I. Identitas Pasien
Nama : An. R
Umur : 10 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal masuk : 25 Januari 2016
II. Anamnesis
Keluhan Utama : Panas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Panas pada pasien dirasakan sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Panas
dirasakan naik turun, panas tidak jelas naik turunnya, kadang panasnya pagi hari,
kemudian menurun dan naik lagi pada sore hari, hal sudah berulang sejak 1 bulan
yang lalu sebelum pasien masuk rumah sakit, pasien perna mengkonsumsi obat
penurun panas dan saat itu panas turun tetapi naik kembali. Keluhan panas disertai
batuk berlendir warna putih sejak 3 hari, batuk pada pasien sudah sering berulang
sekitar 1 bulan yang lalu, nyeri saat menelan, muntah, dan sakit perut, sesak (-),
nyeri kepala (-), mimisan (-), nyeri tulang dan sendi (-), kejang (-), badan terasa
lemas (+), nafsu makan berkurang, BAB dan BAK biasa.
Anamnesis Makanan :
ASI ekslusif diberikan sampai usia 1 tahun, bubur saring diberikan saat usia 6
bulan sampai 11 bulan, diberikan makanan keluarga saat berusia 1 tahun.
Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada sekret dan epistaksis.
Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak hiperemis, gusi tidak berdarah.
Lidah : Tidak kotor
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening : -
Faring : Tidak hiperemis
Tonsil : T1/T1
Thoraks :
Paru-paru :
Inspeksi : Bentuk : Simetris
Dispneu : Tidak ada
Retraksi : -/-
Palpasi : Vokal fremitus: Simetris kiri dan kanan
Perkusi : Sonor paru kiri dan kanan
Auskultasi : Suara Napas Dasar : Bronchovesikuler (+/+)
Suara Napas Tambahan : Rhonchi (+/-) Wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC IV linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan : SIC IV linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : Suara dasar : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular
Bising : Tidak ditemukan
Abdomen :
Inspeksi : Bentuk datar
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Perkusi : Bunyi : Timpani
Asites : (-)
Palpasi : Nyeri tekan : (-)
Hati : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, edema tidak ada, Rumple leede test (-)
Genitalia : Tidak ada kelainan
Otot-otot : Eutrofi, tonus otot normal, kekuatan otot 5
IV. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (Tgl. 26/1-2016) :
WBC : 12.1 H x 103/mm3
RBC : 3.78 x 106/mm3
HGB : 10,5 L g/dl
HCT : 34,4 L %
PLT : 267 x 103/mm3
MCV : 91 g/dl
MCH : 27,8 g/dl
MCHC : 30,5 g/dl
NEU : 70,0 %
V. Resume
Pasien anak laki-laki berusia 10 tahun hari masuk dengan keluhan febris sejak
7 hari sebelum masuk rumah sakit. Febris yang dialami naik turun, ada batuk (+)
berlendir warna putih sejak 3 hari, febris dan batuk pada pasien sudah sering
berulang sejak 1 bulan yang lalu, disfagia (+), emesis (+) nyeri abdomen (+),
dispneu (-), cephalgia (-), epistaksis (-), artralgia (-), kejang (-), malaise (+),
anorexia, BAB dan BAK biasa.
Sebelumnya pasien sering mengalami batuk sejak beberapa bulan yang lalu
disertai demam yang muncul tidak menentu. Di dalam keluarga pasien memiliki
seorang kakek yang sering mengalami batuk berulang, dan tinggal dalam satu
rumah, untuk pemeriksaan labolatorium pada kakek pasien tidak perna dilakukan.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan : sakit sedang, gizi kurang (CDC :
83%), tanda vital : tekanan darah 100/70 mmHg, nadi : 100 kali/menit, suhu :
39,50C, pernapasan : 24 kali/menit. Pada pemeriksaan leher pembesaran kelenjar
getah bening (-), pemeriksaan thoraks pada auskultasi ditemukan adanya rhonchi
+/-, wheezing -/-, ektremitas akral hangat +/+.
VI. Diagnosis : Susp. Demam tifoid
VII. Terapi
IVFD RL 24 tpm/menit
Inj. Ceftriaxone 500 mg/ 12 jam/ IV
Parasetamol syrup 4 x ½ tab
Ambroxol 12,5 mg
Puyer batuk 3 x 1 pulv
CTM 2,5 mg
Skoring TB:
Riwayat kontak : 2
Tes tuberkulin: -
Status gizi : 1
Batuk > 3 minggu : 1
Demam > 2 minggu : 1
Pembesaran kelenjar : 0
Pembengkakan sendi : 0
Rontgen thorax : 0
Total skor : 5
27 – 01 – 2016 S : Panas (-), batuk berlendir (+), beringus (-),
nafsu makan dan minum biasa.
O : TD : 100/70 mmHg
N : 84 kali/menit
S : 37,2 oC
R : 34 kali/menit
Retraksi dada: -/-, Ronkhi +/-
A : Susp TB paru
P : IVFD RL 24 tpm/menit
Inj. Ceftriaxone 500 mg/ 12 jam/ IV
Parasetamol 4 x ½ tab
Puyer batuk 3x1 pulv
Skoring TB :
Riwayat kontak : 2
Tes tuberkulin : -
Status gizi : 1
Batuk > 3 minggu : 1
Demam > 2 minggu : 1
Pembesaran kelenjar : 0
Pembengkakan sendi : 0
Rontgen thorax : 1
Total skor: 6
28 – 01 – 2016 S : Panas (-), batuk berlendir (+), beringus (-),
nafsu makan dan minum baik.
O : TD : 90/60 mmHg
N : 113 kali/menit
S : 37,2 oC
R : 41 kali/menit
Retraksi dada: -/-, Ronkhi +/-
A : Tuberkulosis paru
P : IVFD RL 24 tpm/menit
Inj. Ceftriaxone 500 mg/ 12 jam/ IV
Parasetamol 4 x ½ tab
Puyer batuk 3x1 pulv
OAT :
INH 1 x 200 mg
Rifampisin 1 x 300 mg
Pirazinamid 1 x 500 mg
DISKUSI
Dengan meningkatnya kejadian TB pada orang dewasa, maka jumlah anak yang
terinfeksi TB juga meningkat. Seorang anak dapat terkena infeksi TB tanpa menjadi
sakit dimana terdapat Uji tuberkulin positif tanpa ada kelainan klinis, radiologis dan
labolatoris.
Laporan
keluarga,
BTA (-)/
Kontak TB Tidak jelas - BTA (+)
tidak tahu/
BTA tidak
jelas
Positif
( ≥ 10 mm atau
Uji Tuberkulin
Negatif - - ≥ 5 mm pada
(Mantoux)
keadaan
imunosupresif)
Klinis gizi
BB/TB < 90% buruk atau
Berat badan/
- atau BB/TB < 70% -
keadaan gizi
BB/U < 80% atau
BB/U < 60%
Demam yang
tidak diketahui - ≥ 2 minggu - -
penyebabnya
Batuk kronik - ≥ 3 minggu - -
Pembesaran
≥ 1 cm,
kelenjar limfe
- jumlah > 1, - -
kolli, aksila,
tidak nyeri
inguinal
Pembengkakan
tulang/sendi Ada
- - -
panggul, lutut, pembengkakan
falang
Normal/
Gambaran
Foto toraks kelainan - -
sugestif TB
tidak jelas
Pada kasus ini diagnosis TB ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan skoring TB, serta pemeriksaan laboratorium yang dilakukan.
Dari hasil anamnesis ditemukan adanya batuk disertai panas yang sudah
berlangsung sejak beberapa bulan yang lalu dan berulang-ulang, adanya penurunan
nafsu makan dan badan terasa lemas, serta adanya riwayat kontak dengan kakek pasien
yang tinggal bersama dalam satu rumah yang sering mengalami batuk kronis, dan status
gizi kurang yang dihitung dengan menggunakan CDC 83%. Selain itu dari hasil
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan kelainan yang bermakna, pada hal ini tidak
dilakukan tes tuberkulin karena memang jarang dilakukan dan tidak dilakukan uji
sputum karena pengambilan sampel sputum sukar dilakukan pada anak karena biasanya
tertelan. Untuk hasil dari foto rontgen didapatkan gambaran “pneumonia lobalis dextra
e.c TB paru aktif.
Gambar 1. Gambaran radiologi foto thoraks pada pasien, dimana ditemukan adanya
gambaran pneumonia lobalis dextra e.c TB paru aktif
Dari beberapa obat pada tabel diatas, susunan panduan OAT pada anak adalah
2RHZ/4RH yaitu pada fase intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R) dan
Pirazinamid (Z) yang diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 RHZ) dan fase lanjutan
yang terdiri dari Rifampisin (R) dan Isoniazid (H) yang diberikan setiap hari selama 4
bulan.(1,2) Pada pasien di kasus ini diberikan terapi OAT : INH 1 x 200 mg, Rifampisin
1 x 300 mg, Pirazinamid 1 x 500 mg.
Paduan OAT ada 2 bentuk disediakan yaitu bentuk paket kombipak dan bentuk
formulasi kombinasi dosis tetap ( fixed dose combination ) yang mana dua atau lebih
obat anti tuberkulosis berada dalam perbandingan tetap (perbandingan tertentu) dalam
formulasi yang sama. Fixed dose combination pada dasarnya sama dengan kombipak,
yaitu regimen dalam bentuk kombinasi, namun di dalam tablet yang ada sudah berisi
2, 3, atau 4 campuran OAT dalam satu kesatuan. (5)
Untuk penatalaksanaan gizi pada pasien gizi kurang adalah dengan penambahan
intake kalori, protein dan cairan dalam satu hari yang ditambahkan 15 %. Berikut total
kebutuhan kalori, protein dan cairan dalam satu hari : kalori 2.300 kkal, protein : 43,12
gr, dan cairan 2.300 ml.
1. Rahajoe, N., Basir D., Makmuri M.S., Kartasasmita C. (2008) Pedoman Nasional
Tuberkulosis Anak. Jakarta : UKK Respirologi PP IDAI.
2. Rahajoe N., Supriyatno B., Setyanto D. (2012) Buku Ajar Respirologi Anak, Edisi
Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Sumarmo, S., Soedarmo, P., Hadinegoro, S. R. (2010) Buku Ajar Infeksi dan
Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
4. Sectish, Theodore C, and Charles G, Prober. Pneumonia. Dalam: Behrman R.E.,
et.al (editor). Ilmu Kesehatan Anak Nelson’s vol. 2 edisi. 15. Jakarta: Penerbit
Buku kedokteran EGC. 2000. h. 882
5. Setiabudi R. Pengantar Antimikroba. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R,
Nafrialdi, editor. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FK UI; 2008. h. 613-37.