NO DIAGNOSA HAL LEVEL INDONESIA SARANA PRASARANA YANG DIBUTUHKAN KOMITMEN PELAYANAN
NOMOR HK.02.02/MENKES/514/2015
A. KELOMPOK UMUM Ya Tidak Ket
1. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (+) tapi tidak menunjukkan
perbaikan setelah pengobatan dalam jangka waktu tertentu
2. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (-/ meragukan) 1. Laboratorium untuk pemeriksaan sputum, darah rutin.
Respiratory tuberculosis, bacteriologiccaly Laboratorium untuk pemeriksaan sputum,
1 Tuberkulosis (TB) Paru Pada Dewasa 13-19 4A and histologically confirmed 3. Pasien dengan sputum BTA tetap (+) setelah jangka waktu 2. Radiologi Ya darah rutin
tertentu 3. Uji Gen Xpert-Rif Mtb jika fasilitas tersedia
4. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid)
5. Suspek TB – MDR harus dirujuk ke pusat rujukan TB-MDR.
Respiratory tuberculosis, bacteriologiccaly 1. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (+) tapi tidak menunjukkan
perbaikan setelah pengobatan dalam jangka waktu tertentu
and histologically confirmed dan 2. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (-/ meragukan) 1. Laboratorium untuk pemeriksaan sputum, darah rutin
3 TB dengan HIV 25-28 3A Asymptomatic human immunodeficiency 3. Pasien dengan sputum BTA tetap (+) setelah jangka waktu tertentu 2. Mantoux test Ya
virus 4. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid) 3. Radiologi
(HIV) infection status
5. Suspek TB–MDR harus dirujuk ke pusat rujukan TB–MDR .
Measles without complication (Measles Perawatan di rumah sakit untuk campak dengan komplikasi Tidak diperlukan peralatan khusus untuk menegakkan diagnosis
4 Morbili 29-32 4A (superinfeksi bakteri, pneumonia, dehidrasi, croup, ensefalitis) morbili. Ya
NOS)
1. Terdapat gangguan imunitas Lup
5 Varisela 32-35 4A Varicella without complication (Varicella 2. Mengalami komplikasi yang berat seperti pneumonia, ensefalitis, dan Ya
NOS) hepatitis.
Filariasis B74.0
Filariasis due to Wuchereria bancrofti Pasien dirujuk bila dibutuhkan pengobatan operatif atau bila gejala tidak
8 Filariasis 42-49 4A Tidak belum dilatih
B74.1 Filariasis due to Brugia malayi membaik dengan pengobatan konservatif.
B74.2 Filariasis due to Brugia timori
Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan mikrofilaria.
9 Infeksi pada Umbilikus 49-51 4A Omphalitis of newborn with or without 1. Bila intake tidak mencukupi dan anak mulai tampak tanda dehidrasi Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit infeksi pada Ya
mild haemorrhage 2. Terdapat tanda komplikasi sepsis umbilikus.
10 Kandiliasis Mulut 51-53 4A Candidiasis unspecified Bila kandidiasis merupakan akibat dari penyakit lainnya, seperti HIV. Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan KOH Ya
1. Terdapat efek samping obat yang serius.
2. Reaksi kusta dengan kondisi:
a. ENL melepuh, pecah (ulserasi), suhu tubuh tinggi, neuritis.
11 Lepra 53-63 4A Leprosy [Hansen disease] b. Reaksi tipe 1 disertai dengan bercak ulserasi atau neuritis. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan BTA Ya
c. Reaksi yang disertai komplikasi penyakit lain yang berat,
misalnya hepatitis, DM, hipertensi, dan tukak lambung berat.
1. Gejala keracunan tidak berhenti setelah 3 hari ditangani dengan adekuat. 1. Cairan rehidrasi (NaCl 0,9%, RL, oralit )
12 Keracunan Makanan 63-65 4A Other Ingested (parts of plant (s) 2. Pasien mengalami perburukan. 2. Infus set Ya
3. Antibiotik bila diperlukan
Pasien dirujuk apabila pemeriksaan uji kulit, uji provokasi dan eliminasi -
13 Alergi Makanan 66- 68 4A Dermatitis due to ingested food makanan terjadi reaksi anafilaksis. Ya
Setelah kegawatan pasien ditangani, pasien dirujuk ke pelayanan kesehatan 1. Infus set
sekunder. 2. Oksigen
3. NaCl 0,9%
14 Syok 68-73 3B Shock, unspecified 4. Senter Ya
5. EKG
Kegawatan pasien ditangani, apabila dengan penanganan yang dilakukan 1. Infus set
tidak terdapat perbaikan, pasien dirujuk ke layanan sekunder. 2. Oksigen
3. Adrenalin ampul, aminofilin ampul, difenhidramin vial, deksametason ampul
15 Reaksi Anafilaktik 74-79 4A Anaphylactic shock, unspecified 4. NaCl 0,9% Ya
Dewasa : 1. Terjadi perdarahan masif (hematemesis, melena). 2.
Dengan pemberian cairan kristaloid sampai dosis 15 ml/kg/jam kondisi belum
membaik.
3. Terjadi komplikasi atau keadaan klinis yang tidak lazim, seperti kejang,
penurunan kesadaran, dan lainnya. Anak: 1. 1. Poliklinik set (termometer, tensimeter, senter)
2. Infus set
16 Demam Dengue dan Demam 79-88 4A Dengue fever / A91 Dengue haemorrhagic DBD dengan syok (terdapat kegagalan sirkulasi). 3. Cairan kristaloid (RL/RA) dan koloid Ya
Berdarah Dengue fever 2. Bila anak tidak dapat minum dengan adekuat, asupan sulit, walaupun tidak
ada kegagalan sirkulasi. 4. Lembar observasi / follow up
3. Bila keluarga tidak mampu melakukan perawatan di rumah dengan 5. Laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin
adekuat, walaupun DBD tanpa syok.
1. Setiap pasien yang di diagnosis sebagai LES atau curiga LES harus dirujuk ke
dokter spesialis penyakit dalam atau spesialis anak untuk memastikan
diagnosis 1. Laboratorium untuk pemeriksaan DPL, urinalisis, dan fungsi ginjal
19 Lupus Eritematosus Sistemik 99-104 4A Systemic Lupus Erythematosus 2. Pada pasien LES manifestasi berat atau mengancam nyawa perlu segera Tidak
2. Radiologi: X-ray Thoraks
dirujuk ke pelayanan kesehatan tersier bila memungkinkan.
C. DIGESTIVE
1. Gejala-gejala ekstraoral yang mungkin terkait penyakit sistemik yang 1. Kaca mulut
mendasari, seperti: 2. Lampu senter
a. Lesi genital, kulit, atau mata
b. Gangguan gastrointestinal
c. Penurunan berat badan
d. Rasa lemah
e. Batuk kronik
f. Demam
g. Limfadenopati, Hepatomegali, Splenomegali
2. Gejala dan tanda yang tidak khas, misalnya:
a. Onset pada usia dewasa akhir atau lanjut
b. Perburukan dari aftosa
K12. Stomatitis and related lesions c. Lesi yang amat parah
21 Ulkus Mulut (Aftosa, Herpes) 108-114 4A K12.0. Recurrent oral aphtae d. Tidak adanya perbaikan dengan tatalaksana kortikosteroid Ya
K12.1. Other form of stomatitis topikal
3. Adanya lesi lain pada rongga mulut, seperti:
a. Kandidiasis
b. Glositis
c. Perdarahan, bengkak, atau nekrosis pada gingiva
d. Leukoplakia
e. Sarkoma Kaposi
Pada pasien dengan kasus berat perlu dirawat intensif dan konsultasi ke Laboratorium untuk pemeriksaan tinja
28 Disentri Basiler dan Disentri Amuba 144-147 4A Acute amoebic dysentery pelayanan kesehatan sekunder (spesialis penyakit dalam). Ya
1. Kanula satu sungkup oksigen
Bagian atas : 1. Terhadap pasien yang diduga kuat karena ruptura varises 2. Naso Gastric Tube (NGT)
esophagus di rujuk ke pelayanan kesehatan sekunder 3. Sarung tangan
2. Bila perdarahan tidak berhenti dengan penanganan awal di layanan tingkat 4. EKG
K92.2 Gastrointestinal haemorrhage, pertama 5. Laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati, dan fungsi ginjal.
29 Pendarahan Gastrointestinal 147-153 3B unspecified 3. Bila terjadi anemia berat Bagian bawah : 1. Laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap dan Tidak
K62.5 Haemorrhage of anus and rectum Bagian bawah : Perdarahan saluran cerna bagian bawah yang terus faeces darah samar
menerus 2. Sarung tangan
Rujuk ke pelayanan kesehatan sekunder untuk diagnosis definitif bila tidak
dapat ditegakkan di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
Hemoroid interna grade 2, 3, dan 4 dan hemoroid eksterna memerlukan Sarung tangan
30 Hemoroid Grade 1-2 154-157 4A Haemorrhoids Ya
penatalaksanaan di pelayanan kesehatan sekunder.
a. Penderita Hepatitis A dengan keluhan ikterik yang menetap tanpa Laboratorium darah rutin, urin rutin dan pemeriksaan fungsi hati
disertai keluhan yang lain.1. Penegakan diagnosis dengan pemeriksaan
penunjang laboratorium
2. Penderita Hepatitis A dengan keluhan ikterik yang menetap disertai
31 Hepatitis A 157-159 4A Acute Hepatitis A keluhan yang lain. Ya pemeriksaan funsi hati belum bisa
3. Penderita Hepatitis A dengan penurunan kesadaran dengan kemungkinan
ke arah ensefalopati hepatik.
Peralatan laboratorium sederhana untuk pemeriksaan tinja dan sedimen urin (pada
B65.9 Skistosomiasisunspecified S.haematobium).
39 Skistosomiasis 184-187 4A Pasien yang didiagnosis dengan skistosomiasis (kronis) disertai komplikasi. Tidak
B65.2 Schistomiasis due to S. japonicum
40 Taeniasis 187-190 4A Taeniasis Bila ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada sistiserkosis Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah dan feses Tidak
Pasien strongyloidiasis dengan keadaan imunokompromais seperti penderita Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah dan feses.
41 Strongiloidiasis 190-193 4A Strongyloidiasis AIDS Tidak
D. MATA
Dilakukan rujukan ke spesialis mata jika keluhan tidak berkurang setelah 1. Lup diagnosa hanya anamnesa dan pemeriksaan
42 Mata Kering/Dry eye 193-196 4A Other disorders of lacrimal gland terapi atau timbul komplikasi. 2. Strip Schirmer (kertas saring Whatman No. 41) Ya
fisik
- a. Lup diagnosa hanya anamnesa dan pemeriksaan
43 Buta Senja 196-198 4A Night blindness b. Oftalmoskop Ya fisik
Hordeolum and other deep inflammation 1. Bila tidak memberikan respon dengan pengobatan konservatif
44 Hordeolum 198-200 4A 2. Hordeolum berulang Peralatan bedah minor Ya
of eyelid
Conjunctivitis, unspecified 1. Jika terjadi komplikasi pada kornea 1. Lup
45 Konjungtivitis 201-204 4A 2. Bila tidak ada respon perbaikan terhadap pengobatan yang diberikan 2. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan Gram Ya
Acute atopic conjunctivitis
a. Senter
Pasien dengan blefaritis perlu dirujuk ke layanan sekunder (dokter b. Lup
spesialis mata) bila terdapat minimal satu dari kelainan di bawah ini:
1. Tajam penglihatan menurun
2. Nyeri sedang atau berat
46 Blefaritis 204-206 4A Blepharitis Ya
3. Kemerahan yang berat atau kronis
4. Terdapat keterlibatan kornea
5. Episode rekuren
6. Tidak respon terhadap terapi
Other specified disorders of eye and Perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke spesialis mata jika a. Snellen chart
47 Perdarahan Subkonjungtiva 206-209 4A b. Oftalmoskop Ya
adnexa ditemukan penurunan visus.
1. Lup
2. Lidi kapas
Foreign body on external eye, part 1. Bila terjadi penurunan visus 3. Jarum suntik 23G
48 Benda asing di konjungtiva 209-212 4A unspecified 2. Bila benda asing tidak dapat dikeluarkan, misal: karena keterbatasan 4. Tetes mata Tetrakain HCl 0,5% Ya
fasilitas 5. Povidon Iodin
1. Senter
1. Katarak matur 2. Snellen chart
53 Katarak pada Pasien Dewasa 220-222 2 Cataract, unspecified 2. Jika pasien telah mengalami gangguan penglihatan yang signifikan 3. Tonometri Schiotz Tidak
3. Jika timbul komplikasi 4. Oftalmoskop
1. Snellen chart
Pada glaukoma akut, rujukan dilakukan setelah penanganan awal di layanan 2. Tonometri Schiotz
54 Glaukoma Akut 223-225 3B Primary angle-closure glaucoma Tidak
tingkat pertama. 3. Oftalmoskopi
1. Snellen chart
55 Glaukoma Kronis 226-229 3B Primary angle-closure glaucoma Pada glaukoma kronik, rujukan dilakukan segera setelah penegakan 2. Tonometer Schiotz Tidak
diagnosis. 3. Oftalmoskop
1. Lampu senter
2. Snellen Chart
1. Bila tatalaksana di atas tidak membantu pasien, dapat dilakukan rujukan ke 3. Pinset untuk epilasi
layanan sekunder 4. Lup
56 Trikiasis 229-231 4A Entropion and trichiasis of eyelid 2. Bila telah terjadi penurunan visus 5. Dapat pula disediakan kertas fluoresein dan larutan NaCl 0.9% untuk ter fluoresein Tidak
3. Bila telah terjadi kerusakan kornea 6. Lampu biru (bisa berasal lampu biru pada oftalmoskop)
4. Bila pasien menghendaki tatalaksana langsung di layanan sekunder
1. Snellen chart
2. Lampu senter
57 Episkleritis 232-235 4A Episcleritis - 3. Kapas bersih Tidak
4. Tetes mata vasokontriktor: Fenil Efrin 2,5%
1. Lup
2. Senter
Burn and corrosion confined to eye and Setelah penanganan awal dengan irigasi, rujuk pasien ke dokter spesialis mata 3. Lidi kapas
58 Trauma Kimia Mata 235-238 3A adnexa untuk tatalaksana lanjut 4. Kertas lakmus (jika memungkinkan) Tidak
5. Cairan fisiologis untuk irigasi
1. Lup
Setelah dilakukan penatalaksanaan awal, pasien segera dirujuk ke dokter 2. Senter
59 Laserasi Kelopak Mata 238-240 3B Open wound of eyelid and periocular area Ya
spesialis mata. 3. Lidi kapas
1. Snellen chart
2. Lup
60 Hifema 240-243 3A Hyphaema Semua pasien yang didiagnosis dengan hifema perlu dirujuk ke dokter 3. Senter Tidak
spesialis mata 4. Tonometer Schiotz
1. Snellen chart
61 Retinopati Diabetik 243-245 2 Diabetic retinopathy Setiap pasien diabetes yang ditemukan tanda-tanda retinopati diabetik 2. Oftalmoskop Tidak
sebaiknya dirujuk ke dokter mata. 3. Tropikamid 1% tetes mata untuk melebarkan pupil
E. TELINGA
1. Lampu kepala
62 Otitis Eksterna 246-249 4A Otitis Externa, unspecified 1. Otitis eksterna dengan komplikasi 2. Corong telinga Ya
2. Otitis eksterna maligna 3. Aplikator kapas
4. Otoskop
1. Jika terdapat indikasi miringotomi. 1. Lampu kepala
2. Bila terjadi komplikasi dari otitis media akut. 2. Corong telinga
H65.0. Acute serous otitis media 3. Otoskop
63 Otitis Media Akut 249-253 4A H65.1. Other acure nonsuppurative otitis 4. Aplikator kapas Ya
media 5. Garputala
H66.0 Acute suppurative otitis media 6. Suction
G. KARDIOVASKULAR
Dilakukan rujukan ke layanan sekunder (spesialis jantung atau spesialis 1. Elektrokardiografi (EKG)
67 Angina Pektoris Stabil 262-267 3B Angina pectoris, unspecified 2. Radiologi (X ray thoraks) tidak
penyakit dalam) untuk tatalaksana lebih lanjut.
1. Tabung oksigen
Segera dirujuk ke layanan sekunder dengan spesialis jantung atau spesialis
68 Infark Miokard 267-271 3B Acute myocardial infarction, unspecified penyakit dalam. 2. Masker oksigen tidak
3. Elektrokardiografi
R00.0 Tachicardy Unspecified 1. EKG
69 Takikardia 271-273 3B I47.1 Supraventicular Tachicardy Segera rujuk setelah pertolongan pertama dengan pemasangan infus dan 2. Bag valve mask tidak
oksigen.
I47.2 Ventricular Tachicardy
70 Gagal Jantung Akut 3B Heart failure, unspecified 1. Pasien dengan gagal jantung harus dirujuk ke fasilitas peayanan kesehatan 1. EKG tidak
274-277 sekunder yang memiliki dokter spesialis jantung atau spesialis penyakit dalam 2. Radiologi (X ray thoraks)
71 Gagal Jantung Kronik 3A Heart failure, unspecified 3. Laboratorium untuk pemeriksaan darah perifer lengkap tidak
untuk perawatan maupun pemeriksaan lanjutan seperti ekokardiografi.
1. Elektrokardiografi (EKG)
Respiratory arrest/ Cardiorespiratory Setelah sirkulasi spontan kembali (Return of Spontaneous Circulation/ROSC) 2. Tabung oksigen
72 Cardiorespiratory Arrest 277-280 3B tidak
failure pasien dirujuk ke layanan sekunder untuk tatalaksana lebih lanjut. 3. Bag valve mask
1. Hipertensi dengan komplikasi 1. Laboratorium untuk melakukan pemeriksaan urinalisis dan glukosa
73 Hipertensi Esensial 280-286 4A Essential (primary) hypertension 2. Resistensi hipertensi 2. EKG Ya
3. Hipertensi emergensi (hipertensi dengan tekanan darah sistole >180) 3. Radiologi (X ray thoraks)
H. MUSKULOSKELETAL
Pasien segera dirujuk setelah kondisi lebih stabil dengan tetap mengawasi Bidai, set bedah minor
74 Fraktur Terbuka 287-290 3B Fracture of unspecified body tidak
tanda vital.
1. Bidai
Pasien segera dirujuk setelah kondisi lebih stabil dengan tetap mengawasi 2. Jarum kecil
75 Fraktur Tertutup 290-292 3B Fracture of unspecified body tidak
tanda vital.
Setelah ditegakkan dugaan diagnosis, pasien dirujuk ke pelayanan kesehatan Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah
76 Polimialgia Reumatik 292-294 3A Polymyalgia rheumatica sekunder. Ya
1. Tidak membaik dengan pemberian obat anti inflamasi dan steroid dosis
rendah.
77 Artritis Reumatoid 295-300 3A Polymyalgia rheumatica 2. RA dengan komplikasi. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah. Ya
3. Rujukan pembedahan jika terjadi deformitas
Pasien perlu dirujuk jika migren terus berlanjut dan tidak hilang dengan
82 Migren 313-319 4A Migraine, unspecified pengobatan analgesik non-spesifik. Pasien dirujuk ke layanan sekunder 1. Alat pemeriksaan neurologis Ya
(dokter spesialis saraf). 2. Obat antimigren
1. Palu refleks
1. Vertigo vestibular tipe sentral harus segera dirujuk. 2. Sphygmomanometer
83 Vertigo (Benign paroxysmal 319-327 4A Dizziness and giddiness 2. Tidak terdapat perbaikan pada vertigo vestibular setelah diterapi 3. Termometer Ya
positional vertigo) 4. Garpu tala (penala)
farmakologik dan non farmakologik.
5. Obat antihistamin
6. Obat antagonis kalsium
1. Bila tidak terjadi perbaikan setelah penanganan pertama. 1. Sarana pemeriksaan neurologis
84 Tetanus 327-334 4A Othertetanus 2. Terjadi komplikasi, seperti distres sistem pernapasan. 2. Oksigen Tidak
3. Rujukan ditujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki 3. Infus set
dokter spesialis neurologi. 4. Obat antikonvulsan
1. Penderita rabies yang sudah menunjukkan gejala rabies. 1. Cairan desinfektan
85 Rabies 334-339 3B Rabies, unspecified 2. Dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter 2. Serum Anti Rabies Tidak
spesialis neurolog. 3. Vaksin Anti Rabies
Pasien dengan Malaria Serebral agar segera dirujuk ke RS 1. Laboratorium untuk pemeriksaan apusan darah tebal
2. Laboratoriumuntuk pemeriksaan darah rutin dan gula darah
3. Termometer
4. Stetoskop
Plasmodium falciparum with cerebral 5. Tensi
86 Malaria Serebral 339-342 3B 6. Senter Tidak
complication
7. Palu reflex
8. Funduskopi
87 Epilepsi 342-350 3A Epilepsy, unspecified Setelah diagnosis epilepsi ditegakkan maka pasien segera dirujuk ke Tersedia Obat Anti Epilepsi Tidak
pelayanan sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf.
Laboratorium: darah lengkap dan kimia darah
Transient cerebral ischaemic attack,
88 Transient Ischemik Attack (TIA) 351-356 3B unspecified Pasien segera dirujuk ke RS untuk penanganan lebih lanjut Pemeriksaan radiologi: foto toraks Tidak
Pasien membutuhkan CT scan atau MRI di layanan sekunder
1. Alat pemeriksaan neurologis.
Semua pasien stroke setelah ditegakkan diagnosis secara klinis dan diberikan 2. Senter
penanganan awal, segera mungkin harus dirujuk ke fasilitas pelayanan 3. Infus set.
89 Stroke 356-363 3B Cerebral infarction, unspecified kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf, terkait dengan 4. Oksigen. Tidak
angka kecacatan dan kematian yang tinggi. Dalam hal ini, perhatian terhadap
therapeutic window untuk penatalaksanaan stroke akut sangat diutamakan.
Semua pasien dengan status epileptikus setelah ditegakkan diagnosis dan 1. Oksigen
telah mendapatkan penanganan awal segera dirujuk untuk: 2. Kain kasa
91 Status Epileptikus 370-374 3B Status epilepticus, unspecified 1. Mengatasi serangan 3. Infus set Tidak
2. Mencegah komplikasi 4. Spatel lidah
3. Mengetahui etiologi 5. Alat pengukur gula darah sederhana
4. Pengaturan obat
92 Delirium 374-377 3A Delirium, unspecified Bila gejala agitasi telah terkendali, pasien dapat segera dirujuk ke fasilitas Tidak
pelayanan rujukan sekunder untuk memperbaiki penyakit utamanya. -
1. Apabila kejang tidak membaik setelah diberikan obat antikonvulsan sampai
93 Kejang demam 378-383 4A Febrile convulsions lini ketiga (fenobarbital). Ya
2. Jika diperlukan pemeriksaan penunjang seperti EEG dan pencitraan (lihat
indikasi EEG dan pencitraan). Tabung oksigen dan kelengkapannya, infus set, diazepam rektal/intravena,
lorazepam, fenitoin IV, fenobarbital IV, NaCl 0,9%.
94 Tetanus Neonatorum 383-386 3B Tetanus Neonatorum - - Tidak
J. PSIKIATRI
Untuk keperluan skrining, dapat disediakan lembar PHQ-15 di ruang praktik dokter.
95 Gangguan Somatoform 387-393 4A Somatoform disorders - Selain itu, tidak ada peralatan khusus yang diperlukan terkait diagnosis dan Ya
tatalaksana gangguan somatoform.
96 Demensia 393-396 3A Unspecified dementia 1. Pasien dirujuk untuk konfirmasi diagnosis dan penatalaksanaan lanjutan. Tidak ada sarana peralatan khusus Tidak
2. Apabila pasien menunjukkan gejala agresifitas dan membahayakan dirinya
atau orang lain.
Apabila setelah 2 minggu pengobatan tidak menunjukkan perbaikan, atau
apabila terjadi perburukan walaupun belum sampai 2 minggu, pasien dirujuk Tidak ada sarana peralatan khusus
97 Insomnia 396-399 4A Insomnia non organik pada psikiatri Tidak
kefasilitas kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis kedokteran
jiwa.
Pada pasien dengan keadaan umum buruk, perlu dirujuk ke rumah sakit yang Oksigen
104 Bronkitis akut 427-431 4A Acute bronchitis, unspecified memadai untuk monitor secara intensif dan konsultasi ke spesialis terkait. Ya
1. Bila perlu mencari sumber perdarahan dengan modalitas yang tidak 1. Lampu kepala
tersedia di layanan Tingkat Pertama, misalnya nasoendoskopi. 2. Spekulum hidung
2. Pasien dengan epistaksis yang curiga akibat tumor di rongga hidung atau 3. Alat penghisap (suction)
nasofaring. 4. Pinset bayonet
3. Epistaksis yang terus berulang atau masif 5. Tampon anterior, Tampon posterior
6. Kaca rinoskopi posterior
7. Kapas dan kain kassa
8. Lidi kapas
9. Nelaton kateter
112 Epistaksis 475-481 4A Epistaxis 10. Benang kasur Ya
11. Larutan Adrenalin 1/1000
12. Larutan Pantokain 2% atau Lidokain 2%
13. Larutan Nitras Argenti 15 – 25%
14. Salep vaselin, Salep antibiotik
1. Lampu kepala
1. Pengeluaran benda asing tidak berhasil karena perlekatan atau posisi 2. Spekulum hidung
113 Benda asing di hidung 481- 484 4A Foreign body in nostril benda asing sulit dilihat. 3. Pengait tumpul(blunt hook) Ya
2. Pasien tidak kooperatif. 4. Pinset
5. Forsep aligator
6. Suction
7. Xylocaine 2% spray
8. Formulir informed consent
1. Lampu kepala
2. Spekulum hidung
3. Skalpel atau jarum suntik ukuran sedang (untuk insisi)
114 Furunkel pada hidung 485-487 4A Abscess, furuncle and carbuncle of nose - 4. Kassa steril Ya
5. Klem
6. Pinset Bayonet
7. Larutan Povidon Iodin 7,5%
1. Lampu kepala
115 Rhinitis akut 487-490 4A Acute nasopharingitis (common cold) - 2. Spekulum hidung Ya
3. Suction
Jika diperlukan tindakan operatif
1. Lampu kepala
116 Rhinitis vasomotor 491-494 4A Vasomotor rhinitis 2. Spekulum hidung Ya
3. Tampon hidung
4. Epinefrin 1/10.000
1. Bila perlu dilakukan Prick Test untuk mengetahui jenis alergen. 1. Lampu kepala / senter
117 Rhinitis alergik 494-498 4A Allergic rhinitis, unspecified 2. Bila perlu dilakukan tindakan operatif. 2. Spekulum hidung Ya
3. Spatula lidah
Pada kasus RSA, rujukan segera ke spesialis THT dilakukan bila: 1. Termometer
1. Terdapat gejala dan tanda komplikasi, di antaranya: Edema /eritema 2. Spekulum hidung
periorbital, perubahan posisi bola mata, Diplopia, Oftalmoplegia, penurunan 3. Kaca rinoskop posterior
visus, sakit kepala yang berat, pembengkakan area frontal, tanda-tanda iritasi 4. Kassa steril
meningeal, kelainan neurologis fokal. 5. Lampu kepala
2. Bila tidak terjadi perbaikan pasca terapi adekuat setelah 10 hari (RSA viral), 6. Lampu Bunsen / spiritus dan korek api
14 hari (RSA pasca viral), dan 48 jam (RSA bakterial). 7. Otoskop
8. Suction
9. Lampu baca x-ray
4A (akut) KRONIS : Rujukan ke spesialis THT dilakukan apabila: 10. Formulir permintaan pemeriksaan radiologi
118 Sinusitis (Rinosinusitis) 498-507 3A (kronik) Acute sinusitis / Chronic sinusitis 1. Pasien imunodefisien 11. Formulir rujukan Ya
2. Terdapat dugaan infeksi jamur
3. Bila rinosinusitis terjadi ≥ 4 kali dalam 1 tahun
4. Bila pasien tidak mengalami perbaikan setelah pemberian terapi awal yang
adekuat setelah 4 minggu.
5. Bila ditemukan kelainan anatomis ataupun dugaan faktor risiko yang
memerlukan tatalaksana oleh spesialis THT, misalnya: deviasi septum, polip
nasal, atau tumor.
L. KULIT
119 Miliaria 507-511 4A Miliaria, unspecified Tidak ada indikasi rujukan Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit miliaria. Ya
Rujukan sebaiknya dilakukan apabila:
120 Veruka vulgaris 511-513 4A Viral warts a. Diagnosis belum dapat ditegakkan. Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit veruka vulgaris. Tidak
b. Tindakan memerlukan anestesi/ sedasi.
1. Lup
123 Moluskum kontagiosum 521-524 4A Molluscum contagiosum 1. Tidak ditemukan badan moluskum. 2. Ekstraktor komedo, jarum suntik atau alat kuret kulit Tidak
2. Terdapat penyakit komorbiditas yang terkait dengan kelainan hematologi.
3. Pasien HIV/AIDS.
Jika kondisi memburuk, yaitu dengan makin bertambahnya patch eritema, 1. Alat resusitasi
124 Reaksi gigitan serangga 524-527 4A Venom of other arthropods timbul bula, atau disertai gejala sistemik atau komplikasi. 2. Tabung dan masker oksigen Ya
Pasien skabies dirujuk apabila keluhan masih dirasakan setelah 1 bulan paska
125 Skabies 528-531 4A Scabies terapi. 1. Lup Ya
2. Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit.
Pediculosis due to Pediculus humanus Apabila terjadi infestasi kronis dan tidak sensitif terhadap terapi yang
126 Pedikulosis kapitis 531-534 4A capitis diberikan. Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit pedikulosis kapitis. Ya
127 Ya
Pedikulosis pubis 535-537 4A Pthiriasis - Tidak diperlukan perlatan khusus untuk mendiagnosis penyakit pedikulosis pubis.
B35 Dermatophytosis 1. Penyakit tidak sembuh dalam 10-14 hari setelah terapi. 1. Lup
B35.0 Tinea barbae and tinea capitis 2. Terdapat imunodefisiensi. 2. Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan KOH
B35.1 Tinea unguium 3. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan multifarmaka.
B35.2 Tinea manuum
B35.3 Tinea pedis
B35.4 Tinea corporis
128 Dermatofitosis 538-541 4A B35.5 Tinea imbricate Ya
B35.6 Tinea cruris
B35.8 Other dermatophytoses
129 Pitiriasis versikolor/Tinea versikolor 541-544 4A Pityriasis versicolor Sebagian besar kasus tidak memerlukan rujukan. 1. Lup Ya
2. Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan KOH
Pyoderma Pasien dirujuk apabila terjadi: Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan Gram
Impetigo 1. Komplikasi mulai dari selulitis.
130 Pioderma 544-548 4A 2. Tidak sembuh dengan pengobatan selama 5-7 hari. Ya
Cutaneous abscess, furuncle and carbuncle 3. Terdapat penyakit sistemik (gangguan metabolik endokrin dan
imunodefisiensi).
131 Erisipelas 549-551 4A Erysipelas Jika terjadi komplikasi Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin Ya
132 Dermatitis seboroik 552-555 4A Seborrhoeic dermatitis Pasien dirujuk apabila tidak ada perbaikan dengan pengobatan standar. - Ya
Tuberculosis of skin and subcutaneous 1. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan laju endap darah dan pemeriksaan
142 Skrofuloderma 587-589 4A BTA Ya
tissue
- 2. Tes tuberkulin
143 Hidradenitis Supuratif 590-593 4A Hidradenitis suppurativa Pasien dirujuk apabila penyakit tidak sembuh dengan pengobatan oral atau Ya
lesi kambuh setelah dilakukan insisi dan drainase. Bisturi
144 Akne vulgaris ringan 594-598 4A Acne vulgaris Akne vulgaris sedang sampai berat Komedo ekstraktor (sendok Unna) Ya
1. Rujukan ke dokter spesialis bila ditemukan fokus infeksi. 1. Tabung dan masker oksigen
Urtikaria akut : 4A L50 Urticaria 2. Jika urtikaria berlangsung kronik dan rekuren. 2. Alat resusitasi
145 Urtikaria 599-604 Urtikaria kronis : 3A L50.9 Urticaria, unspecified Ya
3. Jika pengobatan first-line therapy gagal. 3. Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan darah, urin dan feses rutin.
4. Jika kondisi memburuk, yang ditandai dengan makin bertambahnya patch
eritema, timbul bula, atau bahkan disertai sesak.
1. Lesi luas, hampir di seluruh tubuh, termasuk mukosa dan dikhawatirkan
akan berkembang menjadi Sindroma Steven Johnson.
2. Bila diperlukan untuk membuktikan jenis obat yang diduga sebagai
penyebab :
a. Uji tempel tertutup, bila negatif lanjutan dengan
Generalized skin eruption deu to drugs and b. Uji tusuk, bila negatif lanjutkan dengan Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit Exanthematous
146 Exanthematous Drug Eruption 604-607 4A medicaments c. Uji provokasi Drug Eruption. Tidak
3. Bila tidak ada perbaikan setelah mendapatkan pengobatan standar dan
menghindari obat selama 7 hari
4. Lesi meluas
Lup
148 Cutaneus Larva Migrans 610-613 4A Hookworm disease, unspecified Pasien dirujuk apabila dalam waktu 8 minggu tidak membaik dengan terapi. Ya
Bila terdapat komplikasi dan penyulit untuk tindakan sirkumsisi maka dirujuk Set bedah minor
162 Fimosis 673-676 4A Phimosis Tidak
ke layanan sekunder.
163 Parafimosis 676-678 4A Paraphimosis Bila terjadi tanda-tanda nekrotik segera rujuk ke layanan sekunder Set bedah minor Tidak
O. KESEHATAN WANITA
Premature rupture of membrane, Ibu hamil dengan keadaan ketuban pecah dini merupakan kriteria rujukan ke 1. Inspekulo
170 Ketuban pecah dini (KPD) 714-717 3A 2. Kertas lakmus (Nitrazin test) Tidak
unspecified pelayanan kesehatan sekunder.
3. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin
5. Oksigen dan maskernya
6. Perlengkapan persalinan
7. Alat resusitasi
Pola persalinan Nulipara Multipara Tindakan Terapi di Rumah
Sakit Kelainan pembukaan serviks
- Kemajuan pembukaan (dilatasi) serviks pada fase aktif
- Kemajuan turunnya bagian terendah
< 1,2
cm/jam
< 1 cm/jam
< 1,5 cm/jam
< 2 cm/jam
R
U
J
U
K
- Dukungan dan terapi ekspektatif
Apabila tidak dapat ditangani di fasilitas pelayanan tingkat pertama atau - Seksio sesarea bila CPD atau obstruksi Partus macet
171 Persalinan lama 718-723 3B Long labour Tidak
apabila level kompetensi SKDI dengan kriteria merujuk (<3B) - Fase deselerasi memanjang
- Terhentinya pembukaan (dilatasi)
- Terhentinya penurunan bagian terendah
- Kegagalan penurunan bagian terendah
> 3 jam
> 2 jam
> 1 jam
Tidak ada penurunan pada fase deselerasi atau kala 2
> 1 jam
> 2 jam
> 1 jam
Tidak ada penurunan pada fase deselerasi atau kala 2
- Infus oksitosin, bila tak ada kemajuan, lakukan seksio sesarea
- Seksio sesarea bila CPD atau obstruksi
8. Lemari dan troli darurat
9. Partograf
10. Dopler
11. Ambulans
1. Lampu
2. Kasa steril
174 Mastitis 742-744 4A Inflammatory disorders of breast Jika terjadi komplikasi abses mammae dan sepsis. 3. Sarung tangan steril Ya
4. Bisturi
P. PENYAKIT KELAMIN
Pasien dirujuk apabila: 1. Ginecology bed
177 Fluor
Albus/ Vaginal discharge non 1. Tidak terdapat fasilitas pemeriksaan untuk pasangan 2. Spekulum vagina
gonore 751-755 4A 2. Dibutuhkan pemeriksaan kultur kuman gonore 3. Lampu Ya
3. Adanya arah kegagalan pengobatan 4. Kertas lakmus
Semua stadium dan klasifikasi sifilis harus dirujuk ke fasilitas pelayanan -
A51 Early syphilis kesehatan yang memiliki dokter spesialis kulit dan kelamin.
A51.0 Primary genital syphilis
178 Sifilis 756-763 3A Ya
A52 Late syphilis
A53.9 Syphilis, unspecified
181 Vulvitis 771- 4A Acute vaginitis Pasien dirujuk ke dokter spesialis kulit dan kelamin jika pemberian salep Lup Ya
kortison tidak memberikan respon.