Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

NAFZA

DOSEN FASILITATOR :
JENNY SAHERNA, Ns., M.Kep

OLEH :
PRITA ANGGRIANA
NPM. 1714201110044

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2019
BAB 1
LATAR BELAKANG

1.1 Pendahuluan
Narkoba, psikotropka dan zat adiktif lainnya (NAPZA) atau bisa disebut
dengan narkoba(narkotika dan bahan/obat berbahaya) masih menjadi
permasalahan hal ini menjadi masalah yang sederhana dan perlu adanya upaya
penanggulangan secara menyeluruh dengan melibatkan kerja sama
multidispliner,multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dapat
dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuensi dan konsisten. golongan
NAPZA telah menjadi manfaat bagi pengobatan, namun apabila
disalahgunakan atau digunakan tidak menurut tahapan medis atau standar
pengobatan apa lagi jika disertai dengan peredaran dijalur ilegal, akan
berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya
generasi muda. sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA terdapat pada
generasi muda karena yang paling sering menjadi sasaran strategis. maka dari
itu kita semua perlu mewaspadai adanya bahaya dan pengaruhnya terhadap
ancaman kelangsungan pembinaan generasi muda.

1.2 Tujuan
1.2.1 Menjelaskan pengertian NAPZA ?
1.2.2 Apa saja jenis NAPZA ?
1.2.3 Apa saja faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA ?
1.2.4 Apa saja tanda dan gejala NAPZA ?
1.2.5 Bagaimana dampak penyalahgunaan NAPZA ?
1.2.6 Jelaskan penanganan NAPZA ?
1.2.7 Apa saja bantuan rehabilitasi NAPZA ?
1.2.8 Bagaimana tahapan rehabilitasi medis NAPZA ?
1.3 Sasaran
1.3.1Pasien Rehabilitasi NAPZA
1.4 Waktu Dan Tempat Kegiatan
Tempat : Rs. Sambang Lihum
Hari/Tanggal : Selasa,07 mei 2019
Waktu : 30 Menit

1.5 Jadual kegiatan


NO WAKTU KEGIATAN

1 3 menit Pembukaan
2 20 menit Penyajian
3 4 menit Diskusi
4 3 menit Penutup
BAB 2
TEMA SAP

Bidang : S1 Keperawatan
Topik : Perawatan Rehabilitasi Pasien NAPZA
Sub Topik : Rehabilitasi Pasien NAPZA
Sasaran : Pasien Rehabilitasi NAPZA
Tempat : Rs. Sambang Lihum
Hari/Tanggal : Selasa,07 mei 2019
Waktu : 30 menit

2.1 Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penkes tentang perawatan rehabilitasi pasien NAPZA
selama 1 x 30 menit diharapkan pasien mampu mengerti dan memahami
tentang perawatan rehabilitasi pasien NAPZA dan mengimplementasikan
pengetahuan tentang perawatan rehabilitasi pasien NAPZA.

2.2 Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penkes selama 1x30 menit, diharapkan klien dapat:
2.2.1 Menjelaskan pengertian NAPZA ?
2.2.2 Apa saja jenis NAPZA ?
2.2.3 Apa saja faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA ?
2.2.4 Apa saja tanda dan gejala NAPZA ?
2.2.5 Bagaimana dampak penyalahgunaan NAPZA ?
2.2.6 Jelaskan penanganan NAPZA ?
2.2.7 Apa saja bantuan rehabilitasi NAPZA ?
2.2.8 Bagaimana tahapan rehabilitasi medis NAPZA ?

2.3 Sasaran
2.3.1 Pasien Rehabilitasi NAPZA
2.4 Pokok Materi (Terlampir)
1. Pengertian narkoba (NAPZA)
2. Jenis NAPZA
3. Faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA
4. Tanda dan gejala NAPZA
5. Dampak penyalahgunaan NAPZA
6. Penanganan NAPZA

2.5 Media
Leaflet
2.6 Metode
Ceramah
Tanya jawab
2.7 Kriteria Evaluasi
Dilakukan setelah ceramah diberikan dengan mengacu pada tujuan yang
telah ditetapkan.
1. Kriteria struktur
a. Semua peserta penyuluhan hadir/ikut dalam kegiatan penyuluhan
dengan jumlah yang sudah ditetapkan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Gedung Universitas
Muhammadiyah Banjarmaisn
c. Tim pelaksaan telah siap baik alat maupun kelengkapan lainnya,
sehingga kegiatan penyuluhan dapat segera dimulai pada jam 08.00
WITA.

2. Kriteria Proses
a. Audience/peserta penyuluhan dengan tenang dan tertib
memperhatikan serta mendengarkan penyampaian materi
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai
d. Suara pemateri dapat didengar jelas dan dipahami oleh audience/
peserta penyuluh

3. Pertanyaan
a. Menjelaskan pengertian NAPZA ?
b. Apa saja jenis NAPZA ?
c. Apa saja faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA ?
d. Apa saja tanda dan gejala NAPZA ?
e. Bagaimana dampak penyalahgunaan NAPZA ?
f. Jelaskan penanganan NAPZA ?
g. Apa saja bantuan rehabilitasi NAPZA ?
h. Bagaimana tahapan rehabilitasi medis NAPZA ?

4. Kriteria Hasil
a. Seluruh materi sudah tersampaikan
b. Peserta mengerti tentang perawatan rehabilitasi pasien NAPZA
c. Dapat menyebutkan pengertian NAPZA, jenis, penyebab, tanda
gejala, penanganan, bantuan rehabilitasi dan tahapan rehabilitasi
medis NAPZA

2.8 Kegiatan
No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1 3 Menit Pembukaan 1. Menjawab salam
a. Membuka kegiatan dengan 2. Mendengarkan
mengucapkan salam 3. Memperhatikan
b. Memperkenalkan diri
c. Menyampaikan kontrak waktu
d. Menyebutkan judul dan materi
yang akan disampaikan
e. Menyampaikan tujuan
2 20 Menit Pelaksanaan 1. Memperhatikan
a. Appersepsi materi penyuluhan penjelasan dan
b. Menjelaskan materi mendengarkan materi
penyuluhan kepada klien 2. Bertanya
1) Menjelaskan pengertian
narkoba (NAPZA) ?
2) Apa saja jenis NAFZA ?
3) Apa saja faktor penyebab
penyalahgunaan NAFZA ?
4) Apa saja tanda dan gejala
NAFZA ?

5) Bagaimana dampak
penyalahgunaan NAFZA ?
6) Jelaskan penanganan
NAFZA ?
7) Apa saja bantuan
rehabilitasi NAFZA?
8) Bagaimana tahapan
rehabilitasi medis NAFZA
?
c. Memberikan kesempatan
untuk bertanya kepada klien
3 4 Menit Evaluasi Menjawab
a. Menanyakan kembali
mengenai semua materi yang
telah dipenkeskan kepada klien
(Feed Back)
b. Memberikan reward kepada
klien atas jawaban yang benar

4 3 Menit Terminasi 1. Memperhatikan dan


a. Mengucapkan terimakasih atas mendengarkan
peran serta klien 2. Menjawab salam
b. Mengucapkan salam penutup

2.9 Pengorganisasian
Pembicara : PRITA ANGGRIANA
Pembawaacara :
Fasilitator : JENNY SAHERNA, Ns., M.Kep
BAB 3
ISI MATERI

A. Pengertian NAPZA
Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi
kejiwaan / psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat
menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam
NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.

B. Jenis NAPZA
1. Narkotika : Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah : zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan, ada 3 golongan :
a. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
b. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin,
Petidin.
c. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : Codein.
2. Psikotropika : Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau
obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
a. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Ekstasi.
b. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
c. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
d. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat
luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam (BK,
DUM).

3. Zat Adiktif Lainnya : Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan /
zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika,
meliputi :
a. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh
menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan
manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan
bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat
pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman
beralkohol :
1) Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % (Bir).
2) Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % (Berbagai minuman anggur)
3) Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % (Whisky, Vodca, Manson
House, Johny Walker).
b. Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan
rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering
disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
c. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas
di masyarakat.

C. Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA


Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :
1. Faktor individual :
Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang
mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat. Ciri –
ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar menggunakan NAPZA :
a. Cenderung memberontak
b. Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas.
c. Perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada
d. Kurang percaya diri
e. Mudah kecewa, agresif dan destruktif
f. Murung, pemalu, pendiam
g. Merasa bosan dan jenuh
h. Keinginan untuk bersenang-senang yang berlebihan
i. Keinginan untuk mencaoba yang sedang mode
j. Identitas diri kabur
k. Kemampuan komunikasi yang rendah
l. Putus sekolah
m. Kurang menghayati iman dan kepercayaan.

2. Faktor Lingkungan :
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan
baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat.
a. Lingkungan Keluarga :
1) Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
2) Hubungan kurang harmonis
3) Orang tua yang bercerai, kawin lagi
4) Orang tua terlampau sibuk, acuh
5) Orang tua otoriter
6) Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya
7) Kurangnya kehidupan beragama.
b. Lingkungan Sekolah :
1) Sekolah yang kurang disiplin
2) Sekolah terletak dekat tempat hiburan
3) Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
4) Adanya murid pengguna NAPZA
c. Lingkungan Teman Sebaya :
1) Berteman dengan penyalahguna
2) Tekanan atau ancaman dari teman
d. Lingkungan Masyrakat / Sosial :
1) Lemahnya penegak hukum
2) Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
D. Tanda Dan Gejala NAPZA
1. Tanda Fisik
a. Kesehatan fisik menurun
b. Penampilan diri menurun
c. Badan kurus, lemah, malas
d. Pernapasan lambat dan dangkal
e. Suhu badan tidak beraturan
f. Pupil mata mengecil
g. Tekanan darah menurun
h. Tejang otot
i. Kesadaran makin lama makin menurun
j. Selera makan berkurang

2. Tanda-tanda di rumah
a. Membangkang terhadap teguran orang tua
b. Semakin jarang ikut kegiatan keluarga
c. Mulai melupakan tangung jawab rutinnya di rumah
d. Sering pulang lewat jam malam dan menginap di rumah teman
e. Sering pergi ke diskotik, mall atau pesta
f. Pola tidur berubah: pagi susah dibangunkan, malam suka begadang
g. Bila ditanya, sikapnya defensive atau penuh kebencian
h. Menghabiskan uang tabungannya dan selalu kehabisan uang (bokek)
i. Mering mencuri uang dan barang-barang berharga di rumah, dan ini
sering tidak diketahui.
j. Sering merongrong keluarganya untuk minta uang dengan berbagai
alas an (pandai-pandailah mengecek apakah uang yang dimintanya
untuk bayar ini dan itu di sekolah, betul-betul diminta oleh sekolah
dan dibayarkan).
k. Malas mengurus diri (tidak mau membereskan tempat tidur, malas
menggosok gigi, kamar berantakan, malas membantu).
l. Sering tersinggung dan mudah marah
m. Menarik diri, sering di kamar dan mudah marah
n. Sering berbohong
o. Bersikap lbih kasar terhadap angota keluarga lainnya dibandingkan
dengan sebelumnya.
p. Sekali-kali dijumpai dalam keadaan mabuk, bicara pelo (cedal) dan
jalan sempoyongan

q. Ada obat-obatan, kertas timah, bau-bauan yang tidak biasa di rumah


(terutama kamar mandinya atau kamar tidurnya), atau ditemukan
jarum suntik namun ia mengatakan barang-barang itu bukan
miliknya.

E. Dampak Penyalahgunaan NAPZA


1. Gangguan fisik : fungsi organ-organ tubuh terganggu (hati, jantung, paru, otak,
dll). Berkeringat dingin, nyeri hebat, mual dan muntah, Penyakit menular
karena pemakaian jarum suntik bergantian (hepatitis B/C, HIV. AIDS),
kematian, Ketergantungan, yang menyebabkan gejala sakit jika pemakainya
dihentikan atau dikurangi.
2. Gangguan psikis : cemas, gelisah, sulit tidur, mudah tersinggung, gangguan
perkembangan mental-emosional.
3. Gangguan dalam kehidupan keluarga, sekolah dan sosial (pertengkaran,
masalah keuangan, putus sekolah, menganggur, kriminalitas, dipenjara,
dikucilkan, dll).

F. Penanganan NAPZA
Kunci rehabilitasi narkoba adalah melakukannya secepat mungkin. Untuk itu
diperlukan psikiater atau ahli adiksi yang dapat menangani masalah
ketergantungan narkoba.

Sebagaimana pecandu lain, pecandu narkoba seringkali menyangkal


kondisinya dan sulit diminta untuk melakukan rehabilitasi. Biasanya
dibutuhkan intervensi dari keluarga atau teman untuk memotivasi dan
mendorong pengguna narkoba untuk mau menjalani rehabilitasi.

1. Pengobatan medis
Penanganan dengan obat-obatan akan dilakukan dalam pengawasan
dokter, tergantung dari jenis narkoba yang digunakan. Pengguna narkoba
jenis heroin atau morfin, akan diberikan terapi obat seperti methadone.
Obat ini akan membantu mengurangi keinginan memakai narkoba.
Obat jenis lain yang dapat digunakan untuk membantu rehabilitasi
narkoba, adalah naltrexone. Namun, obat ini memiliki beberapa efek
samping dan hanya diberikan pada pasien rawat jalan, setelah ia
menerima pengobatan detoksifikasi. Naltrexone akan menghalangi efek
narkoba berupa perasaan senang, bahagia, sehat, dan meredanya rasa
sakit, serta mengurangi keinginan untuk mengonsumsi narkoba.

2. Konseling
Konseling merupakan bagian penting dalam mengobati penyalahgunaan
narkoba. Konseling yang dilakukan oleh konselor terhadap pengguna
narkoba dalam rehabilitasi akan membantu si pengguna mengenali
masalah atau perilaku yang memicu ketergantungan tersebut. Konseling
biasanya dilakukan secara individu. Meski demikian, tak tertutup
kemungkinan untuk melakukan konseling secara berkelompok.

Konseling bertujuan untuk membantu program pemulihan, seperti


memulai kembali perilaku hidup sehat ataupun strategi menghadapi
situasi yang berisiko penggunaan narkoba kembali terulang. Konselor
bertanggung jawab untuk memahami bagaimana kecanduan narkoba
pada seseorang secara keseluruhan, sekaligus memahami lingkungan
sosial yang ada di sekitarnya untuk mencegah terulangnya
penyalahgunaan narkoba.
Penanganan untuk mengatasi dampak ketergantungan narkoba perlu
melibatkan berbagai aspek lainnya, seperti aspek sosial dan dukungan
moral dari orang terdekat dan lingkungan sekitar. Tak jarang pecandu
narkoba dapat kembali beraktivitas normal dan menjalani hidup dengan
lebih baik setelah menjalani penanganan medis, ditambah dukungan
moral dan sosial yang baik.

G. Bantuan Rehabilitasi
Bantuan rehabilitasi bagi para pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan
narkoba di Indonesia merujuk pada Peraturan Bersama tentang Penanganan
Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam
Lembaga Rehabilitasi yang diterbitkan pada tahun 2014. Bantuan rehabilitasi
juga merujuk pada Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika dan
Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2011.

Kedua peraturan ini memastikan para pengguna narkoba mendapatkan


layanan rehabilitasi yang diperlukan dan tidak lagi ditempatkan sebagai
pelaku tindak pidana atau kriminal.

Mereka dapat melaporkan diri pada Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)
resmi yang tersebar di seluruh Indonesia, yang terdiri dari Rumah Sakit,
Puskesmas, serta Lembaga Rehabilitasi Medis, baik milik pemerintah atau
swasta. Sejak diresmikan pada tahun 2011, kini jumlah IPWL di seluruh
Indonesia sudah mencapai 274 institusi.

Seluruh IPWL yang tersedia memiliki kemampuan melakukan rehabilitasi


medis, termasuk terapi untuk menangani gejala, program detoksifikasi, terapi
penyakit komplikasi, maupun konseling. Sedangkan IPWL berbasis rumah
sakit, juga dapat memberikan rehabilitasi medis yang memerlukan rawat inap.
H. Tahapan Rehabilitasi Medis
Ada tiga tahap rehabilitasi narkoba yang harus dijalani, yaitu:
1. Tahap pertama, tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi), yaitu proses di
mana pecandu menghentikan penyalahgunaan narkoba di bawah
pengawasan dokter untuk mengurangi gejala putus zat (sakau). Pada
tahap ini pecandu narkoba perlu mendapat pemantauan di rumah sakit
oleh dokter.

2. Tahap kedua, tahap rehabilitasi non medis, yaitu dengan berbagai


program di tempat rehabilitasi, misalnya program therapeutic
communities (TC), pendekatan keagamaan, atau dukungan moral dan
sosial.
3. Tahap ketiga, tahap bina lanjut, yang akan memberikan kegiatan sesuai
minat dan bakat. Pecandu yang sudah berhasil melewati tahap ini dapat
kembali ke masyarakat, baik untuk bersekolah atau kembali bekerja.

Permohonan rehabilitasi narkoba dapat dilakukan melalui situs daring milik


Badan Narkotika Nasional (BNN).

Ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi sebelum seseorang dapat menjalani
program rehabilitasi narkoba tersebut, antara lain kelengkapan surat
permohonan rehabilitasi, hasil tes urine, hasil pemeriksaan medis secara
keseluruhan, kesediaan orang tua atau wali yang dapat mewakili, dan
persyaratan administratif lainnya.

Yang perlu dipahami, proses melepaskan diri dari narkoba untuk


penggunanya tidaklah mudah. Selain menjalani rehabilitasi narkoba, mereka
juga membutuhkan dukungan keluarga dan masyarakat agar dapat kembali
menjalani hidup sehat dan produktif. Jika Anda atau orang yang Anda kenal
sedang berjuang untuk melawan ketergantungan narkoba, jangan ragu untuk
berkonsultasi ke psikiater.
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, D. 2006. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA. Jakarta:
Universitas Indonesia

Riyanto, Hendro. 2009. Penegakan Diagnosa terhadap Penyalahgunaan


NAPZA. Jakarta: EGC

Somar, Lambertus. 2011. Rehabilitas pecandu Narkoba. Jakarta: Grasindo

Anda mungkin juga menyukai