Penguji :
dr. Hilma Paramita, Sp. KJ
Oleh :
Anisa Aolina R G4A018070
STATUS UJIAN
STASE ILMU KEDOKTERAN JIWA
Oleh :
Anisa Aolina R G4A018070
Disetujui
Pada tanggal , Mei 2019
Penguji,
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Usia : 31 tahun
No RM : xxxxx200
Tempat, TanggalLahir : Ajibarang, 08 Desember 1987
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Candinegara 02/05 Pekuncen
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMK
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Tanggal Masuk RS : 25 April 2019, pukul 17.00 WIB
B. Anamnesis (Metode Alloanamnesis dan Autoanamnesis)
1. Alloanamnesis
Telah dilakukan alloanamnesis kepada keluarga pasien yang dilakukan di
Bangsal Bima RSUD Banyumas pada Selasa, 7 Mei 2019 dengan identitas
narasumber:
Narasumber
Nama Ny. W
Usia 50 tahun
Jenis kelamin Perempuan
Pekerjaan Pedagang
Pendidikan SD
Alamat Candinegara 02/05 Pekuncen
31 th
Keterangan :
Pasien
Kesimpulan Alloanamnesis
Pasien seorang perempuan, berusia 31 tahun, sudah menikah, beragama
Islam, suku Jawa, tidak bekerja.
Pasien dibawa keluarganya ke IGD RSUD Banyumas tanggal 25 April
2019 karena terjadi perubahan perilaku secara bertahap sering marah tanpa
sebab, berbicara sendiri, tertawa sendiri, sering bicara melantur, mendengar
bisikan, sering melamun, jarang mau makan, pasien suka mematahkan sapu
dan pel yang ada dirumah. Pasien sering menangis setiap magrib dan
berbicara “ingin disembuhkan”. Setiap malam pasien sering keluar rumah
dan mengetuk rumah tetangganya, pasien mengaku bahwa rumah yang
diketuk adalah rumahnya.
Pasien memiliki riwayat kambuh 3x dengan sakit yang sama.
Pasien dirawat di bangsal jiwa yang ke 2x, yang pertama tahun 2006.
Pasien mengalami gangguan jiwa sudah sejak tahun 2006.
Tidak ada kelainan faktor organik
Cenderung pribadi yang menutup diri (kepribadian introvert)
2. Autoanamnesis
4. Sikap : kooperatif
5. Tingkah Laku : hiperaktif
6. Proses Pikir
a) Bentuk pikir : non realistis
b) Isi pikir : thought of echo, thought of insertion or
withdrawal waham kebesaran, obsesi
c) Progresi pikir : inkoheren, remming, inrelevansi, sirkumtansial,
flight of idea
7. Gangguan Presepsi
a) Halusinasi (+)
b) Ilusi (-)
8. Gangguan Memori : tidak ada
9. Gangguan Intelegensia : buruk
10. Roman Muka : hipomimik
11. Afek : tumpul
12. Mood : anhedonia
13. Perhatian : mudah ditarik mudah dicantum
14. Hubungan Jiwa : mudah
15. Insight : buruk derajat 1
F. Sindrom
Sindrom
Skizofrenia
1. Halusinasi
2. Inkoherensi dan inrelevansi
3. Non realistis
4. Waham
5. Gejala-gejala negatif : sikap
sangat apatis, respon
emosional menumpul,
menarik diri dari pergaulan
sosial.
G. Diagnosis Banding
1. F20.9 Skizofrenia Ytt
2. F20. 5 Skizofrenia residual
H. Diagnosis Multi Aksial
Axis I : F20.9 Skizofrenia Yang Tidak Tergolongkan
Axis II :-
Axis III : HNP Lumbal 4-5
Axis IV : masalah pernikahan
Axis V : GAF 70-61
I. Penatalaksanaan
1. Perawatan di Rumah Sakit
2. Terapi Farmakologis
a) Risperidon 2 mg/8 jam peroral
b) THP 2 mg/8jam peroral
c) Clobazam 2 mg/8jam peroral
3. Terapi Non-farmakologis
a. Terapi perilaku
Melatih kemampuan perilaku pasien yang dititik beratkan pada
masalah pribadi pasien, dengan tujuan untuk menstabilkan emosi pasien
agar segera kembali normal dan mencegah terjadinya kekambuhan.
b. Psikoterapi edukatif
1) Terhadap pasien
Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai
penyakitnya, kondisinya, faktor pencetus, serta rencana pengobatan
selanjutnya.
2) Terhadap keluarga
a) Memberikan informasi dan edukasi mengenai penyakit pasien,
gejala, faktor penyebab dan pencetus, komplikasi, pengobatan,
dan prognosis.
b) Meminta keluarga pasien untuk selalu mendukung proses
pengobatan, mengontrol minum obat (sesuai petunjuk dokter,
tidak menghentikan minum obat tanpa seizin dokter),
mendampingi pasien dan menjaga kondisi stabil pasien.
c. Psikoterapi suportif
1) Memberikan motivasi kepada pasien untuk bercerita kepada keluarga
atau teman terdekat mengenai masalahnya.
2) Memberikan motivasi kepada pasien untuk minum obat secara
teratur dan sesuai petunjuk dokter.
3) Memberikan motivasi kepada pasien untuk melakukan berbagai
aktivitas yang produktif untuk mengurangi dan mengalihkan beban
pikiran yang selama ini dianggap masalah.
4) Memberikan motivasi kepada pasien untuk belajar mengendalikan
emosi dan pikiran yang dimiliki agar tidak memicu timbulnya gejala-
gejala lain.
d. Sosioterapi
Meminta keluarga untuk memberikan penjelasan kepada lingkungan
sekitar rumah ataupun teman-temannya agar menganggap pasien
gangguan jiwa adalah sama seperti penyakit medis lainnya dan
menghindari berbagai masalah yang dapat memancing emosi dan
mencetuskan kekambuhan.
J. Prognosis
A. Premorbid
Faktor yang mempengaruhi Prognosis
Riwayat penyakit keluarga Tidak Ada Baik
Stressor psikososial Tidak Ada Baik
Sosial ekonomi Ada Buruk
Riwayat pernikahan Ada Buruk
Riwayat penyakit yang sama Ada Buruk
B. Morbid
Faktor yang mempengaruhi Prognosis
Onset usia 31 tahun Baik
Jenis penyakit Skizofrenia Ytt Buruk
Perjalanan penyakit Kronik Buruk
Kelainan organik Tidak ada Baik
K. Kesimpulan
a. Pasien seorang perempuan, berusia 31 tahun, sudah menikah, beragama Islam,
suku Jawa, tidak bekerja.
b. Pasien dibawa keluarganya ke IGD RSUD Banyumas tanggal 25 April 2019
karena terjadi perubahan perilaku secara bertahap sering marah tanpa sebab,
Pasien sering diam dan menyendiri di kamar, berbicara sendiri, tertawa
sendiri, sering bicara melantur, mendengar bisikan, sering melamun, jarang
mau makan, pasien suka mematahkan sapu dan pel yang ada dirumah. Pasien
sering menangis setiap magrib dan berbicara “ingin disembuhkan”. Setiap
malam pasien mengetuk rumah tetangganya, pasien mengaku bahwa rumah
yang diketuk adalah rumahnya.
c. Pasien memiliki riwayat kekambuhan 3x, namun tidak rutin berobat karena
merasa sudah sembuh, keluhan dimulai sejak tahun 2006.
d. Pasien memiliki riwayat dirawat di bangsal jiwa 2 kali di RSUD Banyumas.
e. Pasien memiliki kecenderungan kepribadian tertutup, pasien jarang
menceritakan tentang masalah dan kehidupan pribadinya kepada keluarga.
f. Faktor pencetus kekambuhan saat ini adalah masalah dengan pernikahan
g. Penatalaksanaan pada pasien yaitu dilakukan perawatan di Rumah sakit,
diberikan pengobatan farmakologi dan nonfarmakologi. Adapun terapi
nonfarmakologi seperti terapi perilaku, psikoterapi edukatif, psikoterapi
suportif dan sosioterapi.