Anda di halaman 1dari 2

PROSEDUR TETAP

PENETAPAN KASUS DAN KLASIFIKASI


PASIEN TB
RS MEDIKA IN
SANI No. Dokumen No. Revisi Halaman

124/RSMI/II/XVI-prognas/I/2022 0 1/2
Tanggal Terbit Ditetapkan,
STANDAR Direktur RS Medika Insani
PROSEDUR OP
ERASIONAL 2 Januari 2022

dr. Lolin Rara Masela, MARS


Pasien yang telah ditegakkan diagnosis TB selanjutnya perlu ditetapkan
Kasus dan klasifikikasi, berdasarkan : organ tubuh yang sakit
(paru/ekstraparu), hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis
Pengertian langsung (BTA positif / BTA negatif) dan TCM, riwayat pengobatan
sebelumnya (baru/sudah pernah diobati), dan tingkat keparahan
penyakit (ringan/berat ), oleh staf medis dokter penanggungjawab
perawatan pasien di RS Medika Insani Bukit Kemuning
Sebagai acuan untuk menetapkan paduan regimen obat anti TB
Tujuan
( OAT ) yang harus diberikan kepada pasien TB tersebut.
Kebijakan Sesuai dengan ditetapkannya SK Direktur RS Medika Insani Nomor
005/RSMI/I/VXI-prognas/I/2022 tanggal 2 januari 2022 tentang
Kebijakan Pelayanan pengobatan TB dengan Strategi DOTS di RS
Medika Insani Bukit Kemuning Lampung Utara
Prosedur 1. KASUS PASIEN TB
A. Pasien TB yang terkonfirmasi Bakteriologis
Berdasarkan hasil pemeriksaan contoh uji biologinya (sputum dan
jaringan) melalui pemeriksaan mikroskopis langsung, TCM TB,
atau biakan. Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah:
 Pasien TB paru BTA positif
 Pasien TB paru hasil biakan M.tb positif
 Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positif
 Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, baik
dengan BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh uji jaringan
yang terkena.
 TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis
B. Pasien TB terdiagnosis secara Klinis
Adalah pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara
bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh dokter
 BTA (-) dengan hasil foto toraks mendukung TB.
 BTA (-) dengan tidak ada perbaikan klinis setelah diberikan
antibiotika non OAT, dan mempunyai faktor risiko TB
 Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun
laboratoris dan histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis.
 TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring.
2. KLASIFIKASI PASIEN TB
A. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit :
 Tuberkulosis paru
 Tuberkulosis extra paru (terjadi pada organ selain paru,
misalnya: pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing,
kulit, sendi, selaput otak dan tulang)
B.Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya :
 Pasien TB baru (belum pernah minum obat/pernah minum< 1
bulan)
 Pasien yang pernah diobati TB (pernah minum obat selama 1
bulan / lebih), meliputi:
 Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB
berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik
karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).
 Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB
yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan
terakhir.
 Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to
follow-up): adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan
lost to follow up. (Klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai
pengobatan pasien setelah putus berobat /default).
 Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil
akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
C. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaanobat :
 Mono resistan (TB MR)
 Poli resistan (TB PR)
 Multi drug resistan (TB MDR)
 Extensive drug resistan (TB XDR)
 Resistan Rifampisin (TB RR)

3. Dokter penanggung jawab perawatan pasien TB tersebut


selanjutnya menetapkan paduan regimen obat anti TB, sesuai
dengan kasus dan klasifikasi pasien.

Unit terkait 1. Seluruh SMF yang terkait


2. Seluruh unit pelayanan yang terkait

Anda mungkin juga menyukai