Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
lmu pengetahuan dalam bidang rekayasa genetika mengalami
perkembangan yang luar biasa. Perkembangannya diharapkan mampu
memberikan solusi atas berbagai permasalahan baik dari segi sandang, pangan,
dan papan yang secara konvensional tidak mampu memberikan konstribusi yang
maksimal. Adanya produk hasil rekayasa tanaman memiliki tujuan untuk
mengatasi kelaparan, defisiensi nutrisi, peningkatan produktivitas tanaman,
ketahanan terhadap cekaman lingkungan yang ekstrem, dan lain-lain (Amin et al.,
2011a). Perkembangan dari rekayasa genetika tersebut diikuti dengan berbagai
macam isu permasalahan seperti sosial, ekonomi, lingkungan, kesehatan, politik,
agama, etika dan legalitas suatu produk rekayasa genetika.
Permasalahan-permasalahan tersebut terangkum dalam sebuah kajian yang
dinamakan bioetika (Pottage, 2007; Evans&Michael, 2008). Perma-salahan
bioetika rekayasa genetika selalu dikaitkan oleh berbagai macam kekhawatiran
tentang produk hasil rekayasa genetika. Kekhawatiran tersebut mendorong
munculnya berbagai macam kontroversial di kalangan masyarakat. Dari hal inilah
muncul berbagai macam pro dan kontra mengenai produk rekayasa genetika.
Adanya berbagai polemik tersebut mendasari terbentuknya berbagai macam
peraturan atau protokol yang mengatur berbagai macam aktivitas di bidang
rekayasa genetika (Dano, 2007).
Rekayasa genetika memegang peranan penting dalam merubah susunan
genetika makhluk hidup sesuai dengan keperluan manusia di masa ini. Rekayasa
Genetika (transgenik) atau juga yang lebih dikenal dengan Genetically Modified
Organism (GMO) dapat diartikan sebagai manipulasi gen untuk mendapatkan
galur baru dengan cara menyisipkan bagian gen ke tubuh organisme tertentu.
Rekayasa genetika juga merupakan Pencangkokan Gen atau ADN Rekombinan.
Rekayasa Genetik, dinyatakan sebagai kemajuan yang paling mengagumkan
semenjak manusia berhasil memisahkan atom (Imawan, dkk: 2012).

1
Penerapan rekayasa genetika juga telah memasuki perangkat terpenting
bagi makhluk hidup yakni gen sehingga tumbuhan atau hewan yang dihasilkan
dari rekayasa genetika ini diharapkan memiliki sifat-sifat yang unggul, yang
berbeda dari tanaman atau hewan aslinya. Disusul dengan perkembangan
bioteknologi sehingga pemuliaan tanaman merupakan salah satu sektor paling
menjanjikan dalam industri pertanian. Namun, seperti teknologi baru lainnya,
keberadaan tanaman hasil rekayasa genetika mulai menuai kontroversi di
masyarakat dunia. Ada pihak yang mendukung dihasilkannya tanaman hasil
rekayasa genetik (sering disebut sebagai tanaman transgenik), tetapi ada beberapa
pihak yang dengan jelas penggunaan tanaman transgenik ini pada manusia. Hal ini
menimbulkan polemik bagi masyarakat dunia terhadap keberadaan makanan hasil
tanaman transgenik yang sudah tersebar luas di berbagai pasar. Selain tumbuhan,
rekayasa genetika terhadap hewan dan manusia juga menimbulkan pro dan kontra.
Sebagian pihak menganggap kehidupan suatu makhluk tidak dapat dicampur
tangangi oleh manusia karena hanya Tuhan yang berhak mengutak atik
gen. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai rekayasa genetika serta
hubungannya dengan etika. Pembahasan ini merupakan peninjauan ulang terhadap
berbagai jurnal dan artikel terkait rekayasa genetika dan hubungannya terhadap
bioetika.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah yang
diidentifikasi dalam makalah ini adalah hubungan rekayasa genetika dengan
bioetika baik dari segi Undang-undang, agama dan etika.

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu penjelasan mengenai rekayasa
genetika, kaitan rekayasa genetika dengan bioetika berdasarkan undang-undang
dan pandangan agama.
1. Penjelasan mengenai rekayasa genetika
2. Kaitan rekayasa genetika dengan bioetika berdasarkan undang-undang dan
pandangan agama.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rekayasa Genetika


Rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke
gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen sehingga
mampu menghasilkan produk. Rekayasa genetika juga diartikan sebagai usaha
manusia dalam ilmu biologi dengan cara memanipulasi (rekayasa) sel, atau gen
yang terdapat pada suatu organisme tertentu dengan tujuan menghasilkan
organisme jenis baru yang identik secara genetika (Zamroni, 2012)
Teknologi Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi
didefinisikan sebagai teknik in-vitro asam nukleat, termasuk DNA rekombinan
dan injeksi langsung DNA ke dalam sel atau organel; atau fusi sel di luar keluarga
taksonomi yang dapat menembus rintangan reproduksi dan rekombinasi alami,
dan bukan teknik yang digunakan dalam pemuliaan dan seleksi tradisional.
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau
melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan
gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan
organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja. Misalnya, gen dari sel
pankreas manusia yang kemudian diklon dan dimasukkan ke dalam sel E. Coli
yang bertujuan untuk mendapatkan insulin.

B. Sejarah Genetika
Sejarah perkembangan genetika sebagai ilmu pengetahuan dimulai
menjelang akhir abad ke-19 ketika seorang biarawan Austria bernama Gregor
Johann Mendel berhasil melakukan analisis yang cermat dengan interpretasi yang
tepat atas hasil-hasil percobaan persilangannya pada tanaman kacang ercis (Pisum
sativum). Sebenarnya, Mendel bukanlah orang pertama yang melakukan
percobaan-percobaan persilangan (Anonim. 2008). Akan tetapi, berbeda dengan
para pendahulunya yang melihat setiap individu dengan keseluruhan sifatnya yang
kompleks, Mendel mengamati pola pewarisan sifat demi sifat sehingga menjadi
lebih mudah untuk diikuti. Deduksinya mengenai pola pewarisan sifat ini

3
kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu
cabang ilmu pengetahuan, dan Mendel pun diakui sebagai Bapak Genetika.
Karya Mendel tentang pola pewarisan sifat tersebut dipublikasikan pada
tahun 1866 di Proceedings of the Brunn Society for Natural History. Namun,
selama lebih dari 30 tahun tidak pernah ada peneliti lain yang memperhatikannya.
Baru pada tahun 1900 tiga orang ahli botani secara terpisah, yakni Hugo de Vries
di Belanda, Carl Correns di Jerman, dan Eric von Tschermak-Seysenegg di
Austria, melihat bukti kebenaran prinsip-prinsip Mendel pada penelitian mereka
masing-masing. Semenjak saat itu hingga lebih kurang pertengahan abad ke-20
berbagai percobaan persilangan atas dasar prinsip-prinsip Mendel sangat
mendominasi penelitian di bidang genetika. Hal ini menandai berlangsungnya
suatu era yang dinamakan genetika klasik.
Selanjutnya, pada awal abad ke-20 ketika biokimia mulai berkembang
sebagai cabang ilmu pengetahuan baru, para ahli genetika tertarik untuk
mengetahui lebih dalam tentang hakekat materi genetik, khususnya mengenai sifat
biokimianya. Pada tahun 1920-an, dan kemudian tahun 1940-an, terungkap bahwa
senyawa kimia materi genetik adalah asam deoksiribonukleat (DNA). Dengan
ditemukannya model struktur molekul DNA pada tahun 1953 oleh J.D. Watson
dan F.H.C. Crick dimulailah era genetika yang baru, yaitu genetika molekuler.
Perkembangan penelitian genetika molekuler terjadi demikian pesatnya.
Jika ilmu pengetahuan pada umumnya mengalami perkembangan dua kali lipat
dalam satu dasawarsa, maka waktu yang dibutuhkan untuk itu (doubling
time) pada genetika molekuler hanyalah dua tahun. Bahkan, perkembangan yang
lebih revolusioner dapat disaksikan semenjak tahun 1970-an, yaitu pada saat
dikenalnya teknologi manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA rekombinan
atau dengan istilah yang lebih populer disebut sebagai rekayasa genetika.
Salah satu penelitian yang memberikan kontribusi terbesar bagi rekayasa
genetika adalah penelitian terhadap transfer (pemindahan) DNA bakteri dari suatu
sel ke sel yang lain melalui lingkaran DNA kecil yang disebut plasmid. Bakteri
eukariota uniseluler ternyata sering melakukan pertukaran materi genetik ini
untuk memelihara memelihara ciri-cirinya. Dalam rekayasa genetika inilah,
plasmid berfungsi sebagai kendaraan pemindah atau vektor.

4
Agar materi genetik yang dipindahkan sesuai dengan keinginan kita,
maka kita harus memotong materi genetik tersebut. Secara alami, sel memiliki
enzim-enzim pemotong yang sering disebut dengan enzim restriksi. Enzim ini
dapat mengenali dan memotong tempat-tempat tertentu di sepanjang molekul
DNA. Untuk menyambung kembali potongan-potongan DNA ini digunakan
enzim ligase. Sampai sekarang ini telah ditemukan lebih dari 200 enzim restriksi.
Hal ini tentu saja mempermudah pekerjaan para ahli rekayasa genetika untuk
memotong dan menyambung kembali DNA.
Genetika pada saat ini telah berkembang pesat. Sejak sruktur DNA
diketahui dan kode genetika dipecahkan, serta proses transkripsi dan tranlasi dapat
dijabarkan dalam kurun waktu antara tahun 1952-1953, telah terbuka pintu untuk
perkembangan penting di bidang genetika. Penemuan di atas diikuti periode
antiklimaks ketika beberapa ahli biologi molekuler antara tahun 1971-1973
berhasil melakukan rekayasa genetika, separti pemotongan gen (DNA) yang
terkontrol dan rekombinasi DNA yang inti prosesnya adalah kloning atau
pengklonaan DNA. Dengan rekayasa genetika dapat disatukan bahan genetik dari
satu organisme dengan organisme lain dan dapat dihasilkan makhluk hidup baru.

C. Manfaat Rekayasa Genetika


Beberapa peristiwa penting yang sudah berhasil dan masih giat diusahakan ialah:
a. Di bidang Kedokteran
Dalam dunia kedokteran, misalnya, produksi horman insulin tidak lagi
disintesis dari hewan mamalia, tetapi dapat diproduksi oleh sel-sel bakteri dengan
cara kloning. ADN mamalia yang mengkode sintesis hormon insulin. Klon ADN
kemudian dimasukkan ke dalam sel bakteri sehingga sel-sel bakteri tersebut akan
menghasilkan hormon insulin.
b. Pembuatan Insulin Manusia oleh Bakteri
Dalam bulan Desember 1980, seorang wanita Amerika (37 tahun) berasal
dari Kansas, Amerika Serikat, merupakan manusia pertama yang dapat menikmati
manfaat rekayasa genetika. Dia merupakan pasien diabetes pertama yang disuntik
dengan insulin manusia yang dibuat oleh bakteri. Insulin adalah suatu macam
protein yang tugasnya mengawasi metabolisme gula di dalam tubuh manusia. Gen

5
insulin adalah suatu daerah dalam ADN kita yang memiliki informasi untuk
menghasilkan insulin. Penderita diabetes tidak mampu membentuk insulin dalam
jumlah yang dibutuhkan. Dahulu insulin didapatkan dari kelenjar pancreas sapi
dan babi. Untuk membuat hanya 1 pound (0,45 kg) insulin hewani itu, yang
dibutuhkan oleh 750 pasien diabetes selama satu tahun, diperlukan 8.000 pound
(3.600 kg) kelenjar yang berasal dari 23.000 ekor hewan.
Dengan teknik rekayasa genetika, para peneliti berhasil memaksa bakteri
untuk membentuk insulin yang mirip sekali dengan insulin manusia. Melalui
penelitian dapat dibuktikan pula bahwa salinan insulin manusia ini bahkan lebih
baik daripada insulin hewani dan dapat diterima lebih baik oleh tubuh manusia.
c. Pembuatan Vaksin Terhadap Virus AIDS
Pada tahun 1979 di Amerika Serikat dikenal suatu penyakit baru yang
menyebabkan seseorang kehilangan kekebalan tubuh. Penyakit ini dinamakan
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) atau Sindrom defisiensi imunitas
dapatan. Penderita mengidap kerapuhan daya kekebalan untuk melawan infeksi.
Dalam tahun 1983 diketahui bahwa AIDS ditularkan oleh prosedur
transfusi darah, selain oleh pemakaian jarum obat bius dan hubungan seks pada
orang homoseks. Penderita AIDS mengalami kerusakan pada sel-T, sel darah
putih kelompok limfosit yang vital bagi tubuh guna memerangi infeksi.
d. Usaha menyembuhkan penyakit Lesch-Nyhan
Penyakit Lesch-Nyhan adalah salah satu penyakit keturunan yang
ditemukan paling akhir, yaitu di pertengahan 1960, oleh Dr. William Nyhan dari
medical Scholl, University of California, San Franscisco, California, USA,
bersama seorang mahasiswanya bernama Michael Lesch. Penyakit ini adalah
salah satu dari sekitar 3000 jenis penyakit keturunan yang pernah ditemukan.
Penerita penyakit mental ini tidak mampu membentuk enzim hipoxantin-guanin
phosphoribosil transferase (HGPRT) yang diikuti olah bertambah aktifnya gen
serupa, ialah adenine phosphoribosil transferase (APRT). Karena metabolisme
purin menjadi abnormal, maka penderita memilliki purin yang berlebihan,
terutama basa guanine.
e. Terapi Gen

6
Para peneliti juga menggunakan rekayasa genetika untuk mengobati
kelainan genetik. Proses ini, yang disebut terapi gen, meliputi penyisipan duplikat
beberapa gen secara langsung ke dalam sel seseorang yang mengalami kelainan
genetis. Sebagai contoh, orang-orang yang mengalami sistik fibrosis tidak
memproduksi protein yang dibutuhkan untuk fungsi paru-paru yang tepat. Kedua
gen yang mengkode protein untuk cacat bagi orang-orang ini mengalami
kerusakan. Para ilmuwan dapat menyisipkan duplikat gen ke dalam virus yang
tidak membahayakan. Virus “yang direkayasa” ini dapat disemprotkan ke paru-
paru pasien yang menderita sistik fibrosis. Para peneliti berharap bahwa duplikat
gen dalam virus tersebut akan berfungsi bagi pasien untuk memproduksi protein.
Terapi gen masih merupakan metode eksperimen untuk mengobati kelainan
genetik. Para peneliti bekerja keras untuk mengembangkan teknik yang
menjanjikan ini.

D. Pentingnya Rekayasa Genetik di Bidang Farmasi


Dalam dunia farmasi, gen yang mengontrol sintesis obat-obatan jika
diprosukdi secara alami akan membutuhkan ongkos produksi yang tinggi. Jika
diklon dan dimasukkan ke dalam sel-sel bakteri, bakteri akan memproduksi obat-
obatan tersebut. Rekayasa genetik begitu cepat mendapat perhatian di bidang
farmasi dalam usaha pembuatan protein yang sangat diperlukan untuk kesehatan.
1. Pencangkokan gen biasanya hanya menyangkut sebuah gen tunggal.
Secara teknik, ini tentunya lebihmudah dijalankan daripada menghadapi
sejumlah gen-gen.
2. Mungkin kloning gen ini relatif lebih murah, aman, dan dapat dipercaya
dalam memperoleh sumber protein yang mempunyai arti penting dalam
bidang farmasi.
3. Banyak hasil-hasil farmasi yang didapatkan melalui pencangkokan gen itu
berupa senyawa-senyawa yang dengan dosis kecil saja sudah dapat
memperlihatkan pengaruh yang banyak, seperti misalnya didapatkannya
berbagai macam hormone, faktor tumbuh dan protein pengatur, yang
mempengaruhi proses fisiologis, sepeerti tekanan darah, penyembuhan
luka dan ketenangan hati.

7
E. Pentingnya Rekayasa Genetik di bidang Pertanian
Rekayasa genetik juga telah digunakan untuk menyisipkan gen ke dalam
sel dari organisme-organisme lain. Para ilmuwan telah menyisipkan gen-gen dari
bakteri ke dalam sel tomat, gandum, padi, dan tanaman pangan
lainnya (Bernabetha, dkk. 2006.). Beberapa memungkinkan tanaman bertahan
hidup dalam temperatur dingin atau kondisi tanah yang gersang, dan kebal
terhadap hama serangga. Pertanian diharapkan akan menikmati keuntungan paling
banyak dari teknik rekayasa genetik, seperti:
1. Menggantikan pemakaian pupuk nitrogen yang banyak dipergunakan
tetapi mahal harganya, oleh fiksasi nitrogen secara alamiah.
2. Teknik rekayasa genetik mengusahakan tanam-tanaman (khususnya yang
mempunyai arti ekonomi) yang tidak begitu peka terhadap penyakit yang
disebabkan oleh bakteri, jamur, dan cacing.
3. Mengusahakan tanam-tanaman yang mampu menghasilkan pestisida
sendiri.
4. Mengusahakan tanaman padi-padian yang mampu membuat pupuk
nitrogen sendiri.
5. Tanam-tanaman yang mampu menangkap cahaya dengan lebih efektif
untuk meningkatkan efisiensi fotosintesis.
6. Tanam-tanaman yang lebih tahan terhadap pengaruh kadar garam, hawa
kering, dan embun beku.
7. Mengusahakan menadapatkan tanaman baru yang lebih menguntungkan
lewat pencangkokan gen. Tanaman kentang, tomat, dan tembakau
tergolong dalam keluarga yang sama, yaitu Solanaceae. Akan tetapi serbuk
sari dari satu spesies dalam keluarga ini tidak dapat membuahi sel telur
dari spesies lain dalam keluarga itu juga.

Contoh tanaman yang telah menggunakan Teknologi Rekayasa yaitu:


a. Kedelai Transgenik
Kedelai merupakan produk Genetikally Modified Organism terbesar yaitu
sekitar 33,3 juta ha atau sekitar 63% dari total produk GMO yang ada. Dengan

8
rekayasa genetik, dihasilkan tanaman transgenik yang tahan terhadap hama, tahan
terhadap herbisida dan memiliki kualitas hasil yang tinggi. Saat ini secara global
telah dikomersialkan dua jenis kedelai transgenik yaitu kedelai toleran herbisida
dan kedelai dengan kandungan asam lemak tinggi
b. Jagung Transgenik
Di Amerika Serikat, komoditi jagung telah mengalami rekayasa genetik
melalui teknologi rDNA, yaitu dengan memanfaatkan gen dari bakteri Bacillus
thuringiensis (Bt) untuk menghindarkan diri dari serangan hama serangga yang
disebut corn borer sehingga dapat meningkatkan hasil panen. Gen Bacillus
thuringiensis yang dipindahkan mampu memproduksi senyawa pestisida yang
membunuh larva corn borer tersebut.
Berdasarkan kajian tim CARE-LPPM IPB menunjukkan bahwa
pengembangan usaha tani jagung transgenik secara nasional memberikan
keuntungan ekonomi sekitar Rp. 6,8 triliyun. Keuntungan itu berasal dari mulai
peningkatan produksi jagung, penghematan usaha tani hingga penghematan
devisa negara dengan berkurangnya ketergantungan akan impor jagung.
Dalam jangka pendek pengembangan jagung transgenik akan meningkatkan
produksi jagung nasional untuk pakan sebesar 145.170 ton dan konsumsi
langsung 225.550 ton. Sementara dalam jangka panjang, penurunan harga jagung
akan merangsang kenaikan permintaan jagung baik oleh industri pakan maupun
konsumsi langsung. Bukan hanya itu, dengan meningkatkan produksi jagung
Indonesia juga menekan impor jagung yang kini jumlahnya masih cukup besar.
Pada tahun 2006, impor jagung masih mencapai 1,76 juta ton. Secara tidak
langsung, penggunaan tanaman transgenik juga meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
c. Kapas Transgenik
Kapas hasil rekayasa genetik diperkenalkan tahun 1996 di Amerika
Serikat. Kapas yang telah mengalami rekayasa genetika dapat menurunkan jumlah
penggunaan insektisida. Diantara gen yang paling banyak digunakan adalah gen
cry (gen toksin) dari Bacillus thuringiensis, gen-gen dari bakteri untuk sifat
toleransi terhadap herbisida, gen yang menunda pemasakan buah. Bagi para
petani, keuntungan dengan menggunakan kapas transgenik adalah menekan

9
penggunaan pestisida atau membersihkan gulma tanaman dengan herbisida secara
efektif tanpa mematikan tanaman kapas. Serangga merupakan kendala utama pada
produksi tanaman kapas. Di samping dapat menurunkan produksi, serangan
serangga hama dapat menurunkan kualitas kapas.Saat ini lebih dari 50 persen
areal pertanaman kapas di Amerika merupakan kapas transgenik dan beberapa
tahun ke depan seluruhnya sudah merupakan tanaman kapas transgenik. Demikian
juga dengan Cina dan India yang merupakan produsen kapas terbesar di dunia
setelah Amerika Serikat juga secara intensif telah mengembangkan kapas
transgenik.
d. Tomat Transgenik
Pada pertanian konvensional, tomat harus dipanen ketika masih hijau tapi
belum matang. Hal ini disebabkan akrena tomat cepat lunak setelah matang.
Dengan demikian, tomat memiliki umur simpan yang pendek, cepat busuk dan
penanganan yang sulit. Tomat pada umumnya mengalami hal tersebut karena
memiliki gen yang menyebabkan buah tomat mudah lembek. Hal ini disebabkan
oleh enzim poligalakturonase yang berfungsi mempercepat degradasi pektin.
Tomat transgenik memiliki suatu gen khusus yang disebut antisenescens yang
memperlambat proses pematangan (ripening) dengan cara memperlambat sintesa
enzim poligalakturonase sehungga menunda pelunakan tomat. Dengan
mengurangi produksi enzim poligalakturonase akan dapat diperbaiki sifat-sifat
pemrosesan tomat. Varietas baru tersebut dibiarkan matang di bagian batang
tanamannya untuk waktu yang lebih lama sebelum dipanen. Bila dibandingkan
dengan generasi tomat sebelumnya, tomat jenis baru telah mengalami perubahan
genetika, tahan terhadap penanganan dan ditransportasi lebih baik, dan
kemungkinan pecah atau rusak selama pemrosesan lebih sedikit.
e. Kentang Transgenik
Mulai pada tanggal 15 Mei 1995, pemerintah Amerika menyetujui untuk
mengomersialkan kentang hasil rekayasa genetika yang disebut Monsanto sebagai
perusahaan penunjang dengan sebutan kentang “New Leaf”. Jenis kentang hybrid
tersebut mengandung materi genetik yang memnungkinkan kentang mampu
melindungi dirinya terhadap serangan Colorado potato beetle. Dengan demikian
tanaman tersebut dapat menghindarkan diri dari penggunaan pestisida kimia yang

10
digunakan pada kentang tersebut. Selain resisten terhadap serangan hama, kentang
transgenik ini juga memiliki komposisi zat gizi yang lebih baik bila dibandingkan
dengan kentang pada umumnya. Hama beetle Colorado merupakan suatu jenis
serangga yang paling destruktif untuk komoditi kentang di Amerika dan mampu
menghancurkan sampai 85% produksi tahunan kentang bila tidak ditanggulangi
dengan baik.
Daya perlindungan kentang transgenik tersebut berasal dari
bakteri Bacillus thuringiensis sehingga kentang transgenik ini disebut juga dengan
kentang Bt. Sehingga diharapkan melalui kentang transgenik ini akan membantu
suplai kentang yang berkesinambungan, sehat dan dalam jangkauan daya beli
masyarakat.

F. Pentingnya Rekayasa Genetika di Bidang Peternakan


Teknik rekayasa genetika dapat juga digunakan untuk menyisipkan gen ke
dalam hewan, yang kemudian memproduksi obat-obatan penting untuk manusia.
Sebagai contoh, para ilmuwan dapat menyisipkan gen manusia ke dalam sel sapi.
Kemudian sai tersebut memproduksi protein manusia yang sesuai dengan kode
gen yang disisipkan. Para ilmuwan telah menggunakan teknik ini untuk
memproduksi protein pembeku darah yang dibutuhkan oleh penderita hemophilia.
Protein tersebut diproduksi dalam susu sapi, dan dapat dengan mudah diekstraksi
dan digunakan untuk mengobati manusia yang menderita kelainan itu.
Di bidang Peternakan, rekayasa genetika juga diduga akan memberi harapan
besar, seperti:
1. Telah diperoleh vaksin-vaksin untuk melawan penyakit mencret ganas
yang dapat mematikan anak-anak babi.
2. Sudah dipasarkan vaksin yang efektif terhadap penyakit kuku dan mulut,
yaitu penyakit ganas dan sangat menular pada sapi, domba, kambing, rusa
dan babi. Sebelumnya, para peternak sering membantai seluruh ternaknya,
walaupun sebenarnya hanya seekor saja yang terkena penyakit tersebut,
dengan maksud untuk mencegah penularannya yang lebih luas.
3. Sekarang sedang diuji hormone pertumbuhan tertentu untuk sapi yang
mungkin dapat meningkatkan produksi susu.

11
G. Pentingnya Rekayasa Genetika di Bidang Industri
Penelitian rekayasa genetika di bidang industri sedang meningkat cepat.
Berbagai usaha yang sedang giat dilakukan misalnya:
1. Menciptakan bakteri yang dapat melarutkan logam-logam langsung dari
dalam bumi.
2. Menciptakan bakteri yang dapat menghasilkan bahan kimia, yang
sebelumnya berasal dari minyak atau dibuat secara sintetis, misalnya saja
dapat menghasilkan bahan pemanis yang digunakan pada pembuatan
berbagai macam minuman.
3. Menciptakan bakteri yang dapat menghasilkan bahan mentah kimia seperti
etilen yang diperlukan untuk pembuatan plastik.
4. Chakrabarty, seorang peneliti yang bekerja untuk perusahaan “General
Electrik” mencoba untuk menciptakan suatu mikroorganisme yang mampu
menggunakan minyak tanah sebagi sumber makanan dengan maksud agar
supaya mikroorganisme demikian itu akan sangat berharga dalam dunia
perdagangan, karena dapat membersihkan tumpahan minyak tanah.

H. The Human Genome Project


Sebuah usaha kolaboratif berskala besar untuk mengkodekan semua
pasangan basa nukleotida yang berjumlah 3 miliar dalam genom manusia
diluncurkan pada tahun 1980-an. Usaha Internasional Human Genome
Project didanai oleh pemerintah dan juga sumber-sumber industri. Proyek tersebut
diharapkan selesai tahun 2003, pada tahun ke-50 penemuan struktur ADN, dan
memakan biaya miliaran dolar. Akan tetapi, kemajuan-kemajuan di bidang
teknologi memungkinkan proyek itu diselesaikan beberapa tahun lebih awal
sebelum jadwalnya. Dalam sebuah pengumuman bersejarah pada 26 Juni 2000 di
Gedung Putih AS, para pemimpin dari industry (J. Craig Venter dari Celera
Genomics) dan pemerintah AS (Francis Collins dari National Human Genome
Research Institute) mengumumkan bahwa draf pertama genom manusia telah
diselesaikan. Penyelesaian draft pertama itu memakan waktu 10 tahun. Para
partisipan yang didanai oleh pemerintah memilih kromosom-kromosom
individual untuk di-sequencing, sementara laboratorium-laboratorium yang

12
didanai pihak swasta melakukan sequencing atas keseluruhan genom dalam
pendekatan “shotgun": skala besar (Elrod, S. dan William D. Stansfield, 2007).
Pendekatan tersebut menggunakan komputer untuk merakit data yang
diperoleh menjadi peta keseluruhan genom. Secara keseluruhan, lebih dari 20
miliar basa informasi sekuens telah dikumpulkan. Miliaran basa-basa ini saling
tumpang tindih (overlap) sebagai bahan untuk membentuk peta sekuens genom
manusia. Ada begitu banyak computer sehingga sistem-sistem piranti keras
computer baru telah dikembangkan untuk menampungnya dan ruang
penyimpanannya diukur dalam terabita (1015), yang 1.000 kali lebih besar
daripada gigabita (1012).
Dalam 3 miliar pasangan basa yang menyusun genom manusia,
diperkirakan terdapat 25.000 hingga 45.000 gen. Ukuran gen manusia bisa
berkisar dari ribuan hingga ratusan ribu pasangan basa (mencakup ekson dan
intron). Sebagai contoh, analisis data sekuens dari kromosom 22 menunjukkan
kalau tampaknya kromosom tersebut mengandung lebih dari 800 gen. gen yang
paling besar melampaui 500.000 pasangan basa panjangnya. Dari gen-gen yang
sudah diidentifikasi, hanya separuhnya ( 400) memiliki fungsi yang
dihipotesiskan, hal ini ditemukan melalui pembandingan database sekuens.
Sejumlah gen yang telah diidentifikasi bertanggung jawab atas setidaknya 27
kelainan manusia, termasuk kanker otak dan skizofrenia. Telah diidentifikasi
keluarga gen, kelompok gen-gen yang mirip, yang tampaknya berasal dari
duplikasi tandem gen-gen dan divergensi yang terjadi sesudahnya akibat mutasi.
Dan itu baru satu dari 23 kromosom manusia yang dianalisis.
Keunggulan Tanaman Rekayasa Genetika (Genetikally Modified
Organism) WHO telah meramalkan bahwa populasi dunia akan berlipat dua pada
tahun 2020 sehingga diperkirakan jumlah penduduk akan lebih dari 10 milyar.
Karena kondisi tersebut, produksi pangan juga harus ditingkatkan demi menjaga
kesinambungan manusia dengan bahan pangan yang tersedia. Namun yang
menjadi kendala, jumlah sisa lahan pertanian di dunia yang belum termanfaatkan
karena jumlah yang sangat kecil dan terbatas. Dalam menghadapi masalah
tersebut, teknologi rDNA atau Genetikally Modified Organism (GMO) akan
memiliki peranan yang sangat penting. Teknologi rDNA dapat menjadi strategi

13
dalam peningkatan produksi pangan dengan keunggulan-keunggulan sebagai
berikut :
1. Mereduksi kehilangan dan kerusakan pasca panen
2. Mengurangi resiko gagal panen
3. Meningkatkan rendemen dan produktivitas
4. Menghemat pemanfaatan lahan pertanian
5. Mereduksi kebutuhan jumlah pestisida dan pupuk kimia
6. Meningkatkan nilai gizi
7. Tahan terhadap penyakit dan hama spesifik, termasuk yang
disebabkan oleh virus.
Berbagai keunggulan lain dari tanaman yang diperoleh dengan teknik
rekayasa genetika adalah sebagai berikut :
1. Menghasilkan jenis tanaman baru yang tahan terhadap kondisi
pertumbuhan yang keras seperti lahan kering, lahan yang berkadar garam
tinggi dan suhu lingkungan yang ekstrim. Bila berhasil dilakukan
modifikasi genetika pada tanaman, maka dihasilkan asam lemak linoleat
yang tinggi yang menyebabkan mampu hidup dengan baik pada suhu
dingin dan beku.
2. Toleran terhadap herbisida yang ramah lingkungan yang dapat
mengganggu gulma, tetapi tidak mengganggu tanaman itu sendiri. Contoh
kedelai yang tahan herbisida dapat mempertahankan kondisi bebas
gulmanya hanya dengan separuh dari jumlah herbisida yang digunakan
secara normal
3. Meningkatkan sifat-sifat fungsional yang dikehendaki, seperti
mereduksi sifat atau daya alergi (toksisitas), menghambat pematangan
buah, kadar pati yang lebih tinggi serta daya simpan yang lebih panjang.
Misalnya, kentang yang telah mengalami teknologi rDNA, kadar patinya
menjadi lebih tinggi sehingga akan menyerap sedikit minyak bila goreng
(deep fried). Dengan demikian akan menghasilkan kentang goreng dengan
kadar lemak yang lebih rendah.
4. Sifat-sifat yang lebih dikehendaki, misalnya kadar protein atau
lemak dan meningkatnya kadar fitokimia dan kandungan gizi. Kekurangan

14
gizi saat ini telah melanda banyak negara di dunia terutama negara miskin
dan negara berkembang. Kekurangan gizi yang nyata adalah kekurangan
vitamin A, yodium, besi dan zink. Untuk menanggulanginya, dapat
dilakukan dengan menyisipkan den khusus yang mampu meningkatkan
senyata-senyawa tersebut dalam tanaman. Contohnya telah dikembangkan
beras yang memiliki kandungan betakaroten dan besi sehingga mampu
menolong orang yang mengalami defisiensi senyawa tersebut dan
mencegah kekurangan gizi pada masyarakat.
Penggunaan rekayasa genetika khususnya pada tanaman tidak terlepas dari
pro-kontra mengenai penggunaan teknologi tersebut.
1. Tanaman transgenik memiliki kualitas yang lebih tinggi dibanding degan
tanaman konvensional, memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi,
tahan hama, tahan cuaca sehingga penanaman komoditas tersebut dapat
memenuhi kebutuhan pangan secara capat dan menghemat devisa akibat
penghematan pemakaian pestisida atau bahan kimia serta memiliki
produktivitas yang lebih tinggi.

2. Teknik rekayasa genetika sama dengan pemuliaan tanaman yaitu


memperbaiki sifat-sifat tanaman dengan menambah sifat-sifat ketahanan
terhadap cengkeraman hama maupun lingkungan yang kurang
menguntungkan sehingga tanaman transgenik memiliki kualitas lebih baik
dari tanaman konvensional serta bukan hal yang baru karena sudah lama
dilakukan tetapi tidak disadari oleh masyarakat.

3. Mengurangi dampak kerusakan dan pencemaran lingkungan, misalnya


tanaman transgenik tidak perlu pupuk kimia dan pestisida sehingga
tanaman transgenik dapat membantu upaya perbaikan lingkungan

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, alasan pengharaman kloning
reproduksi manusia bukan terletak pada proses atau teknologinya, bukan pada
teknis pelaksanaannya di luar proses alamiah dan tradisional, tetapi pada mudarat
yang ditimbulkannya, akan merancukan dan menafikan berbagai pranata sosial,
etika, dan moral, juga akan merendahkan nilai dan martabat insani. Hal ini sejalan
dengan pendangan dari agam Islam dan Kristen. Teknologi rekayasa genetika
yang dapat ditolerir dan bahkan didukung hanya pada tujuan produktivitas
tanaman, tumbuhan dan hewan. Demikian juga untuk menemukan obat-obatan
tertentu yang sangat diperlukan dalam dunia pengobatan.
Perangkat peraturan untuk pelepasan produk bioteknologi tanaman, ikan hewan
dan pakan saat ini telah dimiliki Indonesia yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No 21 Tahun 2005. Peraturan ini merupakan peningkatan atau
penyempurnaan dari peraturan yang sebelumnya dari Keputusan Bersama Empat
Menteri Tahun 1999 serta khusus dibuat untuk mengatur produk bioteknologi
hasil rekayasa genetika di Indonesia. PP ini dibuat atas dasar pendekatan kehati-
hatian yang sesuai dengan Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati. Protokol
ini sebelumnya telah diratifikasi Indonesia melalui Undang-Undang No 21 Tahun
2004.Keputusan ini dibuat untuk menjamin keamanan hayati dan keamanan
pangan bagi kesehatan manusia, keanekaragaman hayati dan lingkungan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Metode Pembentukan Keragaman


Genetika.(online) http://pttipb.wordpress.com/category/04-pembentukan-
keragaman-genetik-dan-pengujiannya. Diakses tanggal 15 Oktober 2012.
Anonymous.2008.http://bioteknews.blogspot.com/2008/01/apa-benar-kedelai-
transgenik-berbahaya.html. Diakses 15 Oktober 2012.
Bernabetha, dkk. 2006. Tanaan
Transgenik.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6206129144_1411-
7924.pdfDiakses tanggal 15 Oktober 2012
Dinata, Deden. 2009. Bioteknologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Deswina, Puspita. 2009. Pengkajian Pelepasan Tanaman Padi Transgenik di
Indonesia “Assesment on Release of transgenic rice plant in
Indonesia”. Diakses tanggal 15 Oktober 2012
Febriana, Mariani. 2004. Kloning
Manusia.http://warmada.staff.ugm.ac.id/Articles/ERteks-FTUGM-
080504.pdfDiakses tanggal 15 Oktober 2012
Hamid, Huzaifah. 2009. Makalah Genetika Dasar. Http:
//zaifbio.wordpress.com/2009/06/12/makalah-genetika-dasar. Diakses
tanggal 9 Oktober 2012.
Imawan, 2012. Implementasi Rekayasa Genetika dalam Tehnik Pencangkokan
DNA Manusia terhadap Organisme Tumbuhan Sebagai Impian Revolusi
Ilmiah Abad Ke
http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2012/01/11/implementasi-rekayasa-
genetika-dalam-tehnik-pencangkokan-dna-manusia-terhadap-organisme-
tumbuhan-sebagai-impian-revolusi-ilmiah-abad-ke-21/ Diakses tanggal 15
Oktober 2012
Joe, Indra. 2009. Ilmu Genetika. http://indra-joe.blogspot./2009/04/30/ilmu-
genetka.html. Diakses tanggal 9 Oktober 2012.

17

Anda mungkin juga menyukai