PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
BAB II
A. Pengertian Akhlak
Adalah bentuk jamak dari khuluq yang artinya budi pekerti, tingkah laku,
perangai atau tabi’at Mempunyai sinonim etika dan moral Etika dan moral
berasal dari bahasa Latin yang berasal dari kata etos : kebiasaan dan mores
artinya kebiasaannya. Kata akhlaq berasal dari kata kerja khalaqa yang artinya
menciptakan. Khaliq maknanya pencipta atau Tuhan dan makhluq artinya yang
menurut :
a) Imam Ghozali :
Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang melahirkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun
pertimbangan?.
b) Ibnu Maskawaih :
Akhlaq adalah gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan
dengan tidak membutuhkan pikiran.
Definisi akhlak secara substansial tampak saling melengkapi dan darinya kita
dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak yaitu:
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam
jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Kedua, perbuatan akhlak merupakan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan perbuatan yang
bersangkutan dalam keadaan tidak sadar atau gila. Pada saat yang
bersangkutan melakukan suatu perbuatan ia tetap sehat pikirannya dan dalam
keadaan sadar.
Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri
seseorang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat perbuatan akhlak khususnya akhlak
yang baik yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan
karena ingin mendapat pujian.
B. Pengertian Tasawuf
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubung-hubungkan
para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf. Harun Nasution, menyebutkan lima
istilah yang berkenaan dengan tasawuf, yaitu: al-Shuffah (orang yang tinggal di
serambi masjid nabi) , shaf (barisan), sufi (suci), sophos (bahasa yunani:
hikmat), dan suf (kain wol).
Hubungan ilmu akhlak dan tasawuf seperti yang diuraikan oleh Harun
Nasution, ketika mempelajari tasawuf ternyata bahwa al-Qur’an dan hadis
mementingkan akhlak. Sebagaimana diketahui bahwa dalam tasawuf masalah
ibadah sangat menonjol karena bertasawuf pada hakikatnya melakukan
serangkaian ibadah, seperti shalat, puasa, dan sebagainya. Ibadah yang
dilakukan dalam bertasawuf itu erat kaitannya dengan akhlak. Dalam
hubungan ini Harun Nasution mengatakan bahwa ibadah dalam Islam erat
sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam al-Qur’an
dikaitkan dengan takwa yang berarti melaksanakan perintah tuhan dan
menjauhi larangannya.
Tasawuf dalam Islam mempunyai dasar yang mendalam, banyak ayat al-
Qur’an yang menganjurkan agar mawas diri dari godaan yang berupa
kesenangan atau fitnah dunia.
Dalam al-Qur’an dan hadis telah diterangkan mengenai cinta Allah kepada
hamba-hambanya dan cinta hambanya kepada Allah. Sebagaimana
disebutkan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 165:
Tetapi tasawuf tidak berhenti hingga disini saja, dalam peranannya di masa
permulaan, yaitu adanya kemauan dalam melaksanakan akhlak yang luhur
dan hakikatnya dalam ibadah yang murni semata untuk Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
sumber: http//tasawufislam.com