
G2 0.14 127.23 164.49
G
G3 0.11 127.23 189.53
G4 0.05 127.23 331.22
H1 0.05 127.23 321.49
H2 0.14 127.23 166.33
H
H3 0.14 127.23 163.59
H4 0.14 127.23 163.59
I1 0.05 127.23 310.13
I2 0.14 127.23 165.85
I
I3 0.11 127.23 189.63
I4 0.25 127.23 111.15
J1 0.05 127.23 330.44
J2 0.09 127.23 220.13
J
J3 0.06 127.23 278.60
J4 0.05 127.23 331.40
K1 0.05 127.23 321.76
K2 0.09 127.23 216.35
K
K3 0.09 127.23 219.63
K4 0.09 127.23 219.63
L1 0.05 127.23 311.13
L2 0.10 127.23 208.55
L
L3 0.07 127.23 272.06
L4 0.19 127.23 133.46
Sumber: hasil perhitungan 2018
33
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

e. Debit puncak banjir


Perhitungan debit puncak banjir dilakukan menggunakan metode rasional dengan
persamaan :

Q = C.I. A .......................................... (2.13)

Dimana :
Q = debit banjir puncak pada periode ulang T tahun (m3/detik)
C = koefisien pengaliran (Lampiran 8)
I = intensitas hujan ( mm/jam)
A = luasan DAS (jika A dalam ha maka persamaan tersebut dikali dengan 0,00278 dan
jika A dalam km2, maka dikali dengan 0,278)

Untuk Perhitungan debit banjir puncak setiap saluran hanya akan diperlihatkan contoh
perhitungan untuk saluran A1. Hasil perhitungan lainnya ditampilkan dalam Tabel 2.19.
Contoh perhitungan debit puncak banjir saluran
Diketahui:
Intensitas hujan saluran A1 sebesar 284.51 mm/jam dan luas daerah layanan saluran A-1
sebesar 0.035 km2. Koefisien pengaliran untuk daerah perumahan adalah 0.50 ( Lampiran
8) sehingga besarnya debit puncak banjir untuk saluran A-1 sebesar:
Karena luas daerah yang dilayani dalam km2, maka persamaan rasional untuk menghitung
debit banjir di ubah menjadi:
Q = 0,278.C.I.A
= 0.278 x 0.50 x 284.51 x 0.035
= 1.38 m3/detik
Jadi, besar debit puncak banjir untuk saluran A-1 adalah sebesar 1.39 m3/detk

34
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Tabel 2.19 Debit Puncak Banjir Untuk Setiap Saluran

Luas DTA Koefisien Intensitas


Blok No. Ruas Debit (m3/detik)
desain (km2) pengaliran (mm/jam)
A1 0.035 0.50 284.51 1.39
A2 0.032 0.50 136.89 0.61
A
A3 0.031 0.50 157.08 0.68
A4 0.028 0.50 298.73 1.18
B1 0.034 0.50 290.49 1.39
B2 0.029 0.50 138.69 0.56
B
B3 0.030 0.50 92.37 0.38
B4 0.025 0.50 138.16 0.49
C1 0.031 0.50 294.76 1.29
C2 0.029 0.50 139.74 0.56
C
C3 0.030 0.50 157.61 0.66
C4 0.028 0.50 92.37 0.36
D1 0.026 0.50 299.56 1.07
D2 0.023 0.50 153.71 0.48
D
D3 0.024 0.50 111.50 0.37
D4 0.021 0.50 312.62 0.92
E1 0.022 0.50 314.62 0.98
E2 0.020 0.50 157.09 0.45
E
E3 0.021 0.50 156.24 0.46
E4 0.019 0.50 87.16 0.24
F1 0.023 0.50 308.94 0.98
F2 0.021 0.50 156.46 0.47
F
F3 0.022 0.50 178.33 0.54
F4 0.021 0.50 108.28 0.31
G1 0.020 0.50 314.36 0.88
G2 0.018 0.50 164.49 0.41
G
G3 0.018 0.50 189.53 0.47
G4 0.016 0.50 331.22 0.72
H1 0.018 0.50 321.49 0.82
H2 0.018 0.50 166.33 0.41
H
H3 0.018 0.50 163.59 0.40
H4 0.017 0.50 163.59 0.39
I1 0.019 0.50 310.13 0.83
I2 0.019 0.50 165.85 0.43
I
I3 0.020 0.50 189.63 0.52
I4 0.019 0.50 111.15 0.29
J1 0.008 0.50 330.44 0.35
J2 0.008 0.50 220.13 0.24
J
J3 0.008 0.50 278.60 0.31
J4 0.008 0.50 331.40 0.35
K1 0.004 0.50 321.76 0.16
K2 0.008 0.50 216.35 0.24
K
K3 0.008 0.50 219.63 0.25
K4 0.008 0.50 219.63 0.24
L1 0.010 0.50 311.13 0.44
L2 0.008 0.50 208.55 0.23
L
L3 0.006 0.50 272.06 0.23
L4 0.008 0.50 133.46 0.15
35
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Sumber: hasil perhitungan 2018

2.6 Perhitungan debit rencana (QR) setiap saluran


Pada dasarnya, saluran drainase dipergunakan untuk membuang atau menyalurkan
limpasan air hujan dan air kotor buangan penduduk khususnya pada daerah perkotaan.

QR = QAH + QAK ............................................. (2.14)


Dimana :
QR = debit rencana (m3/detik)
QAH = debit air hujan (m3/detik)
QAK = debit air kotor (m3/detik)

Pada perencanaan saluran drainase kali ini, hanya akan diperhitungkan debit hasil
limpasan air hujan. Hal ini karena kecilnya nilai debit air kotor buangan penduduk
sehingga diasumsikan sama dengan nol.
QR = QAH
Hasil perhitunga ndebit rencana ditampilkan dalam Tabel 2.20

36
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Tabel 2.20 Debit Rencana Untuk Setiap Saluran


Luas DTA desain
Blok No. Ruas Debit (m3/detik)
(km2)
A1 0.035 1.39
A2 0.032 0.61
A
A3 0.031 0.68
A4 0.028 1.18
B1 0.034 1.39
B2 0.029 0.56
B
B3 0.030 0.38
B4 0.025 0.49
C1 0.031 1.29
C2 0.029 0.56
C
C3 0.030 0.66
C4 0.028 0.36
D1 0.026 1.07
D2 0.023 0.48
D
D3 0.024 0.37
D4 0.021 0.92
E1 0.022 0.98
E2 0.020 0.45
E
E3 0.021 0.46
E4 0.019 0.24
F1 0.023 0.98
F2 0.021 0.47
F
F3 0.022 0.54
F4 0.021 0.31
G1 0.020 0.88
G2 0.018 0.41
G
G3 0.018 0.47
G4 0.016 0.72
H1 0.018 0.82
H2 0.018 0.41
H
H3 0.018 0.40
H4 0.017 0.39
I1 0.019 0.83
I2 0.019 0.43
I
I3 0.020 0.52
I4 0.019 0.29
J1 0.008 0.35
J2 0.008 0.24
J
J3 0.008 0.31
J4 0.008 0.35
K1 0.004 0.16
K2 0.008 0.24
K
K3 0.008 0.25
K4 0.008 0.24
L1 0.010 0.44
L2 0.008 0.23
L
L3 0.006 0.23
L4 0.008 0.15
Sumber: hasil perhitungan 2018

37
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

2.7 Perhitungan dimensi saluran


Berdasarkan data debit rencana total yang diterima oleh setiap saluran pada Tabel
2.20, dilakukan perhitungan dimensi saluran rencana untuk menampung debit air tersebut.
Perhitungan dimensi saluran menggunakan rumus pengaliran yaitu:

Q = V.A ................................................... (2.15)


2 1
1
V= 𝑛 𝑥𝑅 3 𝑥 𝐼 2 ................................................... (2.16)

Dimana
Q = debit rencana (m3/detik)
A = luas penampang basah (m2)
V = kecepatan aliran (m/detik)
n = Koefisien kekasaran permukaan Manning (Lampiran 11)
R = jari-jari hidrolis(m), (A/P)
Ρ = keliling basah saluran (m)
Dalam perhitungan dimensi saluran perlu diperhatikan agar kecepatan aliran dalam
saluran tidak kurang dari 0,6-0,9 m/detik, hal ini untuk menghindari terjadinya
pengendapan pada saluran. Selain itu, perlu juga diperhatikan agar kecepatan aliran tidak
lebih dari batas-batas yang diberikan berikut, sehingga tidak terjadi penggerusan pada
saluran.
Batas kecepatan setiap saluran:
a. Saluran beton v = 2-4 m/detik
b. Saluran pasangan batu v = 1,5-2 m/detik
c. Saluran tanah v = 0,7-0,9 m/detik
Ada beberapa jenis bentuk penampang saluran drainase yaitu antara lain bentuk
penampang persegi, segitiga, setengah lingkaran dan lingkaran penuh. Dalam perencanaan
ini direncanakan akan dibuat saluran dengan bentuk penampang persegi dan pasangan
beton.

38
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Gambar 2.2 PenampangMelintang Saluran Berbentuk Persegi

Suatu penampang menjadi efisien apabila keliling basahnya mencapai nilai minimum,
atau secara matematis dapat ditulis dp/dh = 0, sehingga saluran tersebut dapat menampung
debit (Q) yang maksimum. Untuk saluran dengan bentuk penampang persegi
akanmemberikan luas tampang yang ekonomis apabila lebar dasar saluran sama dengan 2
kali kedalamannya.Atau secara matematis dapat ditulis:
b = 2.h ataub/h = 2
Dimana :
b = lebar dasar saluran drainase (m)
h = tinggi basah saluran drainase (m)
Dalam perencanaan ini penerapan prinsip tampang lintang ekonomis tidak diterapkan
karena setelah dilakukan analisa, jika diterapkan prinsip tampang lintang ekonimis dimana
b = 2h, maka akan didapat dimensi saluran yang cukup besar. Hal ini dirasa perencana
kurang efektif untuk daerah perkotaan karena minimnya lahan yang ada sebab dengan
lebar dasar yang besar tentu akan memerlukan lahan yang lebih luas untuk membangun
saluran, sehingga diputuskan memperdalam saluran sehingga lebar saluran dapat
dikurangi dengan menggunakan dimensi b = 0.75h.
Untuk Perhitungan dimensi penampang setiap saluran hanya akan diperlihatkan
contoh perhitungan untuk saluran A1. Hasil perhitungan lainnya ditampilkan dalam Tabel
2.21.
Contoh perhitungan dimensi saluran drainase
Berikut ditampilkan contoh perhitungan dimensi saluran untuk saluran A-1

39
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Diketahui
Debit rencana untuk ruas saluran A1 (QA-1) adalah 1.39 m3/detik, nilai koefisien Manning
(n) untuk saluran beton adalah 0,016 (Lampiran 11). Kemiringan saluran (I) yang
direncanakan adalah 2% .
Dimensi yang digunakan : b = 0.75h, maka
 Luas penampang basah (A)
A =bxh
=0.75h x h
= 0.75h2
 Keliling basah (p)
P = b + 2h
= 0.75h + 2h
= 2.75h
 Jari-jari hidrolis (R)
𝐴
R =𝑃

= 0.75h2/2.75h
= 0,273 h
Sehingga persamaan kecepatan Manning, kecepatan aliran air dalam saluran drainase
didapatkan
V = 1/n x R2/3x I1/2
2 1
1
= 0,016 𝑥 (0,273ℎ)3 𝑥 (0,02)2

= 3.717 h2/3
 Debit aliran (Q)

Q = A. V
Q = 0.75h2(3.717 h2/3)
1.39 = 2.788 h8/3
h = 0.77 m
 Sehingga di dapat

b = 0.75 h
= 0.75 x 0.77
= 0.58 m
p = 2.75h

40
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

= 2.75 x 0.77
= 2.12 m
R = 0,273h
= 0,273 x 0.77
= 0.21 m
 Tinggi jagaan (w)

w = 20% x h
= 20% x 0.77
= 0.15 m
 Tinggi total (t)

t=w+h
= 0.15 + 0.77
= 0.92 m
 Kecepatan aliran (V)
V = 3.717 h2/3
= 3.717 x 0.772/3
= 3.12 m/detik
Jadi, saluran drainase yang direncanakan pada ruas A1 memiliki tinggi (t) = 0.92 m dan
lebar (b) = 0.58 m dengan kecepatan aliran air sebesar 3.12 m/detik.

41
Jurusan Teknik Sipil, FST, UNDANA

Tabel 2.21 Dimensi Saluran Rencana


Debit Luasan keliling tinggi jari-jari tinggi tinggi total kecepatan
Blok Ruas lebar (m)
(m3/detik) penampang (m2) penampang (m) basah (m) hidrolis (m) jagaan (m) (m) aliran (m/detik)
A1 1.39 0.44 2.12 0.58 0.77 0.21 0.15 0.92 3.12
A2 0.61 0.24 1.55 0.42 0.56 0.15 0.11 0.68 2.54
A
A3 0.68 0.26 1.62 0.44 0.59 0.16 0.12 0.71 2.61
A4 1.18 0.39 1.99 0.54 0.72 0.20 0.14 0.87 3.00
B1 1.39 0.44 2.12 0.58 0.77 0.21 0.15 0.92 3.12
B2 0.56 0.23 1.51 0.41 0.55 0.15 0.11 0.66 2.49
B
B3 0.38 0.17 1.31 0.36 0.47 0.13 0.09 0.57 2.26
B4 0.49 0.20 1.43 0.39 0.52 0.14 0.10 0.62 2.40
C1 1.29 0.42 2.06 0.56 0.75 0.20 0.15 0.90 3.06
C2 0.56 0.23 1.51 0.41 0.55 0.15 0.11 0.66 2.49
C
C3 0.66 0.25 1.60 0.44 0.58 0.16 0.12 0.70 2.59
C4 0.36 0.16 1.27 0.35 0.46 0.13 0.09 0.55 2.22
D1 1.07 0.37 1.92 0.52 0.70 0.19 0.14 0.84 2.93
D2 0.48 0.20 1.43 0.39 0.52 0.14 0.10 0.62 2.40
D
D3 0.37 0.17 1.29 0.35 0.47 0.13 0.09 0.56 2.25
D4 0.92 0.33 1.81 0.49 0.66 0.18 0.13 0.79 2.82
E1 0.98 0.34 1.86 0.51 0.67 0.18 0.13 0.81 2.86
E2 0.45 0.19 1.38 0.38 0.50 0.14 0.10 0.60 2.35
E
E3 0.46 0.19 1.40 0.38 0.51 0.14 0.10 0.61 2.37
E4 0.24 0.12 1.09 0.30 0.40 0.11 0.08 0.47 2.00
F1 0.98 0.34 1.86 0.51 0.67 0.18 0.13 0.81 2.86
F2 0.47 0.20 1.41 0.38 0.51 0.14 0.10 0.61 2.38
F
F3 0.54 0.22 1.49 0.41 0.54 0.15 0.11 0.65 2.47
F4 0.31 0.15 1.21 0.33 0.44 0.12 0.09 0.53 2.15
G1 0.88 0.32 1.78 0.49 0.65 0.18 0.13 0.78 2.79
G2 0.41 0.18 1.33 0.36 0.49 0.13 0.10 0.58 2.30
G
G3 0.47 0.20 1.41 0.38 0.51 0.14 0.10 0.62 2.38
G4 0.72 0.27 1.66 0.45 0.60 0.16 0.12 0.72 2.65
H1 0.82 0.30 1.74 0.47 0.63 0.17 0.13 0.76 2.74
H2 0.41 0.18 1.33 0.36 0.49 0.13 0.10 0.58 2.29
H3 0.40 0.18 1.33 0.36 0.48 0.13 0.10 0.58 2.29
H H4 0.39 0.17 1.31 0.36 0.48 0.13 0.10 0.57 2.27
I1 0.83 0.30 1.74 0.48 0.63 0.17 0.13 0.76 2.74
I2 0.43 0.18 1.37 0.37 0.50 0.14 0.10 0.60 2.33
I
I3 0.52 0.21 1.46 0.40 0.53 0.14 0.11 0.64 2.44
I4 0.29 0.14 1.18 0.32 0.43 0.12 0.09 0.51 2.11
J1 0.35 0.16 1.27 0.35 0.46 0.13 0.09 0.55 2.22
J2 0.24 0.12 1.10 0.30 0.40 0.11 0.08 0.48 2.02
J
J3 0.31 0.14 1.20 0.33 0.44 0.12 0.09 0.52 2.14
J4 0.35 0.16 1.26 0.34 0.46 0.13 0.09 0.55 2.21
K1 0.16 0.09 0.95 0.26 0.35 0.09 0.07 0.42 1.83
K2 0.24 0.12 1.10 0.30 0.40 0.11 0.08 0.48 2.02
K
K3 0.25 0.12 1.12 0.31 0.41 0.11 0.08 0.49 2.04
K4 0.24 0.12 1.10 0.30 0.40 0.11 0.08 0.48 2.02
L1 0.44 0.19 1.38 0.38 0.50 0.14 0.10 0.60 2.35
L2 0.23 0.12 1.08 0.30 0.39 0.11 0.08 0.47 2.00
L
L3 0.23 0.12 1.09 0.30 0.40 0.11 0.08 0.47 2.00
L4 0.15 0.08 0.91 0.25 0.33 0.09 0.07 0.40 1.78
Sumber: hasil perhitungan 2018

42

Anda mungkin juga menyukai