NO DIAGNOSA HAL LEVEL KODE ICD-10 INDONESIA SARANA PRASARANA YANG DIBUTUHKAN KOMITMEN PELAYANAN
NOMOR HK.02.02/MENKES/514/2015
A. KELOMPOK UMUM Ya Tidak Ket
1. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (+) tapi tidak menunjukkan
perbaikan setelah pengobatan dalam jangka waktu tertentu
Respiratory tuberculosis, 2. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (-/ meragukan) 1. Laboratorium untuk pemeriksaan sputum, darah rutin.
1 Tuberkulosis (TB) Paru Pada Dewasa 13-19 4A A15 bacteriologiccaly and histologically 3. Pasien dengan sputum BTA tetap (+) setelah jangka waktu 2. Radiologi
confirmed tertentu 3. Uji Gen Xpert-Rif Mtb jika fasilitas tersedia
4. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid)
5. Suspek TB – MDR harus dirujuk ke pusat rujukan TB-MDR.
1. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (+) tapi tidak menunjukkan
Respiratory tuberculosis,
perbaikan setelah pengobatan dalam jangka waktu tertentu
bacteriologiccaly and histologically 1. Laboratorium untuk pemeriksaan sputum, darah rutin
A15 dan 2. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (-/ meragukan)
3 TB dengan HIV 25-28 3A confirmed dan Asymptomatic human 2. Mantoux test
Z21 3. Pasien dengan sputum BTA tetap (+) setelah jangka waktu tertentu
immunodeficiency virus 3. Radiologi
4. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid)
(HIV) infection status
5. Suspek TB–MDR harus dirujuk ke pusat rujukan TB–MDR .
Measles without complication (Measles Perawatan di rumah sakit untuk campak dengan komplikasi Tidak diperlukan peralatan khusus untuk menegakkan diagnosis
4 Morbili 29-32 4A B05.9 (superinfeksi bakteri, pneumonia, dehidrasi, croup, ensefalitis) morbili.
NOS)
1. Terdapat gangguan imunitas Lup
Varicella without complication (Varicella 2. Mengalami komplikasi yang berat seperti pneumonia, ensefalitis, dan
5 Varisela 32-35 4A B01.9
NOS) hepatitis.
Filariasis B74.0
Filariasis due to Wuchereria bancrofti Pasien dirujuk bila dibutuhkan pengobatan operatif atau bila gejala tidak
8 Filariasis 42-49 4A B74 B74.1 Filariasis due to Brugia malayi membaik dengan pengobatan konservatif.
B74.2 Filariasis due to Brugia timori
Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan mikrofilaria.
Omphalitis of newborn with or without 1. Bila intake tidak mencukupi dan anak mulai tampak tanda dehidrasi Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit infeksi pada
9 Infeksi pada Umbilikus 49-51 4A P38 mild haemorrhage 2. Terdapat tanda komplikasi sepsis umbilikus.
Bila kandidiasis merupakan akibat dari penyakit lainnya, seperti HIV. Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan KOH
10 Kandiliasis Mulut 51-53 4A B37.9 Candidiasis unspecified
1. Terdapat efek samping obat yang serius.
2. Reaksi kusta dengan kondisi:
a. ENL melepuh, pecah (ulserasi), suhu tubuh tinggi, neuritis.
11 Lepra 53-63 4A A30 Leprosy [Hansen disease] b. Reaksi tipe 1 disertai dengan bercak ulserasi atau neuritis. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan BTA
c. Reaksi yang disertai komplikasi penyakit lain yang berat,
misalnya hepatitis, DM, hipertensi, dan tukak lambung berat.
1. Gejala keracunan tidak berhenti setelah 3 hari ditangani dengan adekuat. 1. Cairan rehidrasi (NaCl 0,9%, RL, oralit )
12 Keracunan Makanan 63-65 4A T62.2 Other Ingested (parts of plant (s) 2. Pasien mengalami perburukan. 2. Infus set
3. Antibiotik bila diperlukan
Pasien dirujuk apabila pemeriksaan uji kulit, uji provokasi dan eliminasi -
13 Alergi Makanan 66- 68 4A L27.2 Dermatitis due to ingested food makanan terjadi reaksi anafilaksis.
Setelah kegawatan pasien ditangani, pasien dirujuk ke pelayanan kesehatan 1. Infus set
sekunder. 2. Oksigen
3. NaCl 0,9%
14 Syok 68-73 3B R57.9 Shock, unspecified 4. Senter
5. EKG
Kegawatan pasien ditangani, apabila dengan penanganan yang dilakukan 1. Infus set
tidak terdapat perbaikan, pasien dirujuk ke layanan sekunder. 2. Oksigen
3. Adrenalin ampul, aminofilin ampul, difenhidramin vial, deksametason
15 Reaksi Anafilaktik 74-79 4A T78.2 Anaphylactic shock, unspecified ampul
4. NaCl 0,9%
Dewasa : 1. Terjadi perdarahan masif (hematemesis, melena). 2.
Dengan pemberian cairan kristaloid sampai dosis 15 ml/kg/jam kondisi
belum membaik.
3. Terjadi komplikasi atau keadaan klinis yang tidak lazim, seperti kejang,
penurunan kesadaran, dan lainnya. Anak: 1. Poliklinik set (termometer, tensimeter, senter)
1. DBD dengan syok (terdapat kegagalan sirkulasi). 2. Infus set
Demam Dengue dan Demam Dengue fever / A91 Dengue 2. Bila anak tidak dapat minum dengan adekuat, asupan sulit, walaupun
16 79-88 4A A90 3. Cairan kristaloid (RL/RA) dan koloid
Berdarah Dengue haemorrhagic fever tidak ada kegagalan sirkulasi. 4. Lembar observasi / follow up
3. Bila keluarga tidak mampu melakukan perawatan di rumah dengan 5. Laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin
adekuat, walaupun DBD tanpa syok.
1. Setiap pasien yang di diagnosis sebagai LES atau curiga LES harus dirujuk
ke dokter spesialis penyakit dalam atau spesialis anak untuk memastikan
diagnosis 1. Laboratorium untuk pemeriksaan DPL, urinalisis, dan fungsi ginjal
19 Lupus Eritematosus Sistemik 99-104 4A M32 Systemic Lupus Erythematosus 2. Pada pasien LES manifestasi berat atau mengancam nyawa perlu segera 2. Radiologi: X-ray Thoraks
dirujuk ke pelayanan kesehatan tersier bila memungkinkan.
C. DIGESTIVE
1. Gejala-gejala ekstraoral yang mungkin terkait penyakit sistemik yang 1. Kaca mulut
mendasari, seperti: 2. Lampu senter
a. Lesi genital, kulit, atau mata
b. Gangguan gastrointestinal
c. Penurunan berat badan
d. Rasa lemah
e. Batuk kronik
f. Demam
g. Limfadenopati, Hepatomegali, Splenomegali
2. Gejala dan tanda yang tidak khas, misalnya:
a. Onset pada usia dewasa akhir atau lanjut
b. Perburukan dari aftosa
c. Lesi yang amat parah
K12. Stomatitis and related lesions d. Tidak adanya perbaikan dengan tatalaksana kortikosteroid
21 Ulkus Mulut (Aftosa, Herpes) 108-114 A4 K12 K12.0. Recurrent oral aphtae topikal
K12.1. Other form of stomatitis 3. Adanya lesi lain pada rongga mulut, seperti:
a. Kandidiasis
b. Glositis
c. Perdarahan, bengkak, atau nekrosis pada gingiva
d. Leukoplakia
e. Sarkoma Kaposi
Perlu dilakukan konsultasi ke layanan sekunder bila keluhan tidak Laboratorium rutin
24 Intoleransi Makanan 120-122 4A K90.4 Malabsorption due to intolerance menghilang walaupun tanpa terpapar.
Perlu dilakukan konsultasi ke spesialis penyakit dalam untuk mencari Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah perifer lengkap
25 Malabsorbsi Makanan 122-124 3A K90.9 Intestinal malabsorbtion, unspecified penyebab malabsorbsi kemudian ditatalaksana sesuai penyebabnya.
1. Demam tifoid dengan keadaan umum yang berat (toxic typhoid). Poliklinik set dan peralatan laboratorium untuk melakukan pemeriksaan
2. Tifoid dengan komplikasi. darah rutin dan serologi.
3. Tifoid dengan komorbid yang berat.
26 Demam Tifoid 125-133 4A A01.0 Typhoid fever 4. Telah mendapat terapi selama 5 hari namun belum tampak perbaikan.
Hemoroid interna grade 2, 3, dan 4 dan hemoroid eksterna memerlukan Sarung tangan
30 Hemoroid Grade 1-2 154-157 4A I84 Haemorrhoids
penatalaksanaan di pelayanan kesehatan sekunder.
a. Penderita Hepatitis A dengan keluhan ikterik yang menetap tanpa Laboratorium darah rutin, urin rutin dan pemeriksaan fungsi hati
disertai keluhan yang lain.1. Penegakan diagnosis dengan pemeriksaan
penunjang laboratorium
2. Penderita Hepatitis A dengan keluhan ikterik yang menetap disertai
31 Hepatitis A 157-159 4A B15 Acute Hepatitis A keluhan yang lain.
3. Penderita Hepatitis A dengan penurunan kesadaran dengan kemungkinan
ke arah ensefalopati hepatik.
Pasien yang telah terdiagnosis harus dirujuk ke layanan sekunder untuk Labotorium untuk pemeriksaan darah perifer lengkap
34 Apendisitis Akut 165-170 3B K35.9 Acute Appendicitis dilakukan operasi cito.
Rujuk ke fasilitas kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis bedah Nasogastric Tube
35 Peritonitis 170-172 3B K65.9 Peritonitis, unspecified
1. Parotitis dengan komplikasi
2. Parotitis akibat kelainan sistemik, seperti HIV, tuberkulosis, dan Sjogren 1. Termometer
36 Parotitis 172-176 4A B26 Mumps
syndrome. 2. Kaca mulut
40 Taeniasis 187-190 4A B68.9 Taeniasis Bila ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada sistiserkosis Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah dan feses
Pasien strongyloidiasis dengan keadaan imunokompromais seperti Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah dan feses.
41 Strongiloidiasis 190-193 4A B78.9 Strongyloidiasis penderita AIDS
D. MATA
Dilakukan rujukan ke spesialis mata jika keluhan tidak berkurang setelah 1. Lup
42 Mata Kering/Dry eye 193-196 4A H04.1 Other disorders of lacrimal gland terapi atau timbul komplikasi. 2. Strip Schirmer (kertas saring Whatman No. 41)
- a. Lup
43 Buta Senja 196-198 4A H53.6 Night blindness b. Oftalmoskop
Hordeolum and other deep inflammation 1. Bila tidak memberikan respon dengan pengobatan konservatif
44 Hordeolum 198-200 4A H00.0 2. Hordeolum berulang Peralatan bedah minor
of eyelid
H10.9 Conjunctivitis, unspecified 1. Jika terjadi komplikasi pada kornea 1. Lup
45 Konjungtivitis 201-204 4A 2. Bila tidak ada respon perbaikan terhadap pengobatan yang diberikan 2. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan Gram
H10.1 Acute atopic conjunctivitis
a. Senter
b. Lup
Pasien dengan blefaritis perlu dirujuk ke layanan sekunder (dokter
spesialis mata) bila terdapat minimal satu dari kelainan di bawah ini:
1. Tajam penglihatan menurun
2. Nyeri sedang atau berat
46 Blefaritis 204-206 4A H01.0 Blepharitis 3. Kemerahan yang berat atau kronis
4. Terdapat keterlibatan kornea
5. Episode rekuren
6. Tidak respon terhadap terapi
Other specified disorders of eye and Perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke spesialis mata jika a. Snellen chart
47 Perdarahan Subkonjungtiva 206-209 4A H57.8 b. Oftalmoskop
adnexa ditemukan penurunan visus.
1. Lup
2. Lidi kapas
1. Bila terjadi penurunan visus 3. Jarum suntik 23G
Foreign body on external eye, part
48 Benda asing di konjungtiva 209-212 4A T15.9 2. Bila benda asing tidak dapat dikeluarkan, misal: karena keterbatasan 4. Tetes mata Tetrakain HCl 0,5%
unspecified
fasilitas 5. Povidon Iodin
1. Snellen Chart
Pasien perlu dirujuk ke layanan sekunder bila: 2. Satu set lensa coba (trial frame dan trial lenses)
49 Astigmatism 212-213 4A H52.2 Astigmatism 1. koreksi dengan kacamata tidak memperbaiki visus, atau 3. Pinhole
2. ukuran lensa tidak dapat ditentukan (misalnya astigmatisme berat).
a. Snellen chart
50 Hipermetropia 214-215 4A H52.0 Hypermetropia Rujukan dilakukan jika timbul komplikasi. b. Satu set lensa coba (trial frame)
a. Snellen chart
1. Kelainan refraksi yang progresif b. Satu set lensa coba dan trial frame
2. Kelainan refraksi yang tidak maju dengan koreksi atau tidak ditemukan
51 Miopia Ringan 216-217 4A H52.1 Myopia
ukuran lensa yang memberikan perbaikan visus
3. Kelainan yang tidak maju dengan pinhole.
1. Kartu Jaeger
52 Presbiopia 218-220 4A H52.4 Presbyopia - 2. Snellen Chart
3. Satu set lensa coba dan trial frame
1. Senter
1. Katarak matur
2. Snellen chart
53 Katarak pada Pasien Dewasa 220-222 2 H26.9 Cataract, unspecified 2. Jika pasien telah mengalami gangguan penglihatan yang signifikan
3. Tonometri Schiotz
3. Jika timbul komplikasi
4. Oftalmoskop
1. Snellen chart
Pada glaukoma akut, rujukan dilakukan setelah penanganan awal di layanan 2. Tonometri Schiotz
54 Glaukoma Akut 223-225 3B H40.2 Primary angle-closure glaucoma
tingkat pertama. 3. Oftalmoskopi
1. Snellen chart
Pada glaukoma kronik, rujukan dilakukan segera setelah penegakan 2. Tonometer Schiotz
55 Glaukoma Kronis 226-229 3B H40.2 Primary angle-closure glaucoma
diagnosis. 3. Oftalmoskop
1. Lampu senter
2. Snellen Chart
1. Bila tatalaksana di atas tidak membantu pasien, dapat dilakukan rujukan 3. Pinset untuk epilasi
ke layanan sekunder 4. Lup
56 Trikiasis 229-231 4A H02 Entropion and trichiasis of eyelid 2. Bila telah terjadi penurunan visus 5. Dapat pula disediakan kertas fluoresein dan larutan NaCl 0.9% untuk ter
3. Bila telah terjadi kerusakan kornea fluoresein
4. Bila pasien menghendaki tatalaksana langsung di layanan sekunder 6. Lampu biru (bisa berasal lampu biru pada oftalmoskop)
1. Snellen chart
2. Lampu senter
57 Episkleritis 232-235 4A H15.1 Episcleritis - 3. Kapas bersih
4. Tetes mata vasokontriktor: Fenil Efrin 2,5%
1. Lup
2. Senter
Burn and corrosion confined to eye and Setelah penanganan awal dengan irigasi, rujuk pasien ke dokter spesialis 3. Lidi kapas
58 Trauma Kimia Mata 235-238 3A T26 4. Kertas lakmus (jika memungkinkan)
adnexa mata untuk tatalaksana lanjut
5. Cairan fisiologis untuk irigasi
1. Lup
Setelah dilakukan penatalaksanaan awal, pasien segera dirujuk ke dokter 2. Senter
59 Laserasi Kelopak Mata 238-240 3B S01.1 Open wound of eyelid and periocular area spesialis mata.
3. Lidi kapas
1. Snellen chart
2. Lup
Semua pasien yang didiagnosis dengan hifema perlu dirujuk ke dokter 3. Senter
60 Hifema 240-243 3A H21.0 Hyphaema
spesialis mata 4. Tonometer Schiotz
1. Snellen chart
Setiap pasien diabetes yang ditemukan tanda-tanda retinopati diabetik 2. Oftalmoskop
61 Retinopati Diabetik 243-245 2 H36.0 Diabetic retinopathy
sebaiknya dirujuk ke dokter mata. 3. Tropikamid 1% tetes mata untuk melebarkan pupil
E. TELINGA
1. Lampu kepala
1. Otitis eksterna dengan komplikasi 2. Corong telinga
62 Otitis Eksterna 246-249 4A H60.9 Otitis Externa, unspecified
2. Otitis eksterna maligna 3. Aplikator kapas
4. Otoskop
1. Jika terdapat indikasi miringotomi. 1. Lampu kepala
2. Bila terjadi komplikasi dari otitis media akut. 2. Corong telinga
H65.0. Acute serous otitis media 3. Otoskop
H65.1. Other acure nonsuppurative otitis 4. Aplikator kapas
63 Otitis Media Akut 249-253 4A H65
media 5. Garputala
H66.0 Acute suppurative otitis media 6. Suction
G. KARDIOVASKULAR
Dilakukan rujukan ke layanan sekunder (spesialis jantung atau spesialis 1. Elektrokardiografi (EKG)
67 Angina Pektoris Stabil 262-267 3B I20.9 Angina pectoris, unspecified 2. Radiologi (X ray thoraks)
penyakit dalam) untuk tatalaksana lebih lanjut.
1. Tabung oksigen
Segera dirujuk ke layanan sekunder dengan spesialis jantung atau spesialis
68 Infark Miokard 267-271 3B I21.9 Acute myocardial infarction, unspecified 2. Masker oksigen
penyakit dalam.
3. Elektrokardiografi
1. Hipertensi dengan komplikasi 1. Laboratorium untuk melakukan pemeriksaan urinalisis dan glukosa
73 Hipertensi Esensial 280-286 4A I10 Essential (primary) hypertension 2. Resistensi hipertensi 2. EKG
3. Hipertensi emergensi (hipertensi dengan tekanan darah sistole >180) 3. Radiologi (X ray thoraks)
H. MUSKULOSKELETAL
Pasien segera dirujuk setelah kondisi lebih stabil dengan tetap mengawasi Bidai, set bedah minor
74 Fraktur Terbuka 287-290 3B T14 Fracture of unspecified body
tanda vital.
1. Bidai
Pasien segera dirujuk setelah kondisi lebih stabil dengan tetap mengawasi 2. Jarum kecil
75 Fraktur Tertutup 290-292 3B T14 Fracture of unspecified body
tanda vital.
Setelah ditegakkan dugaan diagnosis, pasien dirujuk ke pelayanan Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah
76 Polimialgia Reumatik 292-294 3A M53.3 Polymyalgia rheumatica kesehatan sekunder.
1. Tidak membaik dengan pemberian obat anti inflamasi dan steroid dosis
rendah.
77 Artritis Reumatoid 295-300 3A M53.3 Polymyalgia rheumatica 2. RA dengan komplikasi. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah.
3. Rujukan pembedahan jika terjadi deformitas
Pasien perlu dirujuk jika migren terus berlanjut dan tidak hilang dengan
82 Migren 313-319 4A G43.9 Migraine, unspecified pengobatan analgesik non-spesifik. Pasien dirujuk ke layanan sekunder 1. Alat pemeriksaan neurologis
(dokter spesialis saraf). 2. Obat antimigren
1. Palu refleks
1. Vertigo vestibular tipe sentral harus segera dirujuk. 2. Sphygmomanometer
Vertigo (Benign paroxysmal
83 319-327 4A R42 Dizziness and giddiness 2. Tidak terdapat perbaikan pada vertigo vestibular setelah diterapi 3. Termometer
positional vertigo)
farmakologik dan non farmakologik. 4. Garpu tala (penala)
5. Obat antihistamin
6. Obat antagonis kalsium
1. Bila tidak terjadi perbaikan setelah penanganan pertama. 1. Sarana pemeriksaan neurologis
84 Tetanus 327-334 4A A35 Othertetanus 2. Terjadi komplikasi, seperti distres sistem pernapasan. 2. Oksigen
3. Rujukan ditujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang 3. Infus set
memiliki dokter spesialis neurologi. 4. Obat antikonvulsan
1. Penderita rabies yang sudah menunjukkan gejala rabies. 1. Cairan desinfektan
85 Rabies 334-339 3B A82.9 Rabies, unspecified 2. Dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter 2. Serum Anti Rabies
spesialis neurolog. 3. Vaksin Anti Rabies
Pasien dengan Malaria Serebral agar segera dirujuk ke RS 1. Laboratorium untuk pemeriksaan apusan darah tebal
2. Laboratoriumuntuk pemeriksaan darah rutin dan gula darah
3. Termometer
4. Stetoskop
Plasmodium falciparum with cerebral 5. Tensi
86 Malaria Serebral 339-342 3B 6. Senter
complication
7. Palu reflex
8. Funduskopi
92 Delirium 374-377 3A F05.9 Delirium, unspecified Bila gejala agitasi telah terkendali, pasien dapat segera dirujuk ke fasilitas
pelayanan rujukan sekunder untuk memperbaiki penyakit utamanya. -
1. Apabila kejang tidak membaik setelah diberikan obat antikonvulsan
sampai lini ketiga (fenobarbital).
93 Kejang demam 378-383 4A R56.0 Febrile convulsions
2. Jika diperlukan pemeriksaan penunjang seperti EEG dan pencitraan (lihat
indikasi EEG dan pencitraan). Tabung oksigen dan kelengkapannya, infus set, diazepam rektal/intravena,
lorazepam, fenitoin IV, fenobarbital IV, NaCl 0,9%.
94 Tetanus Neonatorum 383-386 3B A33 Tetanus Neonatorum - -
J. PSIKIATRI
Untuk keperluan skrining, dapat disediakan lembar PHQ-15 di ruang praktik
95 Gangguan Somatoform 387-393 4A F45 Somatoform disorders - dokter. Selain itu, tidak ada peralatan khusus yang diperlukan terkait
diagnosis dan tatalaksana gangguan somatoform.
96 Demensia 393-396 3A F03 Unspecified dementia 1. Pasien dirujuk untuk konfirmasi diagnosis dan penatalaksanaan lanjutan. Tidak ada sarana peralatan khusus
2. Apabila pasien menunjukkan gejala agresifitas dan membahayakan
dirinya atau orang lain.
Apabila setelah 2 minggu pengobatan tidak menunjukkan perbaikan, atau
apabila terjadi perburukan walaupun belum sampai 2 minggu, pasien
97 Insomnia 396-399 4A F51 Insomnia non organik pada psikiatri dirujuk kefasilitas kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis Tidak ada sarana peralatan khusus
kedokteran jiwa.
Pada pasien dengan keadaan umum buruk, perlu dirujuk ke rumah sakit Oksigen
104 Bronkitis akut 427-431 4A J20.9 Acute bronchitis, unspecified yang memadai untuk monitor secara intensif dan konsultasi ke spesialis
terkait.
Anak
109 1. Pneumonia berat
2. Pneumonia rawat inap
Segera rujuk pasien yang terdiagnosis pneumotoraks, setelah dilakukan 1. Infus set
penanggulangan awal. 2. Abbocath 14
3. Tabung oksigen
4. Kanul hidung
5. Sungkup sederhana
110 Pneumotoraks 467-469 4A J93.9 Respiratory Disease other 6. Lidocaine 2%
7. Spuit 3 cc, 5 cc, 10 cc, 20 cc, 50 cc
8. Three-way
9. Botol bervolume 500 cc
1. Bila perlu mencari sumber perdarahan dengan modalitas yang tidak 1. Lampu kepala
tersedia di layanan Tingkat Pertama, misalnya nasoendoskopi. 2. Spekulum hidung
2. Pasien dengan epistaksis yang curiga akibat tumor di rongga hidung atau 3. Alat penghisap (suction)
nasofaring. 4. Pinset bayonet
3. Epistaksis yang terus berulang atau masif 5. Tampon anterior, Tampon posterior
6. Kaca rinoskopi posterior
7. Kapas dan kain kassa
8. Lidi kapas
9. Nelaton kateter
112 Epistaksis 475-481 4A R04.0 Epistaxis 10. Benang kasur
11. Larutan Adrenalin 1/1000
12. Larutan Pantokain 2% atau Lidokain 2%
13. Larutan Nitras Argenti 15 – 25%
14. Salep vaselin, Salep antibiotik
1. Lampu kepala
1. Pengeluaran benda asing tidak berhasil karena perlekatan atau posisi 2. Spekulum hidung
113 Benda asing di hidung 481- 484 4A T17.1 Foreign body in nostril benda asing sulit dilihat. 3. Pengait tumpul(blunt hook)
2. Pasien tidak kooperatif. 4. Pinset
5. Forsep aligator
6. Suction
7. Xylocaine 2% spray
8. Formulir informed consent
1. Lampu kepala
2. Spekulum hidung
3. Skalpel atau jarum suntik ukuran sedang (untuk insisi)
114 Furunkel pada hidung 485-487 4A J34.0 Abscess, furuncle and carbuncle of nose - 4. Kassa steril
5. Klem
6. Pinset Bayonet
7. Larutan Povidon Iodin 7,5%
1. Lampu kepala
115 Rhinitis akut 487-490 4A J00 Acute nasopharingitis (common cold) - 2. Spekulum hidung
3. Suction
Jika diperlukan tindakan operatif
1. Lampu kepala
116 Rhinitis vasomotor 491-494 4A J30.0 Vasomotor rhinitis 2. Spekulum hidung
3. Tampon hidung
4. Epinefrin 1/10.000
1. Bila perlu dilakukan Prick Test untuk mengetahui jenis alergen. 1. Lampu kepala / senter
117 Rhinitis alergik 494-498 4A J30.4 Allergic rhinitis, unspecified 2. Bila perlu dilakukan tindakan operatif. 2. Spekulum hidung
3. Spatula lidah
Pada kasus RSA, rujukan segera ke spesialis THT dilakukan bila: 1. Termometer
1. Terdapat gejala dan tanda komplikasi, di antaranya: Edema /eritema 2. Spekulum hidung
periorbital, perubahan posisi bola mata, Diplopia, Oftalmoplegia, penurunan 3. Kaca rinoskop posterior
visus, sakit kepala yang berat, pembengkakan area frontal, tanda-tanda 4. Kassa steril
iritasi meningeal, kelainan neurologis fokal. 5. Lampu kepala
2. Bila tidak terjadi perbaikan pasca terapi adekuat setelah 10 hari (RSA 6. Lampu Bunsen / spiritus dan korek api
viral), 14 hari (RSA pasca viral), dan 48 jam (RSA bakterial). 7. Otoskop
8. Suction
9. Lampu baca x-ray
10. Formulir permintaan pemeriksaan radiologi
4A (akut) 11. Formulir rujukan
118 Sinusitis (Rinosinusitis) 498-507 J01. / J32. Acute sinusitis / Chronic sinusitis KRONIS : Rujukan ke spesialis THT dilakukan apabila:
3A (kronik) 1. Pasien imunodefisien
2. Terdapat dugaan infeksi jamur
3. Bila rinosinusitis terjadi ≥ 4 kali dalam 1 tahun
4. Bila pasien tidak mengalami perbaikan setelah pemberian terapi awal
yang adekuat setelah 4 minggu.
5. Bila ditemukan kelainan anatomis ataupun dugaan faktor risiko yang
memerlukan tatalaksana oleh spesialis THT, misalnya: deviasi septum, polip
nasal, atau tumor.
L. KULIT
119 Miliaria 507-511 4A L74.3 Miliaria, unspecified Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit miliaria.
Tidak ada indikasi rujukan
Rujukan sebaiknya dilakukan apabila: Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit veruka
120 Veruka vulgaris 511-513 4A B07 Viral warts a. Diagnosis belum dapat ditegakkan. vulgaris.
b. Tindakan memerlukan anestesi/ sedasi.
Liken simpleks kronik Rujukan dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi penyebab lain yang Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit liken
135 564-567 3A L28.0 Lichen simplex chronicus mendasari penyakit dengan berkonsultasi kepada psikiatri atau dokter
(neurodermatitis sirkumkripta) simpleks kronik.
spesialis kulit.
1. Apabila dibutuhkan, dapat dilakukan patch test. Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit dermatitis
136 Dermatitis kontak alergik (DKA) 567-570 3A L23 Allergic contact dermatitis 2. Apabila kelainan tidak membaik dalam 4 minggu setelah pengobatan kontak alergi.
standar dan sudah menghindari kontak.
1. Apabila dibutuhkan, dapat dilakukan patch test Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit dermatitis
137 Dermatitis kontak iritan 571-575 4A L24 Irritant contact dermatitis 2. Apabila kelainan tidak membaik dalam 4 minggu pengobatan standar dan kontak iritan.
sudah menghindari kontak.
138 Napkin eczema (dermatitis popok) 575-578 4A L22 Diaper (napkin) dermatitis Bila keluhan tidak membaik setelah pengobatan standar selama 2 minggu.
Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan KOH dan Gram
Pasien dirujuk apabila memerlukan pemeriksaan mikroskopik atau pada Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit dermatitis
139 Dermatitis perioral 578-582 4A L71.0 Perioral dermatitis pasien dengan gambaran klinis yang tidak biasa dan perjalanan penyakit perioral.
yang lama.
140 Pitiriasis rosea 582-584 4A L42 Pityriasis rosea Tidak perlu dirujuk Lup
Tuberculosis of skin and subcutaneous 1. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan laju endap darah dan
142 Skrofuloderma 587-589 4A A 18.4 tissue pemeriksaan BTA
- 2. Tes tuberkulin
143 Hidradenitis Supuratif 590-593 4A L73.2 Hidradenitis suppurativa Pasien dirujuk apabila penyakit tidak sembuh dengan pengobatan oral atau
lesi kambuh setelah dilakukan insisi dan drainase. Bisturi
144 Akne vulgaris ringan 594-598 4A L70.0 Acne vulgaris Akne vulgaris sedang sampai berat Komedo ekstraktor (sendok Unna)
1. Rujukan ke dokter spesialis bila ditemukan fokus infeksi. 1. Tabung dan masker oksigen
Urtikaria akut : 4A L50 Urticaria
145 Urtikaria 599-604 L50 2. Jika urtikaria berlangsung kronik dan rekuren. 2. Alat resusitasi
Urtikaria kronis : 3A L50.9 Urticaria, unspecified
3. Jika pengobatan first-line therapy gagal. 3. Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan darah, urin dan feses rutin.
4. Jika kondisi memburuk, yang ditandai dengan makin bertambahnya patch
eritema, timbul bula, atau bahkan disertai sesak.
1. Lesi luas, hampir di seluruh tubuh, termasuk mukosa dan dikhawatirkan
akan berkembang menjadi Sindroma Steven Johnson.
2. Bila diperlukan untuk membuktikan jenis obat yang diduga sebagai
penyebab :
a. Uji tempel tertutup, bila negatif lanjutan dengan
b. Uji tusuk, bila negatif lanjutkan dengan
Generalized skin eruption deu to drugs c. Uji provokasi Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit
146 Exanthematous Drug Eruption 604-607 4A L27.0 3. Bila tidak ada perbaikan setelah mendapatkan pengobatan standar dan
and medicaments Exanthematous Drug Eruption.
menghindari obat selama 7 hari
4. Lesi meluas
1. Lesi luas, hampir di seluruh tubuh, termasuk mukosa dan dikhawatirkan
akan berkembang menjadi Sindroma Steven Johnson.
2. Bila diperlukan untuk membuktikan jenis obat yang diduga sebagai
penyebab:
a. Uji tempel tertutup, bila negatif lanjutkan dengan
b. Uji tusuk, bila negatif lanjutkan dengan
Generalized skin eruption deu to drugs c. Uji provokasi. Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit Fixed Drug
147 Fixed Drug Eruption (FDE) 607-610 4A L27.0 3. Bila tidak ada perbaikan setelah mendapatkan pengobatan standar
and medicaments Eruption.
selama 7 hari dan menghindari obat.
4. Lesi meluas.
Lup
148 Cutaneus Larva Migrans 610-613 4A B76.9 Hookworm disease, unspecified Pasien dirujuk apabila dalam waktu 8 minggu tidak membaik dengan terapi.
151 Berdasarkan skoring SCORTEN pasien dengan skor 3 atau lebih harus dirujuk
Sindrom Stevens-Johnson 624-628 3B L51.1 Bullous erythema multiforme ke fasiltas pelayanan kesehatan sekunder untuk mendapatkan perawatan Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap
intensif
M. METABOLIK ENDOKRIN DAN NUTRISI
Hiperglikemia hiperosmolar Non Pasien harus dirujuk ke layanan sekunder (spesialis penyakit dalam) setelah
155 643-646 3B R73.9 Hyperglycaemia unspecified Laboratorium untuk pemeriksaan glukosa darah
Ketotik mendapat terapi rehidrasi cairan.
1. Laboratorium untuk pemeriksaan kadar glukosa darah.
2. Cairan Dekstrosa 40 % dan Dekstrosa 10 %
Hipoglikemia ringan 1. Pasien hipoglikemia dengan penurunan kesadaran harus dirujuk ke
156 Hipoglikemia 646-649 4A E16.2 Hypoglycaemia unspecified layanan sekunder (spesialis penyakit dalam) setelah diberikan dekstrose
Hipoglikemia berat 3B 40% bolus dan infus dekstrose 10% dengan tetesan 6 jam per kolf.
2. Bila hipoglikemi tidak teratasi setelah 2 jam tahap pertama protokol
penanganan.
Hyperuricemia without signs of 1. Apabila pasien mengalami komplikasi atau pasien memiliki penyakit
1. Laboratorium untuk pemeriksaan asam urat.
157 Hiperuricemia-Gout Arthritis 649-652 4A E79.0 inflamamatory arthritis and tophaceous komorbid
2. Radiologi
disease 2. Bila nyeri tidak teratasi
1. Terdapat penyakit komorbid yang harus ditangani oleh spesialis.
158 Lipidemia 652-661 4A E78.5 Hiperlipidemia Pemeriksaan kimia darah
2. Terdapat salah satu dari faktor risiko PJK
1. Bila terjadi komplikasi, seperti: sepsis, dehidrasi berat, anemia berat, 1. Alat pemeriksaan gula darah sederhana
159 Malnutrisi energi-protein (MEP) 662-666 4A E46 Unspecified protein-energy malnutrition penurunan kesadaran 2. Alat pengukur berat dan tinggi badan anak serta dewasa
2. Bila terdapat penyakit komorbid, seperti: pneumonia berat 3. Skala antropometri
N. GINJAL DAN SALURAN KEMIH
1. Ditemukan gejala klinis dan ada gangguan kesadaran (tingkat 2 dan 3).
2. Adanya komplikasi gastroesopagheal reflux disease (GERD), ruptur
esofagus, perdarahan saluran cerna atas dan kemungkinan defisiensi
165 Hiperemesis Gravidarum 688-693 3B O21.0 Mild hyperemis gravidarum
vitamin terutama thiamine.
3. Pasien telah mendapatkan tindakan awal kegawatdaruratan sebelum
proses rujukan.
1. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin
2. Laboratorium urinalisa
Anemia defisiensi besi pada 1. Pemeriksaan penunjang menentukan jenis anemia yang ibu derita
166 693-696 4A D50 Iron deficiency anaemia 2. Anemia yang tidak membaik dengan pemberian suplementasi besi Laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin
kehamilan
selama 3 bulan
3. Anemia yang disertasi perdarahan kronis, agar dicari sumber perdarahan
dan ditangani.
1. Rujuk bila ada satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat
ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder.
2. Penanganan kegawatdaruratan harus di lakukan menjadi utama sebelum
dan selama proses rujukan hingga ke Pelayanan Kesehatan sekunder. 1. Doppler atau Laenec
167 Pre-eklampsia 696-702 3B O14.9 Pre-eclampsia, unspecified 2. Palu Patella
3. Obat-obat Antihipertensi
4. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin dan urinalisa.
5. Larutan MgSO4 40%
6. Larutan Ca Glukonas
1. Inspekulo
Premature rupture of membrane, Ibu hamil dengan keadaan ketuban pecah dini merupakan kriteria rujukan
170 Ketuban pecah dini (KPD) 714-717 3A O42.9 2. Kertas lakmus (Nitrazin test)
unspecified ke pelayanan kesehatan sekunder.
3. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin
5. Oksigen dan maskernya
6. Perlengkapan persalinan
7. Alat resusitasi
Pola persalinan Nulipara Multipara Tindakan Terapi di Rumah
Sakit Kelainan pembukaan serviks
- Kemajuan pembukaan (dilatasi) serviks pada fase aktif
- Kemajuan turunnya bagian terendah
< 1,2
cm/jam
< 1 cm/jam
< 1,5 cm/jam
< 2 cm/jam
R
U
J
U
K
- Dukungan dan terapi ekspektatif
Apabila tidak dapat ditangani di fasilitas pelayanan tingkat pertama atau - Seksio sesarea bila CPD atau obstruksi Partus macet
171 Persalinan lama 718-723 3B O63.9 Long labour
apabila level kompetensi SKDI dengan kriteria merujuk (<3B) - Fase deselerasi memanjang
- Terhentinya pembukaan (dilatasi)
- Terhentinya penurunan bagian terendah
- Kegagalan penurunan bagian terendah
> 3 jam
> 2 jam
> 1 jam
Tidak ada penurunan pada fase deselerasi atau kala 2
> 1 jam
> 2 jam
> 1 jam
Tidak ada penurunan pada fase deselerasi atau kala 2
- Infus oksitosin, bila tak ada kemajuan, lakukan seksio sesarea
- Seksio sesarea bila CPD atau obstruksi
8. Lemari dan troli darurat
9. Partograf
10. Dopler
11. Ambulans
1. Lampu
2. Kassa steril
Kriteria tindakan pada Fasilitas Pelayanan tingkat pertama hanya untuk Luka
First degree perineal laceration during 3. Sarung tangan steril
173 Ruptur perineum tingkat 1-2 733-741 4A O70.0 Perineum Tingkat 1 dan 2. Untuk luka perineum tingkat 3 dan 4 dirujuk ke
delivery 4. Hecting set
fasilitas pelayanan kesehatan sekunder.
5. Benang jahit catgut
6. Laboratorium sederhana pemeriksaan darah rutin dan golongan darah.
1. Lampu
2. Kasa steril
174 Mastitis 742-744 4A N61 Inflammatory disorders of breast Jika terjadi komplikasi abses mammae dan sepsis.
3. Sarung tangan steril
4. Bisturi
P. PENYAKIT KELAMIN
Pasien dirujuk apabila: 1. Ginecology bed
Fluor Albus/ Vaginal discharge non 1. Tidak terdapat fasilitas pemeriksaan untuk pasangan 2. Spekulum vagina
177 751-755 4A N98.9
gonore 2. Dibutuhkan pemeriksaan kultur kuman gonore 3. Lampu
3. Adanya arah kegagalan pengobatan 4. Kertas lakmus
Semua stadium dan klasifikasi sifilis harus dirujuk ke fasilitas pelayanan -
A51 Early syphilis kesehatan yang memiliki dokter spesialis kulit dan kelamin.
A51.0 Primary genital syphilis
178 Sifilis 756-763 3A A53.9
A52 Late syphilis
A53.9 Syphilis, unspecified
181 Vulvitis 771- 4A N76.0 Acute vaginitis Pasien dirujuk ke dokter spesialis kulit dan kelamin jika pemberian salep Lup
kortison tidak memberikan respon.
KRITERIA RUJUKAN SESUAI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
NO DIAGNOSA HAL LEVEL KODE ICD-10 INDONESIA SARANA PRASARANA YANG DIBUTUHKAN KOMITMEN PELAYANAN
NOMOR HK.02.02/MENKES/514/2015
A. KELOMPOK UMUM Ya Tidak Ket
1. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (+) tapi tidak menunjukkan
perbaikan setelah pengobatan dalam jangka waktu tertentu
Respiratory tuberculosis, 2. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (-/ meragukan) 1. Laboratorium untuk pemeriksaan sputum, darah rutin.
1 Tuberkulosis (TB) Paru Pada Dewasa 13-19 4A A15 bacteriologiccaly and histologically 3. Pasien dengan sputum BTA tetap (+) setelah jangka waktu 2. Radiologi
confirmed tertentu 3. Uji Gen Xpert-Rif Mtb jika fasilitas tersedia
4. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid)
5. Suspek TB – MDR harus dirujuk ke pusat rujukan TB-MDR.
1. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (+) tapi tidak menunjukkan
Respiratory tuberculosis,
perbaikan setelah pengobatan dalam jangka waktu tertentu
bacteriologiccaly and histologically 1. Laboratorium untuk pemeriksaan sputum, darah rutin
A15 dan 2. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (-/ meragukan)
3 TB dengan HIV 25-28 3A confirmed dan Asymptomatic human 2. Mantoux test
Z21 3. Pasien dengan sputum BTA tetap (+) setelah jangka waktu tertentu
immunodeficiency virus 3. Radiologi
4. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid)
(HIV) infection status
5. Suspek TB–MDR harus dirujuk ke pusat rujukan TB–MDR .
Measles without complication (Measles Perawatan di rumah sakit untuk campak dengan komplikasi Tidak diperlukan peralatan khusus untuk menegakkan diagnosis
4 Morbili 29-32 4A B05.9 (superinfeksi bakteri, pneumonia, dehidrasi, croup, ensefalitis) morbili.
NOS)
1. Terdapat gangguan imunitas Lup
Varicella without complication (Varicella 2. Mengalami komplikasi yang berat seperti pneumonia, ensefalitis, dan
5 Varisela 32-35 4A B01.9
NOS) hepatitis.
Filariasis B74.0
Filariasis due to Wuchereria bancrofti Pasien dirujuk bila dibutuhkan pengobatan operatif atau bila gejala tidak
8 Filariasis 42-49 4A B74 B74.1 Filariasis due to Brugia malayi membaik dengan pengobatan konservatif.
B74.2 Filariasis due to Brugia timori
Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan mikrofilaria.
Omphalitis of newborn with or without 1. Bila intake tidak mencukupi dan anak mulai tampak tanda dehidrasi Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit infeksi pada
9 Infeksi pada Umbilikus 49-51 4A P38 mild haemorrhage 2. Terdapat tanda komplikasi sepsis umbilikus.
Bila kandidiasis merupakan akibat dari penyakit lainnya, seperti HIV. Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan KOH
10 Kandiliasis Mulut 51-53 4A B37.9 Candidiasis unspecified
1. Terdapat efek samping obat yang serius.
2. Reaksi kusta dengan kondisi:
a. ENL melepuh, pecah (ulserasi), suhu tubuh tinggi, neuritis.
11 Lepra 53-63 4A A30 Leprosy [Hansen disease] b. Reaksi tipe 1 disertai dengan bercak ulserasi atau neuritis. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan BTA
c. Reaksi yang disertai komplikasi penyakit lain yang berat,
misalnya hepatitis, DM, hipertensi, dan tukak lambung berat.
1. Gejala keracunan tidak berhenti setelah 3 hari ditangani dengan adekuat. 1. Cairan rehidrasi (NaCl 0,9%, RL, oralit )
12 Keracunan Makanan 63-65 4A T62.2 Other Ingested (parts of plant (s) 2. Pasien mengalami perburukan. 2. Infus set
3. Antibiotik bila diperlukan
Pasien dirujuk apabila pemeriksaan uji kulit, uji provokasi dan eliminasi -
13 Alergi Makanan 66- 68 4A L27.2 Dermatitis due to ingested food makanan terjadi reaksi anafilaksis.
Setelah kegawatan pasien ditangani, pasien dirujuk ke pelayanan kesehatan 1. Infus set
sekunder. 2. Oksigen
3. NaCl 0,9%
14 Syok 68-73 3B R57.9 Shock, unspecified 4. Senter
5. EKG
Kegawatan pasien ditangani, apabila dengan penanganan yang dilakukan 1. Infus set
tidak terdapat perbaikan, pasien dirujuk ke layanan sekunder. 2. Oksigen
3. Adrenalin ampul, aminofilin ampul, difenhidramin vial, deksametason
15 Reaksi Anafilaktik 74-79 4A T78.2 Anaphylactic shock, unspecified ampul
4. NaCl 0,9%
Dewasa : 1. Terjadi perdarahan masif (hematemesis, melena). 2.
Dengan pemberian cairan kristaloid sampai dosis 15 ml/kg/jam kondisi
belum membaik.
3. Terjadi komplikasi atau keadaan klinis yang tidak lazim, seperti kejang,
penurunan kesadaran, dan lainnya. Anak: 1. Poliklinik set (termometer, tensimeter, senter)
1. DBD dengan syok (terdapat kegagalan sirkulasi). 2. Infus set
Demam Dengue dan Demam Dengue fever / A91 Dengue 2. Bila anak tidak dapat minum dengan adekuat, asupan sulit, walaupun
16 79-88 4A A90 3. Cairan kristaloid (RL/RA) dan koloid
Berdarah Dengue haemorrhagic fever tidak ada kegagalan sirkulasi. 4. Lembar observasi / follow up
3. Bila keluarga tidak mampu melakukan perawatan di rumah dengan 5. Laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin
adekuat, walaupun DBD tanpa syok.
1. Setiap pasien yang di diagnosis sebagai LES atau curiga LES harus dirujuk
ke dokter spesialis penyakit dalam atau spesialis anak untuk memastikan
diagnosis 1. Laboratorium untuk pemeriksaan DPL, urinalisis, dan fungsi ginjal
19 Lupus Eritematosus Sistemik 99-104 4A M32 Systemic Lupus Erythematosus 2. Pada pasien LES manifestasi berat atau mengancam nyawa perlu segera 2. Radiologi: X-ray Thoraks
dirujuk ke pelayanan kesehatan tersier bila memungkinkan.
C. DIGESTIVE
1. Gejala-gejala ekstraoral yang mungkin terkait penyakit sistemik yang 1. Kaca mulut
mendasari, seperti: 2. Lampu senter
a. Lesi genital, kulit, atau mata
b. Gangguan gastrointestinal
c. Penurunan berat badan
d. Rasa lemah
e. Batuk kronik
f. Demam
g. Limfadenopati, Hepatomegali, Splenomegali
2. Gejala dan tanda yang tidak khas, misalnya:
a. Onset pada usia dewasa akhir atau lanjut
b. Perburukan dari aftosa
c. Lesi yang amat parah
K12. Stomatitis and related lesions d. Tidak adanya perbaikan dengan tatalaksana kortikosteroid
21 Ulkus Mulut (Aftosa, Herpes) 108-114 A4 K12 K12.0. Recurrent oral aphtae topikal
K12.1. Other form of stomatitis 3. Adanya lesi lain pada rongga mulut, seperti:
a. Kandidiasis
b. Glositis
c. Perdarahan, bengkak, atau nekrosis pada gingiva
d. Leukoplakia
e. Sarkoma Kaposi
Perlu dilakukan konsultasi ke layanan sekunder bila keluhan tidak Laboratorium rutin
24 Intoleransi Makanan 120-122 4A K90.4 Malabsorption due to intolerance menghilang walaupun tanpa terpapar.
Perlu dilakukan konsultasi ke spesialis penyakit dalam untuk mencari Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah perifer lengkap
25 Malabsorbsi Makanan 122-124 3A K90.9 Intestinal malabsorbtion, unspecified penyebab malabsorbsi kemudian ditatalaksana sesuai penyebabnya.
1. Demam tifoid dengan keadaan umum yang berat (toxic typhoid). Poliklinik set dan peralatan laboratorium untuk melakukan pemeriksaan
2. Tifoid dengan komplikasi. darah rutin dan serologi.
3. Tifoid dengan komorbid yang berat.
26 Demam Tifoid 125-133 4A A01.0 Typhoid fever 4. Telah mendapat terapi selama 5 hari namun belum tampak perbaikan.
Hemoroid interna grade 2, 3, dan 4 dan hemoroid eksterna memerlukan Sarung tangan
30 Hemoroid Grade 1-2 154-157 4A I84 Haemorrhoids
penatalaksanaan di pelayanan kesehatan sekunder.
a. Penderita Hepatitis A dengan keluhan ikterik yang menetap tanpa Laboratorium darah rutin, urin rutin dan pemeriksaan fungsi hati
disertai keluhan yang lain.1. Penegakan diagnosis dengan pemeriksaan
penunjang laboratorium
2. Penderita Hepatitis A dengan keluhan ikterik yang menetap disertai
31 Hepatitis A 157-159 4A B15 Acute Hepatitis A keluhan yang lain.
3. Penderita Hepatitis A dengan penurunan kesadaran dengan kemungkinan
ke arah ensefalopati hepatik.
Pasien yang telah terdiagnosis harus dirujuk ke layanan sekunder untuk Labotorium untuk pemeriksaan darah perifer lengkap
34 Apendisitis Akut 165-170 3B K35.9 Acute Appendicitis dilakukan operasi cito.
Rujuk ke fasilitas kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis bedah Nasogastric Tube
35 Peritonitis 170-172 3B K65.9 Peritonitis, unspecified
1. Parotitis dengan komplikasi
2. Parotitis akibat kelainan sistemik, seperti HIV, tuberkulosis, dan Sjogren 1. Termometer
36 Parotitis 172-176 4A B26 Mumps
syndrome. 2. Kaca mulut
40 Taeniasis 187-190 4A B68.9 Taeniasis Bila ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada sistiserkosis Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah dan feses
Pasien strongyloidiasis dengan keadaan imunokompromais seperti Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah dan feses.
41 Strongiloidiasis 190-193 4A B78.9 Strongyloidiasis penderita AIDS
D. MATA
Dilakukan rujukan ke spesialis mata jika keluhan tidak berkurang setelah 1. Lup
42 Mata Kering/Dry eye 193-196 4A H04.1 Other disorders of lacrimal gland terapi atau timbul komplikasi. 2. Strip Schirmer (kertas saring Whatman No. 41)
- a. Lup
43 Buta Senja 196-198 4A H53.6 Night blindness b. Oftalmoskop
Hordeolum and other deep inflammation 1. Bila tidak memberikan respon dengan pengobatan konservatif
44 Hordeolum 198-200 4A H00.0 2. Hordeolum berulang Peralatan bedah minor
of eyelid
H10.9 Conjunctivitis, unspecified 1. Jika terjadi komplikasi pada kornea 1. Lup
45 Konjungtivitis 201-204 4A 2. Bila tidak ada respon perbaikan terhadap pengobatan yang diberikan 2. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan Gram
H10.1 Acute atopic conjunctivitis
a. Senter
b. Lup
Pasien dengan blefaritis perlu dirujuk ke layanan sekunder (dokter
spesialis mata) bila terdapat minimal satu dari kelainan di bawah ini:
1. Tajam penglihatan menurun
2. Nyeri sedang atau berat
46 Blefaritis 204-206 4A H01.0 Blepharitis 3. Kemerahan yang berat atau kronis
4. Terdapat keterlibatan kornea
5. Episode rekuren
6. Tidak respon terhadap terapi
Other specified disorders of eye and Perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke spesialis mata jika a. Snellen chart
47 Perdarahan Subkonjungtiva 206-209 4A H57.8 b. Oftalmoskop
adnexa ditemukan penurunan visus.
1. Lup
2. Lidi kapas
1. Bila terjadi penurunan visus 3. Jarum suntik 23G
Foreign body on external eye, part
48 Benda asing di konjungtiva 209-212 4A T15.9 2. Bila benda asing tidak dapat dikeluarkan, misal: karena keterbatasan 4. Tetes mata Tetrakain HCl 0,5%
unspecified
fasilitas 5. Povidon Iodin
1. Snellen Chart
Pasien perlu dirujuk ke layanan sekunder bila: 2. Satu set lensa coba (trial frame dan trial lenses)
49 Astigmatism 212-213 4A H52.2 Astigmatism 1. koreksi dengan kacamata tidak memperbaiki visus, atau 3. Pinhole
2. ukuran lensa tidak dapat ditentukan (misalnya astigmatisme berat).
a. Snellen chart
50 Hipermetropia 214-215 4A H52.0 Hypermetropia Rujukan dilakukan jika timbul komplikasi. b. Satu set lensa coba (trial frame)
a. Snellen chart
1. Kelainan refraksi yang progresif b. Satu set lensa coba dan trial frame
2. Kelainan refraksi yang tidak maju dengan koreksi atau tidak ditemukan
51 Miopia Ringan 216-217 4A H52.1 Myopia
ukuran lensa yang memberikan perbaikan visus
3. Kelainan yang tidak maju dengan pinhole.
1. Kartu Jaeger
52 Presbiopia 218-220 4A H52.4 Presbyopia - 2. Snellen Chart
3. Satu set lensa coba dan trial frame
1. Senter
1. Katarak matur
2. Snellen chart
53 Katarak pada Pasien Dewasa 220-222 2 H26.9 Cataract, unspecified 2. Jika pasien telah mengalami gangguan penglihatan yang signifikan
3. Tonometri Schiotz
3. Jika timbul komplikasi
4. Oftalmoskop
1. Snellen chart
Pada glaukoma akut, rujukan dilakukan setelah penanganan awal di layanan 2. Tonometri Schiotz
54 Glaukoma Akut 223-225 3B H40.2 Primary angle-closure glaucoma
tingkat pertama. 3. Oftalmoskopi
1. Snellen chart
Pada glaukoma kronik, rujukan dilakukan segera setelah penegakan 2. Tonometer Schiotz
55 Glaukoma Kronis 226-229 3B H40.2 Primary angle-closure glaucoma
diagnosis. 3. Oftalmoskop
1. Lampu senter
2. Snellen Chart
1. Bila tatalaksana di atas tidak membantu pasien, dapat dilakukan rujukan 3. Pinset untuk epilasi
ke layanan sekunder 4. Lup
56 Trikiasis 229-231 4A H02 Entropion and trichiasis of eyelid 2. Bila telah terjadi penurunan visus 5. Dapat pula disediakan kertas fluoresein dan larutan NaCl 0.9% untuk ter
3. Bila telah terjadi kerusakan kornea fluoresein
4. Bila pasien menghendaki tatalaksana langsung di layanan sekunder 6. Lampu biru (bisa berasal lampu biru pada oftalmoskop)
1. Snellen chart
2. Lampu senter
57 Episkleritis 232-235 4A H15.1 Episcleritis - 3. Kapas bersih
4. Tetes mata vasokontriktor: Fenil Efrin 2,5%
1. Lup
2. Senter
Burn and corrosion confined to eye and Setelah penanganan awal dengan irigasi, rujuk pasien ke dokter spesialis 3. Lidi kapas
58 Trauma Kimia Mata 235-238 3A T26 4. Kertas lakmus (jika memungkinkan)
adnexa mata untuk tatalaksana lanjut
5. Cairan fisiologis untuk irigasi
1. Lup
Setelah dilakukan penatalaksanaan awal, pasien segera dirujuk ke dokter 2. Senter
59 Laserasi Kelopak Mata 238-240 3B S01.1 Open wound of eyelid and periocular area spesialis mata.
3. Lidi kapas
1. Snellen chart
2. Lup
Semua pasien yang didiagnosis dengan hifema perlu dirujuk ke dokter 3. Senter
60 Hifema 240-243 3A H21.0 Hyphaema
spesialis mata 4. Tonometer Schiotz
1. Snellen chart
Setiap pasien diabetes yang ditemukan tanda-tanda retinopati diabetik 2. Oftalmoskop
61 Retinopati Diabetik 243-245 2 H36.0 Diabetic retinopathy
sebaiknya dirujuk ke dokter mata. 3. Tropikamid 1% tetes mata untuk melebarkan pupil
E. TELINGA
1. Lampu kepala
1. Otitis eksterna dengan komplikasi 2. Corong telinga
62 Otitis Eksterna 246-249 4A H60.9 Otitis Externa, unspecified
2. Otitis eksterna maligna 3. Aplikator kapas
4. Otoskop
1. Jika terdapat indikasi miringotomi. 1. Lampu kepala
2. Bila terjadi komplikasi dari otitis media akut. 2. Corong telinga
H65.0. Acute serous otitis media 3. Otoskop
H65.1. Other acure nonsuppurative otitis 4. Aplikator kapas
63 Otitis Media Akut 249-253 4A H65
media 5. Garputala
H66.0 Acute suppurative otitis media 6. Suction
G. KARDIOVASKULAR
Dilakukan rujukan ke layanan sekunder (spesialis jantung atau spesialis 1. Elektrokardiografi (EKG)
67 Angina Pektoris Stabil 262-267 3B I20.9 Angina pectoris, unspecified 2. Radiologi (X ray thoraks)
penyakit dalam) untuk tatalaksana lebih lanjut.
1. Tabung oksigen
Segera dirujuk ke layanan sekunder dengan spesialis jantung atau spesialis
68 Infark Miokard 267-271 3B I21.9 Acute myocardial infarction, unspecified 2. Masker oksigen
penyakit dalam.
3. Elektrokardiografi
1. Hipertensi dengan komplikasi 1. Laboratorium untuk melakukan pemeriksaan urinalisis dan glukosa
73 Hipertensi Esensial 280-286 4A I10 Essential (primary) hypertension 2. Resistensi hipertensi 2. EKG
3. Hipertensi emergensi (hipertensi dengan tekanan darah sistole >180) 3. Radiologi (X ray thoraks)
H. MUSKULOSKELETAL
Pasien segera dirujuk setelah kondisi lebih stabil dengan tetap mengawasi Bidai, set bedah minor
74 Fraktur Terbuka 287-290 3B T14 Fracture of unspecified body
tanda vital.
1. Bidai
Pasien segera dirujuk setelah kondisi lebih stabil dengan tetap mengawasi 2. Jarum kecil
75 Fraktur Tertutup 290-292 3B T14 Fracture of unspecified body
tanda vital.
Setelah ditegakkan dugaan diagnosis, pasien dirujuk ke pelayanan Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah
76 Polimialgia Reumatik 292-294 3A M53.3 Polymyalgia rheumatica kesehatan sekunder.
1. Tidak membaik dengan pemberian obat anti inflamasi dan steroid dosis
rendah.
77 Artritis Reumatoid 295-300 3A M53.3 Polymyalgia rheumatica 2. RA dengan komplikasi. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah.
3. Rujukan pembedahan jika terjadi deformitas
Pasien perlu dirujuk jika migren terus berlanjut dan tidak hilang dengan
82 Migren 313-319 4A G43.9 Migraine, unspecified pengobatan analgesik non-spesifik. Pasien dirujuk ke layanan sekunder 1. Alat pemeriksaan neurologis
(dokter spesialis saraf). 2. Obat antimigren
1. Palu refleks
1. Vertigo vestibular tipe sentral harus segera dirujuk. 2. Sphygmomanometer
Vertigo (Benign paroxysmal
83 319-327 4A R42 Dizziness and giddiness 2. Tidak terdapat perbaikan pada vertigo vestibular setelah diterapi 3. Termometer
positional vertigo)
farmakologik dan non farmakologik. 4. Garpu tala (penala)
5. Obat antihistamin
6. Obat antagonis kalsium
1. Bila tidak terjadi perbaikan setelah penanganan pertama. 1. Sarana pemeriksaan neurologis
84 Tetanus 327-334 4A A35 Othertetanus 2. Terjadi komplikasi, seperti distres sistem pernapasan. 2. Oksigen
3. Rujukan ditujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang 3. Infus set
memiliki dokter spesialis neurologi. 4. Obat antikonvulsan
1. Penderita rabies yang sudah menunjukkan gejala rabies. 1. Cairan desinfektan
85 Rabies 334-339 3B A82.9 Rabies, unspecified 2. Dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter 2. Serum Anti Rabies
spesialis neurolog. 3. Vaksin Anti Rabies
Pasien dengan Malaria Serebral agar segera dirujuk ke RS 1. Laboratorium untuk pemeriksaan apusan darah tebal
2. Laboratoriumuntuk pemeriksaan darah rutin dan gula darah
3. Termometer
4. Stetoskop
Plasmodium falciparum with cerebral 5. Tensi
86 Malaria Serebral 339-342 3B 6. Senter
complication
7. Palu reflex
8. Funduskopi
92 Delirium 374-377 3A F05.9 Delirium, unspecified Bila gejala agitasi telah terkendali, pasien dapat segera dirujuk ke fasilitas
pelayanan rujukan sekunder untuk memperbaiki penyakit utamanya. -
1. Apabila kejang tidak membaik setelah diberikan obat antikonvulsan
sampai lini ketiga (fenobarbital).
93 Kejang demam 378-383 4A R56.0 Febrile convulsions
2. Jika diperlukan pemeriksaan penunjang seperti EEG dan pencitraan (lihat
indikasi EEG dan pencitraan). Tabung oksigen dan kelengkapannya, infus set, diazepam rektal/intravena,
lorazepam, fenitoin IV, fenobarbital IV, NaCl 0,9%.
94 Tetanus Neonatorum 383-386 3B A33 Tetanus Neonatorum - -
J. PSIKIATRI
Untuk keperluan skrining, dapat disediakan lembar PHQ-15 di ruang praktik
95 Gangguan Somatoform 387-393 4A F45 Somatoform disorders - dokter. Selain itu, tidak ada peralatan khusus yang diperlukan terkait
diagnosis dan tatalaksana gangguan somatoform.
96 Demensia 393-396 3A F03 Unspecified dementia 1. Pasien dirujuk untuk konfirmasi diagnosis dan penatalaksanaan lanjutan. Tidak ada sarana peralatan khusus
2. Apabila pasien menunjukkan gejala agresifitas dan membahayakan
dirinya atau orang lain.
Apabila setelah 2 minggu pengobatan tidak menunjukkan perbaikan, atau
apabila terjadi perburukan walaupun belum sampai 2 minggu, pasien
97 Insomnia 396-399 4A F51 Insomnia non organik pada psikiatri dirujuk kefasilitas kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis Tidak ada sarana peralatan khusus
kedokteran jiwa.
Pada pasien dengan keadaan umum buruk, perlu dirujuk ke rumah sakit Oksigen
104 Bronkitis akut 427-431 4A J20.9 Acute bronchitis, unspecified yang memadai untuk monitor secara intensif dan konsultasi ke spesialis
terkait.
Anak
109 1. Pneumonia berat
2. Pneumonia rawat inap
Segera rujuk pasien yang terdiagnosis pneumotoraks, setelah dilakukan 1. Infus set
penanggulangan awal. 2. Abbocath 14
3. Tabung oksigen
4. Kanul hidung
5. Sungkup sederhana
110 Pneumotoraks 467-469 4A J93.9 Respiratory Disease other 6. Lidocaine 2%
7. Spuit 3 cc, 5 cc, 10 cc, 20 cc, 50 cc
8. Three-way
9. Botol bervolume 500 cc
1. Bila perlu mencari sumber perdarahan dengan modalitas yang tidak 1. Lampu kepala
tersedia di layanan Tingkat Pertama, misalnya nasoendoskopi. 2. Spekulum hidung
2. Pasien dengan epistaksis yang curiga akibat tumor di rongga hidung atau 3. Alat penghisap (suction)
nasofaring. 4. Pinset bayonet
3. Epistaksis yang terus berulang atau masif 5. Tampon anterior, Tampon posterior
6. Kaca rinoskopi posterior
7. Kapas dan kain kassa
8. Lidi kapas
9. Nelaton kateter
112 Epistaksis 475-481 4A R04.0 Epistaxis 10. Benang kasur
11. Larutan Adrenalin 1/1000
12. Larutan Pantokain 2% atau Lidokain 2%
13. Larutan Nitras Argenti 15 – 25%
14. Salep vaselin, Salep antibiotik
1. Lampu kepala
1. Pengeluaran benda asing tidak berhasil karena perlekatan atau posisi 2. Spekulum hidung
113 Benda asing di hidung 481- 484 4A T17.1 Foreign body in nostril benda asing sulit dilihat. 3. Pengait tumpul(blunt hook)
2. Pasien tidak kooperatif. 4. Pinset
5. Forsep aligator
6. Suction
7. Xylocaine 2% spray
8. Formulir informed consent
1. Lampu kepala
2. Spekulum hidung
3. Skalpel atau jarum suntik ukuran sedang (untuk insisi)
114 Furunkel pada hidung 485-487 4A J34.0 Abscess, furuncle and carbuncle of nose - 4. Kassa steril
5. Klem
6. Pinset Bayonet
7. Larutan Povidon Iodin 7,5%
1. Lampu kepala
115 Rhinitis akut 487-490 4A J00 Acute nasopharingitis (common cold) - 2. Spekulum hidung
3. Suction
Jika diperlukan tindakan operatif
1. Lampu kepala
116 Rhinitis vasomotor 491-494 4A J30.0 Vasomotor rhinitis 2. Spekulum hidung
3. Tampon hidung
4. Epinefrin 1/10.000
1. Bila perlu dilakukan Prick Test untuk mengetahui jenis alergen. 1. Lampu kepala / senter
117 Rhinitis alergik 494-498 4A J30.4 Allergic rhinitis, unspecified 2. Bila perlu dilakukan tindakan operatif. 2. Spekulum hidung
3. Spatula lidah
Pada kasus RSA, rujukan segera ke spesialis THT dilakukan bila: 1. Termometer
1. Terdapat gejala dan tanda komplikasi, di antaranya: Edema /eritema 2. Spekulum hidung
periorbital, perubahan posisi bola mata, Diplopia, Oftalmoplegia, penurunan 3. Kaca rinoskop posterior
visus, sakit kepala yang berat, pembengkakan area frontal, tanda-tanda 4. Kassa steril
iritasi meningeal, kelainan neurologis fokal. 5. Lampu kepala
2. Bila tidak terjadi perbaikan pasca terapi adekuat setelah 10 hari (RSA 6. Lampu Bunsen / spiritus dan korek api
viral), 14 hari (RSA pasca viral), dan 48 jam (RSA bakterial). 7. Otoskop
8. Suction
9. Lampu baca x-ray
10. Formulir permintaan pemeriksaan radiologi
4A (akut) 11. Formulir rujukan
118 Sinusitis (Rinosinusitis) 498-507 J01. / J32. Acute sinusitis / Chronic sinusitis KRONIS : Rujukan ke spesialis THT dilakukan apabila:
3A (kronik) 1. Pasien imunodefisien
2. Terdapat dugaan infeksi jamur
3. Bila rinosinusitis terjadi ≥ 4 kali dalam 1 tahun
4. Bila pasien tidak mengalami perbaikan setelah pemberian terapi awal
yang adekuat setelah 4 minggu.
5. Bila ditemukan kelainan anatomis ataupun dugaan faktor risiko yang
memerlukan tatalaksana oleh spesialis THT, misalnya: deviasi septum, polip
nasal, atau tumor.
L. KULIT
119 Miliaria 507-511 4A L74.3 Miliaria, unspecified Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit miliaria.
Tidak ada indikasi rujukan
Rujukan sebaiknya dilakukan apabila: Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit veruka
120 Veruka vulgaris 511-513 4A B07 Viral warts a. Diagnosis belum dapat ditegakkan. vulgaris.
b. Tindakan memerlukan anestesi/ sedasi.
Liken simpleks kronik Rujukan dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi penyebab lain yang Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit liken
135 564-567 3A L28.0 Lichen simplex chronicus mendasari penyakit dengan berkonsultasi kepada psikiatri atau dokter
(neurodermatitis sirkumkripta) simpleks kronik.
spesialis kulit.
1. Apabila dibutuhkan, dapat dilakukan patch test. Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit dermatitis
136 Dermatitis kontak alergik (DKA) 567-570 3A L23 Allergic contact dermatitis 2. Apabila kelainan tidak membaik dalam 4 minggu setelah pengobatan kontak alergi.
standar dan sudah menghindari kontak.
1. Apabila dibutuhkan, dapat dilakukan patch test Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit dermatitis
137 Dermatitis kontak iritan 571-575 4A L24 Irritant contact dermatitis 2. Apabila kelainan tidak membaik dalam 4 minggu pengobatan standar dan kontak iritan.
sudah menghindari kontak.
138 Napkin eczema (dermatitis popok) 575-578 4A L22 Diaper (napkin) dermatitis Bila keluhan tidak membaik setelah pengobatan standar selama 2 minggu.
Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan KOH dan Gram
Pasien dirujuk apabila memerlukan pemeriksaan mikroskopik atau pada Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit dermatitis
139 Dermatitis perioral 578-582 4A L71.0 Perioral dermatitis pasien dengan gambaran klinis yang tidak biasa dan perjalanan penyakit perioral.
yang lama.
140 Pitiriasis rosea 582-584 4A L42 Pityriasis rosea Tidak perlu dirujuk Lup
Tuberculosis of skin and subcutaneous 1. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan laju endap darah dan
142 Skrofuloderma 587-589 4A A 18.4 tissue pemeriksaan BTA
- 2. Tes tuberkulin
143 Hidradenitis Supuratif 590-593 4A L73.2 Hidradenitis suppurativa Pasien dirujuk apabila penyakit tidak sembuh dengan pengobatan oral atau
lesi kambuh setelah dilakukan insisi dan drainase. Bisturi
144 Akne vulgaris ringan 594-598 4A L70.0 Acne vulgaris Akne vulgaris sedang sampai berat Komedo ekstraktor (sendok Unna)
1. Rujukan ke dokter spesialis bila ditemukan fokus infeksi. 1. Tabung dan masker oksigen
Urtikaria akut : 4A L50 Urticaria
145 Urtikaria 599-604 L50 2. Jika urtikaria berlangsung kronik dan rekuren. 2. Alat resusitasi
Urtikaria kronis : 3A L50.9 Urticaria, unspecified
3. Jika pengobatan first-line therapy gagal. 3. Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan darah, urin dan feses rutin.
4. Jika kondisi memburuk, yang ditandai dengan makin bertambahnya patch
eritema, timbul bula, atau bahkan disertai sesak.
1. Lesi luas, hampir di seluruh tubuh, termasuk mukosa dan dikhawatirkan
akan berkembang menjadi Sindroma Steven Johnson.
2. Bila diperlukan untuk membuktikan jenis obat yang diduga sebagai
penyebab :
a. Uji tempel tertutup, bila negatif lanjutan dengan
b. Uji tusuk, bila negatif lanjutkan dengan
Generalized skin eruption deu to drugs c. Uji provokasi Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit
146 Exanthematous Drug Eruption 604-607 4A L27.0 3. Bila tidak ada perbaikan setelah mendapatkan pengobatan standar dan
and medicaments Exanthematous Drug Eruption.
menghindari obat selama 7 hari
4. Lesi meluas
1. Lesi luas, hampir di seluruh tubuh, termasuk mukosa dan dikhawatirkan
akan berkembang menjadi Sindroma Steven Johnson.
2. Bila diperlukan untuk membuktikan jenis obat yang diduga sebagai
penyebab:
a. Uji tempel tertutup, bila negatif lanjutkan dengan
b. Uji tusuk, bila negatif lanjutkan dengan
Generalized skin eruption deu to drugs c. Uji provokasi. Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit Fixed Drug
147 Fixed Drug Eruption (FDE) 607-610 4A L27.0 3. Bila tidak ada perbaikan setelah mendapatkan pengobatan standar
and medicaments Eruption.
selama 7 hari dan menghindari obat.
4. Lesi meluas.
Lup
148 Cutaneus Larva Migrans 610-613 4A B76.9 Hookworm disease, unspecified Pasien dirujuk apabila dalam waktu 8 minggu tidak membaik dengan terapi.
151 Berdasarkan skoring SCORTEN pasien dengan skor 3 atau lebih harus dirujuk
Sindrom Stevens-Johnson 624-628 3B L51.1 Bullous erythema multiforme ke fasiltas pelayanan kesehatan sekunder untuk mendapatkan perawatan Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap
intensif
M. METABOLIK ENDOKRIN DAN NUTRISI
Hiperglikemia hiperosmolar Non Pasien harus dirujuk ke layanan sekunder (spesialis penyakit dalam) setelah
155 643-646 3B R73.9 Hyperglycaemia unspecified Laboratorium untuk pemeriksaan glukosa darah
Ketotik mendapat terapi rehidrasi cairan.
1. Laboratorium untuk pemeriksaan kadar glukosa darah.
2. Cairan Dekstrosa 40 % dan Dekstrosa 10 %
Hipoglikemia ringan 1. Pasien hipoglikemia dengan penurunan kesadaran harus dirujuk ke
156 Hipoglikemia 646-649 4A E16.2 Hypoglycaemia unspecified layanan sekunder (spesialis penyakit dalam) setelah diberikan dekstrose
Hipoglikemia berat 3B 40% bolus dan infus dekstrose 10% dengan tetesan 6 jam per kolf.
2. Bila hipoglikemi tidak teratasi setelah 2 jam tahap pertama protokol
penanganan.
Hyperuricemia without signs of 1. Apabila pasien mengalami komplikasi atau pasien memiliki penyakit
1. Laboratorium untuk pemeriksaan asam urat.
157 Hiperuricemia-Gout Arthritis 649-652 4A E79.0 inflamamatory arthritis and tophaceous komorbid
2. Radiologi
disease 2. Bila nyeri tidak teratasi
1. Terdapat penyakit komorbid yang harus ditangani oleh spesialis.
158 Lipidemia 652-661 4A E78.5 Hiperlipidemia Pemeriksaan kimia darah
2. Terdapat salah satu dari faktor risiko PJK
1. Bila terjadi komplikasi, seperti: sepsis, dehidrasi berat, anemia berat, 1. Alat pemeriksaan gula darah sederhana
159 Malnutrisi energi-protein (MEP) 662-666 4A E46 Unspecified protein-energy malnutrition penurunan kesadaran 2. Alat pengukur berat dan tinggi badan anak serta dewasa
2. Bila terdapat penyakit komorbid, seperti: pneumonia berat 3. Skala antropometri
N. GINJAL DAN SALURAN KEMIH
1. Ditemukan gejala klinis dan ada gangguan kesadaran (tingkat 2 dan 3).
2. Adanya komplikasi gastroesopagheal reflux disease (GERD), ruptur
esofagus, perdarahan saluran cerna atas dan kemungkinan defisiensi
165 Hiperemesis Gravidarum 688-693 3B O21.0 Mild hyperemis gravidarum
vitamin terutama thiamine.
3. Pasien telah mendapatkan tindakan awal kegawatdaruratan sebelum
proses rujukan.
1. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin
2. Laboratorium urinalisa
Anemia defisiensi besi pada 1. Pemeriksaan penunjang menentukan jenis anemia yang ibu derita
166 693-696 4A D50 Iron deficiency anaemia 2. Anemia yang tidak membaik dengan pemberian suplementasi besi Laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin
kehamilan
selama 3 bulan
3. Anemia yang disertasi perdarahan kronis, agar dicari sumber perdarahan
dan ditangani.
1. Rujuk bila ada satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat
ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder.
2. Penanganan kegawatdaruratan harus di lakukan menjadi utama sebelum
dan selama proses rujukan hingga ke Pelayanan Kesehatan sekunder. 1. Doppler atau Laenec
167 Pre-eklampsia 696-702 3B O14.9 Pre-eclampsia, unspecified 2. Palu Patella
3. Obat-obat Antihipertensi
4. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin dan urinalisa.
5. Larutan MgSO4 40%
6. Larutan Ca Glukonas
1. Inspekulo
Premature rupture of membrane, Ibu hamil dengan keadaan ketuban pecah dini merupakan kriteria rujukan
170 Ketuban pecah dini (KPD) 714-717 3A O42.9 2. Kertas lakmus (Nitrazin test)
unspecified ke pelayanan kesehatan sekunder.
3. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin
5. Oksigen dan maskernya
6. Perlengkapan persalinan
7. Alat resusitasi
Pola persalinan Nulipara Multipara Tindakan Terapi di Rumah
Sakit Kelainan pembukaan serviks
- Kemajuan pembukaan (dilatasi) serviks pada fase aktif
- Kemajuan turunnya bagian terendah
< 1,2
cm/jam
< 1 cm/jam
< 1,5 cm/jam
< 2 cm/jam
R
U
J
U
K
- Dukungan dan terapi ekspektatif
Apabila tidak dapat ditangani di fasilitas pelayanan tingkat pertama atau - Seksio sesarea bila CPD atau obstruksi Partus macet
171 Persalinan lama 718-723 3B O63.9 Long labour
apabila level kompetensi SKDI dengan kriteria merujuk (<3B) - Fase deselerasi memanjang
- Terhentinya pembukaan (dilatasi)
- Terhentinya penurunan bagian terendah
- Kegagalan penurunan bagian terendah
> 3 jam
> 2 jam
> 1 jam
Tidak ada penurunan pada fase deselerasi atau kala 2
> 1 jam
> 2 jam
> 1 jam
Tidak ada penurunan pada fase deselerasi atau kala 2
- Infus oksitosin, bila tak ada kemajuan, lakukan seksio sesarea
- Seksio sesarea bila CPD atau obstruksi
8. Lemari dan troli darurat
9. Partograf
10. Dopler
11. Ambulans
1. Lampu
2. Kassa steril
Kriteria tindakan pada Fasilitas Pelayanan tingkat pertama hanya untuk Luka
First degree perineal laceration during 3. Sarung tangan steril
173 Ruptur perineum tingkat 1-2 733-741 4A O70.0 Perineum Tingkat 1 dan 2. Untuk luka perineum tingkat 3 dan 4 dirujuk ke
delivery 4. Hecting set
fasilitas pelayanan kesehatan sekunder.
5. Benang jahit catgut
6. Laboratorium sederhana pemeriksaan darah rutin dan golongan darah.
1. Lampu
2. Kasa steril
174 Mastitis 742-744 4A N61 Inflammatory disorders of breast Jika terjadi komplikasi abses mammae dan sepsis.
3. Sarung tangan steril
4. Bisturi
P. PENYAKIT KELAMIN
Pasien dirujuk apabila: 1. Ginecology bed
Fluor Albus/ Vaginal discharge non 1. Tidak terdapat fasilitas pemeriksaan untuk pasangan 2. Spekulum vagina
177 751-755 4A N98.9
gonore 2. Dibutuhkan pemeriksaan kultur kuman gonore 3. Lampu
3. Adanya arah kegagalan pengobatan 4. Kertas lakmus
Semua stadium dan klasifikasi sifilis harus dirujuk ke fasilitas pelayanan -
A51 Early syphilis kesehatan yang memiliki dokter spesialis kulit dan kelamin.
A51.0 Primary genital syphilis
178 Sifilis 756-763 3A A53.9
A52 Late syphilis
A53.9 Syphilis, unspecified
181 Vulvitis 771- 4A N76.0 Acute vaginitis Pasien dirujuk ke dokter spesialis kulit dan kelamin jika pemberian salep Lup
kortison tidak memberikan respon.