Anda di halaman 1dari 22

A.

PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan, terdapat beberapa komponen yang sangat
penting dan menjadi fatal akibatnya jika ditinggalkan. Salah satu dari
komponen tersebut adalah evaluasi. Evaluasi merupakan bagian dalam
pembelajaran yang secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari proses
belajar tersebut. Istilah evaluasi mempunyai padanan kata dalam bahasa
Indonesia, yaitu penilaian. Salah satu cara untuk memperbaiki proses
pendidikan yang paling efektif ialah dengan mengadakan evaluasi tes hasil
belajar. Hasil tes itu diolah sedemikian rupa sehingga dari hasil pengolahan
itu dapat diketahui komponen-komponen manakah dari proses belajar-
mengajar itu yang masih lemah.
Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh
seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, guru akan
mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat,
hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik. Peranan
evaluasi dalam pendidikan dan pembelajaran merupakan aspek yang sangat
penting, bahkan dipandang sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan
dengan keseluruhan proses pendidikan dan pembelajaran. Penting karena
dengan evaluasi akan diketahui apakah tujuan dari pendidikan dan
pembelajaran sudah tercapai atau belum. Selain itu dengan dilaksanakannya
evaluasi akan diketahui faktor-faktor apa saja yang menjadikan penyebab
pendidikan dan pembelajaran tersebut berhasil atau tidak.
Melihat dari penjelasan di atas, maka evaluasi merupakan cerminan dan
titik tolak bagi seorang guru untuk memperbaiki kinerja dan hasil belajar dari
muridnya. Guru yang cenderung mengabaikan evaluasi, tentu tidak
mengetahui di mana kelemahan dari caranya mengajar dan tidak akan
mengetahui progress peserta didik yang menjadi tanggungjawabnya. Menjadi
sangat penting bagi seorang guru untuk memperhatikan dan memahami
bagaimana evaluasi dalam pembelajaran itu dilaksanakan, karena salah dalam
mengevaluasi tentu akan menghasilkan outpun yang salah dan tidak tepat
sasaran.

1
Evaluasi dalam pembelajaran bukan hanya sekedar angka-angka. Seorang
murid yang gagal, seorang murid yang nakal, seorang murid yang tidak
mencapai target dalam pembelajaran merupakan salah satu kongklusi dari
evaluasi yang dilakukan oleh guru. Namun yang terpenting bagi seorang guru
adalah menjadikan evaluasi bukan hanya sebagai hasil akhir bagi hasil belajar
siswa, namun menjadi titik awal bagi seorang guru untuk mengetahui
bagaimana dia mengajar, teknik yang digunakan, komunikasi antara guru dan
murid, dan tentunya perubahan hasil belajar murid.
Guru atau seorang pendidik tentu memiliki andil yang sangat besar dalam
keberhasilan siswa ketika belajar di sekolah. Oleh sebab itu seorang guru
harus memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk memotivasi siswa dapat
belajar. Guru yang baik tidak selalu merasa dirinya paling benar dan pintar
akan tetapi murid dijadikan sebagai tempat sharing atau saling menukar ilmu.
Akan tetapi, sebagai peserta didik murid akan menjadikan seorang guru itu
sebagai motivator, mentor, atau sebagai salah satu sumber bagi mereka untuk
mendapatkan ilmu dan untuk mengajukan pertanyaan,
Sekarang ini banyak guru yang melaksanakan kegiatan evaluasi, tetapi
tidak mempunyai pemahaman terhadap istilah evaluasi tersebut. Hal ini
tentunya akan menimbulkan masalah dalam proses pendidikan pada
umumnya, dan proses pembelajaran pada khususnya. Oleh karena itu guru
atau calon guru harus dibekali bagaimana cara mengevaluasi pembelajaran
yang baik dan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Karena evaluasi
bukan hanya suatu proses untuk mengklasifikasikan keberhasilan atau
kegagalan dalam belajar, tetapi juga sangat penting untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pengajaran.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka sangat penting bagi
seorang guru dan seorang calon guru mengerti dan memahami apa itu yang
dimaksud dengan evaluasi, tujuan dilaksanakannya evaluasi, prinsip-prinsip
evaluasi, urgensinya bagi guru dan peserta didik, dan bagaimana evaluasi itu
harus dilaksanakan. Penjelasan-penjelasan tersebut akan penulis rangkum
dalam pembahasan-pembahasan berikutnya.

2
B. KONSEP DASAR TES, PENGUKURAN (MEASUREMENT),
PENILAIAN (ASESMEN), DAN EVALUASI
Pada dasarnya semua orang menyadari bahwa setiap saat melakukan
kegiatan evaluasi. Setiap saat juga setiap orang menyadari bahwa mereka
telah melakukan kegiatan pengukuran dan penilaian. Selain itu untuk
mendapatkan nilai dari sesuatu maka manusia juga melakukan serangkaian
tes. Pada dasarnya dari kalimat-kalimat di atas, terdapat setidaknya 4 istilah
yang pada penggunaannya seringkali terjadi tumpang tindih (overlap) . Satu
sisi, orang memang lebih cenderung untuk mengartikan istilah-istilah
tersebut sebagai sesuatu yang persis sama dan sebagian lagi menyatakan
bahwa istilah-istilah tersebut merupakan sesuatu yang berbeda baik itu dari
segi makna dan penempatannya. “Istilah tes, pengukuran, penilaian, dan
evaluasi dalam kegiatan pembelajaran merupkan suatu rangkaian kegiatan
untuk mengetahui hasil belajar siswa”.1 Pada dasarnya istilah-istilah di atas,
terdapat persamaan, hubungan, dan perbedaan sebagaimana yang akan
penulis uraikan satu persatu.

1. Konsep Dasar Tes


Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa
Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia.
Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari
tanah.2 Seiring perkembangan zaman, istilah tes merujuk kepada ujian
dan percobaan. Terdapat beberapa pengertian tes yang diajukan oleh para
ahli. Menurut Anderson dalam Suharsimi Arikunto, test is comprehensive
assessment of an individual or to an entire program evaluation effort (tes
adalah penilaian yang komprehensif terhadap seorang individu atau
keseluruhan usaha evaluasi program).3 Selanjutnya dalam pengertian
lain, “Tes adalah sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh evaluator

1
Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor, Konsep
dan Aplikasi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013), hal. 9.
2
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,2010)
hlm. 66
3
Ibid

3
secara lisan atau tertulis yang harus dijawab oleh peserta tes (testee)
dalam bentuk lisan maupun tulisan.4
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dalam dunia pendidikan
tes dimaksudkan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang
penguji (guru) kepada peserta test (peserta didik) dengan menggunakan
instrument-instrumen yang bertujuan untuk menggali informasi sejauh
mana pengetahuan dan pemahaman peserta terhadap bahan dan materi
ajar yang telah disampaikan oleh guru. Penggalian informasi ini
bertujuan untuk memberikan gambaran dan proyeksi bagi seorang guru
untuk menentukan langkah ke depat melihat dari hasil yang ditunjukkan
oleh peserta didik baik itu dalam bentuk pemahaman, sikap, dan
perbuatan.
Tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang sistematik,
komprehensive, dan objektif sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai
dasar untuk pengambilan keputusan pembelajaran yang telah dilakukan
oleh guru. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada
pelaporan dan tindak lanjutnya.5 Komprehensif dalam arti bahwa tes
dilakukan untuk mengukur berbagai kemampuan peserta didik khususnya
kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Mengukur kemampuan praktik meliputi
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,
penyesuaian pola gerakan dan kreatifitas. Mengukur kemampuan sikap
meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap,
mengorganisasikan dan pembentukan sikap, mengorganisasikan dan
pembentukan pola hidup. Objektif yaitu mengukur apa yang seharusnya
diukur dan jawaban tes hanya berada di dua kutub yaitu benar dan salah.
Sebelum sampai pada uraian yang lebih jauh, maka akan
diterangkan lebih dahulu arti dari beberapa istilah-istilah yang
berhubungan dengan tes ini.
a. Tes: (sebelum ada ejaan yang disempurnakan dalam bahas
indonesia disebut test) adalah merupakan alat atau prosedur yang
4
Supardi, op.Cit, hal. 9
5
Ibid, hal 10

4
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara atau aturan-aturan yang ditentukan.
b. Testing: Testing merupakan saat waktu tes itu dilaksanakan. Dapat
juga dikatakan testing adalah saat pengambilan tes.
c. Testee: Dalam istilah indonesia adalah responden yang sedang
mengerjakan tes.
d. Tester: Adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan
pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lain tester
adalah subjek evaluasi.6
Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik/tes kinerja. Tes
tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memebrikan jawaban
jawaban tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Tes lisan adalah tes yang
dilaksakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara yang
melakukan tes (tester) dengan peserta (testee). Pertanyaan dan jawaban
diberikan secara lisan. Tes praktik (kinerja) adalah tes yang meminta
peserta tes melakukan perbuatan/mendemonstrasikan/menampilkan
keterampilan.

2. Konsep Dasar Pengukuran (Measurement)


Pengukuran merupakan salah satu prosedur yang dapat ditempuh
untuk melakukan evaluasi. Maksudnya pengukuran dilakukan dalam
rangka mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan untuk
membuat keputusan dalam evaluasi. Berdasarkan definisi, “Pengukuran
yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan measurement dan dalam bahasa
Arabnya adalah muqayasah dapat diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan untuk mengukur sesuatu”.7 Selain itu mengukur juga bermakna
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, Pengukuran bersifat
Kuantitatif. Jadi dalam pengertian ini, pengukuran adalah suatu tindakan
atau proses untuk menentukan kuantitas dari sesuatu dan menghasilkan
alternatif-alternatif jawaban.

6
Suharsimi Arikunto, op.Cit, hal. 53.
7
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012),
hal. 4

5
Suharsimi Arikunto memberikan pengertian pengukuran lebih
eksak daripada penilaian. Jadi mengukur yaitu mencari ukuran luas, isi,
berat, dari suatu benda, suatu gejala atau suatu proses. Jadi pengukuran
merupakan kuatitatifikasi dari suatu penilaian.8 Pengukuran bersifat
kuantitatif yakni untuk mengetahui atau menentukan luas, dimensi,
banyaknya, dan derajat kesanggupan suatu hal atau benda. Tugas
pengukuran berhenti sampai mengetahui berapa banyak pengetahuan yang
telah dimiliki siswa tanpa memperhatikan arti dan penafsiran terhadap
banyaknya pengetahuan yang dimilikinya itu.9 Dalam proses belajar
mengajar, Pengukuran dilakukan untuk mengetahui seberapa perubahan
tingkah laku siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar, pengukuran
hasil belajar umumnya menggunakan tes sebagai alat ukur.10
Berdasarkan beberapa pengertian tentang pengukuran yang
dikemukakan di atas, dapat dikemukakan bahwa pengukuran adalah suatu
proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu. Kata “sesuatu”
bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, white board,
dan sebagainya. Dalam proses pengukuran, tentu guru harus menggunakan
alat ukur (tes atau non-tes). Alat ukur tersebut harus standar, yaitu
memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Dalam bidang
pendidikan, psikologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan
pengukuran biasanya menggunakan tes.
Dalam pendidikan, pengukuran hasil belajar umumnya
menggunakan tes sebagai alat pengukur. Contohnya untuk mengukur
keberhasilan proses pembelajaran PAI, yang diikuti oleh 10 orang siswa
dilakukan tes dengan jumlah 10 soal dengan hasil sebagai berikut.
No Nama Siswa Skor
1 Maman Abdurrahman 7
2 Harri Ramadanil 6

8
Suharsimi, op.cit. hal. 2
9
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar & Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2009), hal. 203
10
Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi
dalam Proses Pembelajaran,( Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2013), hlm 211

6
3 Ujang Wardi 8
4 Deden Prayogi 5
5 Aris Hidayat 9
6 Ranti Purwasih 7
7 Zilong Mestika 6
8 Satria Diguna 8
9 Resti Malahayati 9
10 Alan Gustio Liandra 7
Tabel 1. Hasil Skoring (Simulasi Pengukuran)
Proses pembuatan soal, pelaksanaan tes, dan penskoran hasil tes
merupakan rangkaian proses pelaksanaan pengukuran. Sementara angka-
angka yang dicapai siswa pada tabel di atas merupakan contoh skor hasil
pengukuran yang berupa angka. Namun, skor-skor tersebut belum
memberikan arti apa pun secara lebih tentang kondisi siswa tersebut. Hal
ini disebabkan belum dilakukan penilaian dengan cara membandingkan
skor yang diperoleh siswa dalam pengukuran tersebut dengan norma,
patokan, atau kriteria-kriteria tertentu yang digunakan sebagai
pembanding. 11
“Unsur-unsur pokok yang ada dalam pengukuran meliputi: (1)
adanya objek yang akan diukur (kognitif, afektif, dan psikomotor), (2)
adanya tujuan pengukuran, (3) adanya alat ukur (tes dan non-tes), (4)
proses pengukuran, dan (5) hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif”.12

3. Konsep Dasar Penilaian


Penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu berarti
mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau
berpegang keapada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau
bodoh, dan sebagainya.13
Penilaian adalah suatu prosedur sistematis dan mencakup kegiatan
mengumpulkan, menganalisis, serta menginterprestasikan informasi yang

11
Ibid, hal. 210-211
12
Supardi, op.Cit, hal. 11
13
Anas Sudjiono, op.Cit, hal. 4

7
dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tentang karakteristik
seseorang atau objek.14
Dalam pengertian yang disampaikan oleh Supardi, penilaian adalah
mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan mengacu kepada
ukuran tertentu seperti baik dan buruk, pandai atau bodoh, tinggi atau
rendah, dan sebagainya.15 Sedangkan dalam pengertian yang disampaikan
oleh Isjoni, penilaian adalah usaha untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang menyeluruh, berkesinambungan, obyektif, tentang proses
dan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar
mengajar (KBM) yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan perlakuan
dan tindakan selanjutnya.16
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, pada dasarnya dalam
penilaian adalah memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan proses dan
hasil belajar yang dilakukan secara sistematis dan terencana serta
berkesinambungan. Penilaian ini berkenan terhadap perencanaan, proses,
dan hasil pendidikan. Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di
kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar
peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan
balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan
kelas. Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar
yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaiannya.
Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk
menentukan strategi mengajar yang baik dalam memotivasi peserta didik
untuk belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan
kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang
diterapkan.
Unsur pokok dalam Penilaian, (1) Merupakan kelanjutan dari
kegiatan pengukuran, (2) adanya standar dijadikan pembanding , (3)
adanya proses perbandingan antara hasil pengukuran dan standar, (4)

14
Kusaeri, dan Suprananta, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2012), hlm. 8.
15
Supardi, op.Cit, hal. 11
16
Isjoni, Evaluasi Belajar Mengajar, (Pekanbaru: UNRI Press, 2003), hal. 4

8
adanya proses merubah skor menjadi nilai (konversi), (5) adanya hasil
penilian yang bersifat kualitatif.17

4. Konsep Dasar Evaluasi


Secara Harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation,
dalam bahasa Arab: al-taqdir, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian.
Akar katanya adalah value, dalam bahasa Arab al-qimah, dalam bahasa
Indonesia berarti nilai. Dengan demikian secara harfiah evaluasi
pendidikan (educational evaluation, al-taqdir al-tarbawiy) dapat diartikan
sebagai penilaian dalam (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai hal-
hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.18Kata kerjanya evaluate
yang berarti menaksir atau menilai. Sedangkan orang yang menilai atau
menaksir disebut sebagai evaluator.19
Secara terminologis evaluasi dikemukakan ahli sebagai berikut:
a. Menurut H.M. Sukardi, evaluasi adalah proses memahami, memberi
arti, mendapatkan, dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi
keperluan pengambil keputusan.20
b. Anas Sudjiono menjelaskan bahwa evaluasi adalah kegiatan atau
proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu
atau hasil-hasilnya.
c. Menurut Suharsimi Arikunto mengadakan evaluasi meliputi
langkah-langkah pengukuran dan penilaian.21
d. Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian program pendidikan,
perencanaan suatu program substansi pendidikan, termasuk
kurikulum dan pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan

17
Supardi, op.Cit, hal. 12
18
Anas Sudjiono, op.Cit, hal. 1
19
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
hal.118
20
Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), hal. 1
21
Suharsimi, op.Cit, hal.3

9
kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, dan reformasi pendidikan
secara keseluruhan.22
Berbicara tentang pendidikan di Indonesia pengertian istilah evaluasi
pendidikan sebagaimana telah dikemukakan oleh Lembaga Administrasi
Negara bahwa evaluasi setidaknya memiliki batasan sebaai berikut:
a. Proses/ kegiatan untuk menentukan kemajauan pendidikan,
dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan
b. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (bagi
penyempurnaan pendidikan.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan istilah terkait tes, pengukuran,
penilaian, dan evaluasi di atas, apabila keempat kegiatan tersebut
digabungkan (tes, pengukuran, penilaian, dan evaluasi hasil belajar) dapat
di ilustrasikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Peserta Skor Konvers Nilai Keputusan
PG Essay Jml Angka Huruf
Aan 34 25 59 84 A- Lulus Amat Baik
Mukhlas 40 23 63 90 A Lulus Paling Baik
Arman 35 18 53 76 B Lulus Cukup Baik
Lilis 45 23 68 97 A+ Lulus Sempurna
Neneng 37 19 56 80 B+ Lulus Baik
Tabel 2. Hubungan Tes, Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi hasil belajar
Keterangan:
a. Tes dalam bentuk piihan ganda dan essay merupakan alat yang
digunakan dalam pengukuran, penilaian, dan evaluasi
b. Skor merupakan hasil kegiatan pengukuran
c. Kategori A, A-, A+, B, dan B- adalah hasil kegiatan penilaian
d. Klasifikasi lulus amat baik, lulus sempurna, lulus cukup baik, dan
lulus baik merupakan hasil dari evaluasi.
Maka pada dasarnya terdapat persamaan dan saling keterkaitan antara satu
sama lainnya diantara proses-proses kegiatan tersebut. Hal inilah terkhusus di

22
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2013),
hal.185

10
Indonesia penggunaan istilah istilah tersebut cenderung dipergunakan saling
bergantian tanpa merubah makna dan tujuan dari penggunaan istilah tersebut
tergantung kepada cakupan luas penggunaannya. Cakupan luas penggunaan
disini meliputi penggunaan untuk mencari atau mendapatkan informasi terkait
dengan hasil belajar, atau lebih luas lagi terkait untuk pengembangan
pendidikan di Indonesia secara keseluruhan.

C. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN


Sebagaimana yang telah diungkapkan pada pembahasan sebelumnya
bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang didahului oleh proses pengukuran
dan penilaian, maka evaluasi memiliki 3 fungsi pokok:
1. Mengukur kemajuan
2. Menunjang penyusunan rencana
3. Melakukan perbaikan dan penyempunaan kembali.23
Secara umum fungsi evaluasi hasil belajar adalah:
1. Mendorong dan memotivasi siswa untuk belajar
2. Memantau ketercapaian kriteria ketuntasan minimum yang telah
ditetapkan dan telah dicapai oleh siswa
3. Sebagai pertanggungjawaban publik (public accountability) kepada
stakeholder pendidikan (sekolah, guru, orangtua, siswa, dan
masyarakat)
4. Sebagai alat untuk mengendalikan dan menjamin mutu kualitas
pembelajara yang telah dilaksanakan di sekolah oleh guru maupun
siswa.
5. Menemukan kesulitan belajar siswa.24
Secara khusus anas Sudjiono membagi fungsi evaluasi hasil belajar
sebagai berikut:
1. Fungsi psikologis
a. Bagi peserta didik, evaluasi hasil belajar memungkinkan peserta
didik untuk mengenal kapasitas dan status dirinya

23
Anas Sudjiono, op.Cit, hal.8
24
Supardi, op.Cit, hal. 15

11
b. Bagi pendidik, evaluasi hasil belajar bagi pendidik akan
mengukur kepastian tentang hasil usahanya.
2. Fungsi didaktik
a. Bagi peserta didik, evaluasi hasil belajar akan memberikan
dorongan perbaikan dan peningkatan prestasi belajar
b. Bagi pendidik, evaluasi hasil belajar akan berfungsi sebagai:
1) Fungsi diagnostik: evaluasi hasil belajar berfungsi untuk
melihat kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh peserta didik
dalam belajar dan kelemahan-kelemahan serta faktor-faktor
yang menyebabkannya.
2) Fungsi penempatan: evaluasi hasil belajar digunakan untuk
menempatkan peserta didik berdasarkan kemampuan dan
tingkat belajar yang dimilikinya sehingga dimungkinkan
penggunaan strategi yang tepat bagi guru dalam
menyampaikan materi ajar.
3) Fungsi selektif: evaluasi berfungsi hasil belajar digunakan
untuk melakukan seleksi atau penilaian peserta didik
4) Fungsi bimbingan: evaluasi hasil belajar dapat dimanfaatkan
untuk mendiagnosis bakat-bakat dan kemampuan-kemampuan
khusus yang dapat dijadikan sebagai bahan bimbingan kepada
siswa untuk mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan
yang dimilikinya.
5) Fungsi Instruksional: evaluasi hasil belajar dapat bermanfaat
bagi guru untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran.
3. Fungsi Administratif yaitu evaluasi hasil belajar berfungsi:
a. Berfungsi untuk memberikan laporan
b. Berfungsi untuk memberikan data
c. Berfungsi untuk memberikan gambaran25

25
Anas Sudjiono, op.Cit, hal. 7-15

12
D. TUJUAN EVALUASI PENDIDIKAN
Anas sudjiono membagi tujuan evaluasi dalam pendidikan kepada tujuan
umum dan tujuan khusus26:
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua yaitu:
a. Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan
sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan
yang dialami oleh para peserta didik setelah meraka mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode
pengajaran yang telah digunakan dalam proses pembelajaran
dalam jangka waktu tertentu.
2. Tujuan Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari kegiatan evaluasi
dalam bidang pendidikan adalah:
a. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh
program pendidikan. Tanpa adanya evaluasi maka tidak mungkin
timbul kegairahan atau rangsangan pada diri peserta didik untuk
memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing.
b. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab
keberhasilan peserta didik dan ketidak berhasilan peserta didik
dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan
ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.
Secara lebih rinci, supardi memberikan tujuan evaluasi hasil belajar
yaitu:
1. Penelusuran kesesuaian proses pembelajaran dengan rencana
2. Pengecekan kelamahan dalam proses pembelajaran
3. Mencari penyebab kelemahan dan kesalahan proses pembelajaran
4. Mengetahui keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
5. Mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh siswa

26
Anas Sudjiono, op.Cit, hal. 36-37

13
6. Diagnosis dan usaha perbaikan kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa
7. Menempatkan siswa dalam kelas atau kelompoknya
8. Seleksi kenaikan kelas dan kelulusan
9. Pemberian bimbingan dan penyuluhan
10. Mengetahui pencapaian kurikulum
11. Memberikan nilai dalam keberhasilan untuk pencapaian tujuan
pendidikan secara kelembagaan.27

E. PRINSIP EVALUASI PENDIDIKAN


Prinsip tidak lain merupakan pernyataan yang mengandung kebenaran
hampir sebagian besar, jika tidak dikatakan benar untuk semua kasus. Secara
umum ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi yaitu ada
triangulasi atau hubungan erat tiga komponen meliputi (1) Tujuan
pembelajaran, (2) Kegiatan belajar atau KBM, (3) Evaluasi.28 Jika evaluasi
hasil-hasil belajar dikehendaki supaya mentap, maka penyelenggaraannya
harus dilakukan dengan memperhatikan dua faktor umum:
1. Perbedaan potensi-potensi yang dibawa oleh masing-masing pelajar
pada suatu situasi belajar. Kesehatan fisik, ebilitas mental, kondisi
emosional, minat dan kebutuhan, serta lingkungan rumah tangga dan
sosial, karena ini semua direfleksikan pada berbagai sikap dan
kebiasaan-kebiasaan para pelajar, kesemuanya itu menentukan dasar-
dasar di atas mana dibangun melalui media pendidikan formal dan
informal berbagai ilmu pengetahuan, keterampilan-keterampilan,
kebiasaan-kebiasaan dan berbagai sikap yang dapat terjadi pada tiap
individu bila diusahakan.
2. Berbagai tuntutan sosial dan ekonomi daerah sekitar, di mana pelajar
mempersiapkan untuk dapat turut berpartisipasi aktif di dalamnya.
Masyarakat telah meletakkan standar-standar tertentu terhadap tingkah
laku dan sikap yang harusdidiperpegangi oleh semua warga

27
Supardi, op.Cit, hal. 13
28
Suharsimi, op.Cit, hal. 38

14
masayarakat tanpa mengindahkan tempat dan fungsi mereka dalam
masyarakat ini.29
Anas Sudjiono menetapkan prinsip-prinsip dasar dalam pelaksanaan
evaluasi hasil belajar yaitu:
1. Prinsip keseluruhan yaitu: evaluasi dapat dikatakan terlaksana dengan
baik apabila dilaksanakan secara bulat, utuh, dan menyeluruh.
2. Prinsip kesinambungan yaitu: evaluasi hasil belajar yang baik adalah
evaluasi yang dilaksanakan secara teratur dan sambung menyambung
dari waktu ke waktu.
3. Prinsip obyektifitas yaitu: evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan
sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor
yang sifatnya subyektif.30
Selanjutnya prinsip evaluasi sebagaimana yang disampaikan oleh Supardi
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Evaluasi harus masih dalam kisi-kisi kerja tujuan yang telah ditentukan
2. Evaluasi sebaiknya dilaksankan secara komprehensive
3. Evaluasi diselenggarakan dalam proses yang kooperatif antara guru dan
peserta didik
4. Evaluasi dilaksanakan dalam proses yang kontinu
5. Evaluasi harus peduli dan mempertimbangkan nilai-nilai yang
berlaku.31

F. KLASIFIKASI EVALUASI PENDIDIKAN


Klasifikasi atau penggolongan evaluasi dalam bidang pendidikan sangat
beragam. Sangat beragamnya pengklasifikasian ini disebabkan berbedanya
sudut pandang dalam meberikan klasifikasi tersebut. Salah satu cara
pengklasifikasian terhadap evaluasi pendidikan itu adalah dengan jalan
membedakan evaluasi pendidikan tersebut atas tiga kategori, yaitu:
1. Klasifikasi evaluasi pendidikan yang didasarkan pada fungsi evaluasi
dalam proses pendidikan.

29
Z. Kasijan, Psikologi Pendidikan, (Bojonegoro: PT Bina Ilmu, 1987), hal .5-6
30
Anas Sudjiono , Op.Cit, hal. 31-33
31
Sukardi, op.Cit, hal. 4

15
Dilihat dari fungsi evaluasi pendidikan, maka evaluasi pendidikan
dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan:
a. Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan-kebutuhan psikologis
b. Evaluasi pendidikan yang dilandaskan dalam rangka memenuhi
kebutuhan-kebutuhan didaktik
c. Evaluasi yang dilandaskan dalam rangka memenuhi kebutuhan
administratif.
2. Klasifikasi evaluasi pendidikan yang didasarkan kepada pemanfaatan
informasi yang bersumber dari kegiatan evaluasi dalam proses
pendidikan.
Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan pendidikan,
evaluasi dalam bidang pendidikan, evaluasi dapat diklasifikasikan
menjadi dua golongan yaitu:
a. Evaluasi yang didasarkan kepada banyaknya orang yang terlibat
dalam pengambilan keputusan pendidikan
b. Evaluasi pendidikan yang mendasarkan diri kepada jenis atau
macamnya keputusan pendidikan.
3. Klasifikasi evaluasi pendidikan yang dilatarbelakangi oleh
pertanyaan, dimana atau bagian manakah evaluasi itu
dilaksanakan dalam rangka proses pendidikan.
Dari segi ini evaluasi pendidikan dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu:
a. Evaluasi formatif: yaitu evaluasi yang dilaksanakan ditengah-
tengah atau saat berlangsungnya proses pembelajaran.
b. Evaluasi sumatif: evaluasi yang dilaksakan setelah sekumpulan
program pembelajaran selesai diberikan, dengan kata lain evaluasi
yang dilaksanakan setelah seluruh unit pelajaran selesai
diajarkan.32

32
Ibid, 18-23

16
G. OBYEK EVALUASI PENDIDIKAN
Objek evaluasi biasa disebut juga dengan sasaran evaluasi. Yaitu segala
sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan
informasi tentang sesuatu tersebut. Salah satu cara untuk mengetahui obyek
dari evaluasi pendidikan adalah dengan jalan menyoroti input dari evaluasi
yang dianggap sebagai bahan mentah yang akan diolah. Anas Sudjiono
membagi objek evaluasi dalam pendidikan dilihat dari inputnya kepada 3 aspek
yaitu:
1. Aspek kemampuan
2. Aspek kepribadian
3. Aspek sikap.33
Pendapat yang lain, sebagaimana dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto
membagi objek evaluasi dalam pendidikan dilihat dari inputnya kepada empat
aspek yaitu:
1. Kemampuan
2. Kepribadian
3. Sikap-sikap
4. Intelegensi
Secara lebih lengkap Supardi membagi objek evaluasi dalam pendidikan
kepada sepuluh pembagian yaitu:
1. Prestasi atau hasil belajar: hasil belajar yang dicpai oleh siswa
berbentuk pengetahuan berbentuk sikap, keterampilan, kecerdasan,
sosial, kepribadian, dan moral. Prestasi atau hasil belajar diukur dengan
menggunakan tes baku dan tes non baku serta non tes.
2. Sikap: merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka
ataupun tidak suka. Objek pengukuran sikap meliputi sikap terhadap
mata pelajaran, sikap terhadap SK-KD/KI-KD dan indikator
pembelajaran, sikap terhadap guru, sikap terhadap proses pembelajaran,
sikap terhadap kasus-kasus tertentu dan sikap terhadap nilai-nilai
tertentu.

33
Ibid, 25

17
3. Perilaku: perilaku merupakan tindakan atau perbuatan manusia. Ia dapat
dipengaruhi oleh karakteristik yang melekat pada diri individu dan
lingkungan yang mempengaruhinya. Karena perilaku merupakan suatu
tindakan, maka dapat dinilai dari sudut baik dan buruk.
4. Motivasi diukur dengan menggunakan instrument motivasi yang dapat
dikembangkan dengan teori-teori motivasi.
5. Intelegensi: inteligensi dapat diukur dengan menggunakan tes
inteligensi seperti tes wecler, tes inteligensi multiple, tes stanfor bine,
dan tes boned simon.
6. Bakat: tes yang sering digunakan untuk mengukur bakat adalah tes
bakat numerik, tes bakat mekanik, tes bakat seni, tes bakat olahraga, dll.
7. Kecerdasan emosional: kecerdasan emosional dapat diukur dengan
menggunakan instrument kecerdasan emosional yang dapat
dikembangkan dari teori-teori kecerdasan emosional.
8. Minat: minat diukur dengna intrument minat yang dikembangkan dari
teori minat.
9. Kepribadian: kepribadian dapat diukur dengan tes kepribadian seperti,
California Psycologichal Enventory (CPI), dan Minnesota Multiphasic
Personality (MMPI).
10. Moral: Moral dapat diukur dengan menggunakan instrument minat yang
dikembangka dari teori –teori moral.34

H. RUANG LINGKUP EVALUASI PENDIDIKAN


Mengingat luasnya cakupan pendidikan, dapat diidentifikasi bahwa
evaluasi pendidikan dapat dikelompokkan kepada tiga cakupan meliputi:
1. Evaluasi Pembelajaran: Evaluasi yang mencakup dan meliputi lingkup
kelas dan pembelajaran.
2. Evaluasi program: Mencakup pembahasan yang lebih luas. Cakupan bisa
dimulai dari evaluasi kurikulum sampai kepada evaluasi program studi.
3. Evaluasi sistem: Merupakan evaluasi di bidang yang cakupannya paling
luas. Macam-macam kegiatan yang termasuk ke dalam evaluasi sistem

34
Supardi, op.Cit, hal. 17-19

18
diantaranya evaluasi diri, evaluasi internal, evaluasi eksternal, evaluasi
kelembagaan untuk mencapai tujuan tertentu, sebagai contoh evaluasi
akreditasi lembaga pendidikan.35
Secara khusus ruang lingkup evaluasi dalam bidang pendidikan disekolah
sebagaimana yang diungkapkan oleh Anas Sudjiono mencakup tiga komponen
utama, yaitu
1. Evaluasi mengenai program pengajaran
Evaluasi atau penilaian terhadap program pengajaran akan mencakup
tiga hal:
a. Evaluasi terhadap tujuan pengajaran
b. Evaluasi terhadap isi program pengajaran
c. Evaluasi terhadap strategi belajar mengajar
2. Evaluasi mengenai proses pelaksanaan pengajaran
Evaluasi mengenai proses pelaksanaan pengajaran akan mencakup:
a. Kesesuaian antara proses belajar mengajar yang berlangsung
dengan garis-garis besar program pengajaran yang telah
ditentukan.
b. Kesiapan guru dalam melaksanakan program pengajaran.
c. Kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
d. Minat atau perhatian siswa didalam mengikuti pelajaran.
e. Keaktifan atau partisipasi siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
f. Peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang
memerlukannya
g. Komunikasi dua arah antara guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung
h. Pemberian dorongan atau motivasi kepada siswa
i. Pemberian tugas-tugas kepada siswa dalam rangka penerapan
teori-teori yang telah diajarkan
j. Upaya menghilangkan dampak negatif yang timbul sebagai akibat
dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan disekolah.

35
Sukardi, op.Cit, hal.5

19
3. Evaluasi mengenai hasil belajar.
Evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik ini mencakup:
a. Evaluasi mengenai tingkat penguasaan peseta didik terhadap
tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai dalam unit-unit program
pengajaran yang bersifat terbatas.
b. Evaluasi mengenai tingkat pencapaian peserta didik terhadap
tujuan-tujuan umum pengajaran.36

G. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan-penjelasan pada pembahasan-pembahasan
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Pada dasarnya pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan terdapat
hubungan antara tes, pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
Pelaksanaan kegiatan evaluasi didahului oleh kegiatan
pengukuran dan penilaian dengan menggunakan alat ukur standar
berupa test dan non test.
b. Fungsi evaluasi dalam pendidikan dapat di bagi kepada fungsi
umum dan fungsi khusus. Secara umum evaluasi berfungsi
mengukur kemajuan, menunjang penyusunan rencana,
memperbaiki dan menyempurnakan kembali. Secara khusus
evaluasi memiliki fungsi psikologis, fungsi didaktik, dan fungsi
administratif.
c. Evaluasi dalam pendidikan memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Penelusuran kesesuaian proses pembelajaran dengan
rencana
2) Pengecekan kelemahan dalam proses pembelajaran
3) Mencari penyebab kelemahan dan kesalahan proses
pembelajaran
4) Mengetahui keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru

36
Anas Sudjiono, op.Cit, hal. 29-30

20
5) Mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh siswa
6) Diagnosis dan usaha perbaikan kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa
7) Menempatkan siswa dalam kelas atau kelompoknya
8) Seleksi kenaikan kelas dan kelulusan
9) Pemberian bimbingan dan penyuluhan
10) Mengetahui pencapaian kurikulum
11) Memberikan nilai dalam keberhasilan untuk pencapaian
tujuan pendidikan secara kelembagaan
d. Pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan harus berpegang kepada
prinsip keseluruhan (komprehensif), prinsip kesinambungan, dan
prinsip obyektifitas.
e. Klasifikasi atau penggolongan evaluasi dalam pendidikan dangat
beragam yang disebabkan perbedaan sudut pandang. Salah satu
cara mengklasifikasikan evaluasi pendidikan adalah dengan
membedakan evaluasi pendidikan tersebut ke dalam tiga kategori,
yaitu:
1) Klasifikasi yang didasarkan kepada fungsi evaluasi dalam
proses pendidikan.
2) Klasifikasi yang didasarkan kepada pemanfaatan informasi
yang bersumber dari hasil evaluasi
3) Klasifikasi yang didasarkan atas pertanyaan dimana atau
pada bagian manakah evaluasi itu dilaksanakan dalam rangka
proses pendidikan.
f. Adapun yang menjadi obyek dari evaluasi pendidikan adalah:
1) Prestasi atau hasil belajar
2) Sikap
3) Perilaku
4) Motivasi
5) Intelegensi
6) Bakat
7) Kecerdasan emosional

21
8) Minat
9) Kepribadian
10) Moral
g. Ruang lingkup evaluasi dalam pendidikan meliputi evaluasi
pembelajaran, evaluasi program, evaluasi sistem.
2. Kritik dan saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah
ini. Maka kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
demi terciptanya kesempurnaan makalah ini.

22

Anda mungkin juga menyukai