Anda di halaman 1dari 4

Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian utama dari

pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Perawat memenuhi jumlah tenaga
kesehatan terbesar di rumah sakit yaitu mencapai 60-65% dari jumlah seluruh pegawai yang
ada. Tenaga keperawatan yang terlibat dalam pelayanan kesehatan senantiasa memberikan
pelayanan secara kontiyu dan konsisten selama 24 jam. Hal ini harusnya menjadi perhatian
yang besar bagi stakeholder,pimpinan rumah sakit dan manajer keperawatan, mengingat
profesi perawat dan peran mereka dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Banyak keluhan yang diterima oleh pihak rumah sakit tentang ketidakpuasan dari pasien dan
keluarga pasien terhadap pelayanan keperawatan, seperti perawat yang kurang optimal dalam
melakukan asuhan keperawatan, lamanya respon perawat terhadap bel pasien, ketidaktepatan
waktu pemberian obat-obatan dan pemberian suntikan. Hal ini akan berdampak terhadap
ketidakpuasan pelanggan. Perawat memiliki kontribusi yang unik terhadap kepuasan pasien
dan keluraganya (Long & Green, 1994).

Disisi lain tak jarang manajer keperawatan juga menerima keluhan dari perawat terhadap
meningkatnya beban kerja tambahan non keperawatan yang dilakukan seperti mengisi
kelengkapan alat kesehatan, melengkapi administrasi kepulangan pasien, pengiriman resep
dan pengambilan obat atau alat kesehatan ke farmasi, pengiriman pasien ke radiologi dan
laboratorium, ditambah lagi menemani dokter kunjungan kepada pasien dan masih banyak
lagi lainnnya. Semua itu notabene bukan merupakan tugas utama perawat, yang mau tidak
mau masih menjadi tugas yang dibebankan kepada perawat di rumah sakit. Hal ini
berdampak terabaikannya tugas utama keperawatan sehingga kinerja perawat menjadi tidak
optimal. Namun seringkali permintaan penambahan tenaga keperawatan yang diajukan ke
pimpinan rumah sakit tidak disetujui karena tidak disertai data-data yang akurat dan rasional.
Implikasinya bagi manajer keperawatan mengajukan pengusulan kekurangan tenaga perawat
dengan menyajikan data-data terkait tugas utama perawat yang sering diabaikan dan tugas
perawat non keperawatan yang menjadi beban kerja tambahan bagi perawat di rumah sakit.

Apa saja tugas utama perawat yang sering tidak dikerjakan?

Tiga belas tugas keperawatan yang diperlukan namun paling sering tidak dikerjakan yang
berhasil diidentifikasi antara lain: pengawasan/kontrol pasien, perawatan hygiene,
oral hygiene, manajemen nyeri, memberikan rasanyaman/berbicara dengan pasien, mendidik
pasien dan keluarga, perawatan dan prosedur, pengelolaan obat-obatan tepat waktu,
menyiapkan pasien dan keluarga untuk discharge (discharge planning, liaisonpenghubung
dengan multi-profesional tim dan keluarga), pendokumentasian asuhan keperawatan yang
adekuat, mengembangkan atau memperbarui rencana asuhan keperawatan/care pathways,
rencana perawatan dan mengubah posisi pasien secara berkala (Sermeus et al. 2011).

Berdasarkan hasil penelitian, tugas keperawatan yang tidak diselesaikan, contohnya


pengkajian pasien, pengembangan rencana perawatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan
yang diperlukan untuk perawatan pasien bahwa perawat profesional tidak dapat
menyelesaikan sepenuhnya selama shift kerjanya karena kendala waktu atau sumber daya
(Scott et al. 2012). Penelitian di Afrika Selatan, menemukan bahwa 46,3% dari waktu
perawat profesional dihabiskan untuk tugas-tugas non-keperawatan dalam sembilan
jam shift(N, Coetzee, & Klopper, 2015).
Apa saja tugas non keperawatan yang paling sering menyita waktu perawat?

Tugas-tugas non-keperawatan secara umum dapat dibagi menjadi sembilan kategori:


memberikan dan mengambil nampan makanan; merapikan ruang rawat; mengangkut pasien;
memesan peralatan/persediaan logistik ruangan; mengambil peralatan/persediaan yang
dipesan; mengatur rujukan dan transportasi (administrasi rutin); phlebotomies rutin; mengisi
waktu untuk layanan non-keperawatan dan tugas administrasi (Van Tonder 1988, Aiken et al.
2001, Bruyneel et al. 2012). Hasil penelitian, tiga tugas utama non-keperawatan yang
dilakukan adalah tugas administrasi, mengatur/mengarahkan rujukan dan transportasi pasien,
sedangkan tugas utama keperawatan yang terabaikan oleh perawat adalah memberikan rasa
nyaman/bicara dengan pasien, mendidik pasien dan keluarga dan
mengembangkan/memperbaharui rencana asuhan keperawatan (N, Coetzee, & Klopper,
2015).

Meningkatnya beban kerja perawat nonkeperawatan ini merupakan salah satu penyebab
terabaikannya tugas-tugas utama perawat yang berorientasi pasien. Berkurangnya waktu
perawat untuk melakukan interaksi dengan pasien dan melakukan asuhan keperawatan.

Dari fenomena diatas, dilakukan penelitian dengan menyediakan tenaga asisten keperawatan
di unit rumah sakit, hasil yang di peroleh didapatkan adanya perbedaan secara signifikan
terhadap ketepatan waktu perawatan, efektifitas perencanaan asuhan keperawatan dan respon
terhadap keluhan pasien (Roche, Duffield, Friedman, Dimitrelis, & Rowbotham, 2015). Hasil
penelitian diatas dapat dijadikan salah satu solusi terhadap permasalahan yang terjadi di
rumah sakit terkait beban kerja perawat non keperawatan. Hal ini menjadi penting mengingat
dampak yang di timbulkan akibat meningkatnya beban kerja perawat memiliki keterkaitan
dengan keselamatan pasien (patient safety), kepuasan pelanggan, kinerja perawat dan
kepuasan perawat itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi belum optimalnya kinerja
perawat salah satunya adalah tingginya beban kerja perawat. Berdasarkan penelitian ada
hubungan yang bermakna antara beban kerja perawat dengan keselamatan pasien
(Prawitasari, 2009). Selain itu dampak lainnya yang mungkin timbul akibat meningkatnya
beban kerja adalah kelelahan kerja. Kelelahan kerja memeberi kontribusi 50% terhadap
terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati, 2007). Oleh karena itu perlu dikaji ulang permasalah
beban kerja perawat sehingga tidak menimbulkan masalah keselamatan pasien dan
keselamatan pegawai. Perawat yang memiliki tingkat kelelahan yang tinggi tidak puas
dengan pekerjaan mereka (Zhou et al., 2015). Perawat yang tidak puas dapat mempengaruhi
kinerja perawat tersebut (Vroom, 1960; Strauss, 1968). Kinerja perawat berhubungan dengan
mutu pelayanan keperawatan (Nurhidayat, A, et al, 2015) dan pelayanan keperawatan
berpengaruh terhadap kepuasan pasien ( Valentine, 1997). Kepuasan pasien di sini di
pengaruhi oleh kualitas pelayanan yang di berikan oleh perawat dan perilaku perawat selama
memberikan pelayanan keperawatan..

Isu Strategis

Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap rumah sakit untuk menjamin pemberian


pelayanan kesehatan yang berkualitas dan aman bagi pasien serta tuntutan dari profesi
perawat tentang beban kerja mereka yang tidak proporsional membutuhkan
perhatian stakeholder pelayanan kesehatan, untuk dianalisis dan dicarikan solusinya
mengingat pentingnya keselamatan pasien serta keselamatan pegawai dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan. Beberapa tuntutan ini merupakan isu strategis yang harus
segera direspon dengan pembuatan kebijakan agar tidak memperparah permasalahan yang
ada.

Kritikan terhadap kebijakan yang ada

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI Nomor 33 tahun 2015 kebijakan mengenai


analisis beban kerja, standar minimal dan analisis kerja sudah sangat baik kebijakannya,
namun belum mengatur tentang beban kerja non keperawatan yang selama ini menjadi beban
kerja tambahan bagi perawat. Sehingg perlu dibuatkan lagi kebijakan dari rumah sakit atau
instansi masing-masing yang mengatur tentang tugas pokok perawat secara jelas dan
bagaimana pelaksanannya. Sehingga masing-masing tenaga kesehatan mengetahui secara
terperinci tentang tugasnya di instansi rumah sakit.

Permasalahan tentang beban kerja non keperawatan itu sendiri sebisa mungkin di carikan
solusinya misalnya dengan mengajukan penambahan tenaga administrasi ataupun tenaga
asisten perawat yang bertugas mengerjakan tugas non keperawatan atau bila belum
memungkinkan, manajer keperawatan harus dapat memperhitungkan beban kerja non
keperawatan sebagai beban kerja tambahan yang dimasukkan dalam perhitungan analisis
beban kerja yang kemudian dapat digunakan untuk memperhitungkan kebutuhan jumlah
perawat di masing-masing ruang rawat atau bahkan untuk dimasukkan dalam perhitungan
pemberian rewardterhadap kerja yang sudah dilakukan.

Alternatif Pilihan Kebijakan

Untuk mengatasi hal ini ada beberapa alternatif pilihan kebijakan yang dapat diambil
oleh stakeholder di Rumah Sakit untuk mengoptimalkan kualitas kerja perawat terkait
meningkatnya beban kerja tambahan non keperawatan yang dilakukan oleh perawat :

Membuat pedoman perencanaan kebutuhan tenaga perawat dan asisten perawat serta
anggaran biaya agar perencanaan sesuai dengan kondisi ideal yang diharapkan. Kebijakan ini
di buat oleh top manajer di lavel internal Rumah Sakit.

Alternatif ini akan lebih cost efektif karena untuk pemenuhan tenaga asisten perawat itu
sendiri kualifikasi pendidikannya non skill,dapat di isi pelamar yang berpendidikan
SLTA/sederajat dan kualifikasi ini sangat banyak tersedia, tentu saja standar gaji yang
dikeluarkan akan lebih murah dibandingkan harus menambah jumlah perawat dimasing-
masing ruangan karena meningkatnya beban kerja tambahan non keperawatan. Dari segi
profesionalitas, perawat akan merasa lebih puas dan dihargai karena disini sudah jelas
dibedakan yang mana tugas perawat dan mana tugas non keperawatan.

Membuat pedoman penghitungan kebutuhan perawat disetiap ruangan berdasarkan analisis


beban kerja keperawatan dan beban kerja non keperawatan. Disini semua beban kerja
perawat di analisis untuk mendapatkan kebutuhan jumlah perawat, reward yang akan
diberikan dengan mengunakan metode ABK yang terdapat di dalam Permenkes RI No.33
tahun 2015.
SELANJUTNYA

Kelemahannya masih terdapat tumpang tindih antara tugas keperawatan dan non keerawatan.
Apabila semua beban kerja non keperawatan juga di perhitungkan sebagai beban kerja
tambahan bagi perawat, maka akan menyebabkan meningkatnya alokasi tenaga perawat yang
dibutuhkan. Tentu saja pada akhirnya alokasi anggaran gaji yang lebih besar karena
pendidikan profesi perawat sendiri termasuk kedalam skill profesion.Selain itu di bebarapa
daerah tertentu masih banyak kekurangan tenagaperawat karena terkendala distribusinya
yang belum merata di seluruh daerah di Indonesia.

Rekomendasi Kebijakan

Adapun rekomendasi kebijakan yang disarankan oleh penulis adalah alternatif kebijakan yang
pertama yaitu membuat pedoman perencanaan kebutuhan tenaga perawat dan asisten perawat
serta anggaran biaya agar perencanaan sesuai dengan kondisi ideal yang diharapkan. Karena
sudah saatnya stakeholderyang ada di rumah sakit mulai melirik kearah peningkatan
profesionalisme untuk mendapatkan kualitas pelayanan yang bermutu. Dengan demikian
diharapkan kepuasan pasien dan kepuasan perawat meningkat sehingga kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit pun meningkat.

Anda mungkin juga menyukai