Anda di halaman 1dari 55

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang begitu


pesat pada era globalisasi, membawa perubahan pada setiap aspek kehidupan,
termasuk pada sistem pendidikan dan pembelajaran. Hal ini menuntut adanya
upaya yang efektif pada sistem pendidikan dan pembelajaran di Indonesia baik
formal maupun informal.
Pembelajaran matematika merupakan salah satu bagian dari keseluruhan
pembelajaran di sekolah yang memiliki peranan penting dalam upaya
meningkatkan kemampuan matematika siswa. Menurut permendiknas No. 22
tahun 2006 dalam Ibrahim dan Suparman (2012: 36), secara umum pendidikan
matematika dari mulai sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan dalam pembelajaran matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam
kurikulum pendidikan. Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat
penting karena matematika merupakan dasar dari ilmu-ilmu yang lain.
Matematika sebagai ilmu dasar, telah berkembang dengan pesat, baik materi
maupun kegunaannya.
Menurut Dreeben (Hamzah, 2001:7) matematika diajarkan di sekolah
dalam rangka memenuhi kebutuhan jangka panjang (long-term functional needs)
bagi siswa dan masyarakat. Sedangkan menurut Sujono (Hamzah, 2001:8)
matematika perlu diajarkan di sekolah karena matematika menyiapkan siswa
menjadi pemikir dan penemu, matematika menyiapkan siswa menjadi warga
negara yang hemat, cermat dan efisien dan matematika membantu siswa
mengembangkan karakternya. Pendapat yang lain adalah pendapat Stanic
(Hamzah, 2001:8) menegaskan bahwa tujuan pembelajaran matematika di sekolah
adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa, peningkatan sifat
kreativitas, dan kritis. Selain beberapa pendapat di atas, diungkapkan juga dalam
Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika, bahwa tujuan umum
2

diberikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua
hal yaitu: (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan
di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif
dan efisien; (2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan
pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan. Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa
tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah untuk melatih siswa bertindak
atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jenius, dan efektif, serta
membentuk keterampilan siswa dalam penerapan matematika, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan
lainnya.
Dalam realitasnya, banyak siswa yang kurang berminat terhadap
pelajaran matematika. Banyak siswa yang menganggap matematika sulit,
menakutkan, dan membosankan. Hal ini akan mempengaruhi pada sikap dan hasil
belajar matematika yang kurang baik sehingga mengakibatkan ketidaktercapainya
tujuan pembelajaran matematika di sekolah.
Guru memiliki peranan yang cukup penting untuk mencapai tujuan dari
pembelajaran matematika di sekolah. Dalam mengajar matematika, seorang guru
matematika hendaklah berpedoman pada bagaimana mengajar matematika itu
sehingga siswa dapat belajar matematika dengan baik. Guru harus mampu
menciptakan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif, menyenangkan
dan inovatif (PAKEMI). Seorang guru hendaknya dapat memilih dan
menggunakan strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang diajarkan sehingga belajar matematika menjadi
menyenangkan.
Dalam realitasnya, banyak guru yang cenderung masih mempertahankan
penggunaan model pembelajaran konvensional yang cenderung mengondisikan
siswa untuk belajar pasif. Guru tidak banyak memberikan kesempatan siswa untuk
membentuk cara berfikir yang kreatif dan terbuka. Bahkan guru juga cenderung
membentuk sikap individual pada siswa sehingga banyak siswa yang cenderung
3

tidak mampu bersosialisasi dengan baik di kelas. Pengetahuan yang didapat bukan
dibangun sendiri oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri karena mereka jarang
menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari. Dari uraian
tersebut maka pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif.
Pada saat ini, rata-rata di sekolah-sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar
sampai tingkat Sekolah Menengah Atas masih menggunakan model pembelajaran
yang didominasi oleh guru dalam proses pembelajaran matematika, hal ini juga
berlaku di SMP Handayani Sungguminasa. Umumnya semua kegiatan
pembelajaran masih berpusat pada guru, sementara siswa cenderung pasif
menerima rumus tanpa kontribusi dalam proses belajar mengajar. Hal ini
menyebabkan siswa hanya mengingat/menghapal apa yang telah mereka pelajari.
Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi hanya berhasil
mengingat jangka pendek, tetapi siswa gagal memecahkan persoalan dalam jangka
panjang. Dari hasil wawancara penulis dengan salah satu guru matematika di SMP
Handayani Sungguminasa Kabupaten Gowa, diperoleh informasi bahwa pada
umumnya pembelajaran matematika yang diterapkan guru di kelas adalah model
pembelajaran langsung. Hal ini menyebabkan kurangnya partisipasi siswa dalam
proses belajar mengajar.
Berbagai upaya pembelajaran dilakukan dengan tujuan agar hasil
pembelajaran dapat optimal. Sehingga pembelajaran diusahakan dapat
dilaksanakan secara teratur, terstruktur, dan sistematik. Metode mengajar yang
ditempuh oleh guru sangat menunjang keberhasilan proses belajar mengajar,
sehingga sepatutnya guru dalam menyampaikan materi dapat mengarahkan siswa
untuk berfokus pada salah satu topik tertentu. Dengan demikian proses belajar
mengajar lebih efektif dan efisien.
Dalam proses pembelajaran matematika diperlukan suatu model
pembelajaran yang baru yang lebih memberdayakan siswa. Suatu model
pembelajaran yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta tetapi
mendorong siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dengan kondisi
psikologis siswa, maka dapat membantu siswa untuk menggunakan waktunya
4

dengan seefisien mungkin, sehingga siswa mudah memahami pelajaran


matematika. Salah satu alternatif yang dapat memecahkan masalah tersebut dan
dapat mengefektifkan waktu siswa adalah melalui model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP).
Missouri Mathematics Project (MMP) memiliki penekanan pada belajar
kooperatif dan kemandirian siswa. Dengan penggunaan model pembelajaran
Missouri Mathematics Project (MMP) memungkinkan untuk terjadi interaksi
tingkat tinggi. Karena dalam pembelajarannya terjadi berbagai interaksi antara
guru dan siswa, antara siswa dan siswa, bahkan dengan media dan sumber belajar.
Atas alasan di atas maka penulis mencoba untuk melakukan penelitian
dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) pada Siswa Kelas
VII SMP Sungguminasa Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, adapun masalah utama dari penelitian ini

adalah “Apakah model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)

efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VII SMP

Handayani Sungguminasa Kabupaten Gowa?”.

Secara operasional, untuk mengukur keefektifan model pembelajaran

Missouri Mathematics Project (MMP) ditinjau dari 3 aspek, yaitu hasil belajar

siswa, aktivitas siswa, dan respon siswa. Adapun pertanyaan penelitian yang

berkaitan dengan masalah utama sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Handayani

Sungguminasa Kabupaten Gowa yang diajar dengan menggunakan model

Missouri Mathematics Project (MMP)?


5

2. Bagaimana aktivitas siswa kelas VII SMP Handayani Sungguminasa

Kabupaten Gowa yang diajar dengan menggunakan model Missouri

Mathematics Project (MMP)?

3. Bagaimana respon siswa kelas VII SMP Handayani Sungguminasa

Kabupaten Gowa diajar dengan menggunakan model Missouri Mathematics

Project (MMP)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: “Untuk

mengetahui, “apakah model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)

efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VII SMP

Handayani Sungguminasa Kabupaten Gowa”, ditinjau dari:

1. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Handayani

Sungguminasa Kabupaten Gowa yang diajar dengan menggunakan model

pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP).

2. Untuk mengetahui aktivitas siswa kelas VII SMP Handayani Sungguminasa

Kabupaten Gowa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

Missouri Mathematics Project (MMP).

3. Untuk mengetahui respon siswa kelas VII SMP Handayani Sungguminasa

Kabupaten Gowa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

Missouri Mathematics Project (MMP).


6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi guru bahwa

penerapan model Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan salah

satu alternatif dalam pembelajaran matematika.

3. Bagi sekolah, sebagai informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan

atau masukan untuk mendapatkan pola pembelajaran yang efektif dalam

setiap proses pembelajaran.

4. Bagi peneliti, akan memberikan bekal dan pengalaman bagi peneliti sebagai

calon pengajar.
7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata “efektif”. Dalam kamus besar Bahasa

Indonesia “efektif” berarti : (akibatnya ada efeknya, pengaruhnya, kesannya),

dapat membawa hasil, berhasil guna. Sedangkan efektivitas berarti : keadaan

berpengaruh : hal berkesan, keberhasilan usaha atau tindakan.

Said (Muhli, 2011) mengemukakan bahwa

Efektivitas berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang

telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai

pula dengan rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun

waktunya atau berusaha melalui aktivitas tertentu baik secara fisik

maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik

secara kuantitatif maupun kualitatif.

Sedangkan menurut Purwadarminta (halim, 2013) “di dalam pengajaran

efektivitas berkenaan dengan pencapaian tujuan, dengan demikian analisis tujuan

merupakan kegiatan pertama dalam perencanaan pengajaran”.

Untuk mengukur efektivitas dari suatu tujuan pembelajaran dapat

dilakukan dengan menentukan seberapa jauh konsep-konsep yang telah dipelajari

dapat dipindahkan ke dalam mata pelajaran selanjutnya atau penerapan secara

praktis dalam kehidupan sehari-hari (soni, 2014).


8

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

efektivitas pembelajaran adalah suatu keadaan yang menunjukan sejauh mana

keberhasilan yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar.

Adapun indikator keefektifan dalam penelitian ini adalah :

a. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar matematika adalah tingkat keberhasilan atau penguasaan

seorang siswa tehadap bidang studi matematika setelah menempuh proses belajar

mengajar yang terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil belajarnya. Dimana

hasil belajar matematika siswa dapat diukur dengan menggunakan alat evaliasi

yang yang biasanya disebut tes belajar mengajar.

Ketuntasan hasil belajar matematika dapat dilihat dari hasil belajar yang

telah mencapai kriteria ketuntasan belajar. Kriteria ketuntasan hasil belajar dapat

diliat dari ketuntasan minimal perindividu dan secara klasikal, yaitu seorang siswa

dikatakan tuntas belajar jika siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal

(KKM) yang ditentukan oleh sekolah bersangkutan yaitu 75,00 dan suatu kelas

dikatakan belajar tuntas secara klasikal apabila minimal 75 % dari junmlah siswa

keseluruhan telah mencapai skor ketuntasan minimal.

b. Aktivitas belajar siswa terhadap pembelajaran matematika

Aktivitas belajar siswa adalah proses komunikasi dalam lingkungan kelas,

baik proses akibat dari hasil interaksi siswa dan guru atau siswa dengan siswa

sehingga menghasilkan perubahan akademik, sikap, tingkah laku, dan keteramplan


9

yang dapat diamati melalui perhatian siswa, kesungguhan siswa, kedisiplinan

siswa, keterampilan siswa dalam bertnya atau menjawab.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika bisa positif maupun

negatif. Aktivitas siswa yang positif misalnya; mengajukan pendapat atau

gagasan, mengerjakan tugas atau soal, komuikasi dengan guru secara aktif dalam

pembelajaran dan komunikasi dengan sesama siswa sehingga dapat memecahkan

suatu permasalahan yang sedang dihadapi, sedangkan aktivitas siswa yang negatif

misalkan mengganggu sesama siswa pada saat proses belajar mengajar dikelas,

melakukan kegiatan lain yang tidak sesuai dengan pembelajaran yang sedang

diajarkan oleh guru.

c. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika

Menurut Armady D dalam soni (2013) respon berasal dari kata response

yang berarti balasan atau tanggapan. Respon adalah istilah psikologi yang

digunakan untuk menanamkan reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca

indra.

Menurut Sobur soni (2013) dalam respon juga diartikan sebagai suatu

tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail,

penelitian, pengaruh, atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada

suatu fenomena tertentu.

Berdasarkan uraian tersebut respon adalah tanggapan atau balasan

terhadap rangsangan yang diterima oleh panca indra yang berupa tingkah laku dan

pemahaman pada suatu fenomena tertentu.


10

Keefektifan pembelajaran yang dimaksud pada penelitian ini adalah sejauh

mana pembelajaran matematika berhasil menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan

mampu mencapai tujuan pembelajaran yang dapat diliat dari ketuntasan belajar.

Dengan demikian penekanan efektifitas pada penelitian ini adalah sejauh mana

keberhasilan penerapan model missouri mathematics project pada pencapaian

tujuan pembelajaran.

2. Hakikat Belajar Matematika

Proses perubahan pada diri seseorang dapat dikatakan belajar. Perubahan

sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

pengetahuan, perubahan sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,

kebiasaan, serta perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu ( Halim,

2013).

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Slameto (Halim, 2013) berpendapat

bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Cronbarch (Halim, 2013) berpendapat bahwa “belajar adalah suatu

aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman”.

Menurut Howard L. Kingskey (Halim, 2013), “belajar dapat didefinisikan

sebagai proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah

melalui praktek atau latihan”.


11

Sedangkan menurut Suryabrata (Halim, 2013), “belajar adalah suatu

proses yang menghasilkan perubahan perilaku yang dilakukan dengan sengaja

untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman baru ke arah yang

lebih baik”.

Definisi-definisi yang telah dikemukakan itu, jika dikaji terdapat beberapa

persamaan sebagai berikut:

a. Belajar itu membawa perubahan dalam arti perubahan perilaku;

b. Perubahan itu pada dasarnya adalah perolehan kecakapan baru;

c. Perubahan itu terjadi karena pengalaman.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditandai dengan adanya

peningkatan kualitas tingkah laku yang diambil dari pengalaman mereka.

3. Hakikat Pembelajaran Matematika

“Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada

penyediaan sumber belajar” (Dimyati dan Mudjiono, 2009).

Menurut Gagne dan Briggs (Halim, 2013), “pembelajaran adalah suatu

sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi

serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk

mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar mengajar siswa yang

bersifat internal”.
12

Sedangkan Halim (2013), mengemukakan bahwa “pembelajaran adalah

proses kegiatan belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa dalam

pencapaian tujuan/indikator yang telah ditentukan”.

Dalam penelitian ini pembelajaran matematika yang dimaksud adalah

serangkaian aktivitas guru dalam memberikan pengajaran terhadap siswa untuk

membangun konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan

sendiri melalui proses internalisasi, sehingga konsep atau prinsip itu terbangun

dengan metode atau pendekatan mengajar dan aplikasinya agar dapat

meningkatkan kompetensi dasar dan kemampuan siswa.

4. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)

Good, Grouws, & Ebmeire (1983) dan Good & Grouws (1979) (Gunawan,

2012) mendefinisikan Missouri Mathematics Project (MMP) sebagai berikut:

“The Missouri Mathematics Project or MMP is a program designed to help

teacher effectively use practices that had been identified from earlier

correlational research to be characteristic ot teachers whose students made

outstanding gains in achievement”.

Good dan Grows (Halim, 2013) telah mengkaji suatu bentuk pengajaran

matematika Missouri. Mereka menyatakan bahwa enam tingkah laku guru yang

efektif adalah:

a. Mengelola kelas secara klasikal

b. Menyajikan informasi secara jelas

c. Memfokuskan kelas terhadap tugas-tugas

d. Menciptakan lingkungan belajar yang sesuai


13

e. Mengharapkan pencapaian yang tinggi terhadap siswa-siswanya

f. Menggunakan pengalaman mengajar untuk memperkecil gangguan dalam

pembelajaran.

Faulkner (Halim, 2013) menyatakan bahwa kajian yang dilakukan oleh

Good dan Grows ditujukan untuk membuat matematika lebih bermakna sehingga

meningkatkan hasil pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Kajian tersebut

kemudian dikenal dengan Missouri Mathematics Project (MMP).

Model Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan suatu program

yang didesain untuk membantu guru dalam hal efektivitas penggunaan latihan-

latihan agar siswa mencapai peningkatan yang luar biasa. Latihan-latihan yang

dimaksud yaitu lembar tugas proyek, dimana pada saat kegiatan belajar mengajar

guru memberikan tugas proyek kepada siswa agar siswa dapat mengerjakan soal-

soal tersebut dengan tujuan untuk membantu siswa agar lebih mudah memahami

materi yang dijelaskan oleh guru.

Convey (Halim, 2013) menyatakan bahwa model pembelajaran MMP

yang secara empiris melalui penelitian model pembelajaran terstruktur yang terdiri

atas 5 tahap kegiatan, yaitu review, pengembangan, latihan terkontrol, seatwork

dan penugasan.

Secara sederhana tahapan kegiatan dalam Model Pembelajaran Missouri

Mathematics Project (MMP) adalah sebagai berikut:


14

1. Pendahuluan atau Review

Guru dan siswa meninjau ulang mengenai apa yang tercakup pada mata

pelajaran yang lalu. Langkah ini dilakukan selama ± 10 menit.

Review meliputi:

a) Pekerjaan Rumah (PR)

Pekerjaan rumah (PR) yang dimaksud adalah tugas yang telah diberikan

pada pertemuan sebelumnya untuk dikerjakan di rumah sebagai tindak

lanjut atas pemberian materi yang diberikan di kelas (sekolah).

b) Pelajaran yang lalu utamanya yang berkaitan dengan materi baru.

Peninjauan ulang dari pelajaran yang lalu (pada pertemuan sebelumnya)

dimaksudkan untuk lebih memperkuat pemahaman siswa agar dapat

mengikuti pelajaran selanjutnya tanpa tersendak dengan kemungkinan

adanya siswa yang belum terlalu paham terhadap materi sebelumnya.

c) Motivasi (membangkitkan motivasi)

Motivasi siswa merupakan kunci keefektifan pembelajaran. Motivasi

diberikan agar siswa lebih bersemangat untuk mengikuti pelajaran pada

setiap pertemuan.

2. Pengembangan

Pada langkah kedua ini, guru sebaiknya mengalokasikan 50% waktu

pelajaran. Pengembangan meliputi:

a) Penyajian ide baru dan perluasan konsep matematis terdahulu.

b) Penjelasan.

c) Diskusi interaktif antara guru dan siswa.


15

d) Demontrasi dengan contoh konkret yang bersifat simbolik.

Selain hal-hal di atas, guru juga sebaiknya menginformasikan tujuan

pembelajaran kepada siswa sebagai langkah antisipasi mengenai sasaran

pembelajaran. Pada langkah ini sebaiknya terjadi diskusi kelas.

Untuk mencapai hal tersebut, guru dapat menyajikan materi dengan

metode tanya jawab dan diberikan suatu permasalahan matematis. Pengembangan

ini akan meningkatkan kemampuan siswa dalam penalaran.

3. Latihan Terkontrol (Latihan dengan bimbingan guru)

Sesuai dengan penamaannya, pada langkah ini siswa diminta untuk

mengerjakan latihan dengan diawasi guru. Pengawasan ini diminta berguna untuk

mengawasi jika terjadi miskonsepsi pada pembelajaran. Latihan yang diberikan

kepada siswa dikerjakan dalam kelompok (belajar kooperatif). Pada langkah ini

dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa. Waktu yang dialokasikan untuk

kerja kooperatif ini ± 20 menit.

4. Seat Work/Kerja Mandiri

Dalam langkah ini siswa diminta untuk bekerja sendiri sebagai latihan

sehingga kemampuan penalaran siswa dapat meningkat. Seat Work juga

dimaksudkan sebagai sarana siswa untuk mengaplikasikan pemahaman yang

diperoleh dari langkah pengembangan dan kerja kooperatif. Alokasi waktu yang

diberikan dalam langkah ini ± 15 menit.


16

5. Penutup/Pemberian Pekerjaan Rumah (PR)

Pada langkah ini guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di

rumah (PR). PR ini selanjutnya akan menjadi bahan review pada pembelajaran

selanjutnya.

Dalam model pembelajaran MMP siswa diberikan lembar tugas proyek

yang berisi sederetan soal ataupun perintah untuk mengembangkan suatu ide atau

konsep matematika. Lembar tugas proyek ini dapat diselesaikan secara kelompok

(pada langkah latihan terkontrol), secara individu (pada langkah seatwork) bahkan

bersama-sama seluruh siswa dalam kelas (pada latihan pengembangan).

Kelebihan dari model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)

dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya adalah:

a. Dapat mengupayakan siswa untuk mempergunakan waktunya dengan

seefisien mungkin baik dalam lingkup sekolah maupun di luar sekolah;

b. Pembelajaran dilakukan tanpa atau dengan sedikit saja waktu yang digunakan

untuk ceramah sehingga memungkinkan siswa berperan aktif dalam proses

belajar mengajar;

c. Banyak materi yang bisa tersampaikan kepada siswa karena tidak banyak

memakan waktu, artinya penggunaan waktu dapat diatur relatif ketat;

d. Banyak latihan sehingga siswa mudah terampil dengan beragam soal.

Jadi guru disini hanya berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar

mengajar sedangkan siswa yang berperan aktif dalam proses belajar mengajar.

Jika dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya yang mengandalkan guru

untuk menjelaskan materi ataupun pembelajaran yang mengupayakan keaktifan


17

siswa di kelas tanpa adanya tindak lanjut di luar sekolah, maka model

pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dapat dijadikan sebagai

model pembelajaran yang baik untuk diterapkan di jenjang persekolahan.

B. Hasil – Hasil Penelitian Relevan

1. Penelitian yang relevan yang sudah dilakukan oleh Soni (2014) Efektifitas

pembelajaran matematika melalui penerapan model Missouri Mathematics

Project (MMP) pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Sanrobone

Kabupaten Takalar. Pada kelas eksperimen skor rata-rata hasil belajar

matematika siswa sebelum diberikan perlakuan sebesar 42,28 dengan

standar deviasi 14,16 dari skor ideal 100 berada pada kategori sangat

rendah, dari 20 siswa yang dijadikan unit penelitian, tidak ada siswa

mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dan skor rata-rata setelah

diberikan perlakuan sebesar 75,84 dengan standar deviasi 11,15 dari skor

ideal 100 berada pada kategori tinggi, dari 20 siswa yang dijadikan unit

penelitian terdapat 16 siswa (84 %) yang tuntas dan 4 (16 %) yang tidak

tuntas secara individu. Ini berarti siswa di kelas VIIIA mencapai

ketuntasan secara klasikal karena 80 % siswa dikelas tersebut telah

mencapai skor ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah tersebut.

Persentase rata-rata aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran

matematika melalui model Missouri Mathematics project (MMP)

mencapai 75,10 %, ini berarti siswa aktif dalam pembelajaran matematika

melalui model Missouri Mathematics project (MMP). Presentase rata-rata


18

respon siswa positif terhadap kegiatan pembelajaran melalui model

Missouri Mathematics project (MMP) mencapai 89,38 %. Dapat

disimpulkan bahwa penerapan model Missouri Mathematics project

(MMP) efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika pada siswa

kelas VIIIA SMP Negeri 1 Sanrobone Kabupaten Takalar.

2. Penelitian yang relevan yang sudah dilakukan Nurhikmawati (2014)

Efektifitas pembelajaran matematika melalui model Missouri Mathematics

Project (MMP) setting kooperatif pada siswa kelas X Ak2 SMK Negeri1

Limbung Kabupaten Gowa. Sebelum diberikan perlakuan hasil belajar

matematika dalam kategori “sangat rendah” dengan skor rata-rata 19,55

dan sesudah diberikan perlakuan hasil belajar matematika dalam kategori

tinggi dengan skor rata-rata 82,03. Aktivitas siswa kelas X Ak2 SMK

Negeri 1 Limbung Kabupaten Gowa dengan penerapan model Missouri

Mathematics project (MMP)setting kooperatif efektif, dimana 74,30 %

siswa aktif dalam proses belajar mengajar sehingga berada pada kategori

banyak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model Missouri

Mathematics project (MMP) efektif dalam pembelajaran model setting

kooperatif pada siswa kelas X Ak2 SMK Negeri1 Limbung Kabupaten

Gowa.
19

C. Kerangka Pikir

Berbagai upaya pembelajaran dilakukan dengan tujuan agar hasil

pembelajaran dapat optimal. Sehingga pembelajaran diusahakan dapat

dilaksanakan secara teratur, terstruktur, dan sistematik. Metode mengajar yang

ditempuh oleh guru sangat menunjang keberhasilan proses belajar mengajar,

sehingga sepatutnya guru dalam menyampaikan materi dapat mengarahkan siswa

untuk berfokus pada salah satu topik tertentu. Dengan demikian proses belajar

mengajar lebih efektif dan efisien.

Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) diharapkan

dapat memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran

Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan salah satu model pembelajaran

efektif pada pembelajaran yang berorientasi pada Pembelajaran Aktif, Kreatif,

Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) yang kegiatan awalnya membangkitkan

motivasi siswa untuk mau belajar utamanya pelajaran matematika, Missouri

Mathematics Project (MMP) merupakan salah satu model pembelajaran yang

terstruktur.

Dari kelima langkah model pembelajaran Missouri Mathematics Project

(MMP) diharapkan dapat mengupayakan akan adanya perubahan pada diri siswa

untuk mempergunakan waktunya dalam belajar, dan dapat membuat siswa lebih

aktif dalam proses belajar mengajar maupun di luar proses belajar mengajar (aktif

dalam hal pembelajaran) sehingga mereka dapat mempergunakan waktunya

dengan seefektif mungkin yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya

pada pelajaran matematika.


20

Pembelajaran Matematika

Penerapan Model Pembelajaran Missouri


Mathematics Project (MMP)

Hasil belajar Aktivitas siswa Respon siswa

Tuntas Aktif Positif

Analisis data

Pembelajaran Efektif

D. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Model pembelajaran

Missouri Mathematics Project (MMP) efektif diterapkan dalam pembelajaran

matematika pada siswa kelas VII.b SMP Handayani Sungguminasa Kabupaten

Gowa”.

Untuk menguji salah satu indikator keefektifannya, digunakan pengujian

secara statistik yang dirumuskan sebagai berikut:

H0 : 𝜇𝐵 ≤ 0 Lawan H1 : 𝜇𝐵 > 0

Dimana 𝜇𝐵 = 𝜇2 − 𝜇1
21

𝜇1 = Parameter rata-rata hasil belajar matemaika siswa sebelum diajar dengan

menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP).

𝜇2 = Parameter rata-rata hasil belajar matemaika siswa setelah diajar dengan

menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP).


22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis penelitian

Pre-Eksperimental Design yang dipandang sebagai penelitian yang tidak

sebenarnya. Jenis Eksperimen ini dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa

kelompok pembanding. Desain penelitian yang digunakan yaitu The One Group

Pretest-Posttest Design.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu The One Group Pre test-Post

test Design. Pada desain ini menggunakan pre test atau tes awal sebelum diberi

perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat,

karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum perlakuan. Secara

umum desain penelitian ini disajikan sebagai berikut:

Pretest Posttest

O1 X O2 21

Ket:

O1 = Hasil belajar sebelum diterapkan


17 model pembelajaran MMP

X = Perlakuan

O2 = Hasil belajar setelah diterapkan model pembelajaran MMP


23

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek yang menjadi objek penelitian.

Adapun populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIIb SMP Handayani

Sungguminasa Kabupaten Gowa.

2. Sampel

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIb SMP

Handayani Sungguminasa Kabupaten Gowa. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Membuat kerangka sampling dengan kelas sebagai unit sampel.

b. Memilih salah satu kelas dari tiga kelas yang ada.

c. Siswa yang terlibat dari kelas tersebut merupakan sampel yang akan

diselidiki dalam penelitian ini.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh seorang peneliti dengan tujuan untuk dipelajari sehingga

didapatkan informasi mengenai hal tersebut dan ditariklah sebuah kesimpulan.

Adapun pengertian variabel penelitian menurut para ahli :

Data hasil pengamatan aktivitas siswa meliputi menghitung frekuensi

rata-rata aspek tiap pertemuan dilakukan dengan cara menjumlahkan

frekuensi aspek yang dimaksud dibagi banyak siswa yang diamati. Untuk
24

menghitung rata-rata persentase setiap aspek aktivitas siswa digunakan rumus

sebagai berikut:

∑ 𝑇𝑎
𝑃𝑎 = × 100%
∑𝑇

(sumber: Halim : 2013)

Keterangan:

𝑃𝑎 = Persentase aktivitas siswa untuk melakukan jenis aktivitas tertentu

Ta = Jenis aktivitas tertentu yang dilakukan siswa tiap pertemuan

T = Seluruh aktivitas siswa setiap pertemuan

Indikator keberhasilan aktivitas siswa dalam penelitian ini ditunjukan

dengan sekurang-kurangnya 75% siswa terlibat aktif dalam proses

pembelajaran.

a. Kriteria Keefektifan

Keefektifan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

Missouri Mathematics Project (MMP) ditentukan oleh 3 aspek berikut:

1) Hasil belajar meningkat dan tuntas secara klasikal.

2) Aktivitas siswa efektif.

3) Respon terhadap pembelajaran positif.

1. Teknik Analisis Statistik Inferensial

Teknik analisis statistik inferensial digunakan dalam hal uji-t berpasangan

(paired t-test) apabila memenuhi persyaratan uji normalitas. Uji normalitas

dengan menggunakan SPSS 18.0 ditujukan untuk mengetahui data berdistribusi


25

normal atau tidak. Pada penelitian ini digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan

menggunakan taraf signifikasi 0,05. Kriteria pengujian hipotesis adalah jika

signifikasi lebih besar dari taraf signifikasi α = 0,05 maka secara statistik data

berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dengan demikian, uji-t

berpasangan dapat diterapkan.

Uji-t berpasangan dilakukan dengan menggunakan SPSS 18.0, dengan

tafsiran apabila nilai sig.2-tailed lebih kecil daripada nilai kritik 0,05 berarti

kesimpulan statistika yang diambil adalah menolak H0. Hal ini berarti bahwa

selisih hasil belajar sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran Missouri

Mathematics Project (MMP) lebih besar dari nol. Dengan demikian, model

pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) efektif diterapkan dalam

pembelajaran matematika pada siswa kelas VIIb SMP Handayani Sungguminasa

Kabupaten Gowa.

I. JADWAL PENELITIAN
Kegiatan Oktober November Desember Januari
Penyusunan dan pengajuan 
judul
Tahap penyusunan laporan 
Perizinan penelitian 
Pengumpulan data 
Pelaksanaan Penelitian
Analisis data 
Pelaporan 
26

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Pra Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian untuk mengumpulkan data awal maka

dilakukan pengamatan (observasi) sebagai kegiatan pra siklus. Dalam kegiatan

pra siklus peneliti mengambil data nilai ulangan harian dari materi operasi hitung

bentuk aljabar dengan jenis evaluasi yaitu esay. Hasil dari pra siklus dapat

diketahui bahwa dari 36 siswa yang tuntas belajar matematika hanya 13 siswa

atau ketuntasan klasikal yang dicapai 36,11%. Berdasarkan hasil prasiklus

tersebut maka akan dilakukan tindakan pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran Missouri Mathematics Project.

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian


1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus 1 dihasilkan
1) . Perangkat pembelajaran yang terdiri dari
a). RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan
menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics
Project.
b). Pembagian kelompok yang terdiri dari 9 kelompok

c). LKS
27

2). Instrumen Penelitian terdiri dari

a). Lembar Observasi Keaktifan Siswa

b). Soal Tes Evaluasi Siswa Siklus I

3). Dokumentasi menggunakan kamera untuk mengambil foto-foto

KBM menggunakan model pembelajarn Missouri Mathematics

Project.

b. TahapTindakan I

1) Pertemuan I

Pertemuan I dilaksanakan pada hari rabu , 14 November

2018 dengan alokasi waktu 2 40 menit atau jam ke 5 –


6 (10.10

– 11.30). Pada siklus I pertemuan I membahas materi tentang persamaan dan


pertidaksamaan linier satu variabel. Sebelum pembelajaran, Guru membuka
pelajaran dengan salam, berdoa dan mengecek kehadiran siswa sehingga diketahui
pada hari itu siswa berangkat semua. Setelah itu, guru memberitahukan siswa
tentang yang akan diterapkannya model pembelajaran Missouri Mathematics
Project dalam kegiatan pembelajaran. Kemudian guru menjelaskan langkah-
langkah model pembelajaran Missouri Mathematics Project. Selanjutnya kegiatan
inti, yaitu memberikan gambaran serta menjelaskan tentang mengubah masalah ke
dalam model matematika berbentuk persamaan linier satu variabel yaitu dengan
memberikan contoh-contoh soal dari materi tersebut. Setelah memberikan
contoh-contoh soal guru memberikan beberapa soal untuk dikerjakan didepan
bagi siswa yang berani mengerjakannya.
28

Pada kegiatan inti ini siswa dikondisikan menjadi 9 kelompok, masing-masing

kelompok diberikan LKS. Kemudian masing-masing kelompok berdiskusi untuk

menyelesaikan masalah dalam LKS dan membuat kesimpulan dari apa yang

dikerjakan. Masing-masing siswa merangkum materi yang telah dikerjakan

bersama-sama. Kemudian wakil dari beberapa kelompok mempresentasikan hasil

kerja kelompoknya dan kelompok lain menanggapinya. Bersamaan dengan

kegiatan pembelajaran, Guru kelas VIIb dan teman saya bertindak sebagai

pengamat pada pertemuan pertama siklus I untuk mengamati keaktifan siswa

dalam mengikuti pembelajaran.

Pembelajaran pada pertemuan pertama belum berjalan sesuai rencana. Ada

beberapa siswa pada masing-masing kelompok yang kurang peduli dengan

kegiatan yang dilakukan oleh teman lain. Banyak siswa yang masih bingung

dalam menyelesaikan soal pada LKS yang telah diberikan guru. Ada juga

beberapa siswa yang mengeluh karena tidak cocok dengan teman

sekelompoknya. Kemudian pada kegiatan akhir, guru menutup pelajaran

dengan memberikan soal latihan sebagai tugas rumah dan memberikan dorongan-

dorongan kepada siswa untuk semangat dalam kegiatan belajar.


29

2) Pertemuan II

Siklus I pertemuan II dilaksanakan pada hari kamis ,

15 November 2018 selama 2 40 menit atau jam ke 1 - 2 (07.00 –

08.20). Sebelum memulai pembelajaran, guru membuka salam dan berdoa.

Selanjutnya guru mengecek kehadiran siswa. Seluruh siswa hadir pada

pertemuan II. Materi pada pertemuan kedua ini yaitu menyelesaikan model

matematika suatu masalah yang berkaitan dengan persamaan linier satu variabel.

Guru memberikan motivasi pada siswa agar lebih aktif dalam proses

pembelajaran matematika, karena pada materi ini permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari yang berkaitan dengan persamaan linier satu variabel biasanya di

sajikan dalam bentuk soal cerita. Untuk menyelesaikannya, terlebih dahulu

buatlah model matematika berdasarkan soal cerita tersebut. Kemudian,

selesaikanlah.

Pada kegiatan inti guru menjelaskan mengenai mengalikan atau membagi kedua

ruas dengan bilangan yang sama, siswa memperhatikan dan ikut menghitung

apa yang telah di jelaskan oleh guru. Kemudian guru menunjuk salah satu

siswa untuk mengerjakan soal yang berkaitan dengan mengalikan atau

membagi kedua ruas dengan bilangan yang sama. Setelah siswa sudah bisa

mengusainya, selanjutnya masing-masing siswa berkelompok dan mendiskusikan

soal di LKS yang telah diberikan oleh guru, masing-masing kelompok terdiri

4 siswa. Diantara
30

kelompok ada yang bertanya mengenai soal cerita yang dipermisalkan. Guru

menyuruh siswa untuk membuka bukunya, dan guru memberikan contoh

permasalahan yang permasalahanya hampir sama dengan soal yang ada di LKS

tersebut. Setelah guru memberikan contoh, guru dan observer berkeliling,

mengamati dan memberikan bantuan kepada siswanya yang mengalami

kesulitan. Setelah selesai berdiskusi kelompok, siswa mempresentasikan dan

kelompok yang lain menyimak dan merangkum apa yang dijelaskan oleh

kelompok lain. Kemudian siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya.

Pada kegiatan penutup siswa bersama guru memberikan kesimpulan dari hasil

diskusi. Tidak lupa di lain pertemuan guru memberikan penghargaan bagi

kelompok yang aktif berdiskusi dalam mengerjakan soal LKS. Pada akhir

pembelajaran, guru menginformasikan rencana pembelajaran untuk pertemuan

berikutnya, yaitu menyuruh siswa di rumah untuk mempelajari materi yang telah

diajarkan karena pertemuan berikutnya akan diadakan tes individu yang

digunakan sebagai tes evaluasi siklus I. Guru menutup pelajaran dengan berdoa

dan mengucapkan salam.

Pada pertemuan kedua pembelajaran berjalan cukup lancar. Beberapa siswa

sudah mulai aktif dalam berdiskusi dengan kelompoknya dan mulai aktif

bertannya pada saat ada kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi di depan

kelas.
31

3) Pertemuan III

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari jumat 16

November 2018 dengan alokasi waktu 2 40 menit atau jam ke 3 – 4 (08.20 -

09.40). Pada pertemuan ini siswa diberikan soal tes yang dikerjakan

secara individu sebagai tes evaluasi siklus I. Kegiatan awal guru membuka

pertemuan dengan salam dan berdoa, tidak lupa juga untuk mengabsen

kehadiran siswa. Seluruh siswa hadir pada pertemuan ketiga. Materi akhir siklus

meliputi semua yang telah dibahas dalam pertemuan pertama sampai kedua.

Jumlah soal tes akhir siklus I sebanyak 5 soal. Guru memberikan petunjuk

kepada siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan pada tes akhir siklus I.

Kemudian guru membagikan soal tes akhir siklus I dan siswa mengerjakan tes

akhir siklus I secara individu dengan sistem close book. Guru mengawasi

jalannya tes akhir siklus. Setelah siswa selesai mengerjakan tes akhir siklus I,

guru meminta siswa untuk mengumpulkan lembar jawaban soal tes akhir siklus I.

Penghargaan pada siswa yang diberikan oleh guru di akhir siklus yang diharapkan

dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih rajin dalam pembelajaran

matematika. Perolehan penghargaan hanya di ambil 3 siswa terbaik. Penghargaan

pada tes evaluasi siklus I didasarkan pada perolehan nilai tertinggi dari hasil

tes evaluasi siklus I. Siswa yang mendapat penghargaan diberikan ucapan selamat

dan diberi suatu hadiah oleh guru.


32

Penghargaan juga diberikan oleh guru kepada kelompok diskusi di akhir

siklus I dengan jumlah kelompok diskusi yaitu 9 kelompok yang masing-masing

4 orang dalam setiap kelompok. Penghargaan dalam kelompok diskusi diberikan

diharapkan dapat memacu motivasi dan minat terhadap siswa untuk lebih aktif

dalam pembelajaran matematika dan mengerjakan soal. Pemerolehan

penghargaan hanya diambil 2 kelompok diskusi yang terbaik. Penghargaan

kelompok diskusi pada akhir siklus I didasarkan pada keaktifan berdiskusi

dalam kelompok dan Kerja sama dalam kelompok. Kelompok diskusi yang

mendapatkan penghargaan diberikan ucapan selamat, serta diberikan hadiah oleh

guru. Berikut daftar nama siswa yang mendapat penghargaan pada siklus I.

Tabel 4.
Daftar Pemerolehan Penghargaan Siswa pada Siklus I

No. Urut Nama Siswa


14 Ika Aprilia
9 Elisa
13 Ifa Aviyati
17 Lina mudiyawati

c. Pengamatan

Setelah proses belajar mengajar berlangsung, dilakukan pengamatan guna

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran

matematika serta hasil tes siklus I. Dari proses pengamatan yang dilakukan,

didapatkan data-data yang menggambarkan pelaksanaan berlangsung. Hasil

pengamatan yang di
33

lakukan terhadap siswa oleh kolaborator pada siklus, didapatkan sebagai

berikut:

1. Hasil lembar observasi keaktifan belajar siswa

Setiap siklus observer mengisi lembar observasi keaktifan belajar siswa yang

berisi pertannyaan mengenai keaktifan siswa selama proses pembelajaran

matematika berlangsung dengan menggunakan model Missouri Mathematics

Project. Hasil rata-rata persentase keaktifan belajar siswa pada siklus I sebesar

61,19% dengan kriteria cukup.

2. Data hasil tes

Pada siklus I, kualifikasi presentase siswa sudah cukup baik. Hal ini

ditunjukan dari nilai rerata kelas mencapai 64. Dengan persentase

ketuntasan klasikal sebesar 52,77% . Siswa yang memperoleh nilai di atas

KKM sebanyak 19 siswa (52,77%) dan siswa yang memperoleh nilai di bawah

KKM sebanyak 17 siswa (47,22%). Berikut perolehan nilai pada siswa dalam

pembelajaran matematika tes siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 5
Tabel Analisis Tes Evaluasi Akhir Siklus I

Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 39
Nilai rata-rata kelas 64
Banyak siswa yang tuntas belajar 19
Banyak siswa yang tidak tuntas belajar 17
Ketuntasan klasikal 52,77%
34

d. Tahap Refleksi

Berdasarkan observasi dan evaluasi selama pelaksanaan siklus I yang

dilakukan belum memenuhi indikator, ini dapat dilihat dari keaktifan belajar

siswa yang hanya mencapai 61,19% dan ada beberapa siswa yang tidak tuntas

belajar yaitu 17 siswa dari 36 anak. Ketuntasan klasikal yang dicapai siswa

sebesar 52,77% dengan nilai rata-rata kelas 64. (Tabel 5). Hal ini perlu

diperhatikan dan diperbaiki untuk rencana tindakan pada siklus berikutnya. Dari

siklus I didapat penyebab permasalahan sebagai berikut.

1) Ada beberapa siswa yang belum memperhatikan penjelasan guru dengan baik

dan tenang.

2) Pembelajaran belum berjalan sesuai yang diinginkan oleh peneliti, yaitu

masih banyak siswa yang belum aktif dalam pembelajaran

3) Ada beberapa siswa yang belum bisa menyelesaikan tugas, merangkum dan

membuat pertanyaan.

4) Masih kurangnya kerja sama siswa dalam belajar kelompok. Siswa yang

merasa kurang pandai lebih banyak diam dan siswa yang merasa pandai sering

mendominasi kerja kelompok.

5) Banyak siswa yang tidak berani menyanggah pada diskusi kelas. Berdasarkan

hasil pembelajaran pada siklus I, dapat diketahui bahwa hasil yang dicapai

belum sesuai dengan harapan. Maka rencana tindakan siklus II yang dilakukan

oleh guru untuk mengatasi penyebab permasalahan


35

siklus I agar tidak terjadi permasalahan yang sama, maka peneliti

melakukan upaya sebagai berkut.

a) Guru harus menjelaskan secara terinci mengenai model Missouri Mathematics

Project sehingga pelaksanaan model ini dapat berjalan lancar dan pembelajaran

dilakukan lebih menarik agar siswa lebih tertarik untuk memperhatikan.

b) Guru harus memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dan tumbuh

dalam mengikuti pelajaran, antara lain dengan cara mengembangkan materi

pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

c) Merancang rencana pembelajaran agar pembelajaran Missouri Mathematics

Project dapat diterapkan secara lebih yaitu dengan melibatkan guru secara

intensif.

d) Guru harus memberikan pengarahan kepada siswa agar dapat bekerja sama

dengan baik dalam kelompoknya sehingga tidak didominasi siswa yang

pandai.

e) Guru harus membimbing dan mengarahkan siswa agar mempunyai keberanian

dan tidak malu dalam menyatakan pendapat.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan sama seperti pada siklus I.

Peneliti merencanakan pembelajaran dengan memperhatikan hasil refleksi pada

siklus I. Perencanaan pada siklus II adalah sebagai berikut.


36

1) Perangkat pembelajaran yang terdiri dari

a) RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan menggunakan model

pembelajaran Missouri Mathematics Project.

b) Pembagian kelompok yang terdiri dari 9 kelompok c) LKS

2) Instrumen Penelitian terdiri dari

a) Lembar Observasi Keaktifan Siswa b) Soal

Tes Evaluasi Siswa Siklus I

3) Dokumentasi menggunakan kamera untuk mengambil foto-foto KBM

menggunakan model pembelajarn Missouri Mathematics Project.

4) Menggunakan alokasi waktu sesuai dengan rencana. b.

Tahap Tindakan

1) Pertemuan I

Pada siklus II pertemuan I dilaksanakan pada hari rabu tanggal 21

november 2018 dengan alokasi waktu 2 40 menit atau jam ke 1 – 2 (07.00 –

08.20). Pada siklus II pertemuan I membahas tentang mengubah masalah

kedalam model matematika berbentuk pertidaksamaan linier satu variabel.

Sebelum memulai pembelajaran, ketua kelas menyiapkan dan memimpiin doa,

selanjutnya guru memberikan salam dan mengisi buku kehadiran siswa dengan

cara memanggil nama siswa satu persatu sehingga diketahui siswa yang

hadir dan tidak hadir. Pada hari itu siswa berangkat semua, kemudian dilanjutkan

sedikit tanya jawab tentang materi atau soal tes evaluas


37

pada siklus I. Kemudian menginformasikan hasil tes siklus I pada siswa,

dan memberikan arahan untuk lebih meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

siswa agar diakhir siklus II hasilnya lebih baik. Selanjutnya guru memberikan

gambaran mengenai pertidaksamaan linier satu variabel.

Pada kegiatan inti, guru menjelaskan mengenai aturan penambahan,

pengurangan, perkalian dan pembagian dalam pertidaksamaan linier satu

variabel. Guru memberikan contoh soal yang dikerjakan bersama-sama, setelah

itu meberikan masalah mengenai materi pertidaksamaan linier satu variabel.

Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok yang terdiri atas 4 siswa. Kemudian

siswa diminta bergabung dengan kelompoknya. Pada kegiatan ini masing-masing

kelompok diberikan LKS, kemudian masing-masing kelompok berdiskusi untuk

menyelesaikan masalah dalam LKS dan siswa membuat kesimpulan dari

apa yang dikerjakan dari berdiskusi dan membuat pertannyaan yang belum bisa

dipecahkan sendiri. Setelah itu wakil dari beberapa kelompok

mempresentasikan hasil kelompoknya dan menanggapi pertannyaan dari

kelompok lain. Guru kelas VIIb bertindak sebagai pengamat I yang bekerjasama

dengan seorang teman saya yang bertindak sebagai pengamat II untuk mengamati

keaktifan siswa. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan pekerjaan rumah

kepada siswa.
38

Pada Siklus II pertemuan I ini, kerja sama antara kelompok sudah baik.

Dari siswa yang bermain dan kurang menanggapi teman sekelompoknya

sekarang sudah mulai mau terlibat dalam kerja kelompok. Pada saat presentasi

dari 9 kelompok sudah aktif walaupun masing-masing kelompok yang aktif

masih satu atau dua orang memberikan pertannyaan dan menanggapinya.

2) pertemuan II

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari kamis, 22

November 2018 dengan alokasi waktu 2 40 menit atau jam ke 3 – 4 (08.20


-

09.40). Sebelum memulai pembelajaran, ketua kelas menyiapkan dan memimpin

doa dan selanjutnya guru memberikan salam dan mengisi kehadiran siswa dengan

cara memanggil nama siswa. Pada pertemuan II siswa masuk semua. Dilanjutkan

dengan guru melakukan apersepsi untuk meningkatkan pelajaran pada

pertemuan sebelumnya dan memberi arahan kepada siswa cara bekerja sama

dalam kelompok serta membahas PR pada pertemuan sebelumnya.

Pada kegiatan inti dimulai dengan membahas mengenai menyelesaikan model

matematika suatu masalah yang berkaitan dengan pertidaksamaan linier satu

variabel. Kemudian guru memberikan masalah kontekstual mengenai

pertidaksamaan linier satu variabel dan guru memberikan gambarannya,

selanjutnya siswa menyelesaikanya. Setelah pembahasannya dikira cukup,

guru mengkondisikan siswa untuk berkelompok dan mengatur tempat

duduk dan sambil


39

memberikan LKS. Siswa mencoba menyelesaikan masalah tersebut. Guru

berkeliling mengamati dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami

kesulitan dalam mengerjakan soal. Selanjutnya, siswa mempresentasikan hasil

belajar kelompoknya di depan kelas dan kelompok yang lain terlihat lebih

antusias menanggapinya dari pada tertemuan-pertemuan sebelumnya. Kemudian

peneliti membahas pertannyaan dari siswa yang belum terjawab. Sebagai evaluasi

dari kegiatan inti, guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan siswa. Dan

siswa yang dapat mengerjakan di depan akan mendapat penghargaan atau hadiah.

Bersamaan dengan kegiatan pembelajaran, guru kelas VIIb bertindak sebagai

pengamat pada pertemuan kedua siklus II untuk mengamati keaktifan siswa

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Pada kegiatan penutup siswa bersama dengan guru menyimpulkan materi

menyelesaikan model matematika suatu masalah yang berkaitan dengan

pertidaksamaan linier satu variabel. Di akhir pembelajaran guru

menyampaikan bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan evaluasi, sehingga

siswa diminta mempersiapkannya di rumah.

Pada siklus II pertemuan II, siswa terlihat lebih aktif dari pertemuan pertemuan

sebelumnya. Seperti, siswa memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru

dan mampu menjawab pertannyaan dengan baik yang diajukan oleh guru, dan

memfokuskan perhatiaanya
40

dalam kegiatan pembelajaran matematika. Setiap anggota kelompok bekerja sama

dengan baik antara teman sekelompoknya. Dalam diskusi siswa juga terlihat

lebih aktif dalam bertannya dan juga menanggapi pertannyaan dari kelompok

lain.

3) Pertemuan III

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari jumat 23 November

2018 dengan alokasi waktu 2 40 menit atau jam ke 5 – 6 (10.10 –

11.30). Pada pertemuan ini siswa diberikan soal tes yang dikerjakan secara

individu sebagai tes evaluasi siklus II. Kegiatan awal guru membuka pertemuan

dengan salam dan berdoa, tidak lupa juga untuk mengabsen kehadiran siswa.

Seluruh siswa hadir pada pertemuan ketiga. Guru memberikan petunjuk

kepada siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan pada tes akhir siklus II.

Kemudian guru membagikan soal tes akhir siklus II dan siswa mengerjakan tes

akhir siklus II secara individu dengan sistem close book. Guru mengawasi

jalannya tes akhir siklus II. Setelah siswa selesai mengerjakan tes akhir siklus II,

siswa di minta kedepan untuk mengumpulkannya. Di akhir siklus II ini guru

memberikan penghargaan bagi siswa yang berprestasi pada hasil tes evaluasi

siklus II, dan juga kelompok diskusi yang terbaik pada siklus II. Berikut

daftar nama siswa yang mendapat penghargaan di akhir siklus I


41

Tabel 6.
Daftar Pemerolehan Penghargaan Siswa pada Siklus II

No. Urut Nama Siswa


9 Elisa
15 Imam Burhanudin
11 Halimatus Sakdiyah
34 Yugi Aristiyani
26 Safiq Mujtaba

c. Pengamatan

Setelah proses belajar mengajar berlangsung, dilakukan

pengamatan terhadap keaktifan belajar siswa terhadap pembelajaran

matematika dan hasil tes siklus II. Dari proses pengamatan yang

dilakukan didapatkan data-data yang menggambarkan

pelaksanaan berlangsung. Hasil pengamatan yang dilakukan

terhadap siswa oleh kolaborator pada siklus II, didapatkan hasil

sebagai berikut:

1. Hasil lembar observasi keaktifan belajar siswa

Setiap siklus observer mengisi lembar observasi

keaktifan belajar siswa yang berisi pertannyaan mengenai

keaktifan siswa selama proses pembelajaran matematika

berlangsung dengan menggunakan model Missouri Mathematics

Project. Hasil rerata persentase keaktifan belajar siswa pada

siklus II sebesar 72,04% dengan kriteria baik.

2. Data hasil tes

Pada siklus II, kualifikasi presentase siswa sudah cukup baik. Hal ini

ditunjukan dari nilai rereta kelas mencapai 77,61. Dengan persentase ketuntasan
42

klasikal sebesar 77,77%. Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM

sebanyak 28 siswa (77,77%) dan siswa yang


43

memperoleh nilai di bawah KKM sebanyak 8 siswa (22,23%). Berikut perolehan

nilai pada siswa dalam pembelajaran matematika tes siklus II adalah sebagai

berikut:

Tabel 7
Tabel Analisis Tes Evaluasi Akhir Siklus II

Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 50
Nilai rata-rata kelas 77,61
Banyak siswa yang tuntas belajar 28
Banyak siswa yang tidak tuntas belajar 8
Ketuntasan klasikal 77,77%

Setelah dilakukan observasi atau pengamatan maka dapat dilakukan

refleksi dari tindakan yang telah dilakukan pada pertemuan II siklus II. Selama

proses pembelajaran pada pertemuan II, kekurangan- kekurangan yang terjadi

yang mempengaruhi proses pembelajaran sudah dapat diatasi. Selain itu

hambatan-hambatan dalam pembelajaran sudah dapat dipecahkan dengan

tindakan-tindakan yang dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan siswa

sebanyak 36 siswa. Keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika sudah

baik yaitu mencapai

72,04%. Hasil dari evaluasi didapat hasil 28 siswa atau 77,77% tuntas belajar,

dan 8 siswa atau 22,23% belum tuntas belajar. Dengan kata lain maka lebih dari

70% siswa yang tuntas belajar, sehingga siklus dihentikan pada siklus II

pertemuan II.

d. Implementasi Tindakan
44

Setelah dilakukan observasi atau pengamatan maka dapat

dilakukan refleksi dari tindakan yang dilakukan pada

pertemuan II
45

siklus II. Selama proses pembelajaran pada pertemuan II, kekurangan-

kekurangan yang terjadi yang mempengaruhi proses pembelajaran sudah

dapat diatasi. Selain itu hambatan-hambatan dalam pembelajaran sudah dapat

dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan

dalam pembelajaran siswa sebanyak 36 siswa atau

72,04% keaktifan siswa sudah baik. Sedangkan hasil dari evaluasi didapatkan

hasil 28 siswa atau 77,77% tuntas belajar, dan 8 siswa atau

22,23% belum tuntas belajar, dengan kata lain lebih dari 70% siswa yang

tunas belajar, maka hasil tersebut sudah memenuhi target sesuai dengan indikator

keberhasilan. Sehingga siklus dihentikan pada siklus II pertemuan II.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari lembar observasi

keaktifan dan hasil belajar siswa dari siklus I sampai dengan siklus II maka

dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Hasil Keaktifan Belajar Siswa

Perhitungan hasil observasi keaktifan belajar siswa siklus 1 dan siklus II

secara lengkap disajikan pada lampiran 1 dan lampiran 2. Rekapitulasi hasil

observasi keaktifan belajar siswa siklus I dan siklus II disajikan pada diagram

batang dibawah ini:


46

Persentase Keaktifan Belajar Siswa


75,00%
70,00%
65,00% Persentase
Keaktifan
60,00% Belajar Siswa
55,00%
Siklus Siklus
I
II

Parameter Siklus I Siklus II


Persentase Keaktifan 61,19% 72,04%
Kriteria Cukup Baik Baik

Gambar 2
Diagram batang peningkatan keaktifan belajar siswa

Siklus I berlangsung selama 3 kali pertemuan. Berdasarkan hasil

observasi, Persentase keaktifan belajar siswa pada siklus I adalah

61,19%. Dari hasil tersebut, menunjukan bahwa keaktifan belajar siswa cukup

baik tetapi belum memuaskan karena belum mencapai indikator keberhasilan

yaitu mencapai 70% atau lebih, sehingga harus dilanjutkan ke siklus II.

Siklus II berlangsung selama 3 kali pertemuan. Berdasarkan hasil

observasi, persentase keaktifan belajar siswa pada siklus II adalah

72,04%. Hal ini menunjukan bahwa keaktifan belajar siswa

sudah mencapai indikator, karena persentase keaktifan belajar

siswa sudah mencapai lebih dari 70%.


47

2. Hasil Rerata Belajar Siswa

Berdasarkan tes evaluasi siklus I menunjukan bahwa rata-rata nilai hasil belajar

siswa adalah 64 dengan jumlah skor 2304. Dari hasil tersebut, belum mencapai

indikator keberhasilan sehingga harus dilanjutkan ke siklus II.

Pada siklus II rata-rata nilai hasil belajar meningkat menjadi

77,61 dengan jumlah skor 2794. sehingga sudah mencapai indikator

keberhasilan. Perhitungan rekapitulasi rerata hasil belajar siswa siklus I dan

siklus II disajikan dalam diagram batang berikut.

Rerata Hasil Belajar


100 Siswa
80
60
40 Rerata Hasil Belajar
20 Siswa

Siklus I Siklus II

Siklus
Parameter I II
Jumlah 2304 2794
64 77,61

Gambar 3
Diagram batang rerata hasil belajar siswa

3. Hasil Ketuntasan Klasikal Belajar Siswa

Berdasarkan tes evaluasi siklus I siswa yang memperoleh

nilai di atas 73 sebanyak 19 siswa. Sehingga ketuntasan

klasikal yang dicapai


48

adalah 52,77%. Dari hasil tersebut, belum mencapai indikator

keberhasilan sehingga dilanjutkan ke siklus II.

Pada siklus II siswa yang memperoleh nilai diatas 73 sebanyak 28 siswa

dengan ketuntasan klasikal yang dicapai meningkat menjadi

77,77%. Sehingga sudah mencapai indikator keberhasilan. Perhitungan

rekapitulas ketuntasan klasikal belajar siswa siklus I dan siklus II

disajikan dalam diagram berikut.

Ketuntasan Klasikal Belajar Siswa


100,00%
80,00%
6
0
,
0
0
%
Ketuntasan Klasikal
40,00% Belajar Siswa
20,00%
0,00%
Siklus I Siklus II

Parameter Siklus I Siklus II


Ketuntasan Klasikal 52,77% 77,77%
Kriteria Cukup Baik Baik

Ga
mb
ar
4
49

Diagram batang peningkatan ketuntasan klasikal belajar siswa

Berdasarkan analisis tes tertulis dan observasi terhadap

siswa menunjukan hasil belajar dan keaktifan belajar siswa pada

pembelajaran matematika siklus II mengalami peningkatan

dibandingkan Siklus I. Adapun diagram hasil belajar dan

keaktifan belajar siswa terhadap pembelajaran matematika

dengan model belajar Missouri Mathemathics Project. dapat

dilihat pada diagram batang berikut:


50

90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
Keaktifan
40,00%
Ketuntasan Klasikal
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Siklus I Siklus II

Siklus I Siklus II
Keaktifan 61,19% 72,04
Ketuntasan Klasikal 52,77% 77,77%

Gambar 5. Diagram Batang Peningkatan Persentase Keaktifan


dan
Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa

Pada siklus I rerata keaktifan belajar siswa mencapai 61,19%. Sedangkan pada

siklus II rerata keaktifan belajar siswa meningkat menjadi 72,04% . Untuk rerata

hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 64. Sedangkan rerata hasil belajar

siswa pada siklus II meningkat menjadi 77,61 dan Ketuntasan klasikal pada

siklus I mencapai 52,77%. Sedangkan pada siklus II ketuntasan klasikal

meningkat menjadi 77,77%. Dengan demikian, dari hasil siklus I dan siklus II

dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan model Missouri Mathemathics Project

dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran

matematika. Apabila keaktifan belajar siswa, rerata hasil belajar siswa dan

ketuntasan klasikal meningkat, maka indikator tercapai.


51

69

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan dengan permasalahan dan hasil penelitian serta

pembahasan dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan

dapat disimpulka bahwa:

1. Model pembelajaran Missouri Mathematics Project dapat

meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika

siswa kelas VIIb MTs N Bener Purworejo. Hal ini dapat dilihat

dari hasil lembar observasi keaktifan siswa pada siklus I

diperoleh hasil 61,19% meningkat menjadi

72,04% pada siklus II, dengan katagori cukup menjadi baik.

2. Hasil belajar siswa meningkatkan yaitu 13 siswa atau 36,11%

yang tuntas belajar pada pra siklus, pada siklus I ada 17 siswa atau

52,77%, yang tuntas belajar. Sedangkan pada siklus II ada 28

siswa atau 77,77% yang tuntas belajar.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis menyarankan hal-

hal sebagai bahan pertimbangan untuk peningkatan pembelajaran,

yaitu sebagai berikut:


52

1. Dengan melihat hasil pembelajaran dengan model pembelajaran Missouri

Mathematics Project, guru diharapkan dapat lebih memotivasi siswa untuk lebih

mengembangkan ketrampilan kooperatif atau kerjasama, yang dapat

digunakan dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Pembelajaran matematika hendaknya dilaksanakan dengan menerapkan model

pembelajaran yang inovatif, seperti model pembelajaran Missouri

MathematicsProje
53
54
55

Anda mungkin juga menyukai