Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN HASIL PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri, mengganti dan mempertahankan struktur dan

fungsi secara normalnya, serta ketahanan terhadap injuri termasuk adanya infeksi.

Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya

dengan terjadinya kehilangan kekuatan otot, susunan syaraf dan jaringan lainnya.

Tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun,

sebab fungsi fisiologis alat tubuh tiap orang sangat berbeda, baik dalam hal

pencapaian puncak maupun saat menurunnya (Mubarak, 2006 : 186).

Pengelompokan usia lanjut (lansia) menurut Depertemen Kesehatan RI (2006)

adalah

1. Viritas (prasenium) : masa persiapan usia lanjut yang menampakkan

kematangan jiwa (usia 55 - 59 tahun);

2. Usia lanjut dini (senescen) : kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut

dini (usia 60 - 64 tahun);

3. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif : usia di

atas 65 tahun

WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa

usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan

kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi

rangsangan dari dalam dan luar tubuh. (Maryam dkk, 2008).

Usia lanjut dapat dikatakan usia emas karena tidak semua orang dapat

mencapai usia tersebut, maka orang berusia lanjut memerlukan tindakan

keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar ia dapat

menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia

(Maryam dkk, 2008).

Perubahan yang tampak pada lansia (usia lanjut) antara lain perubahan -

perubahan pada sistem kardiovaskuler, musculoskeletal, saluran pencernaan, sistem

persarafan. Terjadinya perubahan - perubahan tersebut lansia berkemungkinan akan

mengalami penyakit - penyakit seperti hipertensi, gagal jantung, diabetes melitus,

gangguan fungsi ginjal dan hati (Darnansjah, 2008).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

(Kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2014). Hipertensi seringkali disebut

silent killer karena tidak adanya gejala dan tanpa disadari penderita mengalami

komplikasi pada organ-organ vital (Jaeynisha & Gde 2017).

1.2.Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik di harapkan mampu

menerapkan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami masalah

kesehatan (Asma).

1.2.2 Tujuan khusus


Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik mahasiswa diharapkan

mampu:

a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan yang di

hadapi oleh lansia.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah kesehatan

yang di hadapi oleh lansia.

c. Menyusun rencana tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang

muncul.

d. Melaksanakan rencana keperawatan yang telah di susun.

e. Memodifikasi rencana yang telah di susun agar dapat di laksanakan oleh

lansia sesuai dengan kemampuan lansia.

f. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan.

g. Mendokumentasikan asuhan yang telah di berikan secara benar.

BAB II

KONSEP TEORI

2.1.Konsep Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13

Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang

yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan

biologis, fisik, kejiwaan dan social. Perubahan ini akan memberikan

pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena

itu kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap

dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara

produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga dapat ikut serta berperan

aktif dalam pembangunan. (Mubarak, 2006).

2.1.2 Batasan Lansia

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

2.1.3 Proses Menua

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. (Constantinides, 1994).

Ini merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alami. Ini

dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup.

(Bandiyah, 2009).
Menjadi Tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan

manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak

hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang

telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toodler, pra school,

school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara

biologis maupun psikologis. (Padila, 2013).

Adapun perubahan-perubahan fisik pada lansia menurut (Maryam,

2008) sebagai berikut :

1) Sel

Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan

intraseluler menurun.

2) Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun

(menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah

menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga

tekanan darah meningkat.

3) Respirasi

Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru

menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat,

alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun,

serta terjadi penyempitan pada bronkus.

4) Persarafan
Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat

dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan

denganstress.Berkurang atau hilangnya lapisan myelin akson, sehingga

menyebabkan kurangnya respon motorik dan reflek.

5) Muskuluskeletal

Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk, persendian

membesar dan menjadi kaku, kram, tremor, dan tendon mengerut dan

mengalami sklerosis.

6) Gastrointestinal

Esophagus melebar, asam lambung menurun,peristaltik menurun sehingga

daya absorbsi juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ

aksesori menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormone dan

enzim pencernaan.

7) Pendengaran

Membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang-

tulang pendengaran mengalami kekakuan.

8) Penglihatan

Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi

menurun, lapang pandang menurun, dan katarak.

9) Kulit

Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan

telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih


(uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki

tumbuh berlebihan seperti tanduk.

Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi

tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat.

Sehat dalam hal ini diartikan:

1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan social

2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari

3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat

(Rahardjo, 1996)

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan –

perubahan yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus –

menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang

berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (2010) seperti dikutip oleh

MunandaRashar Sunyoto (2011) menyebutkan masalah – masalah yang

menyertai lansia yaitu:

1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang

lain

2) Ketidakpastian ekonomi memerlukan perubahan total dalam pola

hidupnya

3) Mendapatkan teman baru untuk ganti mereka yang meninggal atau

pindah

4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang

5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa.


Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa

perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.

Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat

terhadap diri makin bertambah.Kedua minat terhadap penampilan

semakin berkurang.Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat,

terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya

cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada

diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat

secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik

secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.

Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990)

mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan

mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya

mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan

apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari

pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya.

Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang

berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan

dan peran sosial (Goldstein, 1992)

Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian.

Ciri – ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979,

Munandar, 1994) adalah:

1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya

2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi


3) Selalu mengingat kembali masa lalu

4) Selalu khawatir karena pengangguran

5) Kurang ada motivasi

6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik

7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain

adalah: minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak

sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang

dilakukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimal trehadap diri dan

orang lain.

2.1.4 Permasalahan yang terjadi pada lansia

Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan

lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999)

1. Permasalahan umum

a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis

kemiskinan.

b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga

yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.

c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.

d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional

pelayanan lanjut usia.

e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan

kesejahteraan lansia.
2. Permasalahan khusus :

a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah

baik fisik, mental maupun sosial.

b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.

c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.

d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.

e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan

masyarakat individualistik.

f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat

mengganggu kesehatan fisik lansia.

2.2. KONSEP DASAR PENYAKIT HIPERTENSI

2.2.1. DEFINISI

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada sistem

peredaran darah yang sering terdapat pada usia pertengahan atau lebih, yang

ditandai dengan tekanan darah lebih dari normal. Hipertensi menyebabkan

perubahan pada pembuluh darah yang mengakibatkan makin meningkatnya

tekanan darah.

Hipertensiadalahtekanandarahsistolik140mmHgdantekanandarahdiastoli

k>90mmHgataubilapasienmemakaiobathipertensi. Berdasarkan penyebabnya

hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.

a. Hepertensi Primer

Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.

Terdapat 95% kasus. Faktor yang mempengaruhinya adalah : genetik,

lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan


peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko

: obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia.

b. Hepertensi Sekunder

Terdapat 5% kasus. Adà penyebab spesifiknya yaitu : penggunaan

ekstrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang

berhubungan degan kehamilan.

2.2.2. ETIOLOGI

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan -

perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah

Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk

e. Oksigenasi

f. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Menurut para ahli :

a. Gaya hidup

Kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan kandungan garam yang

tinggi memicu naiknya tekanan darah (Martuti,2009)

b. Stress
Realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa dihindari, stress atau

ketegaan emosional dapat mempengaruhi system kardiovaskuler,khusus

hipertensi, stress dianggap sebagai faktor psikologis yang dapat

meningkatkan tekanan darah(Marliani,2013)

c. Merokok

Pada sistem kardiovaskuler, rokok menyebabkan peningkatan tekanan

darah.Merokok juga mengakibatkan dinding pembuluh darah menebal

secara bertahap yang dapat menyulitkan jantung untuk memompa darah.

Kerja jantung yang lebih berat tentu dapat meningkatkan tekanan darah

(Marliani,2013)

2.2.3. TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI

Menurut Udjianti (2010) tanda dan gejala hipertensi yang sering terjadi adalah:

d. Sakit kepala( rasa berat di tengkuk)

e. Kelelahan

f. Keringat berlebihah

g. Tremor otot

h. Mual, muntah

Adapun menurut Sustrani,et al(2004),bahawa tanda dan gejala hipertensi antara

lain:

a. Sakit kepala

b. Jantung berdebar-debar

c. Sulit bernafas setelah bekerja keras


d. Mudah lelah

e. Penglihatan kabur

f. Dunia terasa berputar

2.2.4. PATOFISIOLOGI

Hipertensi merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung,

gagal jantung kongestif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit

ginjal.Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang yaitu pada mata,

ginjal, jantung dan otak.Komplikasi pada mata berupa perdarahan retina,

gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan.Gagal jantung merupakan

kelainan yang sering ditemuakan pada hipertensi berat selain kelainan coroner dan

miokard.Komplikasi pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh

pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan kematian. Kelainan lain

yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak dimana

aliran O2 berkurang di otak sehingga juga dapatr menyebabkan resiko tinggi injuri

dan gangguan perfusi jaringan sementara (trasien ischemic attack/TIA). Gagal

ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses

akut seperti pada hipertensi maligna (Setiawan, 2008).


2.2.5. PATHWAY
Etiologi :

- Umur
- Obesity
- Jenis kelamin
- Gaya hidup

Hipertensi

Vasokontriksi pembuluh darah Ginjal Otak

Vasokontriksi pembuluh darah  suplay O2 Resistensi


ginjal pembuluh darah
 after load ke otak otak

 aliran darah
COP  tekanan
Pingsan pembuluh darah
Respon rennin angiotensin dan Gangguan
perfusi otak
aldosteron
jaringan
Resiko tinggi
injuri Nyeri tekan

 aldesteron
Nyeri
Retensi Aktivitas
Intoleransi Na

Edema

2.2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Kelebihan volume
a. Riwayat kesehatancairan
dan pemeriksaan fisik

b. Urinalisis rutin

c. Elektrolit dan uric acid serum

d. BUN dan kreatinin


e. Glukosa darah

f. Hitung darah lengkap

g. Lipid serum, kolesterol dan trigliserida

h. EKG

2.2.7. PENATALAKSANAAN

Non farmakologi/gaya hidup

a. Kurangi intake garam

b. Kendalikan berat badan

c. Hindari rokok, alkohol dan stress

d. Hindari obat hormonal/KB, kortikosteroid

e. Pembatasan kafein

f. Kendalikan gula darah

g. Modifikasi makanan berlemak

h. Olah raga/aerobik

i. Teknik relaksasi

Pengobatan Farmakologi

1. Deuretik

Bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh( lewat kencing) sehingga

volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung

lebih ringan . contoh: Hidroklorotiazid

2. Penghambat simpatetik

Bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis ( saraf yang bekerja

pada saat kita beraktivitas).Contoh: Metildopa, Klonidin dan resepin


3. Betabloker

Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya

pompa jantung dan tidak dianjurkan pada penderita yang mengidap

gangguan pernapasan eperti asma bronchial. Pada orang tua terdapat gejala

bronkospame(penyempitan saluran pernapasan), sehingga pemberian obat

harus berhati-hati.Contoh: Metoprolol, propanplol dan atenolol

4. Antagonis kalsium

Menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi

jantung (kontraktilitis)Contoh: nifedipin, Diltiasemdan Verapamil

2.2.8. KOMPLIKASI

a. Pandangan mata kabur

b. Stroke
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Aktivitas / istirahat

Gejala :Kelemahan, Letih, Napas pendek dan Gaya hidup monoton

Tanda :Frekuensi jantung meningkat, Perubahan irama jantung

danTakipnea

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /

katup, penyakit serebrovaskuler

Tanda :Kenaikan TD, Nadi : denyutan jelas, Frekuensi / irama :

takikardia, berbagai disritmia, Bunyi jantung : murmur dan Distensi vena

jugularis

c. Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), pengisian

kapiler mungkin lambat

d. Integritas Ego

Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,

marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )

Tanda :Letupan suasana hati, Gelisah, Penyempitan kontinue perhatian,

Tangisan yang meledak, otot muka tegang ( khususnya sekitar mata) dan

Peningkatan pola bicara

e. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,

riwayat penyakit ginjal )

f. Makanan / Cairan

Gejala :Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi

garam, lemak dan kolesterol, Mual, Muntah

g. Riwayat penggunaan diuretik

Tanda :BB normal atau obesitas, Edema, Kongesti vena, Peningkatan

JVP dan glikosuria

h. Neurosensori

Gejala :Keluhan pusing / pening, sakit kepala, Episode kebas,

Kelemahan pada satu sisi tubuh dan Gangguan penglihatan ( penglihatan

kabur, diplopia )

i. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala :nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat dan

nyeri abdomen
j. Pernapasan

Gejala :Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, Takipnea, Ortopnea,

Dispnea nocturnal proksimal dan Batuk dengan atau tanpa sputum

k. Keamanan

Gejala: Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : Episode parestesia unilateral transien

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler,

iskemia miokard

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen

c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

3. Rencana Tindakan Keperawatan

a) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler,

iskemia miokard

NOC :

 Cardiac Pump effectiveness

 Circulation Status

 Vital Sign Status


Kriteria Hasil:

 Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)

 Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

 Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites

 Tidak ada penurunan kesadaran

NIC :

Cardiac Care

 Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)

 Catat adanya disritmia jantung

 Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput

 Monitor status kardiovaskuler

 Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung

 Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi

 Monitor balance cairan

 Monitor adanya perubahan tekanan darah

 Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia

 Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan

 Monitor toleransi aktivitas pasien

 Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu

 Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring

 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

 Catat adanya fluktuasi tekanan darah

 Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri


 Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas

 Monitor kualitas dari nadi

 Monitor adanya pulsus paradoksus

 Monitor adanya pulsus alterans

 Monitor jumlah dan irama jantung

 Monitor bunyi jantung

 Monitor frekuensi dan irama pernapasan

 Monitor suara paru

 Monitor pola pernapasan abnormal

 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

 Monitor sianosis perifer

 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,

bradikardi, peningkatan sistolik)

 Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen.

NOC :

Energy conservation

Self Care : ADLs

Kriteria Hasil :

 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan

tekanan darah, nadi dan RR

 Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri


NIC :

Energy Management

 Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

 Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap

keterbatasan

 Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan

 Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat

 Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara

berlebihan

 Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas

 Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

Activity Therapy

 Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik

dalammerencanakan progran terapi yang tepat.

 Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu

dilakukan

 Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan

kemampuan fisik, psikologi dan social

 Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang

diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

 Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda,

krek

 Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai

 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang


 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas

 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

 Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

c) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

NOC :

Pain Level,

Pain control,

Comfort level

Kriteria Hasil :

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan)

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda

nyeri)

4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

5. Tanda vital dalam rentang normal


NIC :

Pain Management

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien.

4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang

ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan

8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan

9. Kurangi faktor presipitasi nyeri

10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non

farmakologi dan inter personal)

11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

15. Tingkatkan istirahat


16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri

tidak berhasil

17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration

1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum

pemberian obat

2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

3. Cek riwayat alergi

4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik

ketika pemberian lebih dari satu

5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal

7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara

teratur

8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik

pertama kali

9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

d) Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi

yang diderita klien

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, cemas pasien

berkurang dengan kriteria hasil:


1. Anxiety Control

2. Coping

3. Vital Sign Status

4. Menunjukan teknik untuk mengontrol cemas è teknik nafas dalam

5. Postur tubuh pasien rileks dan ekspresi wajah tidak tegang

6. Mengungkapkan cemas berkurang

7. TTV

TD = 110-130/ 70-80 mmHg

RR = 14 – 24 x/ menit

N = 60 -100 x/ menit

S = 365 – 375 0C

Anxiety Reduction

1. Gunakan pendekatan yang menenangkan

2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi

takut

5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan

prognosis

6. Dorong keluarga untuk menemani pasien

7. Lakukan back / neck rub

8. Dengarkan dengan penuh perhatian

9. Identifikasi tingkat kecemasan


10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,

persepsi

12. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

13. Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

e) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit

NOC :

a. Kowlwdge : disease process

b. Kowledge : health Behavior

Kriteria Hasil :

1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,

prognosis dan program pengobatan

2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan

secara benar

3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan

perawat/tim kesehatan lainnya.

NIC :

Teaching : disease Process

1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses

penyakit yang spesifik


2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan

dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan

cara yang tepat

4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat

6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat

7. Hindari harapan yang kosong

8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien

dengan cara yang tepat

9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk

mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses

pengontrolan penyakit

10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion

dengan cara yang tepat atau diindikasikan

12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara

yang tepat

14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada

pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1.1. Pengkajian Keperawatan

Nama Mahasiswa : Meryanti Putri Ayu Kewa

Tempat Praktek : Panti Sosial Budi Agung, Wisma Sakura

Tanggal Praktek : 15 April 2019 – 04 Mei 2019

Tanggal Pengkajian : 16 April 2019

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN HIPERTENSI

Data Umum Pasien Penanggung Jawab

Yasinta U. Hale

Nama : Ny. R.G


No RM :-

Umur : 71 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Kab. Kupang

Pendidikan terakhir : SD Kelas 3

Pekerjaan terakhir :Petani

Tanggal masuk : 03 Mei 2013 Hub dengan pasien : Pengasuh Wisma

GENOGRAM
Keterangan:

: Laki-laki meninggal

: Perempuan meninggal

: Laki-laki

: garis keturunan

: garis pernikahan

: klien

Alasan utama datang ke Panti Sosial : Ny. R mengatakan ia di bawah ke panti

kerena atas kemauaannya sendiri sehingga

anaknya mengantarkannya ke UPT

Kesejahteraan Sosial Budi Agung Kupang.

Data Sekunder : Berdasarkan data yang di peroleh dari

pengasuh wisma, Ny. R. Di antar oleh

anaknya ke Panti Penyantun Budi Agung

Kupang.

Keluhan utama saat ini : Ny. R mengatakan lututnya sering keram atau terasa asam

asam, dan nyeri .

Riwayat penyakit sekarang : Ny. R mengatakan sudah merasakan sakit (nyeri) pada

kakinya dan terasa keram serta asam-asam sejak lama.

Awalnya Ny. R. Mengalami sakit darah tinggi dan


mempunyai riwayat sakit jantung dan sudah di berikan

obat.

Riwayat kesehatan keluarga : Ny. R mengatakan tidak ada keluarga yang menderita

penyakit asma, hipertensi, jantung dan diabetes

militus

Riwayat Alergi : Ny. R mengatakan ia tidak memiliki alergi terhadap makanan ataupun

obat-obatan.

Riwayat penggunaan narkoba : Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi

narkotika.

Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

- Nyeri : Saat pengkajian Ny. R mengatakan merasakan nyeri

pada kedua lutut.

- Status gizi : BB saat ini : kg TB: 150 cm BMI:

Gizi cukup Gizi lebih

Gizi kurang

- Personal Hygine: Baik. Ny. R mandi 2x/hari, berganti pakian setiap kali

mandi, pakian sesuai (tidak digunakan secara terbalik) dan bersih. Kuku

tampak pendek dan bersih. Rambut Ny. R tampak pendek dan berwarna

putih tanpa ketombe.

2. Sistem persepsi sensori

- Pendengaran : Baik
- Penglihatan : Ny. R mengalami rabun jauh dan dekat, pada saat

pasien di suruh untuk membaca nama pada papan nama degan jarak 2-4

meter klien tidak dapat membaca dengan baik.

- Pengecap/Penghidu : Baik

- Peraba : Baik

3. Sistem pernafasan

- Frekwensi : 20x/mnt

- Suara nafas : Normal (tidak terdapat suara napas tambahan)

4. Sistem kardiovaskular

- Tekanan darah : 140/100 mmHg

- Nadi: 85 x/menit

- Capillary Refill: < 3 detik.

5. Sistem saraf pusat

- Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4V5M6.

- Orientasi waktu : Baik, Ny. R mengatakan waktu pengkajian

adalah pagi hari.

- Orientasi orang : Baik, Ny. R mampu mengenali dan menyebut

nama teman sewisma dan pengasuh wisma.

6. Sistem gastrointestinal

- Nafsu makan : Baik, porsi makan yang diberikan dihabiskan

oleh Ny. R.

- Pola makan : Baik, 3 x/hari, menu Nasi dan lauk pauk sesuai

yang diberikan.

- Abdomen : Buncitl, simetris


- BAB : 1x/ hari, terkadang 2 hari sekali.

- Konsistensi : Lunak.

- Bau : Bau khas (Belerang)

- BAK : 3 – 4x/ Hari

- Warna : Kuning Jernih

- Bau : Bau khas ( amoniak)

7. Sistem musculoskeletal

- Rentang gerak : Bebas.

- Kemampuan ADL : Baik, di ukur menggunakan format Indeks

KATZ, skor 6.

8. Sistem integument

9. Kedua kaki Ny. R tampak sejajar dan sama besar dan panjang. Kemampuan

mengubah posisi baik, kekuatan otot 5.

10. Sistem reproduksi:

- Tidak dilakukan pengkajian.

11. Sistem perkemihan

- Pola : Teratur

- Frekuensi : 3 – 5 x/hari

- Inkontinensia : Tidak

Data Penunjang

- Tidak ada data penunjang

Terapi yang diberikan


Obat : Catopril 2x1

Riwayat penggunaan obat : Pasien mengkonsumsi obat Catopril.

PSIKOSOSIO BUDAYA DAN SPIRITUAL

Psikologis

- Perasaan saat ini dalam menghadapi masalah :Ny. R tidak merasa khawatir saat

menghadapi masalah

- Cara mengatasi perasaan tersebut :Saat menghadapi masalah Ny. R selalu berdoa

pada Tuhan

- Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan :Tidak mengulangi kesalahan yang

di lakukan

- Pengetahuan klien tentang masalah / penyakit yang ada : Ny.R paham/mengerti

tentang penyakit yang di alaminya

Sosial

- Aktivitas atau peran di masyarakat : Ny. R bersosialisasi baik dengan penghuni di

wismanya.

- Kebiasaan di lingkungan yang tidak disukai : Ny. R tidak senang dengan suasana

gaduh.

- Cara mengatasinya : Ny. R langsung tidur atau duduk di teras wisma.

Budaya
- Budaya yang diikuti klien adalah budaya : Ny. R mengatakan menyesuaikan diri

dengan budaya di Nusa Tenggara Timur.

- Keberatan /tidak terhadap budaya yang diikuti : Ny.R mengatatakan tidak keberatan

dengan dengan budaya di Nusa Tenggara Timur

- Cara mengatasi (jika keberatan) : -

Spiritual

- Aktivitas ibadah yang sehari-hari dilakukan :duduk bercerita dengan teman-teman

wisma.

- Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan :Bimbingan rohani di panti.

- Kegiatan ibadah yang saat ini tidak bisa dilakukan : Ny. R selalu mengikuti semua

kegiatan

- Perasaan klien akibat tidak dapat melaksanakan ibadah tersebut : Ny. R. Selalu

mengikuti kegiatan

- Upaya klien mengatasi perasaan tersebut :Membaca kitab suci dan berdoa secara

pribadi di Wisma S.

- Apa keyakinan klien tentang peristiwa /masalah kesehatan yang sekarang sedang

dialami :Ny. R mengatakan bersyukur kepada Tuhan karena masih diberi

kesempatan sampai saat ini.


Format Pemeriksaan MMSE (Mini-Mental State Examination)

Nama Pasien : Ny. R

Usia : 71 Tahun

Pendidikan : SD Kelas 3

Pemeriksa : Meryanti Putri Ayu Kewa

Tanggal : 16/04/2019

Waktu : 10.30 WITa

No Pertanyaan Skor Skor yang

Tertinggi dicapai

Orientasi

1 Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan), 5 2

(tanggal), (hari), apa?

2 Kita berada di mana ? (negara), (propinsi), 5 1

(kota), (panti wredha), (Wisma)

Registrasi Memory

3 Sebut 3 obyek. 3 3

Tiap obyek 1 detik, kemudian lansia diminta


mengulangi 3 nama obyek tadi. Nilai 1

untuk setiap nama obyek yang benar. Ulangi

sampai lansia dapat menyebutkan dengan

benar. Catat jumlah pengulangannya.

Atensi dan Kalkulasi

4 Kurangkan 100 dengan 5, kemudian 5 5

hasilnya berturut-turut kurangkan dengan 5

sampai pengurangan kelima (100 ; 95 ; 90 ;

85 ; 80 ; 75). Nilai 1 untuk tiap jawaban

yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban.

Atau

Eja secara terbalik kata ”WAHYU”. Nilai

diberikan pada huruf yang benar sebelum

kesalahan, missal ”UYAHW”

Pengenalan Kembali (recalling)

5 Lansia diminta menyebut lagi 3 obyek di 3 3

atas

(pertanyaan ke-3)

Bahasa

6 Lansia diminta menyebut 2 benda yang 2 2

ditunjukkan perawat,

misal : pensil, buku

7 Lansia diminta mengulangi ucapan perawat : 1 1


namun, tanpa, apabila

8 Lansia mengikuti 3 perintah : ambil belpoin 3 3

itu dengan tangan kanan Anda, buka

tutupan belpoin dengan tangan kiri, dan

letakkan di lantai dengan tangan kiri.

9 Lansia diminta membaca dan melakukan 1 1

perintah :

Tutup Mata

10 Lansia diminta menulis kalimat singkat 1 0

tentang pikiran / perasaan secara spontan di

bawah ini. Kalimat terdiri dari 2 kata

(subyek dan predikat) :

…………………………………………………….

11 Lansia diminta menggambar bentuk di 1 0

bawah ini:

Skor Total 30 20

Interpretasi : 20 ( kemungkinan terdapat gangguan kognitif)


Jumlah respon dijumlahkan dan dikategorikan menjadi :

(1) Skor ≤ 16 : Terdapat gangguan kognitif.

(2) Skor 17-23 : Kemungkinan terdapat gangguan kognitif.

(3) Skor 24-30 : Tak ada gangguan kognitif.

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONAIRE (SPMSQ)

(Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia)

Skore
No Pertanyaan Jawaban

0 1. Tanggal berapa hari ini? Saya Lupa

0 2. Hari apa sekarang ini? Saya Lupa

1 3. Apa nama tempat ini? Panti Jompo, Wisma Sakura

1 4. Berapa nomor telepon Anda? Batu Kedera

Di mana alamat Anda? (Tanyakan

bila tidak memiliki telepon)

1 5. Berapa umur Anda? 71

1 6. Kapan Anda lahir? 12 Juni – 1948


1 7. Siapa Presiden Indonesia sekarang? Joko Widodo

0 8. Siapa Presiden sebelumnya Saya Lupa

1 9. Siapa nama kecil ibu Anda? Ny.

0 10. Kurangi 5 dari 20 dan tetap Tidak bisa Berhitung

pengurangan 3 dari setiap angka

baru semua secara menurun

6 Jumlah Kesalahan Total 4

Penilaian SPMSQ :

Pengisisan Benar 6, salah 4.

Interpretasi: Gangguan Fungsi Intelektual Ringan.

1.Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh

2.Kesalahan 3-4 : Gangguan fungsi intelektual ringan

3.Kesalahan 5-7 : Gangguan fungsi intelektual sedang

4.Kesalahan 8-10 : Gangguan fungsi intelektual berat


Indeks Katz Kemandirian dalam Aktivitas Hidup Sehari-Hari

(Katz Index of Independence in Activities of Daily Living)

Aktivitas Mandiri (nilai 1) Tergantung (nilai 0)

(Nilai 1 atau

0)

Mandi (Nilai 1) Mandi sendiri atau dibantu (Nilai 0) Membutuhkan bantuan

Nilai__1 _ hanya pada satu bagian tubuh seperti sepenuhnya saat mandi atau

bagian punggung, area genital, atau dibantu lebih dari satu bagian

ekstremitas yang tidak bisa digerakkan tubuh

Berpakaian (Nilai 1) Mengambil pakaian dari (Nilai 0) Membutuhkan bantuan

Nilai__1__ lemari dan laci dan memakainya sendiri untuk memakai pakaian sendiri

tanpa dibantu. Tali sepatu mungkin

dibantu

Ke toilet (Nilai 1) Pergi ke toilet, membuka dan (Nilai 0) membutuhkan bantuan

Nilai__1__ menutup pintunya, membuka pakaian ke toilet

dan membersihkan area genital tanpa

bantuan

Berpindah (Nilai 1) Bangun dari tempat tidur (Nilai 0) Membutuhkan bantuan

Nilai_1__ tanpa bantuan atau tanpa berpegangan untuk berpindah dari tempat tidur

pada kursi. ke kursi

Kontinen (Nilai 1)mampu mengontrol BAB dan (Nilai 0) Inkontinensia urine dan

(continence) BAK secara mandiri alvi, parsial atau total

Nilai__1__
Makan (Nilai 1) Mengambil makanan dari (Nilai 0) Membutuhkan bantuan

Nilai__1__ piring dan memasukkannya ke mulut untuk makan baik sebagiak

tanpa bantuan. Penyiapan makan maupun total atau membutuhkan

mungkin dilakukan oleh orang lain parenteral

TOTAL NILAI = 6 6 = Tinggi (Pasien mandiri) 0 = Rendah (Pasien sangat

tergantung

Interpretasi: 6, Pasien Mandiri

Sumber:Katz, Down, Cash, & Grotz (1970); Wallace, (2007)

SKALA DEPRESI GERIATRI

(Geriatric Depression Scale 15-Item / GDS-15)

SELAMA Nilai Respon


No. KEADAAN YANG DIRASAKAN

SEMINGGU TERAKHIR YA TIDAK

1. Apakah Anda sebenarnya puas dengan kehidupan 1√ 1

Anda?

2. Apakah Anda telah meninggalkan banyak kegiatan 1 0√

dan minat atau kesenangan Anda?


3. Apakah Anda merasa kehidupan Anda kosong atau 1 0√

merasa kesepian?

4. Apakah Anda sering merasa bosan? 1 0√

5. Apakah Anda memiliki semangat yang bagus dalam 0√ 1

sebagian besar hidup anda?

6. Apakah Anda takut khawatir bahwa sesuatu yang 1 0√

buruk akan terjadi pada Anda?

7. Apakah Anda merasa bahagia dalam sebagian besar 0√ 1

hidup Anda?

8. Apakah Anda sering merasa tidak berdaya? 1 0√

9. Apakah Anda lebih suka tinggal di wisma atau di 1 0√

rumah daripada pergi keluar untuk mengerjakan

sesuatu yang baru?

10. Apakah Anda merasa mempunyai banyak masalah 1√ 0

dengan daya ingat Anda dibanding kebanyakan

orang?

11. Apakah Anda pikir bahwa hidup Anda sekarang ini 0√ 1

menyenangkan?

12. Apakah Anda merasa tidak berharga? 1 0√

13. Apakah Anda merasa penuh dengan energi/kekuatan? 0 1√

14. Apakah Anda merasa apa yang anda alami sekarang 1 0√

ini/keadaan anda saat ini tidak ada harapan?


15. Apakah Anda pikir bahwa orang lain lebih baik 1 0√

keadaannya daripada Anda?

Interpretasi :Jumlah respon dijumlahkan dan dikategorikan menjadi : 2 (Normal)

(1) Skor 10 – 15 = depresi berat

(2) Skor 5 – 9 = depresi sedang

(3) Skor 0-4 = normal

Lembar observasi risiko jatuh

“The timed up and go (tug) test”

Nama :Ny. R

Usia :71 Tahun

Peralatan:

1. Sebuah stopwatch

2. Sebuah kursi

3. Meteran

Arahan:

Lansia memakai alas kaki yang biasa mereka gunakan sehari-hari.Lansia duduk dengan

tenang pada sebuah kursi yang memiliki sandaran. Buat sebuah garis yang berjarak 3

meter dari tempat duduk lansia.

Instruksi kepada lansia:

Ketika saya mengatakan “mulai”Bapak/Ibu Harus :

1. Berdiri dari tempat duduk


2. Berjalan menuju garis yang sudah ditandai

3. Setelah tiba di garis tersebut maka

4. Bapak/Ibu harus berbalik

5. Berjalan kembali ke tempat duduk semula

6. Lalu duduk kembali

Waktu mulai dihitung saat pemeriksa mengucapkan “Mulai” dan berhenti ketika lansia

duduk kembali.

Hasil observasi: ______11__Detik (Resiko Jatuh Rendah).

Risiko rendah : bila <12 detik

1= Risiko Tinggi : bila ≥ 12 detik

Sumber: Center for disease control and prevention (2014, telah dimodifikasi sesuai

penelitian Kiik, 2015).

Lembar observasi lingkungan tempat tinggal Lansia (Panti/ rumah)

Pertanyaan Ya Tidak

Apakah lampu yang digunakan adalah lampu pijar? 1 √

Apakah ketinggian kasur dari lantai lebih dari 20 cm? 1√

Apakah kamar mandi/WC memiliki pegangan? 1√

Apakah jenis jamban yang digunakan adalah tipe jongkok? 1√

Apakah terdapat kursi mandi? 1√


Apakah lantai licin? 1 √

Adakah undakan di rumah? 1√

Apakah ada tangga di rumah? 1√

Apakah anda menggunakan karpet atau tikar di rumah? 1 √

Apakah barang-barang berserakan di lantai? 1 √

Total 4 2

Hasil observasi: Resiko rendah

Risiko rendah : bila < nilai mean (6,33)

1= Risiko Tinggi : bila ≥ nilai mean (6,33)

(Sumber: Minesotta Home assesment, Dimodifikasi oleh Stefanus Mendes Kiik, Junaiti

Sahar dan Heni Permatasari, 2015)

1.2. Analisa Data

Data Masalah

Kode Diagnosa
DS : 00132 Domain 12:

- Ny. R mengatakan lututnya terasa asam-asam, Kenyamanan

pegal-pegal dan kadang terasa nyeri. Kelas 1 :

DO : Kenyamanan Fisik

- Sering meminyit lututnya

- Skala nyeri : 4 Diagnosa :

- P : nyeri di rasakan saat pasien berjalan dan saat Nyeri Akut

dingin.

Q : nyeri terasa nyut-nyutan

R : nyeri terasa di bagian lutut

S : skala 4

T : nyeri dirasakan kadang-kadang dengan

durasi yang tidak menentu

- Tampak lebih banyak duduk

- TTV :

TD : 140/100mmHg

N : 85 x/menit

RR : 20 x/menit

DS : 00179 Domain 11:

- Ny. R mengatakan ia tidak mematuhi aturan untuk Nutrisi

tidak memakan makanan yang membuat gula darah

semakin meningkat Kelas 4 :

DO : Metabolisme

- Pasien tampak lemas


- Penglihatan tampak kabur Diagnosa :

- TTV : Resiko ketidakstabilan

TD : 140/100 mmHg kadar glukosa darah

N : 85 x/menit

RR : 20 x/menit

1.3. Diagnosis keperawatan:

1. Nyeri Akut

2. Resiko ketidak seimbangan kadar glukosa darah


3.4 Intervensi Keperawatan

Kode Dx Dx. Kode NOC Kode NIC

Keperawatan

00132 Nyeri Akut Domain 12: 1400 Pain management (manajemen

Kenyamanan nyeri)

Kelas 1 :
1. Lakukan pengkajian nyeri
Kenyamanan Fisik
kompherensif termasuk lokasi
Outcomes :
karakteristik, durasi, ferkuensi,
Kontrol nyeri
kualitas, dan faktor presipitasi.
1605
Standar Defisiasi : 2. Gunakan teknik terapeutik untuk

mengetahui pengalaman nyeri


- Mengendali kapan nyeri terjadi
pasien.
(5)
3. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Menggambarkan faktor
menentukan intervensi
penyebab (5)
4. Ajarkan pasien untuk memonitor
- Menggunakan tindakan
pencegahan nyeri (5) nyeri

- Menggunakan tindakan 5. Dukung istirahat yang adekuat

pengurangan (nyeri) tanpa untuk membantu penurunan nyeri

analgesik (5) 6. Ajarkan teknik nonfarmakologi

- Melaporkan nyeri yang (aplikasi panas/dingin dan pijatan)

terkontrol (5)

Kode Dx Dx. Keperawatan Kode NOC Kode NIC

00179 Resiko Domain 11: 3250 manajemen : hipoglikemia

ketidakstabian Nutrisi
- instruksikan pasien untuk selalupatut terhadap
kadar glukosa Kelas 4 :
diitnya, terapi insulinnya, dan melekukan olahraga
darah Metabolisme
- dorong pasien untuk selalu memonitor kadar

Batasan karakteristik : glukosa darahnya

Goal :
0415 - dorong pasien untuk selalu berkonsultasi dengan tim
Selama dilakukan tindakan 1
perawatan diabetesnyamengenai terapi yang didapat
kali 1minggu

kadar glukosa darah dalam

batas normal.

Objektif :

1. Setelah di lakukan

tindakan keperawatan

selama 1x24 jam

diharapkan Resiko

ketidakstabian kadar

glukosa darah

- Kadar glukosa darah

(4 = Defiasi ringan

sedang dari kisaran


normal)

- Peningkatan rasa

haus (5= tidak ada)

- Pandangan kabur

(5= tidak ada)

- Nafas bau buah

- Sakit (5= tidak ada)

- Penurunan tekanan

darah (5= tidak ada)

- Kelemahan otot( 5=

tidak ada)

Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi

Nyeri Akut Kamis, 10:00 3. Mengobservasi TTV : S:


18/04/2019 - Tekanan darah : 140/100 mmHg - Ny. R mengatakan

- Nadi: 80 x/menit masih merasakan nyeri

- RR : 19 x/menit pada kaki dan

- Suhu : 36,7 0c lututnya.

4. Lakukan pengkajian nyeri kompherensif termasuk O :

10:30 lokasi karakteristik, durasi, ferkuensi, kualitas, dan - Tampak sesekali

faktor presipitasi memijit kakinya.

- Menanyakan pada pasien tempat yang di - Pasien lebih banyak

rasakan nyeri di bagian mana. duduk

- Membantu pasien untuk mengenali jenis - TTV :

nyerinya yang di rasakan seperti apa (tertusuk- TD : 140/100 mmHg

tusuk jarum atau terpotong-potong). N : 82 x/mnt

- Membantu pasien untuk mengenali waktu RR : 20 x/mnt

terjadinya nyeri berlangsung lama atau tidak A :

(kira-kira beraja X/m) Masalah nyeri belum

- Membantu pasien untuk menenal faktor-faktor teratasi


pencetus nyeri. P:

5. Gunakan teknik terapeutik untuk mengetahui Lanjutkan intervensi

pengalaman nyeri pasien. manajemen nyeri

10:45 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

11:00 intervensi

7. Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri

11:15 8. Dukung istirahat yang adekuat untuk membantu

penurunan nyeri

9. Ajarkan teknik nonfarmakologi (aplikasi

panas/dingin dan pijatan)

Diagnosa Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi

Resiko Kamis, 10:00 - Menganjurkan klien untuk tidak mengonsumsi S : Ny.R mengatakan kadang

ketidakstabian 18/04/2019 makanan yang tinggi gula masih makan yang manis

kadar glukosa - Menganjurkan klien untuk rutin berolahraga alasan karena lupa.

- Mengajarkan klien untuk mengetahui 5 tanda kadar O :


darah
glukosa tinggi - Masih jajan yang manis

10.15 (masih mengonsumsi


permen).

- TTV :

10.30 TD : 130/80 mmHg

N : 80 x/mnt

RR : 20 x/mnt

A:

Masalah ketidakstabian

kadar glukosa darah

belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi 1,2,3

Resiko Sabtu, 10:40 - Menganjurkan klien untuk tidak mengonsumsi S:

ketidakstabian 20/04/2019 makanan yang tinggi gula - Ny. R mengatakan

- Menganjurkan klien untuk rutin berolahraga kadang masih makan


kadar glukosa
- Mengajarkan klien untuk mengetahui 5 tanda kadar yang manis alasan
darah glukosa tinggi karena lupa.

10.50 O:

- Masih jajan yang manis

(masih mengonsumsi

11:00 permen).

- TTV :

TD : 130/80 mmHg

N : 80 x/mnt

RR : 20 x/mnt

A:

Masalah ketidakstabian

kadar glukosa darah

belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi 1,2,3

Resiko Senin, 10:00 - Menganjurkan klien untuk tidak mengonsumsi S:

ketidakstabian 22/04/2019 makanan yang tinggi gula - Ny.R mengatakan

- Menganjurkan klien untuk rutin berolahraga kadang masih makan


kadar glukosa - Mengajarkan klien untuk mengetahui 5 tanda kadar yang manis alasan

darah glukosa tinggi karena lupa.

O:
10:15
- Masih jajan yang manis

(masih mengonsumsi

permen).
10.30
- TTV :

TD : 130/80 mmHg

N : 80 x/mnt

RR : 20 x/mnt

A:

Masalah ketidakstabian

kadar glukosa darah

belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi 1,2,3


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Nyeri

Nyeri menurut IASP (International Assosiation For the Study Of Pain) adalah

pengelaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat keruysakan jaringan

atau yang cenderung merusak jaringan atau seperti yang dimaksut dengan kata kerusakan

jaringan.

Nyeri akut diartikan sebagai pengelaman tidak menyenangkan yang kompleks berkaitan

dengan sensorik, koknitif dan emosional yang berkaitan dengan trauma jaringan, proses

penyakit, atau fungsi abnormal dari otot atau organ visera. Nyeri akut berperan sebagai

alarm protektif terhadap cedera jaringan. Refleks protektif (refleks menjahui sumber stimuli,

stasme otot dan respon autonom).

Pada saat pengkajian di dapatkan data Ny. R mengatakan sudah merasakan sakit (nyeri)

pada kaki, pergelangan kaki, dan lutut (Syamsuhidayad, 2010).

Ny R juga mengatakan terasa keram serta asam-asam atau nyilu pada kaki dan lututnya. Ny

R mempunyai penyakit yang lain yaitu Darah Tinggi dan mengkonsumsi obat Catopril serta

mempunyai riwayat sakit jantung.

Aktivitas Ny R selama di UPT Kesejahteraan Lanjut Usia Sosial Budi Agung Kupang

dapat dilakukan secara mandiri baik Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke

kamar kecil, berpakaian dan mandi sehingga dalam penilaian indeks kats dapat skore A.

42
Pengkajian Status kognitif danafektif : fungsi intelektual Ny. R masih utuh atau baik,

mampu menjawab semua pertanyaan dengan benar

Nyeri akut diartikan sebagai pengelaman tidak menyenangkan yang kompleks

berkaitan dengan sensorik, koknitif dan emosiona dan adanya kerusakan jaringan yang akut

yang tidak berlangsung lama .

4.2. Mini Mental State Examination ( MMSE )

Mini mental state examination ( MMSE ) merupakan alat pengkajian status mental

lansia untuk mengetahui keaadan umum tingkat lansia yang menandakan lansia dalam

keadaan sadar penuh terhadap kondisi dan keadaan lansia terkait dengan proses penuaan

yang dialaminya. Mini mental state examination (MMSE ) adalah pemeriksaan yang

dilakukan petugas medis untuk menilai status mental pasien. MMSE merupakan penilaian

yang sederhana dan sangat banyak digunakan untuk menilai staus mental pasien.

MMSE dilakukan untuk menili bagaimana orientasi waktu dan tempat, pengujian

memori jangka pendek dan jangka panjang, berhitung, kemampuan bahasa, dan

kemampuan kontruksional. MMSE sering digunakan untuk menilai peenurunan status

mental pada lansia sering bertambahnya umur pasien tersebut. Mini mental state

exsamination ( MMSE ) adalah salah satu alat yang paling umum untuk pemeriksaan

penurunan kognitif pada dewasa tua dan lanjut usia.MMSE dikembangkan untuk

membedakan antara lanjut usia dengan atau tanpa gangguan neuropsikriatri awal dalam

proses penyakit. Dengan mengetahuai gangguan neuropsikiatri ornag tersebut dapat

43
meningkatkan waktu pengobatan farmakologis dan non farmakologis untuk menunda

gangguan neuropsikiatri tersebut terutama gangguan kognitif.

Fungsi kognitif adalah kemampuan mental yang terdiri dari atensi, kemampuan

bahasa, daya ingat, kemampuan visuospasial, kemampuan membuat konsep dan intelegasi

( kaplan, 1997, Americitif Psykology Asososiation, 2007 ). Kemampuan kognitif berubah

secara bermakna bersama dengan lanjutnya proses penuaan tetapi perubahan tersebut tidak

seragam sekitar 50% dan seluruh populasi lansia menunjukan penurunan kognitif

sedangkankan sisanya tetap memiliki kemampuan kognitif sama seperti usia muda

penurunan kognitif tidak hanya terjadi pada individu yang mengalami penyakit yang

berpengaruh terhadap proses penurunan kognitif tersebut, namun yang terjadi pada individu

lansia yang sehat pada beberapa individu, proses penurunan fungsi kognitif tersebut dapat

berlanjut sedemikian hingga terjadi gangguan kognitif atau demensia ( pramata dkk,

2002 ).

Hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. R Di UPT penyantun lansia Budi Agung

Kupang ( Wisma Sakura ) menunjukkan Ny R kemungkinan mengalami gangguan kognitif

dengan pertnyaan yang dapat dijawab 20 pertanyaan dari 30 pertanyaan yang diberikan.

Pada orang lanjut usia dengan kecendrungan menurunnya kapasitas fungsional baik pada

tingkat seluler

4.3. Observasi lingkungan

Kusmayanita (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa lingkungan merupakan

suatu keadaan atau kondisi baik bersifat mendukung dan memberikan kenyamanan dan

ketenangan bagi semua orang. Dimana nyeri yang dirasakan semua orang merupakan uatu

44
hal yang sangat mengganggu aktivitas dan memaksa penderita untuk beristirahat dengan

suasana yang tenang dan aman. Dimana adanya rasa ketidaknyamanan yang muncul di

lingkungan dengan keadaan gaduh, bising dan sebagainya akan memicu emosional. Oleh

karena itu dibutuhkan lingkungan yang aman dan tenang dalam mengontrol nyeri seperti

melakukan terapi kompres hangat/dingin, pemijitan, teknik distraksi, teknik relaksasi dan

sebagainya.

Hasil pengkajian observasi lingkungan dipanti menunjukan presentasi lingkungan

panti dengan prevalensi 85 % baik dalam mengatasi masalah nyeri (Intan, 2016 ).

Hasil observasi lingkungan menunjukan di panti merupakan suatu tempat yang

nyaman, dimana tingkat kebisingannya kurang sehingga dapat mengatasi masalah nyeri

dengan baik.

4.4. Skala Depresi Geriatri (GDS)

Depresi merupakan masalah kesehatan mental yang sering ditemukan pada lanjut usia

(lansia). Terdapat faktor risiko yang dikaitkan dengan peningkatan kejadian depresi pada

lansia. Kejadian depresi pada lansia seringkali tidak terdeteksi, salah didiagnosis, atau tidak

ditangani dengan baik. Gejala depresi seringkali dihubungkan dengan masalah medis dalam

proses penuaan, bukan sebagai tanda dari depresi itu sendiri. Dampak depresi pada lansia

sangatlah buruk. Depresi yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan

peningkatan penggunaan fasilitas kesehatan, pengaruh negatif terhadap kualitas hidup

lansia, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Depresi pada lansia juga sering dikenal sebagai late life depression. Lansia rentan

terhadap depresi disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor

45
ekstersnal. Kehilangan pekerjaan, pasangan, penghasilan, dan dukungan sosial sejalan

dengan bertambahnya usia trut menjadi faktor predisposisi yang memudahkan seorang

lansia untuk mengalami depresi.

Salah satu faktor terjadinya depresi pada lansia adalah perubahan fisik yang

terjadi akibat proses penuaan akan mempengaruhi kemampuan lansia dalam melakukan

pekerjaan yang memerlukan tenaga, sehingga akan membatasi mereka dalam bekerja.

Lansia yang tidak bekerja cenderung akan memiliki sedikit aktivitas dan banyak waktu

kosong. Minimnya aktivitas ini akan mendorong munculnya rasa jenuh pada lansia, yang

dapat berujung pada terjadinya depresi. Maka untuk mencegah lansia yang mengalami

depresi lansia perlu dilibatkan dalam berbagai kegiatan positif yang biasa dilakukan dip

anti.

4.5. Diagnose keperawatan

1. Nyeri Akut

Ketidak mampuan mengontrol nyeri yang dirasakan. Batasan karakteristik dari

nyeri akut adalah Mengendali kapan nyeri terjadi , Menggambarkan faktor penyebab,

Menggunakan tindakan pencegahan nyeri ,Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri)

tanpa analgesik, Melaporkan nyeri yang terkontrol .

Dari data yang diperoleh dari hasil pengkajian pada tanggal 17 April 2019

didapatkan data subjektif : Ny. R mengatakan mengatakan lututnya terasa asam-asam,

pegal-pegal dan kadang terasa nyeri. Sedangkan data objektifnya adalah hasil TTV, TD

: 140/100 mmHg, Nadi : 82x/mnt, RR : 19 x/mnt. Ny. R tampak memijit kakinya dan

lutut, lebih banyak duduk.

46
4.6. Intervensi keperawatan

1. Lakukan pengkajian nyeri kompherensif termasuk lokasi karakteristik, durasi, ferkuensi,

kualitas, dan faktor presipitasi.

Perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri akut yang sesuai dengan

kebutuhan klien yaitu dengan tujuan nyeri akut berkurang setelah dilakukan tindakan

keperawatan dengan tujuan : Ny. R adalah Mengendali kapan nyeri terjadi ,

Menggambarkan faktor penyebab, Menggunakan tindakan pencegahan nyeri

,Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesik, Melaporkan nyeri yang

terkontrol .

Intervensi pada diagnosa keperawatan Nyeri akut adalah :

1) Peningkatan (manajemen) batuk

a) Lakukan pengkajian nyeri kompherensif termasuk lokasi karakteristik, durasi,

ferkuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.

b) Gunakan teknik terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.

c) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

d) Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri

e) Dukung istirahat yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri

f) Ajarkan teknik nonfarmakologi (aplikasi panas/dingin dan pijatan)

4.7. Implementasi

1. Manangement Nyeri

47
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny. R untuk mengatasi masalah Nyeri

yaitu:

a. Lakukan pengkajian nyeri kompherensif termasuk lokasi karakteristik, durasi,

ferkuensi, kualitas, dan faktor presipitasi

- Menanyakan pada pasien tempat yang di rasakan nyeri di bagian mana.

- Membantu pasien untuk mengenali jenis nyerinya yang di rasakan seperti apa

(tertusuk-tusuk jarum atau terpotong-potong).

- Membantu pasien untuk mengenali waktu terjadinya nyeri berlangsung lama atau

tidak (kira-kira beraja X/m)

- Membantu pasien untuk menenal faktor-faktor pencetus nyeri.

b. Gunakan teknik terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.

c. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

d. Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri

e. Dukung istirahat yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri

f. Ajarkan teknik nonfarmakologi (aplikasi panas/dingin dan pijatan)

4.8. Evaluasi

1. Nyeri Akut.

Evaluasi dilakukan pada tanggal 22 April 2019 pada jam 14.00 yaitu Ny. R mengatakan

masih merasakan nyeri pada kaki dan lututnya.O :Tampak sesekali memijit kakinya,

Pasien lebih banyak duduk, TTV :TD : 140/100 mmHg , N : 82 x/mnt, RR : 20 x/mnt. A :

Masalah nyeri belum teratasi. P : Lanjutkan intervensi manajemen nyeri

48
2. Resiko ketidak stabilan kadar gula darah

Evaluasi dilakukan pada tanggal 22 April 2019 pada jam 14.00 yaitu Ny. R mengatakan

kadang masih makan yang manis alasan karena lupa. O : Masih jajan yang manis (masih

mengonsumsi permen), TTV : TD : 140/100 mmHg, N : 80 x/mnt, RR : 20 x/mnt. A :

Masalah ketidakstabian kadar glukosa darah belum teratasi. P : Lanjutkan intervensi 1,2,3

49
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Penulis telah melakukan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. R Dengan masalah

Nyeri di Wisma Sakura UPT. Kesejahteraan Sosial Budi Agung Kota Kupang maka penulis

mengambil kesimpulan:

1. Pengkajian pada klien didapatkan data: : Ny. R mengatakan lututnya terasa asam-asam,

pegal-pegal dan kadang terasa nyeri. Sedangkan data objektifnya adalah hasil TTV, TD :

140/100 mmHg, Nadi : 82x/mnt, RR : 19 x/mnt. Ny. R tampak memijit kakinya dan lutut,

lebih banyak duduk.

2. Diagnosa yang muncul padaNy. R adalah Nyeri Akut dan ketidak stabilan kadar gula

darah

3. Penulis memberikan intervensi pada setiap masalah keperawatan/diagnosa keperawatan

selam 3 hari secara komprehensif dari tanggal 18 April 2019 sampai 22 April 2019.

4. Perencanaan dirumuskan berdasarkan prioritas masalah dengan melihat kondisi dan

kesanggupan Ny. R Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang

ada.

5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari maka pada tanggal 22 April 2019

dilakukan evaluasi, dan ditemui sedikit kemajuan dari Masalah keperawatan yang di

implementasikan intervensinya.

50
6. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari maka pada tanggal 22 April 2019

pada jam 14.00 yaitu Ny. R mengatakan kadang masih makan yang manis alasan karena

lupa. Masih jajan yang manis (masih mengonsumsi permen), TTV : TD : 140/100 mmHg,

N : 80 x/mnt, RR : 20 x/mnt.

5.2. Saran

1. Bagi Mahasiswa

Perlunya meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang asuhan keperawatan lansia

dengan masalah utama Nyeri, sehingga bisa meningkatkan keterampilan mahasiswa

dalam melaksanakan asuhan keperawatan lansia dengan masalah Nyeri secara tepat.

2. Bagi UPT Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Budi Agung Kota Kupang Agar dalam

memberikan tindakan keperawatan kepada Ny R juga harus dilakukan tindakan-

tindakan mandiri perawat, misalnya Ny R yang mengalami Nyeri harus diberi kan

terapi kompres hangat sereh

3. Bagi Institusi

Diharapkan Institusi akademik agar terus mengembangkan dan menambahkan

referensi atau buku untuk para mahasiswanya tentang Nyeri Atritis pada lansia, untuk

mempermudah bagi penulis atau peneliti selanjutnya untuk mendapat sumber-sumber

referensi dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

51
DAFTAR PUSTAKA

Ambradini, RI. 2009. Aktivitas fisik pada lanjut usia. Yogyakarta : Universitas Negri

Yokyakarta..

Mubarak, Wahit Iqbal, Chayatin, Nurul, Santoso, Bambang Adi. (2009). Ilmu Keperawatan

Komonitas Konsep dan aplikasi Buku. Jakarta: Selemba Medika.

52
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000

Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002

Aziza, Lucky. 2007. Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter

Indonesia.Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih

Bahasa Yasmin Asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa

Keperawatan. Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi IX. Alih Bahasa: Kusrini Semarwati

Kadar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

53

Anda mungkin juga menyukai