Askep Kelolaan Putri
Askep Kelolaan Putri
Nim: 20160320117
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, kekuatan serta kesabaran di dalam menyelesaikan makalah ini sesuai harapan saya
dan sesuai waktu yang telah di tentukan, meskipun tidak sedikit hambatan yang saya hadapi.
Saya berharap dengan terwujudnya makalah ini dapat dijadikan bahan bacaan minimal bagi
teman-teman dan diharapkan pula dapat menambah wawasan, pengetahuan dan menambah rasa
tanggung jawab kami sebagai mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.Sekalipun
makalah ini masih belum sempurna, namun untuk mewujudkannya diupayakan secara maksimal,
dengan harapan dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami mempersembahkan makalah ini, semoga
mendapat penilaian yang positif dan bermanfaat adanya, kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan demi perbaikan penulisan makalah berikutnya.
Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
B. Proses Terjadinya Masalah
a. Definisi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu. (Prabowo, 2014 : 129)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalamai
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada. (Damaiyanti, 2012: 53)
b. Penyebab
1. Faktor Predisposis
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang
dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Beberapa faktor
predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiologi seperti pada
halusinasi (Stuart dan Laraia, 2005), antara lain:
Faktor Genetik, telah diketahui bahwa secara genetik schizophrenia
diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu. Namun demikian
kromosom yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini
sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik
memiliki kemungkinan mengalami schizophrenia sebesar 50 % jika salah
satunya mengalami schizophrenia, sementara jika dizygote peluangnya
sebesar 15 %. Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami
schizophrenia berpeluang 15 % mengalami schizophrenia, sementara bila
kedua orang tuanya schizophrenia maka peluangnya menjadi 35 %.
Faktor Perkembangan, Jika tugas perkembangan mengalami hambatan
dan hubungan interpersonal terganggu maka individu akan mengalami
stress dan kecemasan
Faktor neurobiologi, ditemukan bahwa kortex pre frontal dan kortex
limbic pada klien dengan schizophrenia tidak pernah berkembang penuh.
Ditemukan juga pada klien schizophrenia terjadi penurunan volume dan
fungsi otak yang abnormal. Neurotrnsmiter juga tidak ditemukan tidak
normal khususnya dopamine, serotonin dan glutamat
Study neurotransmitter, Schizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidak seimbangan neurotransmitter. Dopamine berlebihan, tidak
seimbang dengan kadar serotinin
Faktor Biokimia, Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Dengan adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka
didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP)
Teori Virus, Paparan virus Influenzae pada trimester ke-3 kehamilan dapat
menjadi factor predisposisi schizofrenia
Psikologis, Beberapa kondisi psikologis yang menjadi factor predisposisi
schizophrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas,terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah
yang mengambil jarak dengan anaknya. Sementara itu hubungan
interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang
bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan
kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas.
Faktor Sosiokultural, Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan
seorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat
klien dibesarkan.
2. Faktor Presipitasi
Biologis
Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap
stresosor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi
stress.(Prabowo, 2014 : 133)
Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan nyata dan tidak.
c. Jenis
Halusinasi terdiri dari beberapa jenis dengan karakteristik tertentu, antara lain:
1. Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara-
suara orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
2. Halusinasi Pengihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pencaran cahaya,
gambaraan geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama yang luas dan
komplesk. Bayangan bias bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi Penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan adanya bau
busuk, amis, dan bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses. Kadang-
kadang terhidu bau harum. Biasnya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang
dan dementia.
4. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi Pengecap (Gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk,
amis, dan menjijikkan.
6. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti
darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine. (Yosep Iyus, 2007: 130)
7. Halusinasi Viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya sudah
tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Sering pada skizofrenia dan sindrom obus parietalis. Misalnya sering
merasa diringa terpecah dua.
Derelisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungan yang tidak sesuai
dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala suatu yang dialaminya seperti
dalam mimpi. (Damaiyanti, 2012 : 55-56)
Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata
Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton. (Prabowo,
2014: 133-134)
h. Mekanisme Kopping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi (Stuart,Laraia,
2005) meliputi:
1. Regresi: menjadi malas beraktifitas sehri-hari.
2. Proyeksi: mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
3. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
i. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klien skizoprenia yang mengalami Halusinasi adalah dengan
pemberian obat – obatan dan tindakan lain, (Stuart, Laraia, 2005) yaitu:
Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi
pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia adalah
obat anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah: Fenotiazin
Asetofenazin (Tindal), Klorpromazin (Thorazine), Flufenazine (Prolixine,
Permitil), Mesoridazin (Serentil), Perfenazin (Trilafon), Proklorperazin
(Compazine), Promazin (Sparine), Tioridazin (Mellaril), Trifluoperazin
(Stelazine), Trifluopromazin (Vesprin) 60-120 mg, Tioksanten Klorprotiksen
(Taractan), Tiotiksen (Navane) 75-600 mg, Butirofenon Haloperidol (Haldol)
1-100 mg, Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg,
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg, Dihidroindolon Molindone
(Moban) 15-225 mg.
Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)
Terapi aktivitas kelompok (TAK)
j. Pohon masalah
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
A. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 53 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Alamat : Camp assesmen Dinas Sosial DIY
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SD
g. Pekerjaan : tak kerja
h. Tgl. Dirawat : 28 Juni 2018
i. Tgl. Pengkajian : 9 Juli 2018
j. Ruang rawat : Wisma Drupadi
k. No. CM : 0092431
l. Dx. Medis : F 25.1 (gangguan skizoafektif tipe depresif)
m. Penanggung jawab : sularso (adik)
B. Alasan masuk:
Pasien tidak tahu mengapa dibawa ke RSJ, saat masak sayur bayam tiba-tiba diikat dan
dibawa ke RS. Obatnya udah abis dan merasa kalau sudah sembuh.
C. Faktor Predisposisi
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
1) Ya
2) Tidak
b. Pengobatan sebelumnya
1) berhasil
2) kurang berhasil √
3) Tidak berhasil
c. Trauma
Jelaskan: pasien mengalami penganiayaan fisik sekitar tahun 2005. Pasien sering dipukuli oleh
seseorang karena serig meminta uan g kepada pasien tetapi pasien tidak memberinya karena tidak
punya uang
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
Ada
Gejala : ……………………………………
Tidak ada
D. Pemeriksaan fisik
E.
Psikososial
a. Genogram
Anak ke 6 dari 8 bersaudara
b. Konsep diri
Citra /gambaran tubuh : pasien mengatakan ia menyukai semua bagian tubuhnya
Identitas diri : pasien sudah puas sebagai karena pasien suka memasak
Peran : pasien sebagai seorang anak
Ideal diri : klien berharap bisa cepat sembuh dan pulang ingin cepat kumpul
kembali bersama keluarga.
Harga diri : pasien mengatakan sekarang tidak pernah dilibatkan lagi dalam
masalah keluarga dan tidak pernah di jenguk keluarganya
c. Hubungan sosial
Orang yang berarti
Pak dukuh
Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Pasien mengatakan sering ikut pengajian dan kumpulan-kumpulan di
masyarakat sekitar
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Tidak ada
d. Spiritual
Nilai dan kayakinan
Pasien tidak bisa mengungkapkan pandangannya tentang orang sakit jiwa
Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan melakukan sholat dan ikut pengajian
F. Status Mental
1. Penampilan
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan :
Pasien terlihat rapi,bersih dan
pakaian juga sesuai
2. Pembicaraan
• Cepat
• Keras
• Gagap
• Inkoheren
• Apatis
• Lambat
• Membisu
• Tidak mampu memulai
pembicaraan Jelaskan : harus
ditanya terlebih dahulu
3. Aktifitas motorik
• Lesu
• Tegang
• Gelisah
• Agitasi
• Tic
• Grimace
• Tremor
• Kompulsive
Jelaskan : Normal
4. Alam perasaan
• Sedih
• Takut
• Putus asa
• Khawatir
• Euphoria
Jelaskan : Normal
5. Afek
a. Datar
b. Tumpul
c. Labil
d. Tidak ses
Jelaskan :
Normal
• Pendengaran
• Penglihatan
• Peraban
• Pengecapan
• Penghidu
Jelaskan :
Pasien mendengar suara saat akan dijemput oleh ambulans, suara itu
menyuruhnnya menusuk dengan pisau ke penjemputnya
Pasien melihat seorang laki-laki yang lewat didepannya saat dia sedang mengobrol
8. Isi pikir
a. Obsesi
b. Phobia
c. Hipokondria
d. Depersonalisasi
e. Ide terkait
f. Pikiran magic
Jelaskan: tidak ada
Waham:
a. Agama
b. Somatik
c. Kebesaran
d. Curiga
e. Nihilistik
f. Sisip pikir
g. Siar pikir
h. Kontrol pikir
Jelaskan:
Kebesaran: pasien mengaku bekerja di kantor pos dan kantor polisi
9. Arus pikir
a. Sirkumtansial
b. Tangensial
c. Kehilangan asosiasi
d. Flight of idea
e. Blocking
f. Pengulngan pembicaraan
Jelaskan:
11. Memori
a. Gangguan daya ingat jangka panjang
b. Gangguan daya ingat jangka pendek
c. Gangguan daya ingat saat ini
d. Konfabulasi
Jelaskan:
Minimal
1. Makan
2. BAB/BAK
3. Mandi
4. Berpakaian/berhias
5. Penggunaan obat
Ya Tidak
Mempersiapkan makanan
Menjaga kerapian rumah
Mencuci pakainan
Pengaturan keuangan
H. Mekanisme Koping
a. Adaptif:
i. Membicarakan masalah dengan orang lain
ii. Mampu menyelesaikan masalah
iii. Menggunakan tehnik relaksasi
iv. Aktivitas konstruktif
v. Distraksi
vi. Lain-lain………………..
b. Maladaptif:
i. Reaksi lamban/berlebihan
ii. Mengkonsumsi alkohol
iii. Bekerja berlebihan
iv. Menghindar
v. Mencederai diri
vi. Lain-lain…………………
K. Aspek medik
a. Diagnosa medik
F25.0 = skizoafektif
b. Terapi medik
Depacote ER 1-0-0
THP 1-0-1
Risperidone 1-0-1
Clozapine 0-0-1
HLP 1-0-1
Analisa Data
Data fokus Etiologi Problem
DO: Halusinasi Konfusi akut
pasien terlihat kadang
seperti orang bingung
DS:
pasien mengatakan
mendengar suara yang
menyuruhnya melakukan
tindakan yang dapat
membahayakan orang lain
pasien mengatakan
melihat laki-laki yang
lewat saat dia sedang
mengobrol
pasien mengatakan suara
muncul saat dia akan
dijemput ambulans
Catatan Perkembangan
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Konfusi akut - Berdoa bersama S: pasien mengatakan
Selasa, 10 juli - Relaksasi nafas dalam mengalami halusinasi
2018 - Senam bersama pendengaran dan
teman-teman dan penglihatan
perawat
- membangun O: pasien terlihat bingung
hubungan dengan apa yanag dialami
interpersonal dan
saling percaya dengan A: halusinasi terasi
klien. sebagian
- Memberikan
kesempatan klien P: lakukan menejemen
untuk menjelaskan halusinasi
halusinasinya.
- Memertahankan
rutinitas yang
konsisten.
- Memberikan istirahat
dan gizi yang cukup
- Fokuskan kembali
klien mengenai topik
jika komunikasi tidak
sesuai situasi
-
Rabu, 11 juli - Berdoa bersama S: S: pasien mengatakan
2018 - Relaksasi nafas dalam mengalami halusinasi
- Senam bersama pendengaran dan
teman-teman dan penglihatan
perawat
- membangun O: pasien terlihat bingung
hubungan dengan apa yanag dialami,
interpersonal dan pasien terlihat berbicara
saling percaya dengan sendiri
klien.
- Memberikan A: halusinasi terasi
kesempatan klien sebagian
untuk menjelaskan
halusinasinya. P: lakukan menejemen
- Memertahankan halusinasi
rutinitas yang
konsisten.
- Memberikan istirahat
dan gizi yang cukup
- Fokuskan kembali
klien mengenai topik
jika komunikasi tidak
sesuai situasi
-
Kamis,12 juli - membangun S: pasien mengatakan
2018 hubungan masih mengalami halusinasi
interpersonal dan pendengaran dan
saling percaya dengan penglihatan
klien.
- Catat perilaku klien O: pasien terlihat bingung
yang menunjukkan dengan apa yanag dialami,
halusinasi. pasien terlihat berbicara
- mempertahankan sendiri
rutinitas yang
konsisten. A: halusinasi terasi
- Berikan istirahat dan sebagian
gizi yang cukup
- Fokuskan kembali P: lakukan menejemen
klien mengenai topik halusinasi
jika komunikasi tidak
sesuai situasi
- memberi keamanan
pada klien dan oran
lain ketika klien tidak
dapat mengontrol
perilaku
Strategi Pelaksanaan Tindakan Komunikasi Keperawatan
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien: pasien mengatakan mendengar suara orang dibelakangnya dan
menyuruhnya untuk menusuk anggota ambulans yang datang menjeputnya. Pasien
terlihat berbicara sendiri
2. Diagnosa keperawatan: konfusi akut
3. Tujuan: untuk menghilangkan halusinasi pasien
4. Tindakan keperawatan (sesuai SP): SP 1 mengenal halusinasi dan menghardik
halusinasi
TERMINASI
Davidson, Gerald C., John M. Neale, & Ann M. Kring., 2004. Abnormal
Psychology (9th edition). US: John Wiley & Sons, Inc
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Mukhripah Damayanti, Iskandar . (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.