Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Hepatitis B merupakan peradangan atau infeksi pada sel-sel hati

yang disebabkan oleh virus Hepatitis B. Virus Hepatitis B ini dapat bersifat akut

maupun kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibandingkan

dengan penyakit hati yang lain, karena penyakit Hepatitis B ini tidak menunjukkan

gejala yang jelas, hanya sedikit warna kuning pada mata dan kulit disertai lesu.

Penyakit Hepatitis B dapat dideteksi salah satunya dengan pemeriksaan HBsAg

(Hepatitis B Surface Antigen) yang merupakan antigen permukaan dari Virus

Hepatitis B. Penderita sering tidak sadar bahwa dirinya sudah terinfeksi virus

Hepatitis B dan tanpa sadar pula dapat menularkan infeksi Hepatitis B kepada

orang lain (Misnadiarly, 2010).

Penyebaran virus hepatitis B menjadi perhatian khusus di Indonesia. Data

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2011

menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ketiga penderita hepatitis

terbanyak di dunia setelah India dan China yang diperkirakan mencapai 30 juta

orang. Menurut kriteria WHO, Indonesia termasuk daerah dengan tingkat

endemisitas tinggi serta termasuk dalam prevalensi tinggi yaitu lebih dari 8%. Pada

tahun 2007 sebanyak 10.391 serum yang diperiksa dan ditemukan prevalensi

HBsAg positif 9,4% (Kemenkes RI, 2010).

Infeksi virus Hepatitis B pada ibu hamil trimester ketiga merupakan

masalah yang cukup serius. Karena tingginya penularan Hepatitis B secara vertikal

yaitu dari ibu ke anaknya saat melahirkan, yaitu sekitar 90% ibu yang mengidap

hepatitis B atau hasil HBsAg positif akan menurunkan infeksi HBV pada anaknya

dan kemungkinan besar akan menjadi karier HBV. Persalinan ibu yang positif
2

HBsAg juga merupakan risiko terjadinya penularan Hepatitis B secara horizontal.

Pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil sebelum melakukan persalinan merupakan

skrining adanya penularan Hepatitis B secara vertikal. Risiko penularan Hepatitis B

dengan hasil pemeriksaan HBsAg positif, berbahaya terhadap janin yang

dikandung ibu karena dapat mengancam keselamatan ibu dan bayinya. Selain

berbahaya terhadap ibu dan bayinya, bahaya penularan infeksi Hepatitis B juga

dapat mengancam tenaga medis yang menolong ibu saat proses persalinan (Radji,

2015).

Ibu hamil yang terinfeksi virus hepatiti B di Puskesmas II Kemranjen

sekitar 13 ibu hamil dari jumlah total ibu hamil keseluruhan yang ada di wilayah

Puskesmas II Kemranjen yaitu 155 ibu hamil. Jadi di puskesmas II Kemranjen ibu

hamil yang terinfeksi virus HbsAg sekitar 9%.

Berdasarkan urain diatas kami tertarik mengambil kasus Ibu hamil dengan

HbsAG di Puskesmas II Kemranjen.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penyusunan laporan kasus ini adalah agar mahasiswa

dapat mengetahui tentang HbsAG pada ibu hamil dan dapat mecegah

penularan terhadap masyarakat sekitar.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengumpulan data ibu hamil dengan HbsAG dan

pengkajian data dengan pemeriksaan subyektif.

b. Mampu melakukan pengumpulan data ibu hamil dengan HbsAG dan

pengkajian data dengan pemeriksaan obyektif.

c. Mampu mengidentifikasi diagnosa/ masalah kasus ibu hamil dengan HbsAG.


3

d. Mampu mengidentifikasi diagnosa/ masalah potensial pada kasus ibu hamil

dengan HbsAG.

e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil dengan

HbsAG.

f. Mampu melaksanakan rencanan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil

dengan HbsAG.

g. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan kebidanan yang telah dilakukan

pada kasus ibu hamil dengan HbsAG.

h. Mampu melakukan pencatatan hasil asuhan dengan metode SOAP pada kasus

ibu hamil dengan HbsAG.

C. Manfaat Penyusunan

Manfaat dari penyusunan laporan kasus ini meliputi dari beberapa manfaat,

diantaranya adalah :

1. Manfaat bagi mahasiswa

Dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai asuhan kebidanan

pada kasus ibu hamil dengan HbsAG, dan dapat mengaplikasikan ilmu

pengetahuan yang di peroleh di kampus dengan keadaan di masyarakat serta

menambah informasi tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan HbsAG.

2. Bagi institusi pendidikan

Sebagai Refrensi yang dapat di gunakan oleh peneliti ataupun penyusunan

laporan kasus yang akan melakukan studi kasus tentang HbsAG pada ibu hamil.

3. Bagi tenaga kesehatan

Hasil penyusunan laporan kasus ini di harapkan dapat memberikan informasi

yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk meningkatkan mutu dan

kualitas pelayanan kesehatan dalam perencanaan asuhan pada ibu hamil dengan

HbsAG.
4

Meningkatkan kewaspadaan dan selalu bersikap aseptis sebelum dan sesudah

melakukan tindakan medis.

4. Bagi pembaca

Memberi pengetahuan tentang betapa pentingnya pemeriksaan laboratorium,

khususnya pemeriksaan HbsAG pada ibu hamil untuk tes skrining penyakit

Hepatitis B agar dapat mencegah penularan virus Hepatitis B pada bayi sejak dini.
5

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. HBsAg

1. Pengertian

HBsAg atau Hepatitis B Surface Antigen merupakan antigen permukaan

hepatitis B yang ditemukan pada permukaan virus dan pada partikelnya serta

berbentuk tubular yang tidak melekat. Adanya antigen ini menunjukkan infeksi

akut atau karier kronik (didefinisikan sebagai >6 bulan ). Antibodi terhadap

antigen permukaan akan terjadi setelah infeksi alamiah atau dapat ditimbulkan

oleh imunisasi hepatitis B. HBsAg dapat terdeteksi setelah terinfeksi dan 1-6

minggu sebelum muncul gejala klinisnya. Uji untuk menunjukkan keberadaan

HBsAg merupakan cara standar yang digunakan untuk mengidentifikasi infeksi

awal oleh HBV (Notes, 2008).

Hepatitis B adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Secara

popular dikenal dengan istilah penyakit hati, sakit liver, atau sakit kuning.

Peradangan hati dapat menyebabkan kerusakan sel-sel, jaringan, bahkan semua

bagian organ hati. Hepatitis dapat terjadi karena penyakit yang memang

menyerang sel-sel hati atau penyakit lain yang menyebabkan komplikasi pada

organ hati. Sampai saat ini, telah dikenal jenis-jenis virus hepatitis yaitu Virus

hepatitis A (HAV), Virus hepatitis B (HBV), Virus hepatitis C (HCV), Virus

hepatitis D (HDV), virus hepatitis E (HEV), dan Virus hepatiitis G (HGV)

(Corwin, 2009).

Virus hepatitis digolongkan dalam famili yang berbeda-beda. Salah

satuya adalah virus hepatitis B yang termasuk ke dalam Genus Hedapnavirus dan

famili Hepadnaviridae. Virus hepatitis B berbentuk sferik plomorfik dengan

diameter 42 nanometer (nm). Genom virus terdiri dari DNA untai ganda parsial,
6

yang mengandung sekitar 3200 pasang basa. Lapisan luarnya terdiri dari

antigen HbsAg yang membungkus partikel inti (core). Pada inti terdapat DNA

polimerase virus, antigen inti (HbcAg) dan antigen e (HbeAg) (Radji, 2015).

Protein yang dibuat oleh virus Hepatitis B bersifat antigenik serta

memberi gambaran tentang keadaan penyakit (pertanda serologi khas) adalah

Surface antigen atau HBsAg yang berasal dari selubung, yang positif kira-kira

2 minggu sebelum terjadinya gejala klinis, Core antigen atau HBcAg yang

merupakan nukleokapsid virus hepatitis B dan e antigen atau HBeAg yang

berhubungan erat dengan jumlah partikel virus yang merupakan antigen

spesifik untuk hepatitis B.

Struktur virus Hepatitis B terdiri dari HBsAg, HBcAg, HbeAg. DNA

polymerase, dan DNA HBV seperti yang terdapat pada gambar 2.1 yaitu

sebagai berikut :

Gambar 2.1. Struktur Hepatitis B Virus

Sumber : Radji, 2015


7

HBsAg merupakan salah satu bagian dari struktur Hepatitis B

virus yang sering dilakukan pemeriksaan sebagai skrining dari

penyakit HBV. Hepatitis B merupakan virus yang dapat bertahan pada

suhu dan kelembapan yang ekstrem.Oleh karena itu, darah dan cairan

tubuh merupakan penularan yang utama. Di daerah endemis hepatitis

B yang tinggi, penularan vertikal dari ibu ke anak pada saat persalinan

merupakan cara utama penularannya. Sedangkan penularan horizontal

di daerah yang bendemisnya rendah, penularan hepatitis B melalui

transfusi, produk darah, dialisis, kecelakaan tertusuk jarum yang

terkontaminasi, dan penularan seksual merupakan cara utama infeksi

HBV (Notes, 2008).

Adanya HBsAg dalam serum pasien menandakan positif

hepatitis B. Hepatitis merupakan suatu proses peradangan pada

jaringan hati. Secara popular dikenal dengan istilah penyakit hati, sakit

liver, atau sakit kuning. Peradangan hati dapat menyebabkan

kerusakan sel-sel, jaringan, bahkan semua bagian organ hati. Hepatitis

dapat terjadi karena penyakit yang memang menyerang sel-sel hati

atau penyakit lain yang menyebabkan komplikasi pada hati (Radji,

2015).

Menurut Radji (2015), masa inkubasi dari hepatitis B berkisar

antara 45 – 180 hari dan lama masa inkubasi tergantung pada jumlah
8

virus yang masuk ke dalam tubuh dan cara penularan serta daya tahan

pasien. Penyakit ini sering dijumpai pada 30 – 50% pada usia > 50

tahun dan 10% pada usia < 50 tahun. Keluhan pada penyakit hepatitis

B diantaranya adalah mual, tidak nafsu makan, lemas, muntah, nyeri

pada otot dan sendi, demam, kencing berwarna coklat tua dan kulit

berwarna kuning. Kebanyakan kasus dengan infeksi hepatitis B akan

sembuh dalam waktu 6 bulan dan mengalami kekebalan. Dimana 15 –

20% akan menjadi hepatitis kronik atau penyakit hati menahun yang

kemudian menjadi sirosis hati dan berkembang menjadi kanker hati.

Virus hepatitis B 100 kali lebih infeksius, yakni lebih berpotensi

menyebabkan infeksi dibandingkan virus HIV karena masa tunasnya

cukup pendek, yaitu sekitar 3 bulan. Virus hepatitis B dapat ditemukan

di dalam darah, air ludah, air susu ibu, cairan sperma, atau sekret

vagina penderita.

2. Pencegahan dan Pengobatan Hepatitis B

Menurut Radji (2015), penderita penyakit hepatitis B tidak

dapat sembuh secara total, tetapi hepatitis B dapat dicegah agar tidak

terinfeksi virus Hepatitis B. Cara yang paling baik untuk mencegah

penyakit Hepatitis B adalah dengan vaksinasi. Jenis vaksin hepatitis B

yang tersedia adalah Recombivax HB dan Energix-B. Kedua vaksin

tersebut membutuhkan tiga kali suntikan yang diberikan selama jangka


9

waktu enam bulan. Efek samping yang dirasakan biasanya ringan,

yaitu terasa sakit pada daerah suntikan dan gejalanya mirip dengan flu

ringan. Pencegahan umum terhadap hepatitis B lainnya adalah :

a. Melakukan vaksinasi dengan benar.

b. Skrining donor darah dengan teliti.

c. Alat dialisis digunakan secara individual, dan untuk pasien dengan

Hepatitis B positif harus disediakan mesin tersendiri.

d. Menggunakan jarum sekali pakai dan sampah infeksius dibuang ke

tempat khusus.

e. Pencegahan untuk tenaga medis yaitu senantiasa menggunakan

sarung tangan dan selalu bersikap aseptis agar tidak terpapar oleh

cairan tubuh pasien yang terinfeksi hepatitis B serta melakukan

imunisasi rutin.

f. Melakukan skrining ibu hamil pada awal dan pada trimester ketiga

kehamilan, terutama ibu yang berisiko tinggi terinfeksi HBV. Ibu

hamil

dengan Hepatitis B positif ditangani secara terpadu. Segera setelah

lahir, bayi diimunisasi aktif dan pasif terhadap virus Hepatitis B

(Notes, 2008).

Pengobatan Hepatitis B akut meliputi istirahat yang cukup,

minum banyak cairan, melakukan perawatan intensif pada kasus


10

fulminan, menghindari konsumsi alkohol dan obat penawar rasa sakit,

dan menghindari transplantasi hati karena dapat mengalami

komplikasi akibat kemungkinan reinfeksi cangkok hati. Memberikan

imunisasi pasif dengan immunoglobulin hepatitis B yang diberikan

segera setelah paparan HBV karena memberikan perlindungan cepat

tetapi dalam jangka waktu yang pendek. Sedangkan pengobatan

hepatitis B kronik dapat berupa peningkatan sistem imun. Obat-obatan

nukleotida antivirus yang memiliki aktifitas terhadap HBV

diantaranya adalah lamivudin, adefovir dipivoksil, interferon-α,

tenofovir, asiklovir, famsiklovir, gansiklovir, zadaksin, kolkisin,

interferon-β dan interferon-µ (Radji, 2015).

Pengobatan interferon biasanya berhubungan dengan efek

samping seperti neutropenia, trombositopenia, yang biasanya masih

dapat ditoleransi, namun kadang-kadang perlu dilakukan modifikasi

dosis. Terapi interferon yang menginduksi hepatitis flare dapat

menyebabkan dekompensasi pada pasien dengan sirosis dan dapat

berbahaya bagi pasien dengan dekompensasi hati. Lama terapi

interferon standar adalah 4-6 bulan sedangkan pegilated interferon

adalah 12 bulan (Notes, 2008).


11

3. Penularan Hepatitis B

Virus hepatitis B terdapat dalam cairan tubuh, diantaranya

adalah dalam darah, air liur, feses, urine, sperma, dan cairan vagina.

Secara epidemiologi, virus hepatitis B dapat ditularkan melalui 2 cara,

yaitu penularan secara vertikal dan secara horizontal. Penularan secara

horizontal, yaitu penularan infeksi virus heptitis B dari seorang pengidap

virus hepatitis B kepada orang lain disekitarnya, misalnya melalui

hubungan seksual, terpapar darah yang terkontaminasi HBV, transfusi

darah, pasien hemodialisis, penggunaan tatto permanen dan tindik, pasien

akupuntur, dan penggunaan peralatan yang dapat berhubungan dengan

darah serta terkontaminasi virus hepatitis B, misalnya pisau cukur,

gunting, dan gunting kuku (Radji, 2015).

Penularan Virus Hepatitis B secara vertikal merupakan

penularan dari ibu yang HBsAg positif kepada bayi yang dikandungnya.

Risiko keseluruhan dari infeksi janin kia-kira 75% jika ibu terinfeksi pada

trimester ketiga atau masa nifas dan risiko ini jauh lebih rendah yaitu 5-

10% jika ibu terinfeksi pada awal kehamilan atau trimester pertama.

Sebagian besar infeksi Hepatitis B pada bayi baru lahir terjadi saat proses

persalinan dari ibu yang positif menderita hepatitis B. Infeksi virus

hepatitis B akan menular melalui air susu ibu, sekret vagina, darah. Virus
12

akan melakukan transmisi kepada janin melalui darah. Sebagian kecil

lainnya dapat menular secara transplasental (Radji, 2015).

Menurut Radji (2015), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

terjadinya penularan infeksi hepatitis B diataranya adalah :

a. Faktor Hospes

1) Umur

Virus hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur.

Infeksi tersering adalah terjadi pada bayi dan anak-anak yang

akan berisiko menjadi kronis. Kejadian hepatitis kronis pada

bayi sekitar 90%, pada anak usia sekolah sekitar 23 - 26 %,

sedangkan pada orang dewasa sekitar 3 – 10 %. Hal ini

berkaitan dengan keberadaan antibodi di dalam tubuh untuk

mencegah terjadinya hepatitis B kronis. Bayi lebih sering

terinfeksi hepatitis B karena sistem imun pada bayi belum

berkembang dengan sempurna terutama pada bayi yang belum

mendapatkan imunisasi hepatitis B.

2) Jenis Kelamin

Pada umumnya, wanita 3 kali lebih sering terinfeksi

hepatitis B dibandingkan dengan pria. Hal tersebut terjadi

karena wanita lebih mudah untuk mengalami komplikasi jika

terinfeksi suatu penyakit.


13

3) Kebiasaan Hidup

Sebagian besar penularan virus hepatitis B terjadi pada

remaja, hal ini disebabkan karena aktifitas seksual dan perilaku

yang menyimpang antara lain homoseksual, pecandu narkotika

suntik, pengguna tatto permanen dan lainnya.

4) Pekerjaan

Kelompok risiko tinggi untuk mendapatkan infeksi virus

hepatitis B adalah dokter bedah, dokter gigi, petugas kamar

operasi, perawat, bidan, dan petugas laboratorium yang dimana

mereka sering kontak dengan penderita hepatitis B dan spesimen

penderita.

b. Faktor Perbedaan Antigen Virus

Virus hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen utama, yaitu

HBsAg, HBcAg dan HBeAg. HBsAg sebagai penanda

infektivitas HBV akut atau pembawa penyakit kronis. HBcAg

tidak beredar bebas dalam darah, sedangkan HBeAg tidak

berikatan dengan virus tetapi beredar bebas dalam darah dan

terdapat pada infeksi HBV aktif.

c. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan virus

hepatitis B antara lain adalah lingkungan dengan sanitasi yang


14

buruk, daerah dengan angka prevalensi hepatitis B tinggi, daerah unit

bedah, unit laboratorium klinik, unit bank darah, unit ruang

hemodialisa, ruang transplantasi dan unit perawatan penyakit dalam.

4. Gejala Klinis

Gejala hepatitis B amat bervariasi dari tanpa gejala sampai

gejala yang berat seperti muntah darah dan koma. Pada hepatitis akut

gejala amat ringan dan apabila ada gejala, maka gejala itu seperti gejala

influenza. Gejala itu berupa demam ringan, mual, lemas, anoreksia, mata

jadi kuning, kencing berwarna gelap, diare dan nyeri otot. Pada sebagian

kecil gejala dapat menjadi berat dan terjadi fulminan hepatitis yang

mengakibatkan kematian. Infeksi hepatitis B yang didapatkan pada masa

perinatal dan balita biasanya asimtomatik dan dapat menjadi kronik pada

90% kasus. Sekitar 30% infeksi hepatitis B yang terjadi pada orang

dewasa akan menimbulkan ikterus dan pada 0,1-0,5% dapat berkembang

menjadi fulminan. Pada orang dewasa 95% kasus akan sembuh dengan

sempurna yang ditandai dengan menghilangnya HBsAg dan timbul Anti-

HBs (Noer, 2007).

Apabila seorang terinfeksi hepatitis B pada usia yang lebih

lanjut biasanya gejala peradangannya singkat dan gejala penyakit tidak

berat. Pada fase nonreplikatif masih dapat ditemukan replikasi virus

hepatitis B akan tetapi sangat sedikit sekali karena ditekan oleh respons
15

imun penderita. Terdapat 2 jenis hepatitis kronik B yaitu hepatitis B

kronik dengan HBeAg positif dan hepatitis B kronik dengan HBeAg

negatif. Pasien yang mengalami infeksi perinatal dapat pula menjadi

hepatitis kronik dengan HBeAg yang positif disertai dengan peningkatan

ALT akan tetapi sesudah waktu yang cukup lama (10-20 tahun) (Noer,

2007).

HBeAg biasanya akan diikuti dengan membaiknya keadaan

biokimiawi dan histologi. Serokonversi e antigen menjadi e antibodi

dapat terjadi pada 50-70% pasien yang mengalami peninggian ALT

(Alanin Amino Transferase) dalam waktu 5-10 tahun setelah terdiagnosis.

Biasanya hal ini akan terjadi pada orang dengan usia yang lebih lanjut,

perempuan dan nilai ALT yang tinggi. Pada umumnya apabila terjadi

serokonversi, maka gejala hepatitisnya juga menjadi tidak aktif walaupun

pada sebagian kecil masih ada gangguan biokimiawi dan aktivitas

histologi serta peningkatan kadar HBV DNA. Infeksi HBsAg inaktif

ditandai oleh HBsAg-positif, Anti-HBe dan tidak terdeteksinya HBV

DNA serta ALT normal. Meskipun demikian kadang-kadang masih

didapatkan sedikit tanda peradangan pada pemeriksaan patologi anatomi.

Apabila serokonversi terjadi sesudah waktu yang cukup lama dapat pula

ditemukan gejala kelainan pada sediaan patologi anatomi (Noer, 2007).


16

5. Diagnosis Hepatitis B

HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen) merupakan salah satu

pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis Hepatitis B Virus

sehingga dapat mengetahui adanya antigen permukaaan dari virus

Hepatitis B. Selain dengan pemeriksaan HBsAg, hepatitis B juga dapat

ditegakkan dengan pemeriksaan antigen lainnya yaitu pemeriksaan

HBcAg (Hepatitis B core Antigen), DNA HBV, dan Antigen e HBV

(HBeAg) atau Antigen envelope (Fauci, 2008).

Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis

penyakit hepatitis B diantaranya adalah :

a. Pemeriksaan HBsAg yang merupakan tes untuk mendeteksi

adanya antigen permukaan HBV.

b. Pemeriksaan HBcAg dilakukan untuk menentukan antibodi

terhadap HBsAg dan antibodi terhadap antigen inti, baik IgG

maupun IgM.

c. Pemeriksaan Anti-HBs untuk mendeteksi antibodi terhadap

HBsAg.

d. Pemeriksaan Anti-HBc baik IgG maupun IgM untuk mendeteksi

adanya antibodi terhadap HBcAg.


17

e. Melakukan pemeriksaan laboratorium tambahan untuk memastikan

status penyakit HBV, diantaranya adalah pemeriksaan HbeAg dan

Anti-HBe, viral load HBV, pemeriksaan enzim hati, pemeriksaan

Alfa-fetoprotein, dan pemeriksaan biopsi hati (Radji, 2015). Infeksi

virus Hepatitis B dapat dideteksi dengan beberapa jenis pemeriksaan

laboratorium. Dari pemeriksaan laboratorium tersebut didapatkan

penanda serologik Hepatitis B untuk menentukan infeksi akut atau

kronis sebagai berikut :

Week after exposure

Gambar 2.2. Pola perubahan penanda serologik hepatitis B akut

Sumber : Fauci, 2008

Pada perubahan serologik hepatitis B akut, IgM anti-HBc

dengan titer tinggi merupakan penanda infeksi akut hepatitis B

tetapi titer rendah juga didapatkan pada infeksi kronik. IgG anti-

HBc adalah penanda serologis sepanjang hidup dari infeksi


18

hepatitis B virus sebelumnya, sebab virus akan menetap dan dapat

dideteksi pada kasus infeksi kronis dan atau setelah resolusi infeksi

akut.. HBeAg selalu dideteksi selama infeksi akut dan dihubungkan

dengan replikasi virus akut serta derajat infeksi tinggi.

Menghilangnya HBeAg diartikan sebagai serokonversi menjadi

anti-HBe dan turunnya kadar HBV DNA (Fauci, 2008).

Penanda serologik hepatitis B kronik ditujukkan pada

gambar 2.3 yaitu sebagai berikut :

month after exposure

Gambar 2.3. Pola perubahan penanda serologik hepatitis B kronis

Sumber : Fauci, 2008

Hepatitis B kronik merupakan infeksi hepatitis B setelah

infeksi hepatitis B akut dengan virus yang menetap lebih dari 6

bulan, meningkatnya ALT, meningkatnya HBsAg atau adanya


19

HBV-DNA dengan cara non-PCR. Menetapnya HBeAg

menunjukkan ionfeksi menjadi kronis, dan pada fase imunoaktif

HBV DNA menurun, ALT meningkat dan dapat terjadi

serokonversi HBeAg menjadi anti-HBe (Fauci, 2008).

Pemeriksaan HBsAg dapat dilakukan dengan berbagai

metode pemeriksaan, diantaranya adalah Imunokromatografi, dan

ELISA (Enzyme-Linked Immunoadsorbent Assay). Pemeriksaan

HBsAg yang sering digunakan adalah menggunakan metode

immunokromatografi karena pemeriksaannya yang mudah, cepat,

dan relatif murah dibandingkan dengan menggunakan ELISA,

meskipun kedua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan

masing-masing (Sacher, 2012).

Metode imunokromatografi biasanya menggunakan rapid

tes. Prinsip metode pemeriksaan imunokromatografi ini meliputi

reaksi antigen dan antibodi yang dikonjugasikan kedalam partikel

berwarna yang biasanya timbul garis berwarna merah muda.

Kompleks imun yang terbentruk kemudian mengalir

(kromatograf) melalui seuatu reaksi membran yang dilapisi oleh

antibodi penangkap terhadap antigen mikroba yang sama. Sinyal

positif ditunjukkan oleh partikel berwarna yang dapat dilihat pada

alat tes. Keunggulan metode imunokromatografi yang utama


20

adalah kesederhanaan pemeriksaannya dan hanya memerlukan

waktu yang singkat (Sacher, 2012).

Menegakkan diagnosis penyakit Hepatitis B tidak hanya

dengan menggunakan metode immunokromatografi, tetapi dapat

pula menggunakan metode ELISA. ELISA (Enzyme-Linked

Immunoadsorbent Assay) merupakan metode pemeriksaan terhadap

antibodi yang spesifik terhadap antigen tertentu. Tes dengan

menggunakan ELISA merupakan tes dengan sensitifitas yang lebih

baik dan memiliki keuntungan yaitu reaksi positif palsu akan lebih

sedikit dan memperoleh hasil positif yang lebih cepat setelah

infeksi terjadi (Notes, 2008).

ELISA dikerjakan dengan plat mikrotiter dari plastik yang

umumnya terdiri dari 96 sumur, sehingga mempermudah

pemeriksaan sampel. Suatu antibodi reagen dilapiskan di dasar

setiap sumur. Sampel pasien ditambahkan ke dasar sumur dan jika

terdapat antigen, sampel akan berikatan dengan antibodi fase padat

dalam sumur. Antibodi kedua kemudian ditambahkan, yang dapat

bereaksi juga dengan antigen tersebut. Antibodi kedua dilabel

dengan enzim. Setelah pencucian antibodi kedua yang tidak terikat,

substrat untuk enzim tersebut ditambahkan ke dalam masing-

masing sumur pada urutan waktu yang tepat, dan menghasilkan


21

produk warna yang dipantau secara spektrofotometri. Banyaknya

antigen dalam sampel sebanding dengan banyaknya produk warna

yang terbentuk pada tahap akhir (Sacher, 2012).

PCR (Polimerase Chain Reaction) merupakan metode

pemeriksaan serologi lanjutan dari pemeriksaan antigen virus

hepatitis B. PCR sudah mulai berkembang dengan baik. Namun

penggunaanya masih terbatas dilakukan oleh beberapa

laboratorium saja. PCR digunakan untuk mendeteksi fragmen DNA

dan RNA viral yang spesifik pada orang yang terinfeksi Hepatitis

B. Setelah inveksi Hepatitis B terjadi, RNA dan DNA virus

Hepatitis B akan bersirkulasi di dalam darah. Adanya potongan

DNA dan RNA virus tersebut mengindikasikan bahwa pasien

mengidap penyakit Hepatitis B (Radji, 2015).

6. HBsAg pada ibu hamil

Pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil dilakukan untuk

mengetahui adanya infeksi Hepatitis B. Penularan virus hepatitis B

pada saat kehamilan dapat menjadi risiko tinggi kepada janinnya

untuk tertular penyakit virus yang membahayakan ini. Pada masa

kehamilan, terjadi perubahan yang dimulai setelah proses

pembuahan sampai masa kehamilan. Perubahan tersebut meliputi

perubahan adaptasi anatomis, fisiologis, dan biokimiawi. Pada saat


22

perubahan itu terjadi, jika ibu mengidap Hepatitis B maka janin

yang dikandungnya dapat terinfeksi virus tersebut (Noer, 2007).

Kehamilan (pregnancy) adalah suatu masa yang dimulai dari

konsepsi sampai lahirnya janin (Wiknjosastro, 2005). Proses

kehamilan sampai persalinan merupakan mata rantai satu kesatuan

dari konsepsi, pengenalan adaptasi, pemeliharaan kehamilan,

perubahan endokrin sebagai persiapan menyongsong kelahiran

bayi, dan persalinan dengan kesiapan pemeliharaan bayi. Pada

kehamilan terdapat adaptasi ibu dalam bentuk perubahan fisiologis

dan psikologis dalam kehamilan seperti perubahan-prubahan

fisiologis dalam kehamilan.

Kehamilan normal biasanya berlangsung selama kira-kira 10

bulan atau 9 bulan kalender, atau 40 minggu atau 280 hari. Lama

kehamilan akan dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir,

akan tetapi konsepsi terjadi sekitar 2 minggu setelah hari pertama

menstruasi terakhir. Umur janin pascakonsepsi ada selisihnya yaitu

kira-kira 2 minggu atau 38 minggu. Usia pascakonsepsi ini akan

digunakan untuk mengetahui perkembangan janin (Wiknjosastro,

2005).

Kusmiyati, Puji, dan Sujiyatini, (2009) menyatakan

Pertumbuhan dan perkembangan janin sangat dipengaruhi oleh


23

kesehatan ibu. Oleh karena itu, bayi yang terlahir dari ibu yang

sehat maka bayinya akan sehat pula. Pertumbuhan hasil konsepsi

dibedakan menjadi beberapa tahap penting, yaitu tingkat telur pada

umur 0-2 minggu, embrio antara umur 3-5 minggu dan janin yang

sudah berbentuk manusia dan berumur diatas 5 minggu. Tahapan

pertumbuhan dan perkembangan janin diantaranya adalah :

a. Trimester I

Tahap ini merupakan tahap dimana embrio berlangsung dari

hari ke-15 sampai sekitar 8 minggu setelah konsepsi. Masa ini

merupakan masa yang paling kritis dalam perkembangan

sistem organ dan sangat rentan terhadap hal-hal yang tidak

diinginkan, misalnya keguguran. Berat janin pada tahap ini

sekitar 15-30 gram dan panjangnya sekitar 5-9 mm.

b. Trimester kedua dan ketiga

Pada tahap ini ibu sudah dapat merasakan gerakan bayi. Pada

akhir kehamilan 20 minggu berat janin akan mencapai 340

gram dan panjang sekitar 16-17 cm. Sedangkan pada

kehamilan 28 minggu, berat janin akan menjadi sekitar 1

kilogram dan panjang 23 cm. Janin mempunyai periode tidur

dan aktivitas merespon suara serta melakukan gerakan

pernapasan. Jika pada usia kehamilan 36-40 minggu dengan


24

kondisi gizi ibu baik, maka berat bayi akan mencapai 3-3,5 kg

dan panjang 35 cm.

Menurut Kusmiyati, dkk (2008) tanda-tanda kehamilan dibagi

menjadi dua, yaitu:

a. Tanda yang tidak pasti (probable signs) pada kehamilan yaitu

amenorhea, mual dan muntah, keluhan kencing, konstipasi,

perubahan berat badan, perubahan tempratur suhu, perubahan

warna kulit, perubahan payudara, perubahan pada uterus, tanda

piskacek’s,perubahan-perubahan pada serviks.

b. Tanda pasti kehamilan yaitu Denyut Jantung Janin (DJJ), dan

pemeriksaan diagnostik kehamilan seperti rontgenografi,

ultrasonografi (USG), fetal Electrografi (FCG) dan tes

Laboratorium/ Tes Kehamilan

Kehamilan merupakan masa seorang wanita membawa

embrio atau janin di dalam tubuhnya.Dalam kehamilan, dapat

terjadi berbagai hal, misalnya kasus bayi kembar, bayi cacat, dan

bayi lahir prematur.Pada trimester pertama dan ketiga, ibu hamil

rawan terserang penyakit jika imunitas tubuhnya tidak

baik.Penyakit yang sangat berbahaya salah satunya adalah

Hepatitis B, karena penyakit tersebut dapat menularkan infeksinya

pada janin yang dikandungnya. Bayi yang lahir dari ibu positif
25

Hepatitis B akan mengalami infeksi HBV dan berisiko menjadi

karier kronik (Arief, 2008).

Ibu hamil sangat penting untuk melakukan pemeriksaan

laboratorim khususnya pemeriksaan HBsAg di awal ANC (Ante

Natal Care) yang bertujuan untuk mempromosikan dan menjaga

kesehatan ibu baik fisik maupun mental, mendeteksi dan

menatalaksanakan komplikasi medis selama kehamilan,

mengembangkan persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi

komplikasi yang terjadi, dan membantu menyiapkan ibu untuk

menjalani nifas, serta dapat melakukan penanganan terhadap ibu

yang mengidap HBsAg positif (Kusmiyati, dkk., 2009).

Pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil dilakukan sebagai

skrining terhadap penyakit Hepatitis B, terutama sebagai

penanganan terhadap ibu yang melahirkan, terhadap bayinya, dan

terhadap tenaga medis yang membantu proses persalinan. Sebelum

melakukan persalinan, pemeriksaan HBsAg dapat

menginformasikan pada ibu hamil dan tenaga medis agar bersikap

aseptis pada saat melakukan persalinan. Beberapa faktor penyebab

ibu hamil mengidap hepatitis B adalah tertular dari kontak seksual,

menggunakan jarum suntik yang terkontaminasi virus hepatitis B,

atau pernah mendapatkan transfusi darah yang tidak mendapatkan


26

skrining hepatitis B secara ketat. Penularan virus Hepatitis B dari

ibu kepada janinnya dapat terjadi pada saat proses persalinan, yaitu

melalui darah dan secret vagina. Proses persalinan secara caesar

dianjurkan untuk pasien HBsAg positif untuk mengurangi risiko

penularan hepatitis B, dan melakukan terapi dengan menggunakan

kombinasi dari antibodi pasif dan aktif melakukan imunisasi

dengan vaksin Hepatitis B pada bayi baru lahir (Firda, 2013).


27

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY R UMUR 24 TAHUN G2P1A0

UMUR KEHAMILAN 37 MINGGU DENGAN HBsAg

Hari / Tanggal : Kamis, 12 April 2018

Jam : 09.30 WIB

Tempat : Puskesmas II Kemranjen

A. Data Subyektif

1. Biodata

Istri Suami

Nama : Ny. R Tn. T

Umur : 24 Tahun 26 tahun

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMP SMP

Pekerjaan : Swasta Pedagang

Alamat : Desa Pageralang RT 1/RW 2

2. Alasan Datang

Ibu ingin memeriksakan kehamilannya


28

3. Keluhan Utama

Ibu mengatakan Tidak ada Keluhan

4. Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 tahun

Siklus : 20 hari

Lama : 3-4 hari

Sifat darah : cair dan tidak menggumpal

Teratur/ tidak : Teratur

Keluhan : tidak ada

5. Riwayat Perkawinan

Status perkawinan : sah

Menikah ke : 2 kali

Usia kawin pertama : 20 tahun

Lama perkawinan pertama : 2 tahun

Usia kawin kedua : 22 tahun

Lama perkawinan Kedua : 1,5 tahun


29

6. Riwayat Obstetric : G2 P 1 A0

Persalinan Nifas

Hamil Tangg Jenis Bb


Uk Penolong Komplikasi Jk Laktasi Komplikasi
Ke al Persalinan Lahir

1 2014 Aterm Normal Bidan Tidak Ada P 2700 Iya Tidak Ada

2 Hamil

Ini

7. Riwayat Kontrasepsi Yang Digunakan

Jenis Pasang Lepas


No
Kontrasepsi Tgl Oleh Tempat Keluhan Tgl Oleh Tempat Alasan

8. Riwayat Kehamilan Sekarang

a. HPHT : 26-07-2017 HPL: 02-05-2018

b. ANC pertama umur kehamilan : 7 minggu

c. Kunjungan ANC

Trimester I
30

Frekuensi : 2 kali

Keluhan : Mual-mual dan pusing

Komplikasi : Tidak ada

Terapi : Vit B6, Tablet Fe dan Kalsium

Trimester II

Frekuensi : 2 kali

Keluhan : Tidak Ada

Komplikasi : Tidak ada

Terapi : Tablet Fe dan Kalsium

Trimester III

Frekuensi : 6 kali

Keluhan : Tidak Ada

Komplikasi : Tidak ada

Terapi : Tablet Fe dan Kalsium

d. Imunisasi TT : 2 kali

e. Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)

Ibu mengatakan merasakan gerakan janin ±14 kali/12 jam

9. Riwayat Kesehatan

a. Penyakit yang pernah atau sedang diderita (menular,menurun, menahun)

Ibu mengatakan sedang menderita Hepatitis.


31

b. Penyakit yang pernah atau sedang diderita keluarga (menular,menurun,

menahun)

Ibu mengatakan dari pihak keluarga ibu memiliki riwayat penyakit

hepatitis

Ibu mengatakan keluarga suami tidak pernah/sedang menderita penyakit

menular ( TBC, Hepatitis, HIV, PMS) menurun (Hipertensi, DM, Asma)

dan menahun (jantung, ginjal, paru). Riwayat keturunan kembar

c. Ibu mengatakan keluarga suami/ibu tidak memiliki riwayat keturunan

kembar

d. Riwayat operasi

Ibu mengatakan belum pernah melakukan operasi seperti sesar,

usus buntu, kista

e. Riwayat alergi obat

Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat

misalnya antibiotik dan lain-lain.

10. Pola Pemenuhan Kebutuhan

Sebelum Hamil Saat Hamil

a. Nutrisi

Makan

Frekuensi : 3 kali/ hari 3 kali/ hari

Jenis : nasi, sayur, lauk nasi, sayur, lauk, buah


32

Porsi : 1 piring 1 piring

Pantangan : tidak ada tidak ada

Keluhan : tidak ada tidak ada

Minum

Frekuensi : 6-7 kali/ hari 8 kali/ hari

Jenis : air putih, teh manis air putih, susu

Porsi : 1 gelas 1 gelas

Pantangan : tidak ada tidak ada

Keluhan : tidak ada tidak ada

b. Eliminasi

BAB

Frekuensi : 1 kali sehari 1 kali sehari

Warna : khas feses khas feses

Konsistensi : lembek lembek

Keluhan : tidak ada tidak ada

BAK

Frekuensi : 4-5 kali sehari 6 kali sehari

Warna : kuning jernih kuning jernih

Konsistensi : cair cair

Keluhan : tidak ada tidak ada

c. Istirahat
33

Tidur Siang

Lama : 1 jam/hari 1 jam/ hari

Keluhan : tidak ada tidak ada

Tidur malam

Lama : 6 jam/hari 6 jam/ hari

Keluhan : tidak ada tidak ada

d. Personal hygine

Mandi : 2 kali/ hari 2 kali/ hari

Ganti pakaian : 2 kali/ hari 2 kali/ hari

Gosok gigi : 2 kali/ hari 2 kali/ hari

Keramas : 3 kali/minggu 3 kali/minggu

e. Pola seksualitas

Frekuensi : 2 x/ minggu tidak ada

Keluhan : tidak ada tidak ada

f. Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik, olah raga)

Ibu mengatakan melakukan aktivitas sehari-hari Berkerja di

Pembuatan kue

Ibu mengatakan tidak pernah olah raga, dan tidak pernah

melakukan senam hamil

11. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan ( merokok, minum jamu,

minuman beralkohol )
34

a. Ibu mengatakan dirinya tidak merokok tetapi suami dan bapak kandung

merokok

b. Ibu mengatakan tidak minum jamu

c. Ibu mengatakan dirinya tidak pernah mengonsumsi Alkohol

d. Ibu mengatakan bapak dan suaminya minum minuman beralkohol.

12. Data Psikososial, spiritual dan ekonomi ( penerimaan

ibu/suami/keluarga terhadap kelahiran, dukungan keluarga, hubungan

dengan suami/keluarga/tetangga, perawatan bayi, kegiatan ibadah,

kegiatan social, keadaan ekonomi keluarga)

a. Ibu mengatakan suami dan keluarga senang dengan kehamilan saat ini

b. Ibu mengatakan akan memberikan asi ekslusif kepada bayinya

c. Ibu mengatakan hubungan dengan suami, keluarga dan tetangga baik

d. Ibu mengatakan akan merawat bayinya sendiri

e. Ibu mengatakan selalu taat menjalankan shalat lima waktu

f. Ibu mengatakan suami sudah menyiapkan dana untuk membiayai

bayinya

13. Pengetahuan Ibu ( tentang Kehamilan, Persalinan, Nifas)

a. Ibu mengetahui selama kehamilan terjadi perubahan pada dirinya seperti

pembesaran pada perut, kebutuhan nutrisi yang bertambah

b. Ibu mengetahui tanda-tanda persalinan yaitu keluarnya lendir darah,

perut terasa mules serta keluar air ketuban


35

c. Ibu mengatakan akan menyusui bayinya

14. Lingkungan yang berpengaruh (sekitar rumah dan hewan peliharaan)

Keadaan lingkungan rumah Ny R terkesan kurang bersih. Sebagian

lantai rumahnya ada yang masih tanah lalu disana terdapat 2 kamar 3 tempat

tidur yang ditempati oleh 6 anggota keluarga. Dibelakang rumahnya terdapat

jamban untuk BAB. Dalam keluarga itu dulunya memelihara anjing dan

untuk sekarang memelihara ayam.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Status Emosional : Stabil

Tanda Tanda Vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 78x / menit

Suhu : 36,5 oC Respirasi : 20x / menit

Berat badan Sebelum hamil : 40 kg Tinggi badan : 151 cm

Berat badan Saat hamil : 47 kg

LILA : 22,5 cm

2. Pemeriksaan Fisik
36

a. Kepala : Mesochepal, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, kulit

kepala bersih, rambut hitam dan lurus.

b. Wajah : Ovale, tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada bekas luka, tidak

ada oedema, muka pucat.

c. Mata : simetris, konjungtiva pucat, mata bersih, sclera kuning (ikterik),

tidak strabismus, reflex pupil +

d. Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada secret

e. Mulut : bibir lembab warna merah muda, tidak ada karies gigi, gusi tidak

berdarah, tidak ada pembesaran kelenjar tonsil, tidak labioskizis

f. Telinga : simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik

g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tiroid, limfe dan vena

jugularis

h. Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada bunyi

wheezing.

i. Payudara : ada pembesaran, aerola hiperpigmentasi, putting menonjol, belum

ada pengeluaran kolostrum

j. Abdomen : ada linea nigra, tidak ada bekas luka operasi terdapat striae

gravidarum, nyeri tekan kuadran atas, terba massa lunak.

Palpasi : TFU setinggi pusat ( 29 cm)

Leopold I : pada bagian fundus teraba bulat, lunak dan tidak

melenting (bokong)
37

Leopold II : Pada bagian kanan perut ibu teraba bagian

keras, memanjang dan ada tahanan (punggung),

pada bagia kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil

janin (ekstremitas)

Leopold III : Pada bagian terbawah teraba bagian keras,

bulat dan melenting (kepala)

Leopold IV : Sudah Masuk PAP

Pemeriksaan Mc Donald

TFU : 29 cm TBJ : (29 – 12) x 155 = 2790 gram

Auskultasi DJJ : 139 x/menit

Ekstremitas Atas : simetris, gerakan aktif, tidak terdapat oedema , kuku

pucat warna kekuningan, LILA 22,5 cm

Ekstremitas Bawah : simetris, gerakan aktif, tidak terdapat oedema, kuku

pucat, reflex patella +/+, tidak ada varises.

Genetalia : vagina bersih, tidak ada pembesaran kelenjar

bartholini, tidak ada varises, tidak ada tanda infeksi

Anus : tidak ada haemmoroid

3. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal: 27-10-2017, Pukul : 10:20 WIB

Hb : 10,9 gr%

Golongan Darah :B
38

HBSAG : Reaktif

4. Data Penunjang

Tidak ada

C. ANALISA

Diagnosa Kebidanan : Ny R umur 24 tahun G2P1A0 Umur Kehamilan 37 minggu

Janin Tunggal, Hidup, Preskep, Letak memanjang, Puka dengan HBsAg

D. PENATALAKSANAAN

Hari, Tanggal : Kamis, 12 April 2018

Jam : 09.30 WIB

1. Tindakan : Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dan janin

baik.

Evaluasi : Ibu mengerti hasil pemeriksaan

2. Tindakan : Memberikan pendidikan Kesehatan tentang Pengertian, Tanda gejala,

Komplikasi pada ibu hamil dengan HbsAG

Evaluasi : Pasien mengerti dan dapat menjelaskan kembali

3. Tindakan : Menganjurkan Keluarga pasien untuk memeriksakan Ke

Laboatorium apakah pasien Reaktif atau non Reaktif terhadap HBsAg

Evaluasi : Pasien mengerti dan bersedia melakukan pemeriksaan

4. Tindakan : Memberikan pendidikan Kesehatan tentang Kebutuhan nutrisi pada

ibu hamil

Evaluasi : Ibu Mengerti dan dapat menjelaskan kembali.


39

5. Tindakan :Memberikan Pendidikan Kesehatan tentang Tablet Fe

Evaluasi : Ibu mengerti

Data Perkembangan 1

Hari / Tanggal : Senin, 16 April 2018

Jam : 13.00 WIB

Tempat : Rumah Keluarga ibu Renita di desa Pageralang 1/2

S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

O: KU : Baik

Kesadaran: Composmentis

TTV: TD :110/70

N : 80

R : 20

S :36,7

A : Ny R umur 24 tahun G2P1A0 Umur Kehamilan 37 minggu Janin Hidup,

Tunggal, Preskep, Letak memanjang, Puka

P :

1. Tindakan : Memberikan pendidikan Kesehatan tentang Pengertian, Tanda

gejala, Komplikasi pada ibu hamil dengan HbsAG

Evaluasi : Pasien mengerti dan dapat menjelaskan kembali

2. Tindakan : Memberikan pendidikan Kesehatan tentang Penularan HBsAg

Evaluasi : Pasien mengerti dan dapat menjelaskan kembali


40

3. Tindakan : Menganjurkan Keluarga pasien untuk memeriksakan Ke

Laboatorium apakah pasien Reaktif atau non Reaktif terhadap HBsAg

Evaluasi : Pasien mengerti dan bersedia melakukan pemeriksaan untuk

anaknya pada hari Kamis 19 April 2018

Data Perkembangan 2

Hari / Tanggal : Kamis, 19 April 2018

Jam : 01.40 WIB

Tempat : Puskesmas II Kemranjen

Kala II

S : Ibu datang ke Puskesmas II Kemranjem Hari Kamis,19 April 2018, jam

01.40 WIB, dengan keluhan sudah mengeluarkan cairan dari jalan lahir sejak

jam 21.00 WIB, dan merasakan kenceng-kenceng yang teratur sejak jam

01.00 WIB.

O : Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda Vital: TD : 120/80 mmHg

N : 81 X/menit

RR : 21

S : 36,7°C

Inspeksi : Ibu tampak ingin mengejan, ada tekanan pada anus,

perinium menonjol, dan vulva membuka.


41

Palpasi Leopold : L1 : Bokong

L2 : Puka

L3 : Kepala

L4 : Divergen

TFU : 27 cm

DJJ : Reguler, 140 x/menit

HIS : 4 X/10’/45”, Teratur

VT : Pembukaan 10 cm, porsio tidak teraba, KK (-), Presentasi Kepala,

Posisi UUK jam 12, penurunan Hodge 4.

A : Ny. R umur 24 tahun G2 P1 A0 usia kehamilan 38 + 1 minggu dengan inpartu

kala II.

P :
Hari / Tanggal : Kamis, 19 April 2018

Jam : 01.40 WIB

Tindakan

1. Melihat tanda dan gejala kala II : ada dorongan yang kuat untuk meneran,

tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva dan vagina terbuka.

2. Memastikan kelengkapan alat dan bahan pertolongan persalinan : alat sudah

lengkap

3. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu

4. Memimpin meneran saat ada dorongan yang kuat untuk meneran


42

5. Memakai handskun steril

6. Menyokong perineum saat kepala bayi membuka vulva 5-6 cm dengan tangan

kanan dan menahan puncak kepala dengan tangan kiri

7. Memeriksa adanya lilitan tali pusat ; tidak ada lilitan tali pusat

8. Menunggu kepala melakukan putaran paksi luar

9. Melahirkan bayi dengan cara kedua tangan diletakkan secara biparietal pada

kepala bayi lalu menarik kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu depan dan

menarik kepala keatas untuk melahirkan bahu belakang, kemudiaan melahirkan

bayi secara sangga susur ; bayi lahir pukul 22.45 Wita, jenis kelamin laki-laki

10. Menilai bayi segera setelah lahir ; menangis spontan, kulit kemerahan,

pergerakan aktif

11. Mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan kain bersih dan kering

12. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan janin tunggal ; janin tunggal

13. Perdarahan ± 150 cc

Evaluasi

Bayi lahir spontan pada Hari Kamis, 19 April 2018, jam 01.50 WIB, jenis

kelamin laki – laki, BBL : 3000 gram, PB: 47 cm, LIKA : 33 cm, LIDA : 32 cm,

LILA : 10 cm. Bayi lahir segera menangis, A/S : 8/9/10.


43

KALA III

Tanggal : 19 April 2018 Jam : 02.00

S : Ibu mengatakan masih terasa mulas.

O : Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda Vital: TD : 120/80 mmHg

N : 84 X/menit

RR : 22 x/menit

S : 36,7°C

TFU : setinggi pusat

Tanda pelepasan plasenta : uterus globuler, tali pusat memanjang, ada

semburan darah tiba-tiba dari jalan lahir.

Kandung Kemih : Kosong

Jumlah Perdarahan : 70 cc

A : Ny. R umur 24 tahun P1A0 dengan inpartu kala III

P :

Tanggal : 19 April 2018 Jam : 02.00

a. Tindakan : Memberitahu hasil pemeriksaan dan memberitahu bahwa ibu

sudah memasuki persalinan Kala III pengeluaran plasenta.

Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.

b. Tindakan : Mengecek janin kedua


44

Evaluasi : Tidak ada janin kedua

c. Tindakan : Menyuntik Oxytosin 10 IU/ IM

Evaluasi : Sudah di suntikan Oxytosin di paha ibu bagian luar 1/3 bagian

d. Tindakan : Menunggu tanda-tanda pelepasan plasenta

Evaluasi : Sudah ada tanda-tanda pelepasan plasenta : adanya semburan

darah, tali pusat memanjang, uterus globuler.

e. Tindakan : Melakukan manajemen aktif kala III

Evaluasi : pukul 02.02 plasenta lahir spontan lengkap, eksplore terkesan

bersih.

Kala IV

Tanggal : 19 April 2018 Jam : 02.10

1. Data Subyektif

Ibu merasa senang atas kelahiran anaknya.

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tanda-Tanda Vital :

1) Tekanan darah : 110/80

2) Nadi :80

3) Repirasi : 22

4) Suhu : 36,7 C
45

d. Kontraksi Uterus : Keras

e. Kandung Kemih : Kosong

3. Analisa

Ny R umur 24 tahun P2A0 Inpartu Kala IV

4. Penatalaksanaan

1. Tindakan :Melakukan Pemantauan Ibu Post Partum 15 menit pada jam

pertama dan 30 menit pada jam kedua

Evaluasi : Ibu mengerti hasil pemeriksaan

2. Tindakan : Memberikan pendidikan kesehatan tentang Personal Hygiene

Evaluasi : Ibu mengerti

3. Tindakan : Memberikan pendidikan kesehatan tentang Tanda bahaya Ibu

Post Partum

Evaluasi : Ibu Mengerti

4. Tindakan : Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan yang

berprotein tinggi

Evaluasi : Ibu mengerti


46

Jam Waktu Tekanan Nadi Temperature TFU Kontraksi Kandung Perda

Ke Darah Kemih rahan

1 02.10 110/80 82 36,5 2 Jari Keras Kosong 10 cc

dibawah

pusat

2 02.25 110/80 84 2 Jari Keras Kosong 10 cc

dibawah

pusat

3 02.40 110/70 82 2 Jari Keras Kosong 10 cc

dibawah

pusat

4 02.55 110/80 80 2 Jari Keras Kosong 10 cc

dibawah

pusat

5 03.25 110/70 82 36,7 2 Jari Keras Kosong 10 cc

dibawah

pusat

6 03.55 110/80 82 2 Jari Keras Kosong 10 cc

dibawah

pusat
47

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas tentang asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny.R

dengan Hamil dengan Hepatitis B dengan pendekatan manajemen 7 langkah menurut

Varney, mulai dari pengkajian sampai evaluasi serta ada tidaknya kesenjangan antara

teori dengan praktek yang dialami penulis saat dilapangan.

1. Pengkajian

Dalam langkah ini tahap pengumpulan data dilakukan dengan

wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Untuk pemeriksaan penunjang

dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pada langkah pertama ini dikumpulkan

semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan

dengan kondisi pasien. Untuk memperoleh data, dilakukan melalui anamnesa

dengan berkunjung kerumahnya. Data yang dikumpulkan guna melengkapi

data untuk menegakkan diagnosis. Melakukan pengkajian data objektif melalui

pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi.

Pada pengumpulan data subjektif Ny. R mengatakan ini kehamilan yang

kedua dan belum pernah kegugurani. Pada data objektif keadaan umum : baik,

kesadaran : composmentis, TTV : TD :110/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 37C,

RR : 20x/menit.
48

Pada langkah pertama ini penulis tidak menemukan adanya

kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada di lahan praktek.

2. Interpretasi data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan diagnosa,

masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-

data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atau

masalah adalah pengolahan data analisis dengan menggabungkan data satu

dengan yang lainnya sehingga tergambar fakta.

a. Diagnosa kebidanan

Ny. R G2 P1 A0 umur 24 tahun, umur kehamilan 37 minggu

lebih 1 hari , janin tunggal hidup, letak memanjang, punggung kanan,

presentasi kepala dengan Hepatiti B.

b. Masalah

Masalah yang ada pada ibu hamil ini adalah kurangnya pengetahuan

ibu tentang Penyakit Hepatitis B.

a. Kebutuhan

Kebutuhan ibu Hamil dengan HbSaG yaitu memotivasi ibu dan

keluarga. Pada langkah penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori

dengan kasus yang ada dilahan praktek.

4. Diagnosa potensial
49

Pada langkah ini penulis mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial berdasarkan rangkaian masalah yang ada. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, apabila mungkin dilakukan pencegahan. Pada

Hepatitis B diagnosa potensial yang terjadi adalah lemahnya sistem

Kekebalan tubuh dan menurunnya fungsi Hati.

Pada kasus ini tidak terjadi diagnosa potensial pada ibu dikarenakan

Virus ini tidak langsung menyerang mendadak tetapi perlahan.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori

dengan kasus yang ada dilahan praktek.

5. Antisipasi

Antisipasi adalah tindakan segera bidan atau untuk menyelamatkan

pasien, tetapi memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi

dokter, atau sesuai dengan kondisi pasien yang memerlukan konsultasi

dengan tim kesehatan lainnya. Antisipasi yang dilakukan untuk mencegah

diagnosa potensial antara lain : pemberian pendidikan kesehatan yang

berhubungan dengan HbSaG

6. Perencanaan

Perencanaan asuhan pada pasien Ibu hamil dengan HBsAg didi antara lain :

a. Observasi KU dan TTV

b. Pantau DJJ

c. Anjurkan ibu dan keluarga untuk memeriksakan ke Laboratorium


50

d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penularan penyakit

Hepatitis B

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan

kasus yang ada dilahan praktek.

6. Pelaksanaan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah di

uraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori

dengan kasus yang ada di lahan praktek.

7. Evaluasi

Untuk mengetahui keberhasilan asuhan yang sudah diberikan kepada

pasien. Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori

dengan kasus yang ada dilahan. Evaluasi atau hasil dari asuhan yang sudah

diberikan sesuai dengan hasil yang diharapkan.


51

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit Hepatitis B merupakan peradangan atau infeksi pada sel-sel

hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B. Adanya HBsAg dalam serum

pasien menandakan positif hepatitis B. Pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil

dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi Hepatitis B. Penularan virus

hepatitis B pada saat kehamilan dapat menjadi risiko tinggi kepada janinnya

untuk tertular penyakit virus yang membahayakan ini

Virus hepatitis B dapat ditularkan melalui 2 cara, yaitu penularan

secara vertikal dan secara horizontal. Penularan secara horizontal, yaitu

penularan infeksi virus heptitis B dari seorang pengidap virus hepatitis B

kepada orang lain disekitarnya, misalnya melalui hubungan seksual, terpapar

darah yang terkontaminasi HBV, transfusi darah, pasien hemodialisis,

penggunaan tatto permanen dan tindik, pasien akupuntur, dan penggunaan

peralatan yang dapat berhubungan dengan darah serta terkontaminasi virus

hepatitis B, misalnya pisau cukur, gunting, dan gunting kuku (Radji, 2015).

Penularan Virus Hepatitis B secara vertikal merupakan penularan dari

ibu yang HBsAg positif kepada bayi yang dikandungnya.


52

B. Saran

1. Bagi Puksesmas

a. Diharapkan kepada pihak Puskesmas untuk dapat lebih

meningkatkan pelayanan kesehatan guna tercapainya kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat.

b. Diharapkan puskesmas dapat melakukan screening test HbsAg pada

masyarakat di Puskesmas II Kemranjen

c. Diharapkan puskesmas meningkatkan sarana dan prasarana dalam

menunjang pelayanan kesehatan terutama terhadap pasien dengan

HbsAg.

d. Diharapkan puskesmas dapat melakukan screening test HbsAg

gratis pada tenaga kesehatan di Puskesmas II Kemranjen .

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan tenaga ksesehatan dapat meningkatkan perlindungan

diri dalam memberikan pelayanan Kesehatan terhadap pasien terutama

pada pasien Infeksius.

3. Pada Prodi Kebidanan DIII

Agar lebih meningkatkan kesabaran dalam membimbing

mahasiswa dan lebih meningkatkan waktu untuk praktek di lapangan.


53

Anda mungkin juga menyukai