PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jaringan jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memegang
peranan yang sangat penting dalam sektor perhubungan terutama untuk
kesinambungan distribusi barang dan jasa. Keberadaan jalan raya sangat
diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring dengan
meningkatkan kebutuhan sarana transportasi yang dapat menjangkau daerah-
daerah terpencil yang merupakan sentra produksi pertanian.
Perkembangan kapasitas dan kuantitas kendaraan yang memhubungkan
kota- kota antar propinsi dan terbatasnya sumber dana untuk pembangunan
jalan raya serta belum optimalnya pengoperasian prasarana lalu lintas yang ada,
merupakan persoalan utama di Indonesia dan di banyak negara, terutama
negara- negara berkembang.
Untuk membangun ruas jalan yang baru maupun peningkatan yang
diperlukan sehubungan dengan penambahan kapasitasjalan raya, tentu akan
memerlukan metode efektif dalam melakukan perancangan maupun
perencanaan agar diperoleh hasil yang terbaik dan ekonomis, tetapi memenuhi
unsur keselamatan pengguna jalan dan tidak menggangu ekosistem.
1.2 Tujuan Penulisan
Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan
yang dititikbertakan pada bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar
dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimim pada arus lalu lintas dan
sebagai akses kerumah-rumah.Dalam lingkup perencanaan geometri tidak
termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan,walaupun dimensi
dariperkerasan yang merupakan bagian dari perencanaan geometri sebagai
bagian dari perencanaan yang seutuhnya. Demikian pula dengan drainase jalan .
Jadi tujuan dari perencanaan geometri jalan adalah menghasilkan infrastruktur
yang aman ,efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan rasio
tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan . Ruang ,bentuk ,dan ukuran jalan
dikatakan baik ,jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai
jalan .
Yang menjadi dasar perencanaan geometri adalah sifat gerakan ,dan ukuran
kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya, dan
karakteristik arus lalulintas.Hal-hal tersebut haruslah menjadi bahan
pertimbangan perencana sehingga dihasilkan bentuk-bentuk dan ukuran jalan ,
serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan
keamanan yang diharapkan.
2
Lalu Lintas Jalan Raya
Lalu lintas dalam jalan raya umumnya terdiri dari campuran
kendaraanlambat, kendaraan cepat ,kendaraan berat,kendaraan
ringan,dan kendaraan tidak bermotor .
Penilaian setiap kendaraan dalam smp bagi jalan datar digunakan
sebagai berikut :
a. Sepeda = 0.5
b. Truk ringan (berat kotor 5 ton) = 1
c. Truk sedang 5 ton =2
d. Bus =3
e. Truk berat 10 ton =3
f. Kendaraan tidak bermotor =7
untuk daerah perbulitan dan pegunungan ,koefisien ,untuk kendaraan
bermotor diatas dapat dinaikkan,sedangkan kendaraan tidak bermotor
tidak perlu dihitung.
Klasifikasi Jalan Raya
a. Menurut fungsi jalan
Kalasifikasi menurut fungsijalan terbagi atas :
1.Jalan Arteri : Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh. Kecepatan rata-rata tinggi,dan jumlahjalan
masuk dibatasi secara efisien .
2.Jalan kolektor : Jalan yang melayani angkutan
pengumpul/pembagidengan ciri-ciri perjalanan jalan sedang,
kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalanmasuk dibatasi.
3.Jalan lokal : jalan yangmelayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat,kecepatanrata-rata rendah,dan jumlah jalan
masuk tidakdibatasi.
b. Menurt kelas Jalan
3
1.Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan
untuk menerima beban lalu lintas ,dinyatakan dalam muatan
terberat (MST) dalam satuan ton.
2.Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya
dengan klasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam (pasal
11,PP.No.43/1993 )
c. Menurut Medan Jalan
1.Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisisebagian besar
kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur.
2.Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometri
dapat dilihat .
3.Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus
mempertimbangkan keseragaman kondisi medan menurut rencan
trase jalan dengan mengabaikan perubahan-perubahan pada
bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut.
4
Klasifikasi medan dan besarnya lereng melintang yang
bersangkutanadalah sbb :
5
Ketentuan – ketentuan dasar tersebut merupakan syarat batas yang
harus dibatasi pengguanaannya sesedikit mungkin ,agar dapat
menghasilkan jalan-jalan yang memuaskan .
A. TRASE JALAN
Pada gamabar trase jalan akan terlihat apakah jalan tesebut merupakan
jalan lurus ,menikung kekiri atau kekanan .Sumbu jalan terdiri dari
serangkaian garis lurus ,lengkung berbentuk lingkaran atau lengkung
peralihan dari bentuk garis lurus kebentuk busur lingkaran.Perencanaan
geometri jalan memfokuskan pada pemilihan letak dan panjang dari bagian-
bagian ini ,sesuai dengan kondisi medan sehingga tepenuhi kebutuhan akan
pengoperasian lalu lintas , dan keamanan (ditinjau dari jarak pandang dan
sifat mengemudikan kendaraan dibagian tikungan )
6
Bahu
Trotoar
Pulau jalan, dan
Separator
Jalur lalulintas dapat terdiri dari beberapa jalur. Jalur lalulintas
dapat terdiri atas beberapa tipe :
1. 1 jalur – 2 Lajur – 2 arah (2/2 TB).
2. 1 Jalur – 2 lajur – 1 arah (2/1 TB)
3. 2 Jalur – 4 Lajur – 2 arah (4/2 B )
4. 2 Jalur – n Lajur – 2 arah (n/2 B), dimana n = Jumlah lajur
Keterangan :
TB = tidak terbagi
B = Terbagi
Lebar Jalur
Lebar jalur sangat ditentukan oleh jumlah danlebar lajur
peruntukkannya.
Lebar jalur minimum adalah 4,5 meter ,memungkinkan dua
kendaraan kecil saling berpapasan . Papasan 2 kendaraan
besar yang terjadi sewaktu waktu dapat menggunakan bahu
jalan.
b. Lajur jalan
Lebar lajur lalulintas merupakan bagian yang paling menentukan
lebar melintang jalansecara keseluruhan .Besarnya lebar lajur lalu
lintas hanya dapat ditentukan dengan pengamatan langsung
dilapangan karena :
Lintasan kendaraan yang satu tidak mungkin akan dapat diikuti
oleh lintasan kendaraan lain dengan tepat .
7
Lajur lalulintas tak mungkin tepat sama dengan lebar
kendaraan maksimum.Untuk keamanan dan kenyamanan,
setiap pengemudi membutuhkan ruang gerak antara kendaraan
.
Lintasan kendaraaan takmungkin dibuat tetap sejajar sumbu
lajur lalu lintas , karena kendaraan selama bergerak akan
mengalami gaya-gaya samping sepertitidakratanya
permukaaan, gaya sentrifugal di tikungan ,dan gaya angin
akibat kendaraanlain yangmnyiap.
Banyaknya lajur yang dibutuhkan sanagat tergantung dari volume
lalu lintas yang akanmemakai jalan tersebut dan tingkat pelayanan
jalan yang diharapkan.
8
berorientasi mengenai jurusan yang akan ditempuh atau untuk
beristirahat.
Ruangan untukmenghindarkan diri dari saat-saat darurat
sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan.
Memberikan kelegaan pada pengemudi dengan demikian dapat
meningkatkan kapasitas jalan yang besangkutan.
Memberikan pada konstruksi perkerasan jalan dari arah
sampingan .
Ruangan pembantu pada saat mengadakan pekerjaan
perbaikan atau pemeliharaan jalan
Ruangan untuk lintasan kendaran-kendaran patroli ,ambulance
yang sangat dibutuhkan pada keadaan darurat seperti
terjadinya kecelakaan .
Berdasarkan tipe perkerasannya, bahu jalan dapat dibedakan atas :
Bahu yang tidak diperkeras yaitu bahu yang hanya dibuat dari
material perkerasan jalan tanpa pengikat.
Bahu yang diperkeras yaitu bahu yang dibuat dengan
mempergunakan bahan pengikat sehingga lapisan tersebut
lebih kedap air dibandingkan dengan bahu yang tidak
diperkeras.
Bahu kiri atau bahu luar adalah bahu yang terletak disebelah
kiri dari jalur lalu lintas.
Bahu kanan atau bahu dalam adalah bahu yang terletak ditepi
sebelah kanan dari jalur lalulintas .
9
Fungsi jalan : Jalan arteri direncanakan untuk kecepatan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan jalan lokal.
Volume lalulintas yang tinggi membutuhkan lebar bahu yang
lebih lebar dibandingkan volumelalu lintas yang lebih
rendah .
Kegiatan disekitar jalan ,jalan yang melintas daerah
peekotaan ,pasar,sekolah membutuhkan lebar bahu jalan yang
lebih lebar dari pada jalan yang melintas daerah liral,karena
bahu jalan tersebut akan dipergunakan pula sebagai tempat
parkir dan pejalan kaki .
Ada atau tidaknya trotoar.
Biaya yang tersedia sehubungan dengan biaya pembebasan
tanah dan biaya untuk konstruksi.
d. Trotoar
Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur
lalulintas ang khusus dipergunakan untuk pejalan kaki .
10
Menambah rasa kelegaan ,kenyamanan dan keindahan bagi
setiap pengemudi.
Mengamankan kebebasan samping darimasing masing arus lalu
lintas.
Disamping median terdapat apa yang dinamakan jalur tepian
median ,yaitu jalur yang terletak berdampingan dengan median .Jalur
tepian median ini berfungsi untuk mengamankan kebebasan
samping dariarus lalulintas .
Lebar jalur tepian median dapat bervariasi antara 0.25 – 0.75 meter
dan dibatasi dengan marka berupa garis putih menerus .
2. Bagian yang berguna untuk drainase jalan
a. Saluran samping
Saluran samping terutama berguna untuk :
Mengalirkan air dari permukaan perkerasan jalan ataupun dari
bagian luar jalan .
Menjaga supaya konstruksi jalan selalu berada dalam keadaan
kering ,tidak terendam air.
b. Tallud atau kemiringan lereng.
Tallud jalan umumnya dibuat 2H:IV ,tetapi untuk tanah-tanah yang
mudah longsor tallud jalan harus dibuat sesuai dengan besarnya
landai yang aman,yang diperoleh dariperhitungan kestabilan
lereng
11
Kereb Peninggi adalah kereb yang direncanakan agar dapat
didaki kendaraan ,biasanya terdapat ditempat parkir dipinggir
jalan atau jalur lalu lintas .
Kereb penghalang adalah kereb yang direncanakan untuk
menghindari kendaraan meninggalkan jalur lalu lintas
,terutama di median ,trotoar,pada jalan-jalan tanpa pagar
pengaman.
Kereb berparit adalah kereb yang direncanakan untuk
membentuk sistem drainase perkerasan jalan .
Kereb penghalang berparit adalah kereb penghalang yang
direncanakan untuk membentuk sistem drainase perkerasan
jalan
b. Pengaman Tepi
Bertujuan untuk memberikan ketegasan tepi badan jalan .
Umumnya dipergunakansisepanjang jalan yang menyusur jurang
,pada tanah timbunan lebih besar dari 2,5 m,dan pada jalan-jalan
dengan kecepatan tinggi.
Jenis pengaman tepi :
1. Pengaman tepi dari besi yang digalvaniset
2. Pengaman tepi dari beton
3. Pengaman tepi dari tanah timbunan
4. Pengaman tepi dari batu kali
5. Pengaman tepi dari balok kayu
4. Bagian konstruksi jalan
a. Lapisan perkerasan jalan
Dapat dibedakan atas : lapisan permukaan ,lapisan pondasi atas
,lapisan pondasi bawah ,dan lapisan tanah dasar.
b. Lapisan pondasi atas
c. Lapisan pondasi bawah
5. Daerah manfaat jalan
12
Meliputi :badan jalan,saluran tepi jalan,dan ambang
pengamannya.Badan jalan meliputi :jalur lalu lintas ,dengan atau
tanpa jalur pemisah dan bahu jalan .
6. Daerah milik jalan
Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi
tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak
tertentu .
7. Daerah pengawsan jalan
Adalah jalur tanah tertentu yang terletak diluar daerah milik jalan
,yang penggunaanya diawasi pembina jalan ,dengan maksud agar
tidak mengganggu pandangan pengemudidan konstrulsi bangunan
jalan ,dalamhal tidak cukup luasnya daerah milik jalan .
13
Jarak pandang henti
VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jh minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16
14
minimum ini sebaiknya hanya merupakan haraga batas sebagai penunjuk
dalam memilih radius untuk perencanaan saja .
E. ALINEMEN HORIZONTAL
Pada perencanaan alinemen horizontal ,umumnya akan ditemuai dua jenis
bagian jalan , yaitu bagian lurus dan bagianlengkung ,yaitu:
FC (Full Circle) adalah jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian
suatu lingakaran saja .Tikungan FC hanya digunakan untuk jari-jari
tikungan yang besar agar tidak terjadi patahan ,karena dengan jari-jari
kecil maka diperlukan superelevasi yang besar .
S-C-S (Spiral-Circle-Spiral ) merupakan lengkung peralihan yang dibuat
untuk menghindari terjadinya perubahan alinemen yang tiba-tiba dari
bentuklurus ke bentuk lingkaran,jadi diletakkan antara bagian lurus
dan bagian lingkaran yaittu pada sebelum dan sesudah tikungan
berbentuk busur lingkaran .
S-S ( Spiral-Spiral ) merupakan lengkung tanpa busur lingkaran .
15
Lama waktu perjalanan dilengkungperalihan perlu dibatasi untuk
menhindari kesan perubahan alinemen yang mendadak ,ditetapkan 3
detik (pada kecepatan VR)
Gaya sntrifugal yang bekerja pada kendaraan dapat diantisipasi
berangsur-angsur pada lengkung peralihan dengan aman ,dan
Tingkat perubahan kelandaian melintang jalan (r e) dari bentuk
kelandaian normal kekelandaian superelevasi penuh tidak boleh
melampaui re-max.
16
Pada bagian tikungan SCS , pencapaian superelevasi dilakukan secara
linear ,diawali dari bentuk normal ( ) sampai awal
lengkung peralihan (TS) yang berbentuk ( ) pada
bagian lurus jalan , lalu dilanjutkan sampai superelevasi penuh
(----------------- ) pada bagian lengkung peralihan (SC).
17
bersamaan dengan tempat perubahan kemiringan melintang .Pada lengkung
dengan lengkung peralihan, tambahan lebar perkerasan dilakukan
seluruhnya disepanjang lengkung peralihan tersebut.
F. LENGKUNG VERTIKAL
Lenkung vertikal direncanakan untukmerubah secara bertahap perubahan
dari dua macam kelandaian arah memanjang jalanpada setiap lokasi yang
diperlukan .Hali ini dimaksudkan untuk mengurangi goncangan akibat
perubahan kelandaian dan menyediakan jarak pandang henti yang cukup
untuk keamanan dan kenyamanan .
18
Jangkauan lampu depan kendaraan pada lengkung vertikal cekung
merupakan batas jarak pandanganyang dapat dilihat oleh pengemudi
pada malam hari. Di dalam perencanaan umumnya tinggi lampu depan
diambil 60 cm dengan sudut penyebaran 1º
Letakpenyinaran lampu dengan kendaraan dapat dibedakan :
a. Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan <1
b. Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan >1
20
Jenis lapisan permukaan yang umum digunakan din Indonesia adalah
:
1. Lapisan bersifat nonstruktural ,yaitu lapisan yang hanya
berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air ,antara lain :
a. Burtu (leburan aspal 1lapis) merupakanlapis penutup yang
terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan 1 lapis agregat
bergradasi seragam dengan tebal maksimum 2 cm.
b. Burdak (Leburan aspal 2 lapis)merupakan lapis penutup yang
terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan 2x
secara berturut-turut yang tebal pada maksimumnya 3,5 cm.
c. Latasir (Lapis tipis aspal pasir ) merupakan lapis penutup
yang terdiri dari lapisan aspal dan pasir alam dihampar dan
dipadatkan pada suhu tetentu dengan tebal padat 1-2 cm
d. Buras (pelaburanb aspal ) merupakan lapisan penutupyang
terdiri dari lapisan aspal taburan pasir .
e. Latasbum (Lapisan tipis asbuton murni) merupakan lapisan
penutup yang terdiri dari campuran asbuton dan bahan
pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur secara
dingin .Tebal padat maksimm 1 cm.
f. Lataston (lapisan tipis aspal beton) lebih dikenal HRS (Hot roll
sheet).Jenis perkerasan ini terutama digunakan untuk
pemeliharaan jalan .
2. Lapisan bersifat struktural ,berfungsi sebagai lapisan yang
menahan dan menyebarkan beban roda disamping itu juga
berfungsi sebagailapisan aus dan kedap air, yaitu :
a. Penetrasi makadan (Lapen) merupakan lapisan perkerasan
yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci yang
diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan
dipadatkan lapis demi lapis .Diatas lapis ini biasanya diberi
leburan aspal dengan agregat penutup tebal 4-10 cm
21
b. Lasbutag merupakan lapisan pada konstruksi jalan yang
terdiri dari campuran antara agregat ,asbuton dan bahan
pelunak yang diaduk ,dihamparkan dan dipadatkan secara
dingin dengan tebal 3-5 cm.
c. Laston (Lapisan Aspal Beton) merupakan suatu lapisan pada
konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan
agregat yang mempunyai gradasi terstentu dicampurkan
,dihamparkan dan dipadatkan pada suhutertentu.
2. Lapisan Pondasi Bawah (LPA)
Lapisan ini menerima gaya vertikal berupa berat dan muatan
kendaraan dan getaran-getaran akibat pukulan roda kendaraan
hampir secara penuh. Sedangkan gaya horizontal yang berupa gaya
geser akibat rem rem sudah berkurang ,sehingga persyaratan lapisan
ini sedah agak longgar .
Fungsi Lapisan ini antara lain
a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda
dan menyebarkan beban kebagian dibawahnya.
b. Sebagai lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah .
c. Bantalan terhadap lapisan permukaan .
22
b. Stabilisasi agregat dengan kapur
c. Stabilisasi agragat dengan aspal
3. Lapisan Pondasi Bawah (LPB)
Lapisan perkerasanini menerima gaya vertikal berupa berat dan
mutan kendaraan-kendaraan dan getaran –getaran akibat pukulan
roda kendaraan sudah berkurang . Dan menerima gaya horizontal
berupa gaya geser akibat rem sudah mulaiberkurang .
23
b. Stabilisasi agregat dengan kapur
c. Stabilisasi tanah dengan semen
d. Stabilisasi tanah dengan kapur
4. Tanah Dasar
Lapisan tanah dasar dapat berupa :
1. Tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya memenuhi syarat
2. Tanah yang didatangkan dari tempat lain dan dipadatkan yang
berupa timbunan
3. Tanah galian
Sebelum diletakkan lapisan diatasnya tanah dasar dipadatkan
terlebih dahulu untuk mendapatkan kepadatan yang memenuhi
syarat .
Masalah-masalah yang sering didapatkan menyangkut tanah
dasar :
Perubahan bentuk dari tanah tertentu akibat beban lalu lintas
yang akanberkibat pada cepatnya jalan tersebut rusak .Ini terjadi
pada tanah dengan plastisitas tinggi.Daya dukung tanah ditujukan
dengan nilai CBR-nya
Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat
perubahan kadar air.Hal ini dapat ditanggulangi dengan
memadatkan tanah pada kadar air optimum.
Daya dukung tanah dasar tidak merata sepanjang segmen
jalan.Perencanaan tebalperkerasan jalan dibuat berbeda-beda
dengan membagi jalan jalan menjadi segmen-segmen sesuai
kondisi daya dukung yang ada.
Akibat pelaksanaan pemadatan yang kurang bagus diperoleh
daya dukung yang tidakmerata .Hal ini dapat diatasi dengan
pengawasan yang baik
Perbedaan dengan penurunan akibat terdapatnya lapisan lapisan
tanah lunak dibawah tanah dasar yang berakibat terjadinya
24
perubahan bentuk tetap. Ini dapat diatasi dengan melakukan
penyelidikan tanah secara teliti.
Kondisi geologis perlu dipelajari dengan teliti jika ada
kemungkinan lokasi berada pada daerah patahan .
Lapisan tanah dasar ini hanya menerima gaya vertikal berupa berat
dan muatan kendaraan dan gesekan-gesekan akibat pukulan roda
kendaraan yang pengaruhnya sudah sangat kecil. Sedangkan gaya
horizontal yang berupa gaya geser akibat rem kendaraan sudah tidak
berpenagruh lagi.
Daya dukung tanah dasar ditentukan oleh :
1. Jenis tanah
2. Tingkat kepadatan
3. Kadar air
4. Kondisi drainase
5. DLL
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dm = D1 + D2 + D3 + D4
Keterangan :
D1 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang hendak menyiap dan
mebawa kendaraan kejalur kanan
D1 = 0.278 t1 ( Vr – M + A.T1/2 )
T1 = Waktu reaksi = 2012 + 0.026 Vr
M = Perbedaan kecepatan antara kendaraan yang menyiap dan yang
disiap = 15 km/jam
25
D2 = Jarak yang ditempuh kendaraan selama jalur kanan
D2 = 0.278 Vr. t2
T2 = Wakttu dimana kendaraan menyiap berada dijalur kanan
T2 = 6.56 + 0.048 Vr
D3 = Jarak bebas antara kendaraan yang menyiap dengankendaraan
yang datangnya berlawanan arah ( 30 – 100 )
D4 = 2/3 d2
A = Percepatan rata-rata
Dh = Dp + Dr
Keterangan :
Dp = Jarak yang ditempuh kendaraan dari waktu benda harus berhenti
sampai menginjak rem
Dp = 0.278 Vr T
T = waktu reaksi = 2,5 detik
Dr = Jarak dimana pengemudi mulai menginjak rem sampai kendaraan
berhenti
Dr = Vr2/254 (Fm + L)
L = Landai relatif : ( + ) = Mendaki
( - ) = Menurun
Fm = Koefisien gesekan antara ban dan muka jalan dalam arah
memanjang jalan . Fm untuk kecepatan rencana <80 km/jam =
-0,00065Vr +0,192
Keterangan :
Emaks = Superelevasi maksimum = Vr2/127R – Fm
R = Jari-jari tikungan
Vr = Kecepatan rencana
Fm = Koefisien gesek
B =N( BI + C ) + ( N – 1 )Td + Z
Keterangan :
N = Jumlah lajur lalu lintas = 2
B 1
= Lebar lintasan truk pada tikungan (m) = R – ( R2-P2 )1/2 + 2,4
26
P = Jarak as belakang dan as muka truk = 6,1
C = Kebebasan samping ( 0,4-0,8 )m
Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan (m)=[R2 + A(2P+A)]1/2 – R
A = Tonjolan mobil kedepan = 12 m
Z = Lebar tambahan akibat kelainan dalammengemudi
(m)=0,105V/R
B = Lebar perkerasan pada tikungan (m)
Landai Relatif
1/m = ( E + En ) B / Ls
Keterangan :
1/m = Landai relatif
E = Superelevasi
En = Kemiringan melintang normal ( m / m1 )
B = Lebar lajur 1 arah
Ls = Panjang lengkung peralihan
= ½
S = π R1 / 90o
Keterangan :
= Setengah sudut pusat lengkung sepanjang L
= Sudut tikungan ( o )
R 1
= Radius sumbu lajur sebelah dalam ( m )
S = Jarak pandangan ( m )
Lengkung Peralihan
Ls = Vr T / 3,6
Keterangan :
T = Waktu tempuh = 3 detik
Rc = Jari-jari busur lingkaran (m )
C = Perubahan percepatan 0,3 – 1,0 disarankan 0,4 m/ detik
Re = Tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan , sbb :
Untuk Vr 70 km/jam Re maks = 0.035 m/m/det
Untuk Vr 80 km/jam Re maks = 0.025 m/m/det
Em = Suerelevasi maksimum
En = Superelevasi normal
Tc = Rc tan ½
Ec = Tc tan ¼
Lc = .2π. Rc / 360 o
Keterangan :
= sudut tikungan
Lc = Panjang busur lingkaran
Ec = Panjang luar dari PI ke busur lingkaran
Tc = Panjang tangan jarak dari TC ke PI atau PI ke CT
Rc = Jari-jari lingkaran
Xs = Ls [ 1 – Ls2/40.Rc2]
Ys = Ls2 / 6 Rc
s = 90 Ls / . Rc
P = Ls2 / 6 Rc – Rc (1- Cos s)
K = Ls- Ls3 / 40 Rc2 – Rc Sin s
Ts = ( Rc + P ) tan ½ + K
Es = ( Rc + P ) Sec ½ - Rc
Lc = ( - 2s )/ 180.π. Rc
L tot = Lc + 2Ls
28
Keterangan :
Xs = Absis titik SC pada garis tangen , jarak dari titik TS ke SC ( Jarak lurus
lengkung peralihan )
Ys = Ordinat titkSc pada garis tegaklurus garus tangen , jarak tegak lurus
ke titik SC pada lengkung
Ls = Panjang lengkung peralihan ( panjang dari titik TS ke SC atau CS ke
ST )
Lc = Panjang busur lingkaran ( panjang dari titik Sc ke Cs )
Ts = Panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ketitik ST
Es = Jarak dari PI ke busur lingkaran
s = Sudut lengkung spiral
Rc = Jari-jari lingkaran
P = Pergeseran tangen
K = Absis dari Ppada garis tangen spiral
Syarat tikungan S – C – S
P = Ls2 / 24 Rc > 0,25 m
Lc > 25 m
Lc + 2 Ls < 2 Ts
Syarat S – S :
P = Ls2 / 24 Rc > 0,25 m
Lc < 25 m
Lengkung Vertikal
= L G1 / G1 – G2 = L G1 / A
y = L G1 / 2 ( G1 – G2 ) = L G12 / 2 A
2
Ev = A L / 800
Untuk : x =1/2 L
Y =Ev
Keterangan :
= Jarak dari titik P ke titil yang ditinjau pada Sta
y = Perbedaan elevasi antara titik P dan titik yang ditinjau pada Sta
L = Panjang lengkung vertikal parabola , yang merupakan jarak proyeksi
pada titik A ketitik Q (Sta)
G1 = Kelandaian tangen dari titik P (%)
29
G2 = Kelandaian tangen titik Q (%)
(G1±G2) = A = Perbedaan aljabar untuk kelandaian (%)
Dimana :
C = Koefisien distribusi kendaraan (lihat tabel )
E = angka ekuivalen
J = Jenis kendaraan
d. Lintas ekuivalen akhir (LEA)
LEA = ΣLHRj (1 + I ) UR .CJ.Ej
Dimana :
I = Perkembangan lalu lintas
30
J = Jenis kendaraan
e.Lintas ekuivalen tengah (LET)
LET = LEP + LEA / 2
f. Lintas ekuivalen rencana (LER)
LER = LET.FP
Dimana : FP = Faktor penyesuaian = UR / 10
3. Dari data curah hujan ,persentase kendaraan berat ,keadaan topograafi
setempat.maka didapat faktor
4. Tentukan indeks permukaan awal (Ipo)
5. Tentukan indeks permukaan pada akhir dan awal umur rencana
berdasarkan LER ( Lintas Ekuivalen Rencana ).
31
32
33
34