Anda di halaman 1dari 19

KEADAAN HUKUM ISLAM PADA MASA KHULAFAUR

RASYIDIN

Dosen Pengampu :
Luthfiyah Trini Hastuti, S.H.,M.H.

Disusun Oleh :

1. Hilmi Taufiq ( E0018183)


2. Jane Christabel Anastasias L. H (E0018199)
3. Muh. Alif Ghifari (E0016264)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pembimbing Luthfiyah
Trini Hastuti, S.H.,M.H..yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya
sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik..
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Surakarta, 2 Mei 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
A. PENDAHULUAN ..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................2

B. PEMBAHASAN .................................................................................................3
2.1 Kondisi Hukum Islam Masa Khulafaur Rasyidin ........................................3

BAB III. PENUTUP .............................................................................................13


3.1 Kesimpulan ................................................................................................13
3.2 Saran ...........................................................................................................14

PENDAHULUAN............................................................................................... 15

3
A. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan
membangun masa depan. Sekaitan dengan itu kita bisa tahu apa dan bagaimana
perkembangan islam pada masa lampau. Namun kadang kita sebagai umat islam
malas untuk melihat sejarah. Sehingga kita cenderung berjalan tanpa tujuan dan
mungkin mengulangi kesalahan yang pernah ada di masa lalu. Disinilah sejarah
berfungsi sebagai cerminan bahwa dimasa silam terjadi sebuah kisah yang patut
kita pelajari untuk merancang serta merencanakan matang-matang untuk masa
depan yang lebih cemerlang tanpa tergoyahkan dengan kekuatan apapun.
Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad saw dan para sahabat
adalah merupakan agama Islam pada zaman keemasan, hal itu bisa terlihat
bagaimana kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya pelaku dan factor
utamanya yaitu Rasulullah saw. Kemudian pada zaman selanjutnya yaitu zaman
para sahabat, terkhusus pada zaman khalifah empat atau yang lebih dikenal
dengan sebbutan khulafaurrasyidin, Islam berkembang dengan pesat. Hal itu
tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam
mempertahankan dan juga dalam menyebarkan islam sebagai agama Tauhid yang
diridhai.
Pada umumnya setiap penulisan mengenai Sejarah Peradaban Islam atau
sejarah-sejarah lainnya adalah terbuka dan dapat diakses oleh semua orang.
Asalkan dapat memahami dan mengimplementasikannya secara sistematis dan
inovatif. Namun, dewasa ini Peradaban Khulafaur Rasyidin tidak lagi dijadikan
teladan oleh orang-orang Islam. Mayoritas muslim saat ini cenderung lebih
banyak mengadopsi budaya atau peradaban orang barat atau non-muslim.
Terkadang kita sebagai umat Islam yang hidup di era sekarang terlalu malas untuk
membuka wawasan tentang sejarah khususnya Sejarah Islam. Sehingga mungkin
cenderung berjalan tanpa arah dan mungkin mengulangi kesalahan yang terjadi di
masa lalu.
Sebagai manusia yang hidup di abad 21, kita harus banyak mengetahui serta
membuka wawasan tentang peradaban yang ada pada masa sebelumnya,
khususnya Peradaban Khulafaur Rasyidin. Karena pada masa itu, banyak hal yang
dapat diaplikasikan di abad ini. Disinilah sejarah berfungsi sebagai cerminan di
masa silam terjadi sebuah kisah yang patut dijadikan pelajaran untuk
merencanakan masa depan matang-matang tanpa tergoyahkan.

4
Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabat
adalah zaman keemasan bagi agama Islam. Terlihat kemurnian Islam pada zaman
itu yang tidak terlepas dari peran dan faktor utama Rasulullah SAW. Paska
Rasulullah SAW wafat, kepemimpinan dipegang oleh para sahabat, khususnya
pada zaman khilafah empat yang lebih dikenal dengan Khulafaur Rasyidin yang
membuat Islam dapat berkembang dengan pesat. Hal itu tidak terlepas dari para
pejuang Islam yang gigih dalam mempertahankan dan juga menyebarkan Islam
sebagai agama Tauhid yang diridhai.
Perkembangan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin menjadi titik tolak
perubahan peradaban yang lebih maju. Para sejarawan mencatat bahwa peradaban
madani ini merupakan peradaban Islam yang luar biasa pengaruhnya. Dan sampai
kapanpun perjalanan Islam dalam membangun peradaban tidak terlepas dari figur
Rasulullah SAW, para Khulafaur Rasyidin, tabi’in dan tokoh-tokoh Islam lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana keadaan hukum Islam pada masa Khulafaur Rasyidin?

5
B. PEMBAHASAN

2.1 Keadaan Hukum Islam Masa Khulafaur Rasyidin

Secara bahasa, Khulafaur Rasyidin berasal dari kata Khulafa yang merupakan
kata jamak dari Khalifah berarti pengganti dan Ar-Rasyidin yang artinya petunjuk.
Secara istilah artinya adalah orang yang ditunjuk sebagai pengganti untuk memimpin
yang selalu mendapat petunjuk dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Khulafaur Rasyidin adalah empat orang khalifah atau pemimpin agama Islam,
yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi
Muhammad SAW wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat yang paling dekat
dengan Nabi Muhammad SAW dan paling gigih dalam membela ajaran Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Para Khulafaur Rasyidin adalah pemimpin yang
arif dan bijaksana serta berkualitas tinggi dan baik. Keempat khalifah tersebut bukan
dipilih berdasarkan keturunannya. Melainkan berdasarkan consensus bersama umat
Islam. Sistem pemilihannya berbeda-beda karena para sahabat menganggap tidak ada
rujukan yang cukup jelas yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad SAW mengenai
bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan berlangsung.
Sahabat yang disebut Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat orang khalifah
yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq yang memimpin pada tahun 11 hingga 13 Hijriyah atau
632 hingga 634 Masehi, Umar bin Khattab yang memimpin pada tahun 13 hingga 23
Hijriyah atau 634 hingga 644 Masehi, Utsman bin Affan yang memimpin pada tahun
23 hingga 35 Hijriyah atau 644 hingga 656 Masehi dan Ali bin Abi Thalib yang
memimpin pada tahun 35 hingga 40 Hijriyah atau 656 hingga 661 Masehi. Para
Khalifah tersebut memimpin dengan bijaksana (Ali Mufrodi, 1997:46).
Dalam sebutan sehari-hari para pengganti Nabi ini dipanggil dengan sebutan
khalifah, misalnya Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar, Khalifah Usman, dan
Khalifah Ali. Istilah khalifah ini, di kemudian hari dipakai juga oleh para kepala
negara pada dinasti-dinasti Islam setelah masa Khulafaur Rasyidin. Ketika Abu
Bakar terpilih sebagai orang pertama yang menggantikan posisi Nabi sebagai kepala
negara, ia secara resmi mendapat gelar Khalifatu Rasulillah atau pengganti Rasul.
Sejak waktu itulah lahir sebutan khalifah, sebutan yang dipakai untuk seorang
kepala negara dalam sejarah Islam.
Dalam sejarah Islam, sebutan Khulafaur Rasyidin semula hanya dipakai untuk
empat orang khalifah di atas. Akan tetapi dalam perkembangan yang kemudian,
para ahli sejarah menambahkan satu nama lagi sebagai bagian dari Khulafaur
Rasyidin. Khalifah kelima yang dimasukkan ke dalam Khulafaur Rasyidin adalah

6
Khalifah Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah dari dinasti Bani Umayyah. Ia
dimasukkan ke dalam kategori ini disebabkan karena kesalehannya. Namun
demikian, fokus dalam uraian berikut hanya ditujukan pada khalifah yang empat.

A. Masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar memiliki nama lengkap Abdullah bin Abi Quhafah bin
Utsman bin Amr bin Mas’ud bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin
Ghalib bin Fihr At-Taimi Al-Quraisyi. Di zaman pra-Islam bernama Abdul
Ka’bah kemudian diganti oleh Nabi menjadi Abdullah. Ia termasuk salah
seorang sahabat yang utama dan orang yang pertama masuk Islam. Gelar Ash-
Shiddiq diperolehnya karena senantiasa membenarkan Nabi dalam berbagai
peristiwa, termasuk Isra’ dan Mi’raj (Salabi, 1983:226).
Pada masa pemerintahannya, ia diuji dengan ancaman yang datangnya
dari umat Islam sendiri. Dimulai dari munculnya permasalahan tentang siapa
yang akan memimpin umat Islam pasca Rasulullah SAW wafat. Kemudian
munculnya orang-orang yang murtad, orang-orang yang tidak mau membayar
zakat, orang-orang yang mengaku menjadi nabi hingga pemberontakan-
pemberontakan. Namun Abu Bakar yang memiliki pribadi yang tegas dan
melalui keteguhan para sahabat lainnya, permasalahan dapat ditangani dan
distabilkan kembali.
Abu Bakar memiliki kebijakan kenegaraan. Contohnya pada bidang
eksekutif berupa pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintah di Madinah
maupun daerah. Pada bidang keamanan dan pertahanan, Abu Bakar
menyebarkan pasukan-pasukan yang ada di dalam maupun luar negeri guna
memelihara stabilitas dan mempertahankan eksistensi keagamaan dan
pemerintahan. Dalam bidang yudikatif, Abu Bakar mengutus Umar bin
Khattab menjadi hakim dan tidak ditemukan perpecahan pada masa itu. Hal
ini dikarenakan sifat dan kemampuan Umar dan masyarakat yang bersifat
alim pada masa itu. Pada bidang sosial-ekonomi, didirikan sebuah lembaga
mirip Baitul Maal yang mengelola harta benda yang didapat dari infaq,
sedekah, dan lain-lain untuk menggaji pegawai dan kesejahteraan umat sesuai
peraturan yang ada. Selain itu didirikan pula lembaga peradilan yang ketuanya
dipercayakan kepada Umar bin Khattab (Maidir Harun, 2001:52).

7
Bentuk kerja pada masa Abu Bakar yang paling besar adalah
penghimpunan Al-Quran. Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk
menghimpun Al-Quran dari pelepah kurma, kulit binatang, dan hapalan kaum
muslimin.
Hanya dua tahun Abu Bakar menjadi khalifah. Pada tahun 634
Masehi, ia meninggal dunia. Selama masa jabatannya, ia menyelesaikan
persoalan yang ditimbulkan oleh suku-suku Arab yang tidak mau tunduk
kepada pemerintahan Madinah. Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini
dengan Perang Riddah yaitu perang melawan kemurtadan. Salah satu tokoh
yang terkenal dalam perang ini adalah Khalid bin Walid.
Sesudah memulihkan ketertiban didalam negeri, Abu Bakar lalu
mengalihkan perhatiannya untuk memperkuat perbatasan dengan wilayah
Persia dan Bizantium, yang akhirnya menjurus kepada serangkaian
peperangan melawan kedua kekaisaran itu. Tentara islam dibawah pimpinan
Musanna dan Khalid Bin Walid, sedangkan ke Syiria suatu Negara Arab yang
dikuasai Romawi timur (Bizantium) Abu bakar mengutus 4 orang panglima
yaitu Abu Ubaidah, Yazid Bin Abi Sufyan, Amr bin ash dan Surahbil.
Kemudian umat Islam meraih beberapa kemenangan tersebut (Abdul Kharim,
2011:79).
Pada saat pertempuran di Ajnadain negeri Syam berlangsung,
khalifah Abu Bakar menderita sakit. sebelum wafat, beliau telah berwasiat
kepada para sahabatnya, bahwa khalifah pengganti setelah dirinya adalah
Umar bin Khattab. Hal ini dilakukan guna menghindari perpecahan diantara
kaum muslimin. Beberapa saat setelah Abu Bakar wafat, para sahabat
langsung mengadakan musyawarah untuk menentukan khalifah selanjutnya.
Telah disepakati dengan bulat oleh umat Islam bahwa Umar bin Khattab yang
menjabat sebagai khalifah kedua setelah Abu Bakar.

Kontribusi Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq (Ahmad Al-Usiry, 2010:145-151)


Masa pemerintahanya sangatlah singkat. Namun dalam kontribusi
membangun peradaban Islam cukuplah banyak. Diantaranya:

1. Pemberangkatan Pasukan Usamah bin Zaid sesuai dengan Pesan Rasulullah


Hal ini dilakukan Abu Bakar sebagai usaha untuk menampakan
kepada semua pihak bahwa kekuatan Islam masih tetap kokoh dan sulit
dilakukan baik secara material maupun spiritual. Pada akhirnya pasukan ini

8
memetik kemenangan yang mengakibatkan banyak orang kokoh berpegang
pada agama Islam.

2. Perang Melawan orang-orang murtad


Setelah Rasulullah wafat, seluruh Jazirah Arab murtad dari agama
Islam kecuali Makkah, Madinah, dan Thaif. Sebagian orang murtad ini
kembali kepada kekufuran lamanya dan mengikuti orang-orang yang
mengaku sebagai nabi, sebagian yang lain hanya tidak mau membayar zakat.
3. Perang Yamamah (11 H/632 M)
Perang ini terjadi di Bani Hanifah, Yamamah. Ditempat itu ada
seorang yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang nabi, dia adalah
Musailamah Al-Kadzdzab. Terjadi sebuah pertempuran sangat sengit yang
akhirnya dimenangkan oleh kaum muslim dan musailamah terbunuh.
Akhirnya, penduduk di tempat itu bertobat dan kembali ke dalam pengakuan
Islam. Pada perang ini sejumlah sahabat menemui mati syahid. Diantaranya
adalah para penghafal Al-Qur’an. Inilah yang membuat Abu Bakar
mengambil inisiatif untuk menghimpun Al-Qur’an dalam satu mushaf.
4. Penaklukan Islam
Penaklukan Islam yang dilakukan Abu Bakar yakni di wilayah timur
(Persia) yang meliputi Irak, bagian barat Syam, dan bagian utara Jazirah Arab
serta di wilayah barat (Romawi). Di wilayah timur (Persia) Abu Bakar
mengangkat Khalid bin Walid dan Mutsanna bin Haritsah sebagai panglima.
Mereka mampu memenangkan peperangan dan membuka hirah serta beberapa
kota di Irak.
5. Permulaan Perang Yarmuk (13 H/634 M)
Perang Yarmuk terjadi di sebuah pinggiran sungai Yordania yang
disebut Yarmuk. Pada saat perang sedang berkecamuk dengan sengitnya,
datang kabar bahwa khalifah Abu Bakar meninggal dunia dan Umar menjadi
penggantinya. Khalid diturunkan dari posisinya sebagai panglima dan segera
diganti oleh Abu Ubaidah ibnul-Jarrah.
6. Penghimpunan Al-Qur’an
Satu kerja besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar
adalah penghimpunan Al-Qur’an. Abu Bakar memerintahkan kepada Zaid bin
tsabit untuk menghimpun Al-Qur’an dari pelepah kurma, kulit binatang dan
dari hafalan kaum muslimin. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelestarian Al-
Qur’an setelah Syahidnya beberapa penghafalan Al-Qur’an pada perang

9
yamamah. Umarlah yang mengusulkan pertama kali penghimpunan Al-
Qur’an. Sejak itulah Al-Qur’an dikumpulkan dalam satu mushaf.

B. Masa Khalifah Umar bin Khattab

Umar bin Khattab adalah khalifah kedua dalam sejarah Khulafaur


Rasyidin. Pengangkatan Umar bukan berdasarkan consensus, tetapi
berdasarkan wasiat Abu Bakar. Menjelang kematiannya, Abu Bakar
bermusyawarah dengan para pemuka sahabat dan kemudian mengangkat
Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Pengangkatan Umar dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya perpecahan di kalangan umat Islam. Keputusan
Abu Bakar kemudian diterima oleh masyarakat dan segera secara beramai-
ramai membaiat Umar (Dedi Supriyadi, 2008: 80).
Umar bin Khattab memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin
Nufail bin Abdul Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail bin ‘Adi
bin Ka’ab bin Lu’ay. Ia lahir di Mekah pada tahun 583 Masehi, dua belas
tahun lebih muda dari Rasulullah. Keluarganya termasuk keturunan dari Suku
Bani Ady.
Pada masa Umar bin Khattab terjadi gelombang ekspansi pertama di
Damaskus tahun 635 Masehi. Seluruh daerah Syiria jatuh ke bawah
kekuasaan Islam. Kekuasaan Islam pada masa itu juga meliputi Jazirah Arab,
Palestina, sebagian wilayah Persia dan Mesir. Karena ekspansi terjadi dengan
cepat, Umar mengatur urusan administrasi Negara dengan mengadaptasi
administrasi yang berkembang di Persia.
Umar juga merupakan orang pertama dari kalangan sahabat yang
mencetuskan ide tentang perlunya mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran. Pada
masa khalifah Abu Bakar, banyak terjadi peperangan yang menyebabkan
gugurnya sahabat-sahabat penghafal Al-Quran. Umar mengusulkan kepada
Abu Bakar agar segera mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang tersebar. Abu
Bakar mempercayakan tugas pengumpulan ayat-ayat Al-Quran kepada Zaid
bin Tsabit, karena dialah yang menulis wahyu-wahyu pada zaman Rasulullah
SAW.
Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar bin Khattab selain
pola administrative pemerintahan dan peperangan adalah pedoman dalam
peradilan. Dimana Umar melakukan pembenahan dalam peradilan Islam.

10
Ialah yang menetapkan prinsip-prinsip peradilan dengan menyusun sebuah
risalah yang kemudian dikirimkan kepada Abu Musa Al-Asy’ari.
Khalifah Umar dikenal bukan saja pandai menciptakan peraturan-
peraturan baru, ia juga memperbaiki dan mengkaji ulang terhadap
kebijaksanaan yang telah ada jika itu diperlukan demi tercapainnya
kemaslahatan umat Islam. Khalifah Umar memerintah selama 10 tahun lebih 6
bulan 4 hari. Kematiannya sangt tragis, seorang budak Persia bernama Fairuz
atau Abu Lu’lu’ah secara tiba-tiba menyerang dengan tikaman pisau tajam ke
arah khalifah yang akan menunaikan shalat subuh yang telah di tunggu oleh
jama’ahnya di masjid Nabawi di pagi buta itu. Khalifah Umar wafat tiga hari
setelah pristiwa penikaman atas dirinya, yakni 1 Muharam 23H/644M
(Samsul Munir, 2010:97).
Atas persetujuan Siti Aisyah istri Rasulullah Jenazah beliau
dimakamkan berjajar dengan makam Rasulullah dan makam Abu Bakar.

Kontribusi Khalifah Umar bin Khattab (Daud Ali, 2006:170).


1. Umar turut aktif menyiarkan agama Islam. Ia melanjutkan usaha Abu Bakar
meluaskan daerah Islam sampai ke Palestina, syiria, Irak, dan Persia di
sebelah Utara serta ke Mesir di Barat Daya.
2. Menetapkan tahun Islam yang terkenal dengan tahun Hijriah berdasarkan
peredaran bulan (qamariyah), dibandingkan dengan tahun Masehi (miladiyah)
yang didasarkan pada peredaran matahari.
3. Sikap toleransinya terhadap pemeluk agama lain.
Hal ini terbukti ketika beliau hendak mendirikan masjid Jerussalem
(Palestina). Beliau minta izin kepada pemuka agama lain di sana, padahal
beliau adalah pemimpin dunia waktu itu.

C. Masa Khalifah Utsman bin Affan

Utsman bin Affan adalah khalifah ketiga dalam masa Khulafaur


Rasyidin. Utsman lahir dengan nama lengkap Utsman bin Affan bin Abil Ash
bin Umayyah dan berasal dari suku Quraisy. Ia memeluk Islam melalui ajakan
Abu Bakar dan menjadi salah seorang sahabat yang paling dekat dengan Nabi.
Utsman adalah seorang yang sangat kaya, namun sangat sederhana.
Kekayaannya disumbangkan untuk kepentingan Islam. Ia menikahi dua putri
Rasulullah SAW secara berurutan setelah salah satunya meninggal, yaitu

11
Ruqayyah dan Ummu Kulsum. Karenanya ia dijuluki Dzun Nurain, yang
artinya memiliki dua cahaya.
Pada masa pemerintahannya, perluasan Islam telah mencapai Asia dan
Afrika, dan bagian yang tersisa dari Persia sekaligus berhasil menumpas
pemberontakan yang dilakukan orang Persia. Roda pemerintahannya tidak
jauh berbeda dengan Umar, yang dijelaskan dalam pidato pembaiatannya
bahwa ia akan meneruskan kebiasaan yang dilakukan pendahulunya.
Dalam usaha pengumpulan Al-Quran, apa yang dilakukan Utsman
sangat berpengaruh guna menghindari konflik diantara umat Islam. Utsman
menyalin Al-Quran yang telah dikumpulkan dan mengirimkannya ke Syam,
Kufah, Basyrah, Yaman dan Madinah. Ia menyuruh untuk membakar mushaf
yang tidak sama dengan salinan tersebut guna menghindari perselisihan.
Selain karya monumental pada masa khalifah Utsman, yaitu
pembukuan Mushaf Al-Quran yang dikenal dengan Mushaf Utsmani, adapula
berbagai pembangunan yang ia lakukan. Pembangunan tersebut meliputi
daerah-daerah pemukiman, jembatan, jalan, masjid, wisma tamu dan
pembangunan kota-kota baru yang bertumbuh pesat. Dibangun pula tempat
persediaan air di Madinah, di kota-kota padang pasir, lading-ladang serta
peternakan unta dan kuda. Masjid Nabawi juga diperluas pada masa
pemerintahannya.
Pemerintahan Utsman berlangsung selama 12 tahun. Pada paroh
trakhir masa kekhalifahannya, muncul perasaan tidak puas dan kecewa di
kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang sangat
berbeda dengan kepemimpinan Umar. Pada tahun 35H/656M, Usman di
bunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang kecewa itu.
Mereka mengepung rumah khalifah, dan membunuhnya ketika sedang
membaca Al-Qur ’an. Menurut Lewis, pusat oposisi sebenarnya adalah di
Madinah sendiri. Di sini Thalhah, Zubair, dan ‘Amr membuat perlawanan
rahasia melawan khalifah, dengan memanfaatkan para pemberontak yang
datang ke Madinah untuk melampiaskan rasa dendamnya yang meluap-luap
itu (Samsul Munir, 2010:104-108).
Kontribusi Khalifah Ustman ibn Affan (Fitri Oviyanti, 2007:127-
128).Meskipun masa pemerintahan usman diwarnai dengan tuduhan-tuduhan
yang cukup banyak, namun dalam masa pemerintahannya, beliau banyak
memberikan kontribusi untuk peradaban Islam. Di dalam buku Syed
Mahmudunnasir terjemahan Adang affandi yang dikutip oleh Fitri Oviyanti
dijelaskan kontribusi khalifah usman yaitu:

12
1. Memperluas wilayah Islam 2.
2. Membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur
pembagian air ke kota-kota.
3. Khalifah yang pertama kali memperluas masjid Nabawi sebagai respon
terhadap keinginan rasulullah saat masjid itu sudah semakin terasa sempit.
4. Penghimpunan Al-Qur’an dalam satu mushaf.
5. Terjadi perbedaan cara membaca (Qiraat) di beberapa Negara Islam. Maka,
Ustman menyatukanya dalam satu mushaf dengan bacaan tadi dan
memerintahkan untuk membakar mushaf-mushaf dengan bacaan tadi dan
memerintahkan untuk membakar mushaf-mushaf yang lain. Rasm Utsmani
merupakan bacaan kaum muslimin hingga masa kini.

D. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

Khalifah keempat pada masa Khulafaur Rasyidin adalah Ali bin Abi
Thalib. Ia adalah sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW. Ali
merupakan anak dari Abu Thalib bin Abdul Muthallib, paman Nabi. Ali
adalah pemimpin yang juga perumus kebijakan yang visioner. Ali mulai ikut
dengan Nabi sejak kelaparan melanda Kota Mekkah, untuk menghindari
ancaman kelaparan tersebut. Kemudian Ali menikahi putri Nabi yang
bernama Fatima Az-Zahra.
Menurut Mahmudunnasir, Ali merupakan seseorang yang lihai
bermain pedang dan pena. Ali juga adalah orang yang bijaksana. Terbukti ia
pernah menjadi penasehat pada masa khalifah sebelumnya. Ali adalah
pahlawan yang gagah berani, penasehat yang bijaksana, penasehat hukum
yang ulung dan pemegang teguh tradisi. Ia telah bekerja sampai akhir
hayatnya dan merupakan orang kedua yang berpengaruh setelah Nabi
Muhammad SAW (Samsul Munir Amin, 2010: 109).
Sepeninggal khalifah Utsman bin Affan, terjadi fitnah besar-besaran
yang disebarkan oleh kaum munafik. Bahkan kematian Utsman bin Affan
disebabkan oleh para pemberontak yang berhasil menyerbu rumahnya dan
membunuhnya. Kaum munafik tersebut menuntut untuk mundurnya Utsman
bin Affan dari kekhalifahan. Kesedihan menyelimuti kaum muslimin setelah
kematian Utsman.
Awalnya Ali menolak setelah kaum pemberontak mengadakan
pendekatan untuk mendukungnya sebagai khilafah. Namun pada
kenyataannya, tidak ada lagi orang yang pantas menjadi khalifah selain Ali

13
bin Abi Thalib dan memang pada saat itu ia adalah tokoh yang paling popular.
Di samping itu, mayoritas umat muslim di Madinah dan kota-kota besar
lainnya sudah menjatuhkan pilihan kepada Ali, meskipun ada beberapa
kalangan yang kebanyakan dari Bani Umayyah yang tidak mau membaiat
pada Ali dan memilih pergi ke Suria (Ali Audah, 2008:187). Akhirnya Ali bin
Abi Thalib ditetapkan sebagai khalifah keempat.
Pemerintahan Ali bin Abi Thalib di bidang ilmu dan bahasa ditandai
dengan perkembangan ilmu nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tata-bahasa
Arab. Karena pada masa khalifah sebelumnya, penulisan huruf ijayyah belum
dilengkapi dengan tanda baca seperti kasrah, fathah, dan dhammah sehingga
menyebabkan kesalahan bacaan teks Al-Quran dan Hadits.
Dalam bidang administrasi, Ali memiliki kebijakan untuk mengganti
pejabat yang kurang konsisten dalam bekerja. Banyak pejabat-pejabat tersebut
yang berasal dari Bani Umayyah. Akibatnya makin banyak kalangan Bani
Umayyah yang tidak menyukai Ali. Harta para pejabat yang diperoleh dengan
cara tidak benar pun disita olehnya, untuk kemudian disimpan di Baitul Maal
dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
Dalam bidang pembangunan, Ali berkontribusi untuk pembangunan
Kota Kuffah yang telah menjadi perhatian khusus olehnya. Pada awalnya,
Kota Kuffah dipersiapkan untuk pusat pertahanan. Hal ini dicetuskan oleh
Mu’awiyah bin Abi Sofyan. Akan tetapi, Kota Kuffah kemudian berkembang
menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadits, dan ilmu pengetahuan lainnya. Hal ini
menyebabkan perselisihan antara pendukung khalifah Ali bin Abi Thalib dan
Mu’awiyah bin Abi Sofyan dan berujung pada berakhirnya pemerintahah
Islam di bawah Khulafaur Rasyidin. Namun para ahli sejarah menyatakan
bahwa pemerintahan Khulafaur Rasyidin adalah pemerintah yang paling
mendekati masa pemerintahan Rasulullah SAW.
Kontribusi Khalifah Ali bin Abi Thalib Kebijaksanaan-kebijaksanaan
Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di
Damaskus, Mu'awiyah yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi
yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil
memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari
Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu
dengan pasukan Mu'awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang
dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim
(arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan
menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij, orang-orang yang

14
keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi
Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu'awiyah,
Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-yahudi) yang menyusup pada barisan
tentara Ali, dan al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali).
Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok al-khawarij
menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu'awiyah
semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali Ra terbunuh oleh
salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.
Dengan demikian pendidikan pada zaman Khulafa al-Rasyidin belum
berkembang seperti masa-masa sesudahnya. Pelaksanaannya tidak jauh
berbeda dengan masa Nabi, yang menekankan pada pengajaran baca tulis dan
ajaran-ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Hal ini
disebabkan oleh konsentrasi umat Islam terhadap perluasan wilayah Islam dan
terjadinya pergolakan politik, khususnya pada masa pemerintahan Khalifah
Ali bin Abi Thalib.(Choirun Niswah,2015:183).

15
C. PENUTUP

3.1 Simpulan

Khulafaur Rasyidin menurut bahasa artinya para pemimpin yang


mendapat petunjuk dari Allah SWT. Sedangkan menurut istilah atinya para
khalifah yang melanjutkan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sebagai
kepala negara pasca Nabi Muhammad SAW wafat.
Pengangkatan seorang pemimpin atas dasar musyawarah yang
dilakukan secara demokratis sesudah wafatnya Nabi inilah yang disebut
Khulafaur Rasyidin. Jumlahnya ada 4 orang, yaitu:
a. Abu Bakar as Shiddiq (11-13 H = 632-634 M)
b. Umar Bin Khatab (13-23 H = 634-644 M)
c. Usman Bin Affan (23-35 H = 644-656 M)
d. Ali Bin Abu Thalib (35-40 H = 656-661 M)

Dari keempat Khulafaur Rasyidin tersebut berbeda– beda dalam


pengangkatan padaa masa kekhalifahannya . pengangkatan Ali bin Abi Thalib
berbeda dengan khalifah sebelumnya. Abu Bakar diangkat melalui
musyawarah terbuka di Tsaqifah bani Saidah,Umar bin Khattab
melalui penunjuan pendahulnya, sedangkanUsman bin Affan melalui Majlis
al-Syura. Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah dalam suasana yang
kacau dan tidak banyak melibatkan sahabat senior.
Sesudah Ali bin Abu Thalib, para pemimpin umat Islam ( Khalifah)
tidak termasuk khulafaur Rasyidin karena mereka merubah sistem pemilihan
secara demokratis menjadi kerajaan, yaitu kepemimpinan didasarkan atas dara
keturunan seperti halnya dalam sistem kerajaan. Dengan wafatnya khalifah
Ali, maka masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin telah selesai karena
sesudah itu pemerintahan Islam dipegang oleh khalifah Muawiyah bin Abu
Sufyan secara turun-temurun, sehingga disebut Daulat / Bani Umayyah.

16
3.2 Saran

Kami bangga sekaligus kagum atas perjuangan-perjuangan yang


dilakukan oleh Khulafaur Rasyidin. Tapi yang di sayangkan pada masa
pemerintahan salah satu dari Khulafaur Rasyidin ialah: Para aparatur Negara
di ambil dari kalangan keluarga Khalifah, dan ketidak tegasan dalam
memutuskan/menyelesaikan masalah, hal tersebut yang menyebabkan
perpecahan dan pemberontakan di kalangan umat Islam, sehingga berdampak
negatif di era globalisasi ini.
Kami selaku penyusun menyadari masih jauh dari sempurna dan
tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Hal ini
disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan kami.
Oleh karena itu, kami selaku pembuat makalah ini sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami juga
mengaharpkan makalah ini sangat bermanfaat untuk kami khusunya dan
pembaca pada umumnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdul Karim.2011. Sejarah Pemikiran dan Peradaban islam. Bagaskara.


Yogyakarta.

Amin. SM 2010. Sejarah Peradaban Islam. Amzah. Jakarta.

Audah. A 2008. Ali bin Abi Thalib Sampai kepada Hasan dan Husain. Pustaka Litera
Antar Nusa. Bogor.

Mahfuz. A 2013. Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah. Udo


Brother. Surakarta.

Mufrodi. A 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Logos Wacana Ilmu. Ciputat.

Syalabi. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Pustaka Al-Husna. Jakarta.

Supriyadi. D 2008. Sejarah Peradaban Islam. Pustaka Setia. Bandung.

Ahmad Al-Usiry. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta
Akbar Med, 2010.

Ali, Mohammad Daud. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam
di Indonesia. Jakarta: Raja Grasindo Persada, 2006.

Jurnal :

Fitri Oviyanti. 2007. Metodologi Studi Islam. IAIN Raden Fatah Press. Palembang.

Harun. M 2001. Sejarah Peradaban Islam. IAIN-IB Press. Padang

Choirun Niswah. 2015. Pendidikan Islam pada Masa Khulafa Al-Rasyidin


dan Bani Umayyah. UIN Raden Fatah Press. Palembang.

18
19

Anda mungkin juga menyukai