BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
diberikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua
hal yaitu: (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan
di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif
dan efisien; (2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan
pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan. Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa
tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah untuk melatih siswa bertindak
atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jenius, dan efektif, serta
membentuk keterampilan siswa dalam penerapan matematika, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan
lainnya.
Dalam realitasnya, banyak siswa yang kurang berminat terhadap
pelajaran matematika. Banyak siswa yang menganggap matematika sulit,
menakutkan, dan membosankan. Hal ini akan mempengaruhi pada sikap dan hasil
belajar matematika yang kurang baik sehingga mengakibatkan ketidaktercapainya
tujuan pembelajaran matematika di sekolah.
Guru memiliki peranan yang cukup penting untuk mencapai tujuan dari
pembelajaran matematika di sekolah. Dalam mengajar matematika, seorang guru
matematika hendaklah berpedoman pada bagaimana mengajar matematika itu
sehingga siswa dapat belajar matematika dengan baik. Guru harus mampu
menciptakan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif, menyenangkan
dan inovatif (PAKEMI). Seorang guru hendaknya dapat memilih dan
menggunakan strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang diajarkan sehingga belajar matematika menjadi
menyenangkan.
Dalam realitasnya, banyak guru yang cenderung masih mempertahankan
penggunaan model pembelajaran konvensional yang cenderung mengondisikan
siswa untuk belajar pasif. Guru tidak banyak memberikan kesempatan siswa untuk
membentuk cara berfikir yang kreatif dan terbuka. Bahkan guru juga cenderung
membentuk sikap individual pada siswa sehingga banyak siswa yang cenderung
3
tidak mampu bersosialisasi dengan baik di kelas. Pengetahuan yang didapat bukan
dibangun sendiri oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri karena mereka jarang
menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari. Dari uraian
tersebut maka pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif.
Pada saat ini, rata-rata di sekolah-sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar
sampai tingkat Sekolah Menengah Atas masih menggunakan model pembelajaran
yang didominasi oleh guru dalam proses pembelajaran matematika, hal ini juga
berlaku di SMP Handayani Sungguminasa. Umumnya semua kegiatan
pembelajaran masih berpusat pada guru, sementara siswa cenderung pasif
menerima rumus tanpa kontribusi dalam proses belajar mengajar. Hal ini
menyebabkan siswa hanya mengingat/menghapal apa yang telah mereka pelajari.
Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi hanya berhasil
mengingat jangka pendek, tetapi siswa gagal memecahkan persoalan dalam jangka
panjang. Dari hasil wawancara penulis dengan salah satu guru matematika di SMP
Handayani Sungguminasa Kabupaten Gowa, diperoleh informasi bahwa pada
umumnya pembelajaran matematika yang diterapkan guru di kelas adalah model
pembelajaran langsung. Hal ini menyebabkan kurangnya partisipasi siswa dalam
proses belajar mengajar.
Berbagai upaya pembelajaran dilakukan dengan tujuan agar hasil
pembelajaran dapat optimal. Sehingga pembelajaran diusahakan dapat
dilaksanakan secara teratur, terstruktur, dan sistematik. Metode mengajar yang
ditempuh oleh guru sangat menunjang keberhasilan proses belajar mengajar,
sehingga sepatutnya guru dalam menyampaikan materi dapat mengarahkan siswa
untuk berfokus pada salah satu topik tertentu. Dengan demikian proses belajar
mengajar lebih efektif dan efisien.
Dalam proses pembelajaran matematika diperlukan suatu model
pembelajaran yang baru yang lebih memberdayakan siswa. Suatu model
pembelajaran yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta tetapi
mendorong siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dengan kondisi
psikologis siswa, maka dapat membantu siswa untuk menggunakan waktunya
4
B. Rumusan Masalah
efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VII SMP
Missouri Mathematics Project (MMP) ditinjau dari 3 aspek, yaitu hasil belajar
siswa, aktivitas siswa, dan respon siswa. Adapun pertanyaan penelitian yang
Project (MMP)?
C. Tujuan Penelitian
efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VII SMP
1. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Handayani
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi guru bahwa
4. Bagi peneliti, akan memberikan bekal dan pengalaman bagi peneliti sebagai
calon pengajar.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Efektivitas
seorang siswa tehadap bidang studi matematika setelah menempuh proses belajar
mengajar yang terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil belajarnya. Dimana
hasil belajar matematika siswa dapat diukur dengan menggunakan alat evaliasi
Ketuntasan hasil belajar matematika dapat dilihat dari hasil belajar yang
telah mencapai kriteria ketuntasan belajar. Kriteria ketuntasan hasil belajar dapat
diliat dari ketuntasan minimal perindividu dan secara klasikal, yaitu seorang siswa
dikatakan tuntas belajar jika siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yang ditentukan oleh sekolah bersangkutan yaitu 75,00 dan suatu kelas
dikatakan belajar tuntas secara klasikal apabila minimal 75 % dari junmlah siswa
baik proses akibat dari hasil interaksi siswa dan guru atau siswa dengan siswa
gagasan, mengerjakan tugas atau soal, komuikasi dengan guru secara aktif dalam
suatu permasalahan yang sedang dihadapi, sedangkan aktivitas siswa yang negatif
misalkan mengganggu sesama siswa pada saat proses belajar mengajar dikelas,
melakukan kegiatan lain yang tidak sesuai dengan pembelajaran yang sedang
Menurut Armady D dalam soni (2013) respon berasal dari kata response
yang berarti balasan atau tanggapan. Respon adalah istilah psikologi yang
digunakan untuk menanamkan reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca
indra.
Menurut Sobur soni (2013) dalam respon juga diartikan sebagai suatu
tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail,
penelitian, pengaruh, atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada
terhadap rangsangan yang diterima oleh panca indra yang berupa tingkah laku dan
mana pembelajaran matematika berhasil menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan
mampu mencapai tujuan pembelajaran yang dapat diliat dari ketuntasan belajar.
Dengan demikian penekanan efektifitas pada penelitian ini adalah sejauh mana
tujuan pembelajaran.
kebiasaan, serta perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu ( Halim,
2013).
bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman”.
sebagai proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah
lebih baik”.
suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditandai dengan adanya
instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada
sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi
bersifat internal”.
12
proses kegiatan belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa dalam
sendiri melalui proses internalisasi, sehingga konsep atau prinsip itu terbangun
Good, Grouws, & Ebmeire (1983) dan Good & Grouws (1979) (Gunawan,
teacher effectively use practices that had been identified from earlier
Good dan Grows (Halim, 2013) telah mengkaji suatu bentuk pengajaran
matematika Missouri. Mereka menyatakan bahwa enam tingkah laku guru yang
efektif adalah:
pembelajaran.
Good dan Grows ditujukan untuk membuat matematika lebih bermakna sehingga
yang didesain untuk membantu guru dalam hal efektivitas penggunaan latihan-
latihan agar siswa mencapai peningkatan yang luar biasa. Latihan-latihan yang
dimaksud yaitu lembar tugas proyek, dimana pada saat kegiatan belajar mengajar
guru memberikan tugas proyek kepada siswa agar siswa dapat mengerjakan soal-
soal tersebut dengan tujuan untuk membantu siswa agar lebih mudah memahami
yang secara empiris melalui penelitian model pembelajaran terstruktur yang terdiri
dan penugasan.
Guru dan siswa meninjau ulang mengenai apa yang tercakup pada mata
Review meliputi:
Pekerjaan rumah (PR) yang dimaksud adalah tugas yang telah diberikan
setiap pertemuan.
2. Pengembangan
b) Penjelasan.
mengerjakan latihan dengan diawasi guru. Pengawasan ini diminta berguna untuk
kepada siswa dikerjakan dalam kelompok (belajar kooperatif). Pada langkah ini
Dalam langkah ini siswa diminta untuk bekerja sendiri sebagai latihan
diperoleh dari langkah pengembangan dan kerja kooperatif. Alokasi waktu yang
Pada langkah ini guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di
rumah (PR). PR ini selanjutnya akan menjadi bahan review pada pembelajaran
selanjutnya.
yang berisi sederetan soal ataupun perintah untuk mengembangkan suatu ide atau
konsep matematika. Lembar tugas proyek ini dapat diselesaikan secara kelompok
(pada langkah latihan terkontrol), secara individu (pada langkah seatwork) bahkan
b. Pembelajaran dilakukan tanpa atau dengan sedikit saja waktu yang digunakan
belajar mengajar;
c. Banyak materi yang bisa tersampaikan kepada siswa karena tidak banyak
Jadi guru disini hanya berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar
mengajar sedangkan siswa yang berperan aktif dalam proses belajar mengajar.
siswa di kelas tanpa adanya tindak lanjut di luar sekolah, maka model
1. Penelitian yang relevan yang sudah dilakukan oleh Soni (2014) Efektifitas
standar deviasi 14,16 dari skor ideal 100 berada pada kategori sangat
rendah, dari 20 siswa yang dijadikan unit penelitian, tidak ada siswa
diberikan perlakuan sebesar 75,84 dengan standar deviasi 11,15 dari skor
ideal 100 berada pada kategori tinggi, dari 20 siswa yang dijadikan unit
penelitian terdapat 16 siswa (84 %) yang tuntas dan 4 (16 %) yang tidak
Project (MMP) setting kooperatif pada siswa kelas X Ak2 SMK Negeri1
tinggi dengan skor rata-rata 82,03. Aktivitas siswa kelas X Ak2 SMK
siswa aktif dalam proses belajar mengajar sehingga berada pada kategori
Gowa.
19
C. Kerangka Pikir
untuk berfokus pada salah satu topik tertentu. Dengan demikian proses belajar
terstruktur.
(MMP) diharapkan dapat mengupayakan akan adanya perubahan pada diri siswa
untuk mempergunakan waktunya dalam belajar, dan dapat membuat siswa lebih
aktif dalam proses belajar mengajar maupun di luar proses belajar mengajar (aktif
dengan seefektif mungkin yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya
Pembelajaran Matematika
Analisis data
Pembelajaran Efektif
D. Hipotesis Penelitian
Gowa”.
H0 : 𝜇𝐵 ≤ 0 Lawan H1 : 𝜇𝐵 > 0
Dimana 𝜇𝐵 = 𝜇2 − 𝜇1
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
sebenarnya. Jenis Eksperimen ini dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa
kelompok pembanding. Desain penelitian yang digunakan yaitu The One Group
Pretest-Posttest Design.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan yaitu The One Group Pre test-Post
test Design. Pada desain ini menggunakan pre test atau tes awal sebelum diberi
Pretest Posttest
O1 X O2 21
Ket:
X = Perlakuan
1. Populasi
Adapun populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIIb SMP Handayani
2. Sampel
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIb SMP
c. Siswa yang terlibat dari kelas tersebut merupakan sampel yang akan
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
frekuensi aspek yang dimaksud dibagi banyak siswa yang diamati. Untuk
24
sebagai berikut:
∑ 𝑇𝑎
𝑃𝑎 = × 100%
∑𝑇
Keterangan:
pembelajaran.
a. Kriteria Keefektifan
normal atau tidak. Pada penelitian ini digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan
signifikasi lebih besar dari taraf signifikasi α = 0,05 maka secara statistik data
tafsiran apabila nilai sig.2-tailed lebih kecil daripada nilai kritik 0,05 berarti
kesimpulan statistika yang diambil adalah menolak H0. Hal ini berarti bahwa
selisih hasil belajar sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) lebih besar dari nol. Dengan demikian, model
Kabupaten Gowa.
I. JADWAL PENELITIAN
Kegiatan Oktober November Desember Januari
Penyusunan dan pengajuan
judul
Tahap penyusunan laporan
Perizinan penelitian
Pengumpulan data
Pelaksanaan Penelitian
Analisis data
Pelaporan
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pra siklus peneliti mengambil data nilai ulangan harian dari materi operasi hitung
bentuk aljabar dengan jenis evaluasi yaitu esay. Hasil dari pra siklus dapat
diketahui bahwa dari 36 siswa yang tuntas belajar matematika hanya 13 siswa
c). LKS
27
Project.
b. TahapTindakan I
1) Pertemuan I
menyelesaikan masalah dalam LKS dan membuat kesimpulan dari apa yang
kegiatan pembelajaran, Guru kelas VIIb dan teman saya bertindak sebagai
kegiatan yang dilakukan oleh teman lain. Banyak siswa yang masih bingung
dalam menyelesaikan soal pada LKS yang telah diberikan guru. Ada juga
dengan memberikan soal latihan sebagai tugas rumah dan memberikan dorongan-
2) Pertemuan II
pertemuan II. Materi pada pertemuan kedua ini yaitu menyelesaikan model
matematika suatu masalah yang berkaitan dengan persamaan linier satu variabel.
Guru memberikan motivasi pada siswa agar lebih aktif dalam proses
selesaikanlah.
Pada kegiatan inti guru menjelaskan mengenai mengalikan atau membagi kedua
ruas dengan bilangan yang sama, siswa memperhatikan dan ikut menghitung
apa yang telah di jelaskan oleh guru. Kemudian guru menunjuk salah satu
membagi kedua ruas dengan bilangan yang sama. Setelah siswa sudah bisa
soal di LKS yang telah diberikan oleh guru, masing-masing kelompok terdiri
4 siswa. Diantara
30
kelompok ada yang bertanya mengenai soal cerita yang dipermisalkan. Guru
permasalahan yang permasalahanya hampir sama dengan soal yang ada di LKS
kelompok yang lain menyimak dan merangkum apa yang dijelaskan oleh
Pada kegiatan penutup siswa bersama guru memberikan kesimpulan dari hasil
kelompok yang aktif berdiskusi dalam mengerjakan soal LKS. Pada akhir
berikutnya, yaitu menyuruh siswa di rumah untuk mempelajari materi yang telah
digunakan sebagai tes evaluasi siklus I. Guru menutup pelajaran dengan berdoa
sudah mulai aktif dalam berdiskusi dengan kelompoknya dan mulai aktif
bertannya pada saat ada kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas.
31
3) Pertemuan III
09.40). Pada pertemuan ini siswa diberikan soal tes yang dikerjakan
secara individu sebagai tes evaluasi siklus I. Kegiatan awal guru membuka
pertemuan dengan salam dan berdoa, tidak lupa juga untuk mengabsen
kehadiran siswa. Seluruh siswa hadir pada pertemuan ketiga. Materi akhir siklus
meliputi semua yang telah dibahas dalam pertemuan pertama sampai kedua.
Jumlah soal tes akhir siklus I sebanyak 5 soal. Guru memberikan petunjuk
kepada siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan pada tes akhir siklus I.
Kemudian guru membagikan soal tes akhir siklus I dan siswa mengerjakan tes
akhir siklus I secara individu dengan sistem close book. Guru mengawasi
jalannya tes akhir siklus. Setelah siswa selesai mengerjakan tes akhir siklus I,
guru meminta siswa untuk mengumpulkan lembar jawaban soal tes akhir siklus I.
Penghargaan pada siswa yang diberikan oleh guru di akhir siklus yang diharapkan
dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih rajin dalam pembelajaran
pada tes evaluasi siklus I didasarkan pada perolehan nilai tertinggi dari hasil
tes evaluasi siklus I. Siswa yang mendapat penghargaan diberikan ucapan selamat
diharapkan dapat memacu motivasi dan minat terhadap siswa untuk lebih aktif
dalam kelompok dan Kerja sama dalam kelompok. Kelompok diskusi yang
guru. Berikut daftar nama siswa yang mendapat penghargaan pada siklus I.
Tabel 4.
Daftar Pemerolehan Penghargaan Siswa pada Siklus I
c. Pengamatan
matematika serta hasil tes siklus I. Dari proses pengamatan yang dilakukan,
pengamatan yang di
33
berikut:
Setiap siklus observer mengisi lembar observasi keaktifan belajar siswa yang
Project. Hasil rata-rata persentase keaktifan belajar siswa pada siklus I sebesar
Pada siklus I, kualifikasi presentase siswa sudah cukup baik. Hal ini
KKM sebanyak 19 siswa (52,77%) dan siswa yang memperoleh nilai di bawah
KKM sebanyak 17 siswa (47,22%). Berikut perolehan nilai pada siswa dalam
Tabel 5
Tabel Analisis Tes Evaluasi Akhir Siklus I
Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 39
Nilai rata-rata kelas 64
Banyak siswa yang tuntas belajar 19
Banyak siswa yang tidak tuntas belajar 17
Ketuntasan klasikal 52,77%
34
d. Tahap Refleksi
dilakukan belum memenuhi indikator, ini dapat dilihat dari keaktifan belajar
siswa yang hanya mencapai 61,19% dan ada beberapa siswa yang tidak tuntas
belajar yaitu 17 siswa dari 36 anak. Ketuntasan klasikal yang dicapai siswa
sebesar 52,77% dengan nilai rata-rata kelas 64. (Tabel 5). Hal ini perlu
diperhatikan dan diperbaiki untuk rencana tindakan pada siklus berikutnya. Dari
1) Ada beberapa siswa yang belum memperhatikan penjelasan guru dengan baik
dan tenang.
3) Ada beberapa siswa yang belum bisa menyelesaikan tugas, merangkum dan
membuat pertanyaan.
4) Masih kurangnya kerja sama siswa dalam belajar kelompok. Siswa yang
merasa kurang pandai lebih banyak diam dan siswa yang merasa pandai sering
5) Banyak siswa yang tidak berani menyanggah pada diskusi kelas. Berdasarkan
hasil pembelajaran pada siklus I, dapat diketahui bahwa hasil yang dicapai
belum sesuai dengan harapan. Maka rencana tindakan siklus II yang dilakukan
Project sehingga pelaksanaan model ini dapat berjalan lancar dan pembelajaran
b) Guru harus memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dan tumbuh
Project dapat diterapkan secara lebih yaitu dengan melibatkan guru secara
intensif.
d) Guru harus memberikan pengarahan kepada siswa agar dapat bekerja sama
pandai.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan sama seperti pada siklus I.
Tahap Tindakan
1) Pertemuan I
selanjutnya guru memberikan salam dan mengisi buku kehadiran siswa dengan
cara memanggil nama siswa satu persatu sehingga diketahui siswa yang
hadir dan tidak hadir. Pada hari itu siswa berangkat semua, kemudian dilanjutkan
dan memberikan arahan untuk lebih meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa agar diakhir siklus II hasilnya lebih baik. Selanjutnya guru memberikan
Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok yang terdiri atas 4 siswa. Kemudian
apa yang dikerjakan dari berdiskusi dan membuat pertannyaan yang belum bisa
kelompok lain. Guru kelas VIIb bertindak sebagai pengamat I yang bekerjasama
dengan seorang teman saya yang bertindak sebagai pengamat II untuk mengamati
kepada siswa.
38
Pada Siklus II pertemuan I ini, kerja sama antara kelompok sudah baik.
sekarang sudah mulai mau terlibat dalam kerja kelompok. Pada saat presentasi
2) pertemuan II
doa dan selanjutnya guru memberikan salam dan mengisi kehadiran siswa dengan
cara memanggil nama siswa. Pada pertemuan II siswa masuk semua. Dilanjutkan
pertemuan sebelumnya dan memberi arahan kepada siswa cara bekerja sama
belajar kelompoknya di depan kelas dan kelompok yang lain terlihat lebih
peneliti membahas pertannyaan dari siswa yang belum terjawab. Sebagai evaluasi
dari kegiatan inti, guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan siswa. Dan
siswa yang dapat mengerjakan di depan akan mendapat penghargaan atau hadiah.
Pada siklus II pertemuan II, siswa terlihat lebih aktif dari pertemuan pertemuan
dan mampu menjawab pertannyaan dengan baik yang diajukan oleh guru, dan
memfokuskan perhatiaanya
40
dengan baik antara teman sekelompoknya. Dalam diskusi siswa juga terlihat
lebih aktif dalam bertannya dan juga menanggapi pertannyaan dari kelompok
lain.
3) Pertemuan III
11.30). Pada pertemuan ini siswa diberikan soal tes yang dikerjakan secara
individu sebagai tes evaluasi siklus II. Kegiatan awal guru membuka pertemuan
dengan salam dan berdoa, tidak lupa juga untuk mengabsen kehadiran siswa.
kepada siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan pada tes akhir siklus II.
Kemudian guru membagikan soal tes akhir siklus II dan siswa mengerjakan tes
akhir siklus II secara individu dengan sistem close book. Guru mengawasi
jalannya tes akhir siklus II. Setelah siswa selesai mengerjakan tes akhir siklus II,
memberikan penghargaan bagi siswa yang berprestasi pada hasil tes evaluasi
siklus II, dan juga kelompok diskusi yang terbaik pada siklus II. Berikut
Tabel 6.
Daftar Pemerolehan Penghargaan Siswa pada Siklus II
c. Pengamatan
matematika dan hasil tes siklus II. Dari proses pengamatan yang
sebagai berikut:
Pada siklus II, kualifikasi presentase siswa sudah cukup baik. Hal ini
ditunjukan dari nilai rereta kelas mencapai 77,61. Dengan persentase ketuntasan
42
nilai pada siswa dalam pembelajaran matematika tes siklus II adalah sebagai
berikut:
Tabel 7
Tabel Analisis Tes Evaluasi Akhir Siklus II
Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 50
Nilai rata-rata kelas 77,61
Banyak siswa yang tuntas belajar 28
Banyak siswa yang tidak tuntas belajar 8
Ketuntasan klasikal 77,77%
refleksi dari tindakan yang telah dilakukan pada pertemuan II siklus II. Selama
72,04%. Hasil dari evaluasi didapat hasil 28 siswa atau 77,77% tuntas belajar,
dan 8 siswa atau 22,23% belum tuntas belajar. Dengan kata lain maka lebih dari
70% siswa yang tuntas belajar, sehingga siklus dihentikan pada siklus II
pertemuan II.
d. Implementasi Tindakan
44
pertemuan II
45
72,04% keaktifan siswa sudah baik. Sedangkan hasil dari evaluasi didapatkan
22,23% belum tuntas belajar, dengan kata lain lebih dari 70% siswa yang
tunas belajar, maka hasil tersebut sudah memenuhi target sesuai dengan indikator
C. Pembahasan
keaktifan dan hasil belajar siswa dari siklus I sampai dengan siklus II maka
observasi keaktifan belajar siswa siklus I dan siklus II disajikan pada diagram
Gambar 2
Diagram batang peningkatan keaktifan belajar siswa
61,19%. Dari hasil tersebut, menunjukan bahwa keaktifan belajar siswa cukup
yaitu mencapai 70% atau lebih, sehingga harus dilanjutkan ke siklus II.
Berdasarkan tes evaluasi siklus I menunjukan bahwa rata-rata nilai hasil belajar
siswa adalah 64 dengan jumlah skor 2304. Dari hasil tersebut, belum mencapai
Siklus I Siklus II
Siklus
Parameter I II
Jumlah 2304 2794
64 77,61
Gambar 3
Diagram batang rerata hasil belajar siswa
Ga
mb
ar
4
49
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
Keaktifan
40,00%
Ketuntasan Klasikal
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Siklus I Siklus II
Siklus I Siklus II
Keaktifan 61,19% 72,04
Ketuntasan Klasikal 52,77% 77,77%
Pada siklus I rerata keaktifan belajar siswa mencapai 61,19%. Sedangkan pada
siklus II rerata keaktifan belajar siswa meningkat menjadi 72,04% . Untuk rerata
hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 64. Sedangkan rerata hasil belajar
siswa pada siklus II meningkat menjadi 77,61 dan Ketuntasan klasikal pada
meningkat menjadi 77,77%. Dengan demikian, dari hasil siklus I dan siklus II
matematika. Apabila keaktifan belajar siswa, rerata hasil belajar siswa dan
69
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
siswa kelas VIIb MTs N Bener Purworejo. Hal ini dapat dilihat
yang tuntas belajar pada pra siklus, pada siklus I ada 17 siswa atau
B. Saran
Mathematics Project, guru diharapkan dapat lebih memotivasi siswa untuk lebih
MathematicsProje
53
54
55