File PDF
File PDF
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia -
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 48 yang diselenggarakan pada tanggal 02
Januari – 14 Februari 2014.
Laporan ini merupakan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker
di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Setelah mengikuti kegiatan PKPA ini,
diharapkan apoteker yang lulus nantinya dapat mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat pada saat memasuki dunia kerja.
Kegiatan PKPA ini dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada:
Penulis
2014
NPM : 1306343561
Kata kunci : Apotek Kimia Farma No. 48; Penatalaksanaan Penyakit Hernia
Tugas umum : xiii + 72 halaman; 5 lampiran
Tugas khusus : iii + 22 halaman
Daftar Acuan Tugas Umum : 15 (1978 – 2013)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 5 (1994 – 2005)
NPM : 1306343561
DAFTAR ACUAN…………………………………………………………... 65
LAMPIRAN ................................................................................................. 67
xii
xiii
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 48 bertujuan
agar mahasiswa:
Universitas Indonesia
a. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 40 Tahun 2013
tentang Pedoman Pengelolaan Prekursor Farmasi.
b. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2010 tentang Prekursor.
c. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
d. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 347/ MenKes/SK/VII/1990
tentang Daftar Obat Wajib Apotek.
e. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang
Obat Wajib Apotek No. 3
f. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SIK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
g. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI
3 Universitas Indonesia
a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama
dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan
tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lain yang
merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
Universitas Indonesia
b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi.
c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lain di luar sediaan
farmasi.
Universitas Indonesia
Tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek terdiri dari:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. Fotokopi SIPA;
b. Fotokopi KTP;
c. Surat pernyataan APA, tentang tidak bekerja di perusahaan farmasi lain atau
APA di apotek lain;
d. Surat izin dari atasan langsung (untuk pegawai negeri dan ABRI);
e. Fotokopi ijazah apoteker yang telah dilegalisir;
f. Surat pernyataan kesanggupan menjadi APA.
Apotik, atau puskesmas atau IFRS. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab
difasilitas pelayanan kefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk 1 (satu)
tempat fasilitas kefarmasian. SIPA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. SIPA dapat dibatalkan
demi hukum apabila pekerjaan kefarmasian dilakukan pada tempat yang tidak
sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. Untuk mendapatkan SIPA,
Apoteker harus memiliki(Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 55):
Universitas Indonesia
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik.
Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah
menggolongkan obat menjadi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, serta
narkotik dan psikotropik.
Universitas Indonesia
Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep
dokter. Tanda khusus yang terdapat pada obat bebas adalah lingkaran bulat
berwarna hijau dengan garis tepi hitam.
Universitas Indonesia
Obat keras adalah obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter. Tanda
pada obat keras berupa lingkaran bulat berwarna bulat merah dengan garis tepi
hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi dan harus mencantumkan
kalimat “Harus dengan resep dokter”.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika hanya dapat
digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Obat narkotika ditandai dengan palang medali
berwarna merah.
Universitas Indonesia
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Psikotropika digolongkan menjadi empat golongan sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Adapun Obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria :
Universitas Indonesia
m) Pseudoephedrine
n) Safrole
2. Prekursor tabel II meliputi :
a) Acetone
b) Anthranilic Acid
c) Hydrochloric Acid
d) Methyl Ethyl Keton
e) Phenylacetic Acid
f) Piperidine
g) Sulphuric Acid
h) Tholuene
nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang
jelas, informasi lainnya.
2. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
3. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian
(dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain)
b. Penyiapan obat
1. Peracikan yang merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang,
mencampur, mengemas, dan memberikan etiket pada wadah. Etiket harus
jelas dan dapat dibaca
2. Kemasan obat yang diserahkan harus rapi dan cocok sehingga terjaga
kualitasnya.
3. Sebelum dilakukan penyerahan obat pada pasien harus dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep dan
penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi
obat dan konseling pada pasien bila diperlukan.
4. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat
pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: fungsi/ kerja obat dalam tubuh,
cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktivitas serta makanan dan minuman yang mungkin harus dihindari
selama terapi
5. Apoteker harus memberikan konseling pada pasien sehingga dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien. Konseling terutama ditujukan untuk
pasien penyakit kronis (hipertensi, diabetes mellitus, TBC, asma dan lain-
lain)
i) Setelah penyerahan obat pada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat dengan cara sesekali mengingatkan
pasien bahwa waktu untuk penebusan obat bulanannya sudah dekat
atau
j) Ethyl Ether
Universitas Indonesia
1. Pengadaan/Pemesanan Narkotika
Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar
Farmasi (PBF) yang telah ditunjuk khusus oleh Menteri, yaitu PT. Kimia Farma
Trading and Distribution (KFTD) dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan
peredaran narkotika. Pemesanan narkotika dilakukan dengan membuat surat
pesanan narkotika asli berupa formulir beli di KFTD yang ditandatangani oleh
Apoteker Penanggung jawab Apotek di Apotek yang dilengkapi dengan nama,
nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) di apotek,tanggal dan nomor surat,
alamat lengkap, dan stempel apotek. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis
narkotika, satu kekuatan obat dan dibeli dengan cara pembayaran Cash on
Demand (COD).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1. Pemesanan Psikotropika
2. Penyimpanan Psikotropika
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. Penyimpanan Prekursor
(1) Prekursor wajib disimpan pada tempat penyimpanan yang aman dan
terpisah dari penyimpanan lain.
(2) Prekursor yang disimpan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dibuktikan diperoleh secara sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(2) Harus tersedia daftar inventaris Prekursor Farmasi yang akan dimusnahkan
mencakup nama produsen, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis
kemasan, jumlah, nomor bets, dan tanggal daluwarsa.
(3) Kebenaran Prekursor Farmasi yang akan dimusnahkan harus dibuktikan
dengan dokumen pendukung yang disetujui oleh Kepala Bagian Pemastian
Mutu bahwa Prekursor Farmasi sudah tidak memenuhi syarat untuk digunakan
dan/atau diedarkan.
(4) Pelaksanaan pemusnahan harus dibuat dengan memperhatikan pencegahan
diversi dan pencemaran lingkungan. Kegiatan pemusnahan ini dilakukan oleh
Apoteker Penanggung Jawab Produksi dan disaksikan oleh petugas Balai
Besar/Balai POM setempat. Kegiatan ini didokumentasikan dalam Berita
Acara Pemusnahan yang ditandatangani oleh pelaku dan saksi.
2.10 Swamedikasi
Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas dalam pengobatan sendiri
(swamedikasi) harus mengikuti prinsip penggunaan obat secara umum,
yaitupenggunaan obat secara aman dan rasional. Swamedikasi yang bertanggung
jawab membutuhkan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan
kualitasnya, serta membutuhkan pemilihan obat yang tepat sesuai dengan indikasi
penyakit dan kondisi pasien.
Universitas Indonesia
Dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas, Apoteker memiliki
dua peran yang sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah
terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya serta memberikan informasi yang
dibutuhkan atau melakukan konseling kepada pasien (dan keluarganya) agar obat
digunakan secara aman, tepat dan rasional. Konseling dilakukan terutama dalam
mempertimbangkan :
1. Ketepatan penentuan indikasi/penyakit
2. Ketepatan pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis), serta
Universitas Indonesia
a. Annual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan satu kali dalam satu tahun.
b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan dilakukan secara periodik dalam
waktu tertentu misalnya mingguan, bulanan, dan sebagainya.
c. Perpetual purchasing
Universitas Indonesia
a. Pembelian kontan
Dalam pembelian kontan, pihak apotek langsung membayar harga obat
yang dibeli dari distributor. Biasanya dilakukan oleh apotek yang baru dibuka
karena untuk melakukan pembayaran kredit apotek harus menunjukkan
kemampuannya dalam menjual.
b. Pembelian kredit
Pembelian kredit adalah pembelian yang pembayarannya dilakukan pada
waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan, misalnya 30 hari setelah obat
diterima apotek.
c. Pembelian konsinyasi (titipan obat)
Pembelian konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek,
dimana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila
barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu
kadaluarsa atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat
dikembalikan pada pemiliknya.
Universitas Indonesia
1. Kelas A : persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas ini
mewakili sekitar 75-80 % dari total nilai penjualan, meskipun jumlahnya
Universitas Indonesia
2.13.1 Attention
Universitas Indonesia
2.13.2 Interest
Strategi ini bertujuan untuk menimbulkan keinginan pengunjung untuk
masuk ke dalam apotek, yang dapat dilakukan dengan cara menyusun obat fast
moving yang dipajang di ruang tunggu agar dapat menarik pembeli sehingga dapat
langsung terlihat oleh pengunjung saat memasuki apotek. Selain itu, obat dapat
disusun dengan menarik yaitu dengan memperhatikan warna kemasan dan disusun
berdasarkan efek farmakologis. Ruang tunggu juga dapat dibuat nyaman dan
bersih sehingga meningkatkan interest.
2.13.3 Desire
Langkah selanjutnya setelah pengunjung masuk ke dalam apotek adalah
menimbulkan keinginan mereka untuk membeli obat. Upaya yang dapat dilakukan
adalah melayani pengunjung dengan ramah, cepat tanggap dengan keinginan
pelanggan, meningkatkan kelengkapan obat, dan memberikan harga yangbersaing.
2.13.4 Action
Setelah melalui beberapa tahap diatas, akhirnya pengunjung apotek
tersebut memutuskan mengambil sikap untuk menjadi pembeli obat di apotek.
Pada tahap ini, pembeli akan merasakan sendiri pelayanan yang diberikan apotek.
Pelayanan yang dapat diberikan antara lain dengan menunjukkan kecepatan
pelayanan dan pemberian informasi yang diperlukan.
Universitas Indonesia
3.1.1.2 Misi
Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui :
36 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
konsep “One Stop Health Care Solution” dengan pengembangan usaha baru
selain Apotek, yaitu laboratorium klinik dan klinik kesehatan, dan optik.
Pelayanan farmasi di Apotek Kimia Farma menggunakan standar Good
Pharmacy Practice (GPP) yaitu standar internasional yang diterbitkan oleh
The International Pharmaceutical Federation serta standar yang
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Sedangkan pelayanan klinik
menggunakan standar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tentang
klinik dan pelayanan laboratorium klinik menggunakan standar Good
Laboratory Practice (GLP) dan prinsip – prinsip akreditasi dari Komite
Akreditasi Laboratorium Kesehatan (KALK) Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
b. Apotek Kimia Farma menjadi “One Stop Service Provider” untuk
komunitas disekitarnya. Dengan demikian, apotek kimia farma tidak lagi
sekedar meyediakan obat, tetapi juga menawarkan penunjang diagnosa dan
pemeliharaan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
c. Paradigma baru menyangkut pelayanan kesehatan terus dikembangkan,
antara lain dengan terus meningkatkan jumlah layanan swalayan farmasi di
Apotek serta penambahan ruang praktek dokter. Selain itu, untuk
menambah rasa nyaman bagi konsumen, Kimia Farma Apotek melakukan
renovasi sekaligus penataan Lay Out ruangan.
Universitas Indonesia
b. Personalia
40 Universitas Indonesia
a. Lokasi
2) Area Optik
Area ini berada di sebelah kiri pintu masuk apotek di depan ruang
tunggu pasien, terdiri dari counter optik dan dilengkapi oleh alat pemeriksa
mata. Pada bagian yang dipisahkan oleh sekat kaca terdapat laboratorium
pemotongan lensa.
3) Area Swalayan farmasi
Area ini berada di sebelah kanan pintu masuk apotek dan mudah
terlihat dari ruang tunggu pasien. Ruangan ini terdiri atas lemari pendingin
yang berisi minuman ringan dan susu, rak – rak untuk meletakkan obat – obat
bebas dan bebas terbatas, alat kesehatan, kosmetika, peralatan dan makanan
bayi serta obat – obat herbal.
4) Tempat penerimaan resep dan Kasir
Tempat ini dibatasi oleh suatu meja yang tingginya sebatas dada yang
membatasi ruang dalam apotek dengan pasien.
Universitas Indonesia
shift, yaitu seorang Apoteker pendamping, kecuali pada saat shift malam yaitu
seorang Asisten apoteker senior.
Kegiatan di Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman, antara lain :
a. Pengadaan Barang
Dilakukan oleh petugas pengadaan yang bertanggung jawab kepada
Manager Apotek Pelayanan. Pengadaan barang dilakukan berdasarkan data
yang tercatat pada buku defekta/permintaan obat serta melakukan
pertimbangan faktor – faktor ekonomi dan kebutuhan dari konsumen yang
sebelumnya harus mendapat persetujuan dari manajer apotek. Kebutuhan
barang tersebut ditulis pada Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA).
Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman
dilakukan melalui Unit Bisnis Jaya II (BM Jaya II). Permintaan barang
dilakukan dengan mentransfer Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA)
melalui Sistem Informasi Manajemen dan Keuangan Apotek (SIMKA).
Barang yang dipesan oleh apotek akan diantar langsung oleh Padagang
Besar Farmasi (PBF) bersangkutan ke gudang BM kecuali untuk Narkotik,
Psikotropik, dan Prekusor diantar langsung oleh PBF ke apotek. Bila
permintaan barang yang tercantum dalam Bon Permintaan Barang Apotek
(BPBA) tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh Bisnis Manajer Jaya II selama 3
hari berturut – turut, maka apotek pelayanan harus mencantumkan kembali
barang tersebut pada Bon Permintaan Barang Apotek selanjutnya. Khusus
untuk pengadaan narkotika, pemesanan dilakukan oleh masing – masing
apotek pelayanan melalui surat pemesanan (SP).
Apotek pelayanan dapat melakukan pembelian mendesak (by pass) jika
obat atau perbekalan farmasi lainnya dibutuhkan segera tetapi tidak ada
persediaan, tetapi tetap harus disetujui dulu oleh bagian pembelian Bisnis Manajer
(BM).
Prosedur pembelian barang melalui BM Jaya II adalah :
1) Bagian pembelian di bisnis manajer mengumpulkan data barang yang
harus dipesan berdasarkan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) dari
apotek pelayanan. Pemesanan reguler dilakukan oleh bisnis manajer
sebanyak 1 kali dalam seminggu yaitu hari senin.
Universitas Indonesia
b. Penerimaan Barang
Setelah barang yang dipesan datang dilakukan penerimaan dan
pemeriksaan barang. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan nama,
kemasan, jumlah, tanggal kadaluarsa dan kondisi barang serta dilakukan
pencocokan antara faktur dengan surat pesanan yang meliputi nama, kemasan,
jumlah, harga barang serta nama pemasok. Kemudian dibuat tanda terima pada
faktur dengan ditandatangani dan diberi stempel apotek.
c. Penyimpanan barang
Apotek memiliki ruang/tempat penyimpanan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya pada sarana swalayan farmasi dan ruang peracikan.
Swalayan farmasi menyediakan tempat untuk men-display obat bebas dan obat
bebas terbatas serta informasi bagi pasien berupa brosur/ leaflet. Di dalam ruang
peracikan, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya disimpan di dalam
rak-rak/lemari yang memudahkan pengisian dan pengeluaran barang.
Universitas Indonesia
d. Penjualan
Penjualan yang dilakukan oleh Apotek KF No.48 meliputi penjualan
tunai dan kredit obat dengan resep dokter, serta pelayanan upaya pengobatan diri
sendiri (UPDS). Penjualan tunai obat dengan resep dilakukan terhadap pelanggan
ang langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan dibayar
secara tunai. Penjualan tunai obat dengan resep dokter mengikuti alur sebagai
berikut :
Universitas Indonesia
a) AA pada bagian penerimaan resep menerima resep dari pasien, lalu dilakukan
pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep tersebut.
b) Ada tidaknya obat pada persediaan akan diperiksa oleh AA. Bila obat yang
dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga dan
pemberitahuan kepada pasien.
c) Setelah disetujui oleh pasien, segera dilakukan pembayaran atas obat dan
dibuatkan struk pembayaran obat tersebut yang disatukan dengan resep
aslinya. Pasien menerima struk pembayaran dan diminta untuk menunggu.
Informasi pasien akan dicatat di Catatan Pengobatan Pasien/ Patient
Medication Records. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas
membuat salinan resep/ copy resep untuk pengambilan sisanya. Bagi pasien
yang memerlukan kuitansi dapat pula dibuatkan kuitansi dan salinan resep di
belakang kuitansi tersebut.
d) Obat disiapkan.
e) Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan label bila perlu dan
dikemas dengan kemasan.
f) Pemeriksaan kembali dilakukan sebelum obat diberikan yang meliputi nomor
resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya, serta dilakukan
juga pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya serta kebenaran kuitansi.
g) Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep yang disertai
dengan informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang
diperlukan pasien. Konseling dapat dilakukan bersamaan pada saat pemberian
informasi obat atas permintaan pasien.
h) Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep dan
disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun.
Penjualan secara kredit obat dengan resep dokter adalah penjualan obat
dengan resep berdasarkan perjanjian kerjasama yang telah disepakati oleh suatu
perusahaan/instansi dengan apotek yang pembayarannya dilakukan secara kredit
melalui penagihan kepada perusahaan secara berkala. Prosedur pelayanan resep
kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai, hanya saja pada
pelayanan resep kredit terdapat beberapa perbedaan seperti:
Universitas Indonesia
Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep yang dibeli secara tunai
kemudian dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan masing –
masing instansi atau perusahaan untuk dilakukan penagihan pada saat jatuh
tempo pembayaran yang telah disepakati bersama.
Universitas Indonesia
datang akan ditukar dengan surat pemesanan khusus yang asli. Surat
pemesanan dibuat rangkap empat, yang masing-masing diserahkan
kepada PBF yang bersangkutan (SP asli dan 2 lembar copy SP), dan satu
lembar sebagai arsip di apotek. Setiap lembar SP hanya berlaku untuk
satu item narkotika.
b) Penerimaan narkotika
Penerimaan narkotika dari PBF harus diterima oleh APA. APA akan
menandatangani faktur tersebut setelah melihat kesesuaian dengan surat
pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis
dan jumlah narkotika yang dipesan.
c) Penyimpanan narkotika
Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia
FarmaNo.48 disimpan dalam lemari khusus yang terkunci memiliki dua
pintu. Kunci lemari tersebut dipegang oleh apoteker pendamping atau
supervisor.
d) Pelayanan narkotika
Apotek Kimia Farma No.48 hanya melayani resep narkotika dari resep
asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No.48
sendiri yang belum
diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani
pembelian obat narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis
oleh apotek lain. Resep yang berisi narkotika dipisahkan dan
digarisbawahi dengan tinta merah serta mencantumkan alamat atau
nomor telepon pasien.
e) Pelaporan narkotika
Universitas Indonesia
2. Pengeloaan psikotropika
Pengelolaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No.48 meliputi :
a) Pemesanan Psikotropika
Pemesanan obat psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat
Pesanan Psikotropika yang boleh berisi lebih dari satu jenis psikotropika.
Universitas Indonesia
b) Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan obat psikotropika dilakukan di lemari khusus yang terpisah
darib sediaan yang lain, terkunci, dan anak kunci dikuasakan kepada AA
penanggung jawab psikotropik.
c) Pelayanan Psikotropika
Apotek Kimia Farma No.48 hanya melayani resep psikotropika dari
resep dokter. Pengulangan resep atau copy resep yang berisi psikotropika
dapat dilayani dengan memeriksa terlebih dahulu kelengkapan serta
kerasionalan resep oleh apoteker.
d) Pelaporan Psikotropika
Prosedur pelaporan penggunaan psikotropika sama dengan pelaporan
penggunaan narkotika melalui program SIPNAP Kemenkes RI.
e) Pemusnahan Psikotropika
Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan
narkotika. Dalam pelaksanaannya, pemusnahan Psikotropika dapat
dilakukan bersamaan dengan pemusnahan narkotika.
3. Pengelolaan Prekusor
Pengelolaan Prekursor Farmasi dan/atau Obat mengandung Prekursor
Farmasi Menurut PerKaBPOM No. 40 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Pengelolaan Prekursor Farmasi dan Obat mengandung Prekursor Farmasi
meliputi kegiatan :
a. Pengadaan ;
1. Pengadaan Prekursor Farmasi dapat dilakukan melalui impor langsung
atau melalui Importir Terdaftar Prekursor Farmasi (IT Prekursor Farmasi).
2. Pengadaan Prekursor Farmasi dan/atau Obat Mengandung Prekursor
Farmasi melalui impor langsung dapat dilakukan bila industri farmasi telah
memiliki izin sebagai Importir Produsen Prekursor Farmasi (IP Prekursor
Farmasi).
Universitas Indonesia
b. penyimpanan;
Prekursor Farmasi baik yang masih dalam status karantina maupun yang
sudah diluluskan, wajib disimpan di gudang yang aman, terpisah dari
penyimpanan bahan obat lain, diberi penandaan yang jelas, terkunci serta
mempunyai penanggung jawab yang ditunjuk. Khusus untuk obat mengandung
Prekursor Farmasi disimpan di gudang yang aman berdasarkan analisis risiko
masing--masing Industri Farmasi. :
Universitas Indonesia
c. pembuatan;
1. Perencanaan produksi obat mengandung Prekursor Farmasi yang
dilakukan oleh bagian Production Planning and Inventory Control (PPIC)
harus memperhatikan jeda waktu antara penimbangan, penyimpanan di
ruang penyimpanan hasil timbang, dan proses pembuatan.
2. Bukti dokumen penyerahan bahan obat dari bagian gudang ke bagian
produksi harus ditandatangani oleh sekurang--kurangnya supervisor
produksi.
3. Penimbangan harus disaksikan oleh sekurang--kurangnya supervisor, jika
diperlukan ruangan penimbangan dapat dilengkapi dengan Closed Circuit
Television (CCTV).
4. Bahan obat yang telah ditimbang untuk keperluan produksi harus disimpan
di ruang penyimpanan hasil timbang dengan aman, terpisah dan terkunci.
Jika bahan obat disimpan bersama dengan bahan obat lain maka harus
disimpan dalam wadah dilengkapi dengan segel bernomor. Sebelum
disimpan, bahan sisa timbang harus ditimbang kembali dengan disaksikan
oleh sekurang-kurangnya supervisor untuk memastikan kebenaran berat
sisa timbang.
Universitas Indonesia
d. penyaluran;
Penyaluran adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan
memindahtangankan Prekursor Farmasi dan/atau Obat Mengandung Prekursor
Farmasi baik dalam rangka perdagangan atau bukan perdagangan.
e. penyerahan;
Penyerahan adalah kegiatan memberikan Obat Mengandung Prekursor
Farmasi antar fasilitas pelayanan kefarmasian maupun kepada pengguna akhir
(pasien) dalam rangka pelayanan kesehatan.
Universitas Indonesia
j. inspeksi diri.
Universitas Indonesia
63 Universitas Indonesia
Tata ruang dan bangunan Apotek Kimia Farma No. 48 ini sudah sesuai
dengan KepMenKes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, dimana bangunan apotek
sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang administrasi dan ruang kerja
apoteker, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan dan penyerahan obat,
ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis. Apotek juga
harus dilengkapi dengan papan nama yang memuat nama apotek, nama APA
(Apoteker Pengelola Apotek), nomor SIA, alamat dan nomor telepon apotek.
Selain bangunan yang memenuhi syarat, apotek harus memiliki perlengkapan
antara lain alat pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortar, gelas ukur,
perlengkapan penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari obat dan lemari
pendingin, tempat penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, buku standar
yang berhubungan dengan apotek seperti ISO, MIMS dan DPHO serta alat
administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur, kuitansi dan salinan resep.
Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman sudah memiliki perlengkapan –
perlengkapan tersebut. Tempat penyiapan obat terletak di bagian belakang
counter penerimaan resep dan penyerahan obat. Dalam ruangan ini terdapat rak-
rak kayu yang di dalamnya terdapat obat-obat yang disusun menurut abjad dan
dikelompokkan menurut bentuk sediaan serta kelompok subterapinya. Untuk obat
antibiotik dan obat psikotropik diletakkan di rak terpisah dengan obat yang lain
sedangkan untuk obat narkotik diletakkan di lemari khusus sesuai dengan
persyaratan yang dipasang pada dinding, terdapat pula lemari pendingin untuk
menyimpan obat obat seperti suppositoria, ovula dan insulin serta terdapat meja
untuk menulis etiket dan aktivitas penyiapan obat lain sebelum diserahkan kepada
pasien. Di bagian atas meja ini terdapat rak untuk meletakkan buku defekta,
blanko bon permintaan barang apotek, salinan resep, kuitansi, tanda terima obat,
permintaan DOWA sedangkan rak bagian bawah digunakan untuk meletakkan
buku-buku seperti ISO, MIMS dan DPHO.
Tempat peracikan terletak di bagian samping tempat penyiapan obat.
Dalam ruangan ini juga terdapat rak-rak kayu sebagai tempat penyimpanan obat.
Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperi timbangan, blender,
lumpang dan alu, bahan baku dan alat-alat meracik lainnya serta wastafel untuk
mencuci alat-alat tersebut.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
berarti semakin besar modal apotek yang tertahan dalam bentuk piutang, namun
karena diimbangi dengan pelayanan resep tunai yang banyak maka hal tersebut
tidak menjadi masalah. Guna memperkecil kesalahan dalam pelayanan resep
maka dilakukan proses pemeriksaan obat sebelum diserahkan ke pasien.
Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan terhadap nama obat, jumlah,
penandaan etiket, permintaan salinan resep dan kuitansi sehingga pasien
menerima obat sesuai dengan yang diresepkan baik jenis, sediaan, jumlah,
maupun aturan penggunaannya.
Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) di apotek ini masih kurang
optimal dilakukan, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan tenaga, waktu
apoteker yang tersedia. Informasi biasanya diberikan sewaktu penyerahan obat
yang berkaitan dengan cara penggunaan, waktu penggunaan, dosis, dan
penyimpanan obat serta pemilihan terapi yang tepat kepada pasien. Pada
umumnya, petugas yang bekerja di bagian pelayanan atau penjualan telah
melayani dengan baik (ramah, sigap dan mau membantu mengatasi kesulitan
pelanggan). Selain itu, petugas juga cukup informatif dalam melayani pelanggan,
berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien dan cepat tanggap dalam
mengatasi keluhan konsumen. Keadaan ini harus terus dipertahankan dan jika
mungkin ditingkatkan lagi.
Universitas Indonesia
6.1 Kesimpulan
a. Apoteker sebagai pengelola apotek memiliki peran penting, serta memegang
tanggung jawab besar dalam pengelolaan seluruh aspek di apotek
b. Apoteker dalam upaya pelaksanaan kegiatan kefarmasian harus dapat
berfungsi secara profesional, retailer dan sebagai manajerial
c. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Apotek Kimia Farma
No.48 Jakarta meliputi pelayanan resep dokter, pelayanan swamedikasi/
usaha penyembuhan diri sendiri (UPDS), serta pelayanan swalayan farmasi,
dan perbekalan alat kesehatan.
d. Proses pengadaan barang yang di Apotek Kimia Farma No 48 berasal dari
dropping gudang berdasarkan BPBA dari apotek maupun dropping antar
apotek jaringan.
6.2 Saran
a. Peningkatan upaya disiplin dalam penulisan stok barang di kartu stok, untuk
meminimalisir angka kekurangan maupun kehilangan barang.
b. Upaya satu pasien satu medical record untuk kemudahan pengecekan obat
dan monitoring riwayat pengobatan pasien terutama bagi costumer UPDS.
c. Peningkatan pengawasan dalam pelayanan UPDS untuk menjaga
kerasionalan pemberian obat bagi pasien
63 Universitas Indonesia
Badan POM RI. (2013). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
No. 40 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan Prekursor Farmasi.
Jakarta. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun
1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.
64 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
MAKALAH HERNIA
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
MAKALAH HERNIA
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
ii
iii
Hernia dapat terjadi akibat kelainan kongenital maupun didapat. Pada anak
– anak atau bayi, lebih sering disebabkan karena kurang sempurnanya proceus
vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Pada
orang dewasa faktor pencetus terjadinya hernia antara lain kegemukan, batuk –
batuk kronis, asites, beban berat, riwayat keluarga, dan lain – lain.
Klasifikasi hernia secara umum adalah hernia eksterna, yaitu jenis hernia
dimana kantong hernia menonjol keseluruhan melewati dinding abdomen. Contoh
dari heria eksterna adalah hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis,
hernia obturatoria. Selain itu terdapat hernia intraparietal, yaitu kantong hernia
berada didalam dinding abdomen. Hernia interna adalah hernia yang kantongnya
berada didalam rongga abdomen seperti hernia diafragma baik yang kongenital
mauun yang didapat. Sedangkan menurut gejalanya, hernia dapat dibedakan
antara reponibel, ireponibel, inkaserata, strangulata. Hernia reponibel adalah
hernia dengan kondisi isi hernia yang dapat keluar masuk dari rongga abdomen ke
kantong hernia dan sebaliknya. Sedangkan pada hernia ireponibel, isi hernia tidak
dapat masuk atau dimasukkan kedalam rongga abdomen. Hernia inkaserata adalah
hernia ireponibel ditambah jepitan usus sehingga memberikan tanda – tanda ileus
obstruktivus. Hernia strangulata adalah hernia ireponibel ditambah dengan tanda –
tanda gangguan sirkulasi lokal daerah hernia karena adanya iskemi atau nekrosis
dari ini hernia, pada kondisi ini, benjolan akan terasa sakit, tegang, edema, atau
bahkan terdapat tanda infeksi.
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaa tugas khusus mengenai penyakit hernia ini, antara lain :
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
spermatica interna, m.cremaster, dan fascia spermatica externa serta bagi yang
congenitalis processus vaginalis tetap terbuka. Pada wanita dimana processus
vaginalis menetap (canalis Nucki), hernia dapat menuju sampai labium majus.
Jika tempat keluar hernia inguinalis indirecta terletak di sebelah lateralis dari
arteria epigastrica, hernia ingunalis directa menonjol keluar melalui trigonum
inguinale di sebelah medial dari arteria tersebut. Hernia inguinalis directa
menembus keluar melalui annulus inginalis superficialis yang melebar menonjol
ke dinding abdomen, ada juga yang berpendapat bahwa hernia ini tidak melalui
annulus inguinalis superficialis, tetapi menonjol melalui “conjoint tendon” dan
mencapai annulus (Sjamsu & Wim, 1997).
Kantung hernia indirek sebenarnya adalah suatu prosesus vaginalis yang
berdilatasi secara persisten. Hernia ini berjalan melalui anulus inguinalis profunda
dan mengikuti selubungnya ke skrotum. Pada anulus profunda, kantung mengisi
sisi lateral dari korda. Lemak properitoneal sering kali berkaitan dengan kantung
indirek dan dikenal sebagai lipoma dari korda, meskipun lemak tersebut bukan
tumor. Organ-organ retroperitoneal seperti misalnya kolon sigmoid, sekum, dan
ureter dapat tergelincir ke dalam kantung indirek. Dalam kantung itu, organ-organ
tersebut menjadi bagian dari dinding kantung dan rentan terhadap cedera selama
perbaikan. Hernia sliding ini sering kali besar dan sebagian iredusibel (Sabiston,
1994).
Universitas Indonesia
skrotum, dan sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimomedial (Sari DK,
dkk, 2005).
Hernia directa tidak begitu sering seperti hernia indirecta; kurang lebih
15% dari seluruh hernia inguinalis dan biasanya bilateral. Biasanya terjadi pada
laki-laki berusia lebih dari 40 tahun, jarang terjadi pada wanita dan terjadi sebagai
akibat kelemahan otot-otot abdomen bagian depan, yang disertai peninggian
tekanan intraabdominal. Kantong hernia terdiri dari peritoneum dan fascia
transversalis. Kantung dari inguinalis direk menonjol secara langsung melalui
dasar kanalis inguinalis, terhadap pembuluh epigastrika inferior, dan jarang turun
ke dalam skrotum (Sabiston, 1994). Hernia inguinalis direk ini hampir selalu
disebabkan peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding
di trigoum Hasselbach. Oleh karena itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral,
khususnya pada lelaki tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak pernah,
mengalami inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia geser yang
mengandung sebagian dinding kandung kemih. Kadang ditemukan defek kecil di
m. oblikus internus abdominis, pada segala usia, dengan cincin yang kaku dan
tajam yang sering menyebabkan strangulasi. Hernia ini banyak diderita oleh
penduduk Afrika (Sari DK, dkk, 2005).
Kantung hernia inguinalis direk berasal dari dasar kanalis inguinalis, yaitu
segitiga Hesselbach; menonjol secara langsung; dan kantung hernia ini tidak
mengandung aponeurosis otot obliqus ekstemus. Hanya pada keadaan yang
jarang, hernia ini sedemikian besarnya sehingga mendesak keluar melalui anulus
superfisialis dan turun ke dalam skrotum. Kandung kemih sering menjadi
komponen sliding dari kantung hernia direk (Sabiston, 1994).
Universitas Indonesia
Tabel 1. Perbedaan antara hernia inguinalis indirek dan hernia inguinalis direk
Indirek Direk
Usia berapapun,
Usia pasien terutama muda Lebih tua
Bilateral 20 % 50 %
Universitas Indonesia
Hubungan dengan
pembuluh darah
epigastric inferior Lateral Medial
2.3 Etiologi
Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia inguinalis yaitu peningkatan
tekanan pada abdomen dan melemahnya dinding abdomen (Grace PA, dkk, 2002).
Tekanan yang meningkat pada abdomen terjadi karena :
1. Mengangkat beban berat
2. Batuk – PPOK
3. Tahanan saat defekasi – konstipasi atau obstruksi usus besar
4. Distensi abdomen – yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan
intraabdomen
5. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau ganas,
kehamilan, lemak tubuh.
Universitas Indonesia
2.4 Patofisiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut,
bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan
intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot
dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus
inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis
inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena
kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang
disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen.
Universitas Indonesia
Pathway Hernia
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha
yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan
menghilang waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan
yang hilang timbul di lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia
mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis, dan kadang-
kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.
Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha,
skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan
atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi
Universitas Indonesia
dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba
mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan
jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak, kadang cincin hernia dapat
diraba berupa anulus inguinalis yang melebar.
Pada hernia insipien tonjolan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari
di dalam kanalis inguinalis dan tidak menonjol keluar. Pada bayi dan anak-anak
kadang tidak terlihat adanya benjolan pada waktu menangis, batuk, atau
mengedan. Dalam hal ini perlu dilakukan palpasi tali sperma dengan
membendingkan yang kiri dan yang kanan; kadang didapatkan tanda sarung
tangan sutra.
Universitas Indonesia
2.6 Diagnosa
a. Anamnesa
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponsibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
yang muncul pada waktu bediri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang
setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di
darah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena
ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.
b. Pemeriksaan Fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial
bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua permukaan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau
kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus,
omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking,
pada anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum
melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat
direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih
berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari
menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau bagian sisi jari
yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis. Isi hernia, pada bayi
perempuan, yang teraba seperti sebuah massa padat biasanya terdiri atas ovarium.
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atas dasar
tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial
melalui anulus eksternus. Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau
elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk
membedakannya.
Universitas Indonesia
1. Pencitraan
a. Herniorrafi
b. USG
Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis,
misalnya pada Spigelian hernia.
c. . CT dan MRI
2. Laparaskopi
3. Operasi Eksplorasi
Pada beberapa bayi, dengan riwayat meyakinkan dari ibunya, namun tidak
ditemukan secara klinis. Operasi eksplorasi dapat dilakukan.
Universitas Indonesia
14 Universitas Indonesia
Tindakan bedah pada hernia adalah herniotomi dan herniorafi. Pada bedah
elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan dilakukan
Bassiny plasty atau teknik yang lain untuk memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis.
Pada bedah darurat, prinsipnya hamper sama dengan bedah elektif. Cincin
hernia langsung dicari dan dipotong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila vital
dikembalikan ke rongga perut, sedangkan bila tidak, dilakukan reseksi dan
anastomosis end to end. Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin hernia
dipotong dan usus dinyatakan vital langsung tutup kulit dan dirujuk ke rumah
sakit dengan fasilitas lebih lengkap.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kelemahan teknik Basinni dan teknik lain yang berupa variasi teknik
herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot yang dijahit.
Untuk mengatasi masalah ini pada tahun delapan puluhan dipopulerkan
pendekatan operasi bebas regangan. Pada teknik itu digunakan protesis mesh
untuk memperkuat fasia tranversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis
tanpa menjahit dasar otot – otot ke inguinal.perlukan untuk mencapai dan
menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan perbekalan kesehatan
terutama obat esensial dan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.1 Kesimpulan
21 Universitas Indonesia
Sjamsu hidayat.R & Wim de jong. Buku ajar ilmu bedah. Edisi revisi. Jakarta :
penerbit buku kedokteran EGC, 1997. h523-538
Sari DK, Mirzanie H, Leksana, Slamet AW. Chirurgica (re-package edition).
Jakarta: Tosca Enterprise. 2005. Bab-IV. h1-7.
Grace PA, Borley NR. At a glance: ilmu bedah. Ed. III. Jakarta: Erlangga. 2002.
h118-119.
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhini WI, Setiowulan W. Kapita Selekta
Kedokteran. Ed. III jilid 2. Jakarta: Media Aescupalis. 2000. h313-317
Sabiston. Buku ajar bedah (Essentials of surgery). Bagian 2, cetakan I : Jakarta,
penerbit buku kedokteran EGC. 1994
22 Universitas Indonesia