Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali siswa dengan
pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar negara dengan negara
serta pendidikan bela Negara-negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh
bangsa dan Negara. Pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan untuk membentuk
karakter dari masyarakat yang sadar akan hak dan kewajibannya. Hal ini diatur dalam UUD
1945 dan pancasila, Nilai-nilai pancasila sebagai pengejahwantahan para pendiri negara the
foundhing father. Pendidikan kewarganegaraan harus mampu menjawab tantangan
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, tanpa kehilangan jati dirinya sebagai,bangsa
Indonesia yang berdeka, bersatu, dan berdaulat.
Pendidikan kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang
diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa. Baik
secara individu maupun anggota masyarakat, warga Negara dan makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa”(Kurikulum PKn SLTP. 1996:1). Dari pengertian tersebut di atas maka PKn
memiliki arti penting dalam melestarikan nilai luhur dan moral yang bersumber dari budaya
bangsa, dan diharapkan siswa dapat menerapkan dalam tingkah laku dalam kehidupan di
lingkungannya, bangsa dan Negara.
Pendidikan kewarganegaraan dengan konsep pendidikan karakter dan pengintegrasian
pendidikan karakter oleh guru mata pelajaran, pendidikan Kewarganegaraan dalam proses
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan didalam mata pelajaran mulai tingkat SD, SLTP
SMA/SMK sampai jenjang SMK, serta implementasi peserta didik terhadap nilai-nilai
karakter. Hal ini berbeda dengan negara-negara didunia pendidikan kewarganegaraan atau
citizenship diajarkan khusus untuk anak-anak SD dengan pengajaran berbasis kebiasaan
disekolah maupun didalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu makalah ini akan membahas
tentang PKn sebagai isu dunia dan PKn di beberapa negara

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka dapat kita ketahui rumusan masalah dari
“:PKn sebagai isu dunia dan PKn di beberapa negara”
a) Bagaimana Sejarah PKn di Amerika?

iv
b) Bagaimana PKn sebagai isu dunia?
c) Bagaimana Pkn di Indonesia ?

1.3 Manfaat
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka dapat kita ketahui manfaat dari “PKn
sebagai isu dunia dan PKn di beberapa negara”
a) Bagaimana Sejarah PKN diAmerika?
b) Bagaimana PKn sebagai isu dunia?
c) Bagaimana Pkn diIndonsia ?

iv
BAB II PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH PKn di AMERIKA


a. Perkembangan PKN di Amerika Serikat
Perkembangan PKN di Negara Amerika dapat ditinjau dari perspektif yang lebih luas,
berikut akan dikaji dinamika historis epistemologis IPS (Social Studies) di Amerika Serikat,
sebagai salah satu ”centre of Excellences ” pengembangan IPS di dunia.
Dalam masyarakat dan budaya industri atau teknologi, manusia ibarat minyak, energi, dan
tenaga listrik, dan pikiran manusia ibarat mesin komputer yang menjadi penggerak roda
industri (Lapp, et.al. 1975). Dalam perspektif, pemaknaan dan penggunaan istilah
kompetensi waktu itu mengacu pada filsafat pendidikan teknologikalisme sebagai
paradigma unggul dalam masyarakat industri. Akan tetapi, istilah kompetensi tidak harus
secara ekstrem ditempatkan dan didefinisikan dalam konteks seperti itu, karena
sesungguhnya pemaknaan dan penggunaan sebuah konsep atau istilah selalu mengalami
rekonseptualisasi dan rekontekstualisasi, mengacu pada filsafat pendidikan yang
digunakan.
Sejak IPS menjadi muatan kurikulum persekolahan di Amerika Serikat pada akhir
abad 19, telah berorientasi pada pencapaian standar kompetensi tertentu. Orientasi pada
pencapaian kompetensi tersebut, secara konsisten dipertahankan sejak awal pertumbuhannya
oleh Komisi IPS ( Committee on Social Studies= CSS) hingga sekarang oleh National
Council for the Social Studies (NCSS) (Saxe, 1991; NCSS, 1994). Dari hasil kajian terhadap
dinamika historis epistemologis IPS di Amerika Serikat, diketahui bahwa dasar
pengembangan standar kompetensi IPS adalah kompetensi dasar kewarganegaraan (civic
competencies) yang mencakup tiga ranah substantif, yaitu: pengetahuan kewarganegaraan
(civic knowledge), nilai dan sikap kewarganegaraan (civic dispositions), dan keterampilan
kewarganegaraan (civic skills) (Winataputra, 2001).
b. Perkembangan dari awal 1850an
Dalam perkembangannya, kompetensi dasar kewarganegaraan dalam IPS bersifat
dinamis. Pada awal awal pertumbuhannya (1850an 1912), dimensi “sosio ekonomis
” dan “sosio cultural kewarganegaraan menjadi mainstream. Waktu IPS SD diarahkan pada
pengembangan kompetensi “produktif “ vitas ekonomi” dan “pekerja kritis” dengan tujuan
pada pembentukan warganegara yang arif, kritis, dan partisipatif (Hursch & Ross, 2000).
Pada periode 1913-1930an, dimensi sosio cultural” kewarganegaraan atau “socially

iv
oriented education” menjadi mainstream. Waktu itu, IPS -SD diarahkan pada pengembangan
kompetensi “ efisiensi social ” dalam konteks pembentukan “ Community civics”, yaitu
kondisi kewarganegaraaan di dalam konteks komunitasnya.Maksudnya, bahwa siswa sebagai
warganegara yang baik adalah apabila memiliki “perasaan sosial” (social feeling), “pikiran
sosial” (social thought), dan melakukan “tindakan sosial” (social action). Atau warga negara
yang berketetanggaan ( good citizen of neighborhood) yang ditunjukkan melalui
keanggotaannya yang efisien di dalam lingkungan masyarakat bertetangga, serta
melestarikan rasa keberanggotaan di dalam komunitas dunia (Saxe, 1991).
Pada periode 1930an hingga awal 1970an, dimensi ”intelektual-keilmuan“
kewarganegaraan menjadi mainstream. Waktu itu, kompetensi dasar kewarganegaraan
bergeser ke arah pengembangan kompetensi warga negara sebagai intelektual dan ilmu
wan.
Pada periode 1970-1990an, dimensi ”socio cultural “ dan “ intelektual keilmuan”
kewarganegaraan kembali menjadi mainstream Akan tetapi, berbeda dengan dimensi sosio
kultural dan intelektual keilmuan pada periode-periode sebelumnya, pada periode ini
pengembangan dimensi sosio –kultural dan intelektual keilmuan kewarganegaraan lebih
diarahkan pada “social action ” atau “ social participation” berbasis penguasaan kemampuan
berpikir atau intelektual. Dalam dokumen NCSS “Social Studies Curriculum Guidelines ”
tahun 1971, dinyatakan bahwa “social participation is a necessary and essential component
of modern day social studies programs ” (Jarolimek, 1977:15).
Periode-periode sebelumnya (1930 s.d 1970) lebih menekankan pada penguasaan
struktur keilmuan (scientific structure of discipline) yang telah dikembangkan oleh para pakar
atau ilmuwan, pengembangan kompetensi dasar intelektual keilmuan sejak tahun 1970an
hingga dewasa ini lebih diarahkan pada “kemampuan siswa membangun sendiri
pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan dasar kewarganegaraan”. Pergeseran orientasi ini,
sejalan dengan penerimaan luas di kalangan pakar dan pengembang IPS terhadap paradigma
konstruktivisme. Ditegaskan NCSS di dalam dokumen “Expectations of Excellence:
Curriculum Standards for Social Studies” (1994) bahwa “Program
IPS adalah membantu siswa membangun pengetahuan dasar dan sikap-sikap yang berasal
dari disiplin akademik sebagai cara-cara yang khas dalam memandang realitas...”.
Komitmen terhadap pengembangan kompetensi kewarganegaraan kembali ditegaskan oleh
NCSS pada tahun 2003 bahwa IPS merupakan “... the integrated study of the social sciences
and humanities to promote civic competence...to help young people develop the ability to
make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse,

iv
democratic society in an interdependent world " (NCSS, 2003). Dari kajian terhadap
dinamika sosio-historis epistemologis IPS-SD di Amerika Serikat, jelas bahwa dasar
pemikiran utama pengembangan kompetensi IPS yang secara konsisten dipertahankan sejak
awal pertumbuhannya hingga dewasa ini adalah “kompetensi dasar kewarganegaraan” (civics
competencies). Karenanya, pendidikan kewarganegaraan di Amerika Serikat integral di
dalam IPS (Social Studies).
Pendidikan kewarganegaraan ditutupi oleh berbagai macam istilah di 16 negara dan
terdiri dari banyak subjek. Istilah-istilah ini termasuk kewarganegaraan, kewarganegaraan,
ilmu sosial, studi sosial, studi dunia, masyarakat, studi masyarakat, kecakapan hidup dan
pendidikan moral. Mata pelajaran ini juga memiliki tautan ke mata pelajaran lain dan opsi
kurikulum, termasuk sejarah, geografi, ekonomi, hukum, politik, studi lingkungan,
pendidikan nilai, studi agama, bahasa dan sains. Rentang istilah dan hubungan subjek
menggaris bawahi luasnya dan kompleksitas masalah yang dibahas dalam area ini.
Pendidikan kewarganegaraan dapat dengan mudah diangkut dari satu negara ke negara lain,
pendekatan dan program seperti itu hanya akan berhasil jika mereka ambil karena akun dari
tradisi sejarah, budaya dan sosial yang unik dari konteks baru. Seperti halnya pada manusia
operasi transplantasi, jika komponen baru tidak sesuai dengan komponen yang ada, akan
cepat ditolak.
Pendidikan kewarganegaraan sedang ditinjau dan diperbarui. Apa yang berhasil
dalam satu konteks tidak bisa diangkut ke yang lain. Adaptasi yang hati-hati daripada adopsi
grosir seharusnya semboyan. Ini berlaku baik di tingkat kelas nasional, regional, lokal,
sekolah atau individu. jumlah negara demokrasi yang lebih baru di antara 16 negara peninjau
internasional, melaporkan kesulitan saat itu mencoba untuk memperkenalkan ide-ide dan
praktik dari negara-negara demokratis yang lebih lama didirikan ke sekolah mereka.
Ini sangat nyata di Hungaria dan Korea. Karena itu penting untuk mengenali dan
menghormati bukan hanya luasnya interpretasi kewarganegaraan di 16 negara tetapi juga
pendekatan berbeda yang seperti itu interpretasi yang mengarahkan negara-negara untuk
mengambil pendidikan kewarganegaraan

c. Kerangka kerja C3 (College, Career and Citizenship) dalam PKN ( Americatition


Teory )
Berdasarkan delapan negara bagian sudah mulai menggunakan Kerangka kerja C3
(College, Career and Citizenship) untuk memandu revisi yang sesuai dengan standarisasi
negara-negara bagian tersebut. Dalam kerangka C3, yang mempelajari satu topik demi satu,

iv
siswa mengeksplorasi konten untuk menjawab pertanyaan penting dan mempersiapkan diri
untuk kewarganegaraan aktif. Idenya adalah membuat pendidikan kewarganegaraan lebih
dalam, lebih terarah dan lebih menarik. Perkembangan IKN-PKN di Amerika serikat sangat
perlu dikaji karena Amerika serikat dinilai merupakan pelopor dari pengajaran Demokrasi di
Sekolah. Dimana perlu diketahui tahap perkembangan dari Civics-Community, Civics-civics
Education. Perkembangan civic education di Amerika Serikat yang berkembang tidak
terbatas dalam menyiapkan warga negara dalam masyarakat demokratis. PKn ( civic
education) merupakan perkembangan dari IKN (Civics) .
Amerika serikat PKN dibanyak negara bagian mengajarkan konstitusi Amerika,
sejarah amerika, pemerintahan Amerika, penghormatan bendera, wilayah negara, sejarah
Amerika, pemerintahan Amerika, wilayah negara, patriotisme, prinsip-prinsip perwakilan,
kewajiban warga-negara, demokrasi, pemilihan umum, partai politik dan prinsip-prinsip
ekonomi , berdasarkan americantition Teory . Civic diambil dari ilmu politik kemudian
ditambahkan dengan program pendidikan menjadi civic education (PKN). PKn dalam hal ini
membahas tentang teori mengajar proses berfikir, motivasi perseption, aquiring skill, conzep
generalitation, efektivelearning, personality and adjustment.
Perkembangan Pendidikan kewarganegaraan di Amerika Serikat dalam salah satu
pendapat Herrera dan Little, menyebutkan bahwa “Parents and teachers are important
sources of identification of children’s behavior problems”. Orang tua dan guru merupakan
sumber penting dari identifikasi masalah perilaku anak anak. Ini menjelaskan pentingnya
peran orang tua dan pendidik untuk mendidik anaknya sehingga dapat mencegah perilaku
anak- anak yang salah yang bertentangan dengan nilai-nilai karakter. Sehingga karakter dapat
dirumuskan secara universal sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar antara lain :
1. Kedamaian (peace)
2. Menghargai (respect)
3. Kerja sama (cooperation)
4. Kebebasan (freedom)
5. Kebahagiaan (happiness)
6. Kejujuran (honesty)
7. Kerendahan hati (humility)
8. Kasih sayang (love)
9. Tanggung Jawab ( responsibility)
10. Kesederhanaan ( simplicity)
11. Toleransi (tolerance)

iv
12. Persatuan (unity).
Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak sering kali tidak jauh dari
perilaku ayah atau ibunya. Dalam bahasa Jawa dikenal istilah " Kacang ora ninggal lanjaran
"(Pohon kacang panjang tidak pernah rneninggalkan kayu atau bamboo tempatnya melilit dan
menjalar).Kecuali itu lingkungan,baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam ikut
membentuk karakter. Menurut Muklas di sekitar lingkungan sosial yang keras para anak
cenderung berperilaku antisosial, keras, tega, suka bermusuhan,dan sebagainya.Sementara
itu dilingkungan yang gersang, panas, dan tandus, penduduknya cenderung bersifat keras dan
berani mati. Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi karakter tersebut di atas, serta
factor- faktor yang dapat memengaruhi karakter, maka karakter dapat dimaknai
sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh
hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain,
serta diwujudkan dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
.
2.2. PKN SEBAGAI ISU DUNIA
Menurut UU No.62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan dijabarkan, bahwa
kewarganegaraan ialah segala bentuk hubungan seseorang dengan suatu negara yang
menimbulkan adanya sebuah hak dan kewajiban terhadap negara tersebut, berkaitan dengan
status kewarganegaraan yang dimiliki. Dinegara –negara tetangga perubahan nomenklatur
Pendidikan Kewarganegaraan yang dikenalkan dalam Kurikulum 2006 (Permendikbud No.
22 Tahun 2006) menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2013
juga didasari oleh hasil penelitian yang melibatkan Indonesia di forum internasional semacam
TIMSS dan PISA? Pada tahun 2009 Indonesia merupakan salah satu dari 38 negara yang ikut
terlibat dan menjadi sampel dalam penelitian International Civic and Citizenship Studies
(ICCS). Laporan ICCS tentang kondisi pendidikan kewarganegaraan di lima tempat negara
(Indonesia, Hong Kong SAR, Republik Korea/Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand)
menyebutkan bahwa hasil tes pengetahuan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia dan
Thailand siswa kelas VIII lebih rendah jika dibandingkan dengan negara sampel lainnya di
Asia.Di bagian lain, justru siswa kelas VIII di Indonesia dan Thailand memiliki tingkat
kepercayaan (Trust) yang tinggi terhadap pemerintah pusat dan daerah serta lembaga
parlemen mereka (John Ainley, Julian Fraillon, and Wolfram Schulz, 2013), jika
dibandingkan siswa-siswa di tiga lokasi sampel lainnya

iv
Pendidikan kewarganegaraan dari kajian-kajian di beberapa negara baik di Asia,
Eropa maupun Amerika (David L. Grossman, Wing On Lee, dan Kerry J. Kennedy, eds.,
2008; ) memberikan gambaran bahwa kebijakan kurikuler di persekolahan merupakan
kebijakan pendidikan tentang kurikulum sekolah berhubungan erat dengan kepentingan
politik pendidikan nasional terhadap situasi dan konteks yang mendukungnya.
Demikian pula pemberlakuan Kurikulum 2013 di indonesia untuk jenjang pendidikan dasar
dan menengah, pengembangannya didasari oleh beberapa pertimbangan dan latar belakang.
Sebagai contoh, Kurikulum 2013 dilahirkan dengan rasional pengembangan sebagai berikut.
1. Faktor internal sehubungan kondisi delapan standar nasional pendidikan yang telah
berjalan dan faktor demografi Indonesia menjelang 100 tahun indonesia merdeka.
2. Faktor Eksternal yang mendorong kesiapan Indonesia memasuki era globalisasi dan
keikutsertaan Indonesia dalam sejumlah kegiatan riset internasional tentang
kemelekbahasaan, dan sains, seperti PISA ( Program for International Student
Assesment)
Pada 1990 an, pendidikan kewarganegaraan di sejumlah negara dipahami secara berbeda-
beda. Dari kajian Print (1999:11) terhadap pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan di Asia
dan Pasifik, ditemukan ada yang menyebut pendidikan kewarganegaraan sebagai ―civic
education ‖ yang mencakup kajian tentang pemerintahan, konstitusi,rule of law,serta hak dan
tanggung jawab warga negara. Untuk yang lainnya, pendidikan kewarganegaraan disebut
dengan ―citizenship education ‖ dengan cakupan dan penekanan kajian meliputi proses-
proses demokrasi, partisipasi aktif warga negara, dan keterlibatan warga dalam suatu
civil society (masyarakat warga). Namun, bagi kebanyakan, kajian
civic education memasukan pembelajaran yang berhubungan
dengan institusi-institusi dan sistem yang melibatkan pemerintah, budaya politik political
heritage proses-proses demokratis, hak-hak dan tanggung jawab warga negara, administrasi
publik dan sistem peradilan (Print, 1999:112).
1. Pendidikan Moral dan Kewarganegaraan (L'enseignement moral et civique) Perancis

Dalam konteks pendidikan moral dan kewarganegaraan, siswa dilatih untuk mengembangkan
sikap kritis dan bijaksana terhadap informasi yang tersedia dan untuk memperoleh perilaku yang
bertanggung jawab dalam penggunaan alat interaktif selama mereka penggunaan layanan
komunikasi publik online

iv
2. Yhteiskuntaoppi (Ilmu Sosial/ IPS) (Finlandia) Memperluas persepsi murid masyarakat
Finlandia serta membimbing siswa untuk bertindak secara bertanggung jawab dan aktif
dalam masyarakat
3. Canadian and World Studies (Kanada)
Partisipasi warganegara. Memberikan pengetahuan tentang kewarganegaraan
Mengembangkan ketrampilan yang diperlukan tentang kewarganegaraan;
Mengeksplorasi kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai, dan keadilan social
4. Civic Education and Morals ( Jepang )
(Pendidikan kewarganegaraan yang memiliki 3 bahasan; kewarganegaraan; filsafat Dr
Sun Yat Sen; pelatihan militer Penanaman ideologi kebangsaan sebagai karakter bangsa
serta menghargai budaya lain dituangkan kedalam tiga mata pelajaran yakni
kewarganegaraan, filsafat Dr Sun Yat Sen, dan pelatihan militer
5. New South Wales (Sydney), Australia Civics and Citizenship Education (CCE) adalah
kewarganegaraan dan Pendidikan kewarganegaraan para generasi muda Australia
memiliki keyakinan, pengetahuan, pemahaman dan keterampilan untuk mengembangkan
identitas kewarganegaraan mereka. Hidup sebagai warganegara dalam masyarakat local
dan global. Menciptakan masa depan masyarakat yang lebih berkualitas
6. Sosial studies, living experience and Moral Education (Jepang) Untuk mengembangkan
kesadaran dan pemahaman tentang Jepang sebagai sebuah negara dan prinsip kedaulatan
(kognitif-kemampuan kewarganegaraan). Untuk mengembangkan suatu konsep tentang
masyarakat local dan negara serta cara bagaimana setiap individu dapat berkontribusi
dalam suatu pekerjaan di masyarakat (kognitif-kemampuan kewarganegaraan). Untuk
menghargai hak dan tanggungjawab serta tugas dari individu dalam suatu komunitas dan
masyarakat yang lebih luas (afektif-sikap kewarganegaraan)
7.Character and citizenship education Pendididkan karakter dan kewarganegaraan (
CCE/Singapura) adalah satu muatan kurikulum di negara singapura bermaksud untuk
pengembangan karakter dan kewarganegaraan Mengamalkan nilai-nilai karakter,
bertanggungjawab, dan prinsip-prinsip moral, tenggang rasa, secara personal dan sosia,
Menampilkan manajemen diri, rasa nasionalisme.Mewujudkan kehidupan yang harmonis
tanpa memandang bangsa,keturunan dan kepercayaan.
8. Pendidikan Sivik dan Kewarganegaraan (Malaysia). Memberi pemahaman terhadap
peserta didik tentang peranan, hak dan tanggungjawab dalam bermasyarakat dan bernegara
menjadikan anggota masyarakat dan warganegara yang bersatu, berjiwa patriot dan dapat

iv
diwujudkan dalam kesejahteraan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Pencapaian ke diri dan hubungan kekeluargaan hidup bermasyarakat,warisan budaya
Malaysia.
9. Citizenship Education at school in Europe ( Belgia ). Di Belgia tim sekolah menengah
secara kolektif bertanggung jawab untuk memutuskan bagaimana menerapkan berbagai
tujuan kurikuler yang luas berkaitan dengan pendidikan kewarganegaraan (misalnya
mengambil tanggung jawab, menunjukkan rasa hormat, bersikap kritis, dll.) sebagai
tujuan-tujuan lain yang lebih spesifik (misalnya yang berkaitan dengan konteks peradilan
politik).
10. Civic Education and Social Studies ( Belanda). Civic Education yang dikembangkan
dengan tiga tujuan inti pemahaman demokrasi, partisipasi, dan identitas. Siswa diharapkan
dapat memecahkan masalah atau konflik, membela iklim sosial, mengelola kemungkinan
yang muncul dalam keputusan mayoritas.

2.3 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA


Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan ( citizenship). Di dalam
kewargaan ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga kota atau warga
kabupaten, karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah di
Indonesia, kewargaan ini menjadi penting, karena masing-masing satuan politik akan
memberikan hak yang berbeda-beda bagi warganya. Kewarganegaraan memiliki kemiripan
dengan kebangsaan (nationality). Dalam hal ini yang membedakan adalah hak-hak untuk
aktif dalam perpolitikan. Kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara tidaklah mungkin
karena dalam sebuah negara hak diikuti kewajiban.
Berdasarkan pengertian PPKn dalam kurikulum pendidikan dasar maka PKn Dapat
diartikan sebagai berikut: 1.Melestarikan dan mengembangkan nilai moral-moral Pancasila
yang dikembangkan itu mampu menjawab tantangan perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat, tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa indonesia yang merdeka, bersatu dan
berdaulat. 2.Mengembangkan dan membina siswa menuju manusia indonesia seutuhnya yang
sedikit politik, hukum dan konstitusi negara kesatuan republik indonesia berlandaskan
pancasila. Dalam proses belajar mengajar, diharapkan tidak hanya berlangsung interaksi
instruksional, tetapi juga interaksi pedagogis yang mengutamakan sentuhan emosional
sehingga peserta didik merasa senang belajar.
Kewarganegaraan berasal dari dua kata yaitu ‘warga’ dan ‘negara’. Berdasarkan
KBBI, pengertian warga adalah tingkatan dalam masyarakat. Sedangkan definisi negara

iv
adalah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan
ditaati oleh rakyat. Sementara warga negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa
berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya yang mempunyai kewajiban dan
hak penuh sebagai seorang warga dari negara itu.
a. Kewarganegaraan Menurut Para Ahli :
1.Graham Murdock (1994), kewarganegaraan adalah suatu hak agar dapat ikut serta
maupun berpartisipasi secara utuh didalam berbagai pola stuktur sosial, politik dan juga
kehidupan kultural agar dapat menciptakan sesuatu hal yang baru selanjutnya karena
dengan begitu akan membentuk ide-ide yang besar.
2.Menurut Soemantri, kewarganegaraan diartikan sesuatu yang memiliki keterkaitan atau
hubungan antara manusia sebagai individu didalam suatu perkumpulan yang tertata dan
terorganisir dalam hubungannya dengan negara yang bersangkutan.
3. Stanley E. Ptnord dan Etner F. Peliger
Kewarganegaraan merupakan sebuah ilmu atau studi mengenai tugas dan kewajiban
pemerintahan serta hak dan kewajiban seorang warga negara
4. Wiyanto Dwijo Hardjono, Pendidikan kewarganegaraan ialah keanggotaan seseorang
dalam satuan politik tertentu (secara khusus negara) yang dengannya membawa hak untuk
dapat berprestasi dalam suatu kegiatan politik di negara tersebut.
5. R. Daman, Kewarganeagaraan adalah hal-hal yang berhubungan dan berkaitan dengan
penduduk dalam suatu bangsa.
6. Wolhoff , Kewarganeganegaraan adalah keanggotaan suatu bangsa tertentu, yakni
sejumlah manusia yang terikat dengan yang lainnya dikarenakan suatu sebab yaitu
kesamaan bahasa, kehidupan dalam sosial dan berbudaya serta kesadaran nasionalnya.
7. Daryono, kewarganegaraan adalah merupakan pokok-pokok yang mencakup isi tentang
hak dan kewajiban warga negara. Sebab kewarganegaraan merupakan keanggotaan
seseorang didalam satuan politik tertentu (dalam hal ini negara) yang berkenaan dengan
hal tersebut maka timbulah suatu hak untuk berpartisipasi didalam kehidupan politik di
negara tersebut, seseorang tersebut dinamakan warga negara.
8. Ko Swaw Sik, Kewarganegaraan adalah ikatan hukum diantara negara beserta seseorang
yang disebut warga negara. Ikatan atau hubungan tersebut menjadi suatu kontrak politik
yang mana sebuah negara tersebut memiliki hukum tata negara dan kedaulatan yang
diakui masyarakat dunia. kewarganegaraan disini merupakan bagian dalam konsep
kewargaan

iv
b. Kewarganegaraan menurut pemahamannya diantaranya sebagai berikut
1. Kewarganegaraan hukum (Yuridis), hubungan atau ikatan secara yuridis antara seorang
warga negara dengan negara terkait status seseorang tersebut sebagai warga
negara.Dengan begitu setiap warga negara memiliki kewajiban untuk tunduk dan patuh
terhadap hukum dan undang-undang yang berlaku.
2. Kewarganegaraan sosiologis, Ikatan antara seorang warga negara dengan negara secara
sosial, yang didapat karena hubungan darah, setanah air, senasib sepenanggungan,budaya
dan sejarah yang sama.
3.Kewarganegaraan formal, secara teori hukum merujuk pada tempat kewarganegaraan.
Segala hal mengenai kewarganegaraan maupun warga negara berada pada konteks hukum
publik, sebab segala ketentuan-ketentuan tersebut bersifat publik (umum)
4.Kewarganegaraan materiil, merujuk pada akibat yang ditimbulkan karena status
kewarganegaraan seseorang dalam hukum, timbul hak dan kewajiban dalam konteks
suatu negara. Seseorang memiliki status kewarganegaraan, maka timbul sebuah ikatan
hukum yang mewajibkannya patuh serta tunduk dalam hukum di negara terkait secara
yuridis.
c. Perkembangan PKn di Indonesia dan implementasi kurikulum 2013 sebagai berikut:
Perkembangan PKn di Indonesia

1.Sebelum Proklamasi Kemerdekaan


Pada jaman Hindia Belanda di kenal dengan nama “Burgerkunde”. Pada waktu itu ada 2 buku
resmi yang digunakan, yaitu :
1. Indische Burerschapkunde, yang di bicarakan dalam buku tersebut, masalah
masyarakat pribumi. Pengaruh barat, bidang sosial, ekonomi, hukum, ketatanegaraan
dan kebudayaan, masalah pertanian, masalah perburuhan. Kaum menengah dalam
industri dan perdagangan, terbentuknya dewan rakyat, masalah pendidikan, kesehatan
masyarakat, pajak, tentara dan angkatan laut.
2. Rech en Plich (Bambang Daroeso, 1986: 8-9) karangan J.B. Vortman yang
dibicarakan dalam buku tersebut yaitu : Badan pribadi yang mengutarakan masyarakat
dimana kita hidup, obyek hukum dimana dib icarakan eigondom eropah dan hak-hak
atas tanah. Masalah kedaulatan raja terhadap kewajiban-kewajiban warga negara
dalam perinta Hindia Belanda. Masalah Undang-Undang, sejarah alat pembayaran
dan kesejahteraaan

iv
Adapun tujuan dari buku tersebut, yakni: agar rakyat jajahan lebih memahami hak dan
kewajibannya terhadap pemerintah Hindia Belanda, sehingga diharapkan tidak menganggap
pemerintah belanda sebagai musuh tetapi justru memberikan dukungan dengan penuh
kesadaran dalam jangka waktu yang panjang.
Pada tahun 1932 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan yang disetujui
Volksraad, bahwa setiap ugru harus memiliki izin. Dalam pertimbangannya adalah banyak
guru sekolah partikelir bukanlah lulusan sekolah guru, dan yang berhak mengajar hanyalah
lulusan sekolah guru. Sedangkan lewat pendidikan non-formal terutama dilakukan oleh para
tokoh pergerakan nasional yakni bung Karno dan Bung Hatta. Pelaksanaan pendidikan politik
baik yang dilakukan oleh guru-guru sekolah partikelir maupun yang dilakukan para tokoh
pergerakan nasional, pada prinsipnya dapat di nyatakan sebagai “cikal bakal” pendidikan
politik atau PKn di Jaman Indonesia merdeka.

2.Sesudah Proklamasi kemerdekaan


Gambaran Nu’man Somantri (1976: 34-35), yakni :
1. Kewarganegaraan (1957)
Isi pelajaran kewarganegaraan adalah membahas cara memperoleh dan kehilangan
kewarganegaraan.
2. Civics (1961)
Isi civics banyak membahas tentang sejarah kebangkitan nasional . Uud, pidato-pidato politik
kenegaraan yang terutama diarahkan untuk “nation and character building” Bangsa Indonesia
seperti pada waktu pelaksanaan civics di America pada tahun-tahun setelah declaration of
Independence Amerika
3. Pendidikan Kewargaan Negara (1968)
Diberlakukannya kurikulum 1975, PKn pada prinsipnya merupakan unsur dari PMP.
Lahirnya UU no.2 Tahun 1989 tentang SPN (Sistem Pendidikan Nasional). menunjuk pasal
39 ayat 2, yang menentukan bahwa PKn bersama dengan pendidikan Pancasila dan
Pendidikan Agama harus di muat dalam kurikulum semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan
maka PKn akan mengalami perkembangan lagi.
Menurut ali emran (1976: 4) isi PKn meliputi :
1) Untuk SD : pengetahuan Kewargaan negara, sejarah Indonesia, ilmu Bumi.
2) Untuk SMP : Sejarah kebangsaan, kejadian setelah kemerdekaan, UUD 1945,
Pancasila, Ketetapan MPRs.

iv
3) Untuk SMA : Uraian pasal-pasal dari UUD 1945 yang dihubungkan dengan tatanegara,
sejarah, ilmu bumi dan ekonomi.
Tahun 1970 PKn difusikan ke dalam mata pelajaran IPS
Tahun 1972, dalam seminar di Tawangmangu Surakarta, menetapkan istlah ilmu kewargaan
Negara (IKN) sebagai pengganti CIVICS, dan pendidikan Kewargaan Negara (PKn) sebagai
istilah civic Education. IKN lebih bersifat teoritis dan PKn lebih bersifat praktis antara
keduanya merupakan kesatuan tak terpisahkan, karna perkembangan PKn sangat tergantung
pada perkembangan IKN.
1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) Menurut Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 mengintegrasikan antara pengajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dengan nama mata pelajaran PPKn.
a. Perkembangan PKn pada masa transisi Demokrasi
Perkembangan PKn pada era Orde Baru, ternyata lebih ditentukan faktor kepentingan untuk
membangun negara (state Building) ketimbang untuk membangun bangsa (Nation Building).
Hal tersebut di sebabkan karena :
1) Kemerosotan nilai estetika dan moral para penyelenggara negara yang sudah
kehilangan semangat pengabdian, pengorbanan kejujuran dan keikhlasan.
2) Hukum lebih merupakan alat kekuasaan dari pada alat keadiland an kebenaran.
3) Fandalisme, paternalisme dan absolutisme
4) Posisi dan peran ABRI lebih merupakan alat kekuasaan dari pada alat negara untuk
mengabdi kepada kepentingan rakyat.
Kondisi di atas berpengaruh pada perubahan kurikulum PPKn dan pelaksanaan
pengajarannya di lapangan yang lebih menekankan untuk mendukung status quo atau
legitimasi dan pembenaran (justifikasi) berbagai kebijakan rezim orba dari pada untuk
meningkatkan pemberdayaan warga Negara dalam berhubungan dengan negara. Dalam era
reformasi, tantangan PPKn semakin berat. P4 dipermasalahkan substansinya, karena tidak
memberikan gambaran yang tepat tentang nilai Pancasila sebagai satu kesatuan. Dengan
adanya perubahan UU No. 2 tahun 1989 yang diubah dengan UU No. 2 tahun 2003 tidak
dieksplisitkan lagi nama pendidikan Pancasila, sehingga tinggal Pendidikan
Kewarganegaraan. Begitu pula kurikulum 2004 memperkenalkan istilah Pengganti PPKn
dengan kewarganegaraan / pendidikan kewarganegaraan. Perubahan nama ini juga diikuti
dengan perubahan isi PKn yang lebih memperjelas akar keilmuan yakni politik, hukum dan
moral

iv
2.Dalam Kurikulum K 13
Dalam kurikulum K13 pendidikan kewarganegaraan bertahap dilakukan oleh
pemerintah dengan adanya penekanan aspek afektif dan social yang terdapat dalam
kompetensi inti 1 dan kompetensi inti 2 yang wajib ada dalam seluruh mata pelajaran di
sekolah (Dekdikbud, 2013). Diharapkan dengan kurikulum 2013 ini akan mampu menjawab
tantangan global dan menjadi manusia yang berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab sesuai tujuan nasional
pendidikan. Menurut Said ( 2011) pendidikan kewarganegaraan sama dengan pendidikan
karakter artinya mempunyai kualitas positif seperti peduli, adil jujur hormat terhadap sesama,
rela memaafkan, sadar akan hidup, berkomunitas dan sebagainya.
Pendidikan kewarganegaraan dalam proses pembelajaran harus dapat mendorong perbuatan
dan sikap yang jujur sopan yang artinya dapat dikatakan hasil pendidikan karakter di dalam
kurikulum 2013 (Indriani D. E., 2017).
Bhinneka tunggal ika yang menjadi kekhasan bangsa indonesia menjadikan
pendidikan karakter relevan dari sentral dalam kerangka visi pendidikan Pratama (2015)
Pendidikan kewarganegaraan yang mengandung nilai-nilai pancasila yang merupakan
tameng utama untuk menghadapi tantangan dan ancaman tersebut Pustaka ( 2004).
Nilai adalah motor penggerak sejarah dan social, penghargaan atau kualitas terhadap suatu
hal yang menjadi dasar penentuan tingkah laku manusia Winarno & Wijianto (2015)
Menurut kemendiknas dalam artikel Sujana (2014) nilai- nilai luhur sebagai pondasi
karakter bangsa yang dimiliki setiap suku di Indonesia, sebagai berikut: 1) Religius, 2)
Jujur, 3) Toleransi, 4) Disiplin, 5) Kerja keras, 6) Kreatif, 7) Mandiri, 8) Demokratis, 9)
Rasa Ingin tahu, 10) Semangat kebangsaan, 11) Cinta tanah air, 12) Menghargai prestasi,
13.Bersahabat/komunikatif, 14) Cinta damai,15) Gemar membaca, 16) Peduli social, 17)
Peduli lingkungan, 18) Tanggung jawab (Sriyono, 2010)
Kurikulum 2013 penilaian afektif siswa tertuang dalam KI 1 dan KI 2, sejalan
dengan pengukuran ranah afektif meliputi aspek penerimaan, pemberian respon, penilaian,
pengorganisasian, karakterisasi. Diharapkan kemampuan siswa dalam dimensi sikap menjadi
manusia yang pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui peroses menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, dan mengamalkan perilaku yang mencerminkan pribadi yang
beriman, berahlak mulia (jujur, santun, peduli, disiplin, demokratis), percaya diri, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar,
serta dunia dan peradabannya (Indriani, Tjandra Kirana, & Ibrahim, 2017). Karakter yang
baik adalah kekuatan untuk menghadapi semua tantangan dan ancaman yang dapat

iv
melemahkan usaha untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang pernah ditentukan (Martoredjo,
2016). Karakter yang dominan muncul dalam kurikulum 2013 adalah Toleransi, Disiplin,
Tanggung jawab; lantas diikuti karakter religius, jujur, demokratis, rasa ingin tahu, cinta
tanah air,dan peduli sosial.

iv
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pendidikan kewarganegaraan ditutupi oleh berbagai macam istilah di 16 negara dan
terdiri dari banyak subjek. Istilah-istilah ini termasuk kewarganegaraan, kewarganegaraan,
ilmu sosial, studi sosial, studi dunia, masyarakat, studi masyarakat, kecakapan hidup dan
pendidikan moral. Mata pelajaran ini juga memiliki tautan ke mata pelajaran lain dan opsi
kurikulum, termasuk sejarah, geografi, ekonomi, hukum, politik, studi lingkungan,
pendidikan nilai, studi agama, bahasa dan sains. Rentang istilah dan hubungan subjek
menggaris bawahi luasnya dan kompleksitas masalah yang dibahas dalam area ini.
Pendidikan kewarganegaraan dapat dengan mudah diangkut dari satu negara ke negara lain,
pendekatan dan program seperti itu hanya akan berhasil jika mereka ambil karena akun dari
tradisi sejarah, budaya dan sosial yang unik dari konteks baru. Seperti halnya pada manusia
operasi transplantasi, jika komponen baru tidak sesuai dengan komponen yang ada, akan
cepat ditolak.

4.2 Saran
1.Dengan pelaksanaan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di Indonesia peran orang
tua adalah yang utama dan guru sebagai penngajar sekaligus pendidikan harus dapat
menjalankan perannya dengan baik
2. Dalam konsep PPKn memiliki nilia-nilai karakter yang bertujuan untuk membangun
generasi muda saat ini.

iv
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan Ebta.2012.Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Ofline Versi 1.4 dengan
mengacu pada data dari KBBI Daring (edisi III)
Suparno dkk.2010.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.um press:malang
Indriani, D. E. (2016). Implementasi K13 dalam Proses Pembelajaran pada Anak Sekolah
Dasar di Pulau Madura.
Indriani, D. E. (2017). Character Education Based on Pancasila Values Through Curriculum
Winarno. (2007). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.Surakarta: PT. Bumi Aksara
Winarno, & Wijianto. (2015). Model Penguatan Nilai-Nilai Pancasila Melalui Pendampingan
Organisasi Kemasyarakatan di Kota Surakarta. Revolusi Pendidikan Karakter Bangsa
(pp. 266-272). Malang: FIS UNM
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132300167/pengabdian/paradigma-pendidikan-
kewarganegaraan-kurikulum-2013-kuliah-umum-fkip-uad-( diakses 20 nopember 2013)

iv
iv

Anda mungkin juga menyukai