Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI DI BANGSAL


DRUPADI RS JIWA GRHASIA YOGYAKARTA

Nama : Putri Handayani

Nim: 20160320117

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, kekuatan serta kesabaran di dalam menyelesaikan makalah ini sesuai harapan saya
dan sesuai waktu yang telah di tentukan, meskipun tidak sedikit hambatan yang saya hadapi.
Saya berharap dengan terwujudnya makalah ini dapat dijadikan bahan bacaan minimal bagi
teman-teman dan diharapkan pula dapat menambah wawasan, pengetahuan dan menambah rasa
tanggung jawab kami sebagai mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.Sekalipun
makalah ini masih belum sempurna, namun untuk mewujudkannya diupayakan secara maksimal,
dengan harapan dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami mempersembahkan makalah ini, semoga
mendapat penilaian yang positif dan bermanfaat adanya, kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan demi perbaikan penulisan makalah berikutnya.

Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN

A. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
B. Proses Terjadinya Masalah
a. Definisi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu. (Prabowo, 2014 : 129)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalamai
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada. (Damaiyanti, 2012: 53)
b. Penyebab
1. Faktor Predisposis
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang
dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Beberapa faktor
predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiologi seperti pada
halusinasi (Stuart dan Laraia, 2005), antara lain:
 Faktor Genetik, telah diketahui bahwa secara genetik schizophrenia
diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu. Namun demikian
kromosom yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini
sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik
memiliki kemungkinan mengalami schizophrenia sebesar 50 % jika salah
satunya mengalami schizophrenia, sementara jika dizygote peluangnya
sebesar 15 %. Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami
schizophrenia berpeluang 15 % mengalami schizophrenia, sementara bila
kedua orang tuanya schizophrenia maka peluangnya menjadi 35 %.
 Faktor Perkembangan, Jika tugas perkembangan mengalami hambatan
dan hubungan interpersonal terganggu maka individu akan mengalami
stress dan kecemasan
 Faktor neurobiologi, ditemukan bahwa kortex pre frontal dan kortex
limbic pada klien dengan schizophrenia tidak pernah berkembang penuh.
Ditemukan juga pada klien schizophrenia terjadi penurunan volume dan
fungsi otak yang abnormal. Neurotrnsmiter juga tidak ditemukan tidak
normal khususnya dopamine, serotonin dan glutamat
 Study neurotransmitter, Schizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidak seimbangan neurotransmitter. Dopamine berlebihan, tidak
seimbang dengan kadar serotinin
 Faktor Biokimia, Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Dengan adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka
didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP)
 Teori Virus, Paparan virus Influenzae pada trimester ke-3 kehamilan dapat
menjadi factor predisposisi schizofrenia
 Psikologis, Beberapa kondisi psikologis yang menjadi factor predisposisi
schizophrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas,terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah
yang mengambil jarak dengan anaknya. Sementara itu hubungan
interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang
bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan
kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas.
 Faktor Sosiokultural, Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan
seorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat
klien dibesarkan.
2. Faktor Presipitasi
 Biologis
Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
 Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap
stresosor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
 Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi
stress.(Prabowo, 2014 : 133)

 Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan nyata dan tidak.

c. Jenis
Halusinasi terdiri dari beberapa jenis dengan karakteristik tertentu, antara lain:
1. Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara-
suara orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
2. Halusinasi Pengihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pencaran cahaya,
gambaraan geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama yang luas dan
komplesk. Bayangan bias bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi Penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan adanya bau
busuk, amis, dan bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses. Kadang-
kadang terhidu bau harum. Biasnya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang
dan dementia.
4. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi Pengecap (Gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk,
amis, dan menjijikkan.
6. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti
darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine. (Yosep Iyus, 2007: 130)
7. Halusinasi Viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
 Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya sudah
tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Sering pada skizofrenia dan sindrom obus parietalis. Misalnya sering
merasa diringa terpecah dua.

 Derelisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungan yang tidak sesuai
dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala suatu yang dialaminya seperti
dalam mimpi. (Damaiyanti, 2012 : 55-56)

d. Rentang Rspon Halusinasi


Halusinasi merupakan salah satu respon mal adaptif individu yang berada dalam
rentang respon neurobiologist (Stuart dan Laraia, 2005). Ini merupakan respon persepsi
paling mal adaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan
dan perabaan), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus
pancaindra walaupun sebanarnya stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua
respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal mengalami kelainan
persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut
sebagai illusi. Klien mengalami illusi jika interpretasi yang dilakukan terhadap
stimulus panca indra tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.
e. Dimensi Halusinasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.
Masalah halusinasi berlandaskan atas hakekat keberadaan seorang individu sebagai
mahkluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga
halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi (Stuart dan Laraia,2005) yaitu:
1. Dimensi Fisik,
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsang eksternal
yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa
kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam
hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang
lama.
2. Dimensi Emosional,
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa
perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang
perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap
ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual,
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol
semua prilaku klien.
4. Dimensi Sosial,
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya
kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya, seolah-
olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika
perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung
untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusakan
klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya
dan halusinasi tidak berlangsung.
5. Dimensi Spiritual,
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial,sehingga interaksi
dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Pada individu
tersebut cenderung menyendiri hingga proses diatas tidak terjadi, individu tidak
sadar dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem kontrol dalam
individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya individu kehilangan
kontrol kehidupan dirinya (Stuart dan Laraia,2005).

f. Proses Terjadinya Masalah


Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase dan setiap fase memiliki
karakteristik yang berdeda yaitu:
 Fase I
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas. Di sini pasien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik
sendiri.
 Fase II
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas kendali
dan mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumberdipersepsikan. Disini
terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti
peningkatan tanda-tanda vital ( denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah),
asyik dengna pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan
halusinasi dengan reaita.
 Fase III
Pasien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini pasien sukar berhubungan dengan
orang ain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang ain dan
berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutamajika akan berhubungan
dengan orang lain.
 Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti perintah
halusinasi. Di sni terjadi perikalu kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu
berespon terhadap perintah yang komplek dan tidak mampu berespon lebih dari 1
orang. Kondisi pasien sangan membahayakan. ( Prabowo, 2014: 130-131)

g. Tanda dan Gejala


Perilaku paisen yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
 Bicara, senyum, dan ketawa sendiri
 Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, dan respon verba lambat
 Menarik diri dari orang lain,dan berusaha untuk menghindari diri dari orang ain

 Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata

 Terjadi peningkatan denyut ajntung, pernapasan dan tekanan darah

 Perhatian dengan lingkunganyang kurang atau hanya beberapa detik dan


berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.

 Curiga, bermusuhan,merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya) dan


takut

 Sulit berhubungan dengan orang lain

 Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung,jengkel dan marah


 Tidak mampu mengikuti perintah

 Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton. (Prabowo,
2014: 133-134)

h. Mekanisme Kopping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi (Stuart,Laraia,
2005) meliputi:
1. Regresi: menjadi malas beraktifitas sehri-hari.
2. Proyeksi: mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
3. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.

i. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klien skizoprenia yang mengalami Halusinasi adalah dengan
pemberian obat – obatan dan tindakan lain, (Stuart, Laraia, 2005) yaitu:
 Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi
pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia adalah
obat anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah: Fenotiazin
Asetofenazin (Tindal), Klorpromazin (Thorazine), Flufenazine (Prolixine,
Permitil), Mesoridazin (Serentil), Perfenazin (Trilafon), Proklorperazin
(Compazine), Promazin (Sparine), Tioridazin (Mellaril), Trifluoperazin
(Stelazine), Trifluopromazin (Vesprin) 60-120 mg, Tioksanten Klorprotiksen
(Taractan), Tiotiksen (Navane) 75-600 mg, Butirofenon Haloperidol (Haldol)
1-100 mg, Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg,
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg, Dihidroindolon Molindone
(Moban) 15-225 mg.
 Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)
 Terapi aktivitas kelompok (TAK)
j. Pohon masalah
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

A. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 53 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Alamat : Camp assesmen Dinas Sosial DIY
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SD
g. Pekerjaan : tak kerja
h. Tgl. Dirawat : 28 Juni 2018
i. Tgl. Pengkajian : 9 Juli 2018
j. Ruang rawat : Wisma Drupadi
k. No. CM : 0092431
l. Dx. Medis : F 25.1 (gangguan skizoafektif tipe depresif)
m. Penanggung jawab : sularso (adik)

B. Alasan masuk:
Pasien tidak tahu mengapa dibawa ke RSJ, saat masak sayur bayam tiba-tiba diikat dan
dibawa ke RS. Obatnya udah abis dan merasa kalau sudah sembuh.

(RM) ngamuk, membawa senjata tajam

C. Faktor Predisposisi
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
1) Ya

2) Tidak

b. Pengobatan sebelumnya

1) berhasil

2) kurang berhasil √

3) Tidak berhasil
c. Trauma

Trauma Usia Pelaku Korban Saksi


Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam
keluarga
Tindakan kriminal

Jelaskan: pasien mengalami penganiayaan fisik sekitar tahun 2005. Pasien sering dipukuli oleh
seseorang karena serig meminta uan g kepada pasien tetapi pasien tidak memberinya karena tidak
punya uang
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
 Ada

Hub. Keluarga : ……………………………………

Gejala : ……………………………………

Riwayat pengobatan : …………………………………….

 Tidak ada

e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan ?

Pasien mengatakan pernah di cambuk oleh polisi

D. Pemeriksaan fisik

a. Tanda-tanda vital : TD 143/85 mm/Hg, N 95x/mnt, S 36oC, P 20x/mnt


b. Ukur : BB 50 kg, TB 160 cm

E.
Psikososial
a. Genogram
Anak ke 6 dari 8 bersaudara

b. Konsep diri
 Citra /gambaran tubuh : pasien mengatakan ia menyukai semua bagian tubuhnya
 Identitas diri : pasien sudah puas sebagai karena pasien suka memasak
 Peran : pasien sebagai seorang anak
 Ideal diri : klien berharap bisa cepat sembuh dan pulang ingin cepat kumpul
kembali bersama keluarga.
 Harga diri : pasien mengatakan sekarang tidak pernah dilibatkan lagi dalam
masalah keluarga dan tidak pernah di jenguk keluarganya

c. Hubungan sosial
 Orang yang berarti
Pak dukuh
 Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Pasien mengatakan sering ikut pengajian dan kumpulan-kumpulan di
masyarakat sekitar
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Tidak ada

d. Spiritual
 Nilai dan kayakinan
Pasien tidak bisa mengungkapkan pandangannya tentang orang sakit jiwa
 Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan melakukan sholat dan ikut pengajian
F. Status Mental
1. Penampilan
 Tidak rapi
 Penggunaan pakaian tidak sesuai
 Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan :
Pasien terlihat rapi,bersih dan
pakaian juga sesuai

2. Pembicaraan
• Cepat
• Keras
• Gagap
• Inkoheren
• Apatis
• Lambat
• Membisu
• Tidak mampu memulai
pembicaraan Jelaskan : harus
ditanya terlebih dahulu

3. Aktifitas motorik
• Lesu
• Tegang
• Gelisah
• Agitasi
• Tic
• Grimace
• Tremor
• Kompulsive
Jelaskan : Normal

4. Alam perasaan

• Sedih
• Takut
• Putus asa
• Khawatir
• Euphoria
Jelaskan : Normal

5. Afek
a. Datar
b. Tumpul
c. Labil
d. Tidak ses
Jelaskan :
Normal

6. Interaksi selama wawancara


a. Bermusuhan
b. Tidak kooperatif
c. Mudah tersinggung
d. Kontak mata kurang
e. Defensif
f. Curiga
Jelaskan : Pasien sudah kooperatif
7. Persepsi Halusinasi:

• Pendengaran

• Penglihatan
• Peraban
• Pengecapan
• Penghidu
Jelaskan :
Pasien mendengar suara saat akan dijemput oleh ambulans, suara itu
menyuruhnnya menusuk dengan pisau ke penjemputnya
Pasien melihat seorang laki-laki yang lewat didepannya saat dia sedang mengobrol

8. Isi pikir
a. Obsesi
b. Phobia
c. Hipokondria
d. Depersonalisasi
e. Ide terkait
f. Pikiran magic
Jelaskan: tidak ada

Waham:
a. Agama
b. Somatik

c. Kebesaran
d. Curiga
e. Nihilistik

f. Sisip pikir
g. Siar pikir
h. Kontrol pikir
Jelaskan:
Kebesaran: pasien mengaku bekerja di kantor pos dan kantor polisi
9. Arus pikir

a. Sirkumtansial

b. Tangensial
c. Kehilangan asosiasi
d. Flight of idea
e. Blocking
f. Pengulngan pembicaraan
Jelaskan:

10. Tingkat kesadaran


a. Bingung
b. Sedasi
c. Stupor
d. Disorientasi waktu
e. Disorientasi orang
f. Disorientasi tempat
Jelaskan: Compos Mentis

11. Memori
a. Gangguan daya ingat jangka panjang
b. Gangguan daya ingat jangka pendek
c. Gangguan daya ingat saat ini

d. Konfabulasi
Jelaskan:

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


a. Mudah beralih
b. Tidak mampu berkonsentrasi
c. Tidak mampu berhitung
Jelaskan: Normal/ mampu

13. Kemampuan penilaian


a. Gangguan ringan
b. Gangguan bermakna
Jelaskan:

14. Daya tilik diri


a. Gangguan ringan
b. Gangguan bermakna
Jelaskan: negatif (mengaku tidak sakit)

G. Kebutuhan perencanaan pulang


Kegiatan Bantuan Bantuan total

Minimal

1. Makan

2. BAB/BAK

3. Mandi

4. Berpakaian/berhias

5. Penggunaan obat

6. Istirahat dan tidur


a. Tidur siang lama : 12.00 WIB s/d 15.00 WIB
b. Tidur malam lama : 19.00 WIB s/d 05.00 WIB
c. Kegiatan sebelum/ sesudah tidur
Cuci kaki/ merapikan tempat tidur

7. kegiatan di dalam rumah

Ya Tidak
Mempersiapkan makanan
Menjaga kerapian rumah
Mencuci pakainan
Pengaturan keuangan

8. kegiatan di luar ruangan


Ya Tidak
Belanja
Transportasi

H. Mekanisme Koping
a. Adaptif:
i. Membicarakan masalah dengan orang lain
ii. Mampu menyelesaikan masalah
iii. Menggunakan tehnik relaksasi
iv. Aktivitas konstruktif
v. Distraksi
vi. Lain-lain………………..

b. Maladaptif:
i. Reaksi lamban/berlebihan
ii. Mengkonsumsi alkohol
iii. Bekerja berlebihan
iv. Menghindar
v. Mencederai diri
vi. Lain-lain…………………

I. Masalah Psikososial dan Lingkungan


 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik………………..
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik………………..
 Masalah dengan pendidikan, spesifik………………
 Masalah dengan pekerjaan, spesifik
 Masalah dengan perumahan, spesifik……………
 Masalah dengan ekonomi, ............
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik……………….
J. Pengetahuan kurang tentang
a. Gangguan jiwa
b. Faktor predisposisi
c. Koping
d. Sistem pendukung
e. Penyakit fisik
f. Terapi
g. Lain-lain…………..

K. Aspek medik
a. Diagnosa medik
F25.0 = skizoafektif
b. Terapi medik
Depacote ER 1-0-0
THP 1-0-1
Risperidone 1-0-1
Clozapine 0-0-1
HLP 1-0-1

Analisa Data
Data fokus Etiologi Problem
DO: Halusinasi Konfusi akut
 pasien terlihat kadang
seperti orang bingung

DS:
 pasien mengatakan
mendengar suara yang
menyuruhnya melakukan
tindakan yang dapat
membahayakan orang lain
 pasien mengatakan
melihat laki-laki yang
lewat saat dia sedang
mengobrol
 pasien mengatakan suara
muncul saat dia akan
dijemput ambulans

Diagnosa NOC NIC


keperawatan
Konfusi akut Label : Kontrol diri Label : Manajemen
terhadap distorsi Halusinasi
pemikiran Aktivitas-aktivitas
Setelah dilakukan tindakan - Bangun hubungan
keperawatan 3x24 jam, interpersonal dan
dengan pemberian saling percaya
tindakan harapkan dapat dengan klien.
meningkat dengan kriteria - Catat perilaku klien
hasil : yang menunjukkan
- Pasien dapat halusinasi.
mengenali - Pertahankan
halusinasi atau rutinitas yang
delusi yang sedang konsisten.
terjadi. - Berikan istirahat dan
- Pasien dapat gizi yang cukup
menahan diri dari - Fokuskan kembali
bereaksi terhadap klien mengenai
halusinasi atau topik jika
delusi komunikasi tidak
sesuai situasi
- Pasien dapat - Beri keamanan pada
menjelaskan isi klien dan oran lain
dari halusinasi atau ketika klien tidak
delusi dapat mengontrol
- Pasien dapat perilaku
menunjukan pola
berfikir yang logis
- Pasien dapat
menunjukan
pemikiran yang
berdasarkan
kenyataan

Catatan Perkembangan
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Konfusi akut - Berdoa bersama S: pasien mengatakan
Selasa, 10 juli - Relaksasi nafas dalam mengalami halusinasi
2018 - Senam bersama pendengaran dan
teman-teman dan penglihatan
perawat
- membangun O: pasien terlihat bingung
hubungan dengan apa yanag dialami
interpersonal dan
saling percaya dengan A: halusinasi terasi
klien. sebagian
- Memberikan
kesempatan klien P: lakukan menejemen
untuk menjelaskan halusinasi
halusinasinya.
- Memertahankan
rutinitas yang
konsisten.
- Memberikan istirahat
dan gizi yang cukup
- Fokuskan kembali
klien mengenai topik
jika komunikasi tidak
sesuai situasi
-
Rabu, 11 juli - Berdoa bersama S: S: pasien mengatakan
2018 - Relaksasi nafas dalam mengalami halusinasi
- Senam bersama pendengaran dan
teman-teman dan penglihatan
perawat
- membangun O: pasien terlihat bingung
hubungan dengan apa yanag dialami,
interpersonal dan pasien terlihat berbicara
saling percaya dengan sendiri
klien.
- Memberikan A: halusinasi terasi
kesempatan klien sebagian
untuk menjelaskan
halusinasinya. P: lakukan menejemen
- Memertahankan halusinasi
rutinitas yang
konsisten.
- Memberikan istirahat
dan gizi yang cukup
- Fokuskan kembali
klien mengenai topik
jika komunikasi tidak
sesuai situasi
-
Kamis,12 juli - membangun S: pasien mengatakan
2018 hubungan masih mengalami halusinasi
interpersonal dan pendengaran dan
saling percaya dengan penglihatan
klien.
- Catat perilaku klien O: pasien terlihat bingung
yang menunjukkan dengan apa yanag dialami,
halusinasi. pasien terlihat berbicara
- mempertahankan sendiri
rutinitas yang
konsisten. A: halusinasi terasi
- Berikan istirahat dan sebagian
gizi yang cukup
- Fokuskan kembali P: lakukan menejemen
klien mengenai topik halusinasi
jika komunikasi tidak
sesuai situasi
- memberi keamanan
pada klien dan oran
lain ketika klien tidak
dapat mengontrol
perilaku
Strategi Pelaksanaan Tindakan Komunikasi Keperawatan

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien: pasien mengatakan mendengar suara orang dibelakangnya dan
menyuruhnya untuk menusuk anggota ambulans yang datang menjeputnya. Pasien
terlihat berbicara sendiri
2. Diagnosa keperawatan: konfusi akut
3. Tujuan: untuk menghilangkan halusinasi pasien
4. Tindakan keperawatan (sesuai SP): SP 1 mengenal halusinasi dan menghardik
halusinasi

B. Strategi Komunikasi dalam pelaksnaan tindakan keperawatan


ORIENTASI
1. Salam teraupetik:
“assalamualaikum bu, masih ingat nggak nama saya siapa? Nama saya Putri. Ini
bener ibu S?”
“bagaimana kabarnya hari ini bu? Apa keluhan ibu hari ini? Bagaimana tidurnya
tadi pulas tidak?”
2. Evaluasi/validasi:
“Katanya kemarin ibu mendengar suara-suara yang tak ada wujudnta ya bu?
Apakah hari ini masih mendengar suara itu?”
3. Kontrak:
“Sesuai janjian kita kemarin hari ini kita akan berbincang-bincang untuk
membahas apa yang sedang ibu alami. Bagaimana kalau kita bercakap-cakapnya
disini saja ya, waktunya tidak lama sekitar 15 menit saja”
4. Kerja
“apakah ibu S medengar suara yang tak ada wujudnya?”
“ iya bagaimana jika suara itu muncul lagi seperti dulu, apa yang suara itu katakan?
Kapan suara itu muncul? Dan pada keadaan apa suara itu terdengar? Apa yang ibu
rasakan saat mendengar suara itu?”
“apa cara yang dilakukan ibu untuk mencegah suara itu muncul? Apakah itu
berhasil? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara itu
muncul?”
“jadi suara yang ibu dengar itu namanya halusinasi. Halusinasi itu adalah sesuatu
hal yang tidak nyata adanya, jadi orang lain tidak bisa mendengar suara itu”
“bu S, ada empat cara untuk mencegah suara itu muncul. Pertama dengan cara
menghardik. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga,
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Dan yang terakhir, minum obat yang
teratur.”
“nah, hari ini kita belajar satu cara dulu yaitu menghardik halusinasi.”
“caranya begini bu, jika suara iitu muncul lagi, bu S bisa menutup telinga dan
memejamkan mata sambil bilang, “pergi-pergi saya tidak mau dengar, saya tidak
mau dengar, kamu suara palsu.” Begitu terus bu diulang sampai suara itu tak
didengar lagi. Coba sekarang bu S peragakan! Nah begitu bu S sudah bisa

TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


“Bagaimana apakah ibu sudah mengerti? Alhamdulillah ibu sudah mengerti ya,
Ibu baik sekali tadi sudah mendengarkan penjelasan saya dan ikut memperagakannya dan
ibu juga sudah mengerti. Saya harap apa yang sudah kita lakukan bisa dipraktikan jika ibu
mendengar suara-suara itu lagi”
2. Tindak lanjut pasien
“Nah tadi kan kita sudah belajar cara satu yaitu menghardik halusinasi, berarti masih ada 3
cara lagi ya, yaitu bercakap-cakap, mengatur jadwal dan obat”
3. Kontrak yang akan datang
“bagaimana kalau kita besok belajar cara yang ke dua yaitu bercakap-cakap, mau kan?
Untuk jam nya ibu mau kapan? Baimana kalau jam 9 saja? Berapa lama kita berlatih?
Dimana tempatnya? “
“sebelum saya kembali apakah ada yang mau ditanyakan? Kalau tidak ada saya permisi
dulu”
“wassalamualaikum”
Daftar Pustaka
Iyer, P.W., et al., 1996. Nursing Process and Nursing Diagnosis. W.B. Saunders
Company. Philadelphia.
Carpenito, L.J, 1998. Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 8,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Davidson, Gerald C., John M. Neale, & Ann M. Kring., 2004. Abnormal
Psychology (9th edition). US: John Wiley & Sons, Inc

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Mukhripah Damayanti, Iskandar . (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai