Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN, ASUHAN KEPERAWATAN DAN RESUME DENGAN

KASUS TUBERCULOSIS PARU ( TB )

DEPARTEMEN MEDIKAL BEDAH DI RUANG RAWAT INAP TERATAI

R.S.U.D BANGIL

Oleh:

Yanristo Ratu Praing

2018611102

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2019
A. DEFINISI
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis.Kuman batang aerobik dan tahan asam ini, dapat merupakan
organisme pathogen maupun saprofit. Ada beberapa mikroorganisme pathogen tetapi
hanya strain dovin dan manusia yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini
berukuran 0,3x 2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil daripada sel darah merah
(Price,2012).

B. ETIOLOGI
Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium Tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk batang dengan
panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Struktur kuman ini terdiri atas lipid(lemak) yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehingga disebut Bakteri Tahan Asam (BTA)
dan juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. (Ardiansyah, 2012).
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang dapat terinfeksi Mycobacterium
Tuberculosis adalah
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Herediter
4. Keadaan stres
5. Anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid
(Astuti, 2010).

C. KLASIFIKASI

Klasifikasi menurut WHO TB dibagi dalam 4 kategori yaitu : (Nurarif & Kusuma, 2015 ).

1. Kategori 1, ditunjukan terhadap :


 Kasus batu dengan sputum positif.
 Kasus baru dengan bentuk TB berat.
2. Kategori 2, ditujukan terhadap :
 Kasus kambuh
 Kasus gagal dengan sputum BTA positif
3. Kategori 3, ditujukan terhadap :

 Kasus BTA negative dengan kelainan paru yang luas.


 Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori

4. Kategori 4, ditujukan terhadap : TB kronik

D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda klinis dari tuberculosis adalah terdapatnya keluhan-keluhan berupa
1. Batuk lebih dari dua minggu
2. Sputum mukoid atau purulent
3. Nyeri dada
4. Hemoptisis
5. Dispnea
6. Demam dan berkeringat terutama pada malam hari
7. Berat badan berkurang
8. Anoreksia
9. Malaise
10. Ronki basah di apeks paru.
11. Wheezing (mengi) yang terlokalisir.
Pada tuberculosis postprimer terdapat gejala penurunan berat badan, keringat dingin
pada malam hari, temperatur subfebris, batuk berdahak lebih dari dua minggu, sesak
napas, hemoptisis akibat dari terlukanya pembuluh dara disekitar bronkus, sehingga
menyebabkan bercak-bercak darah pada sputum, sampai kebatuk darah yang masif. (Rab,
2010).

E. PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit.Kebanyakan infeksi tuberculosis paru terjadi
melalui udara yaitu melalui inhalansi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas diperantarai oleh
sel. Sel efektor adalah sel makrofag dan limfosit adalah sel imunoresponsif.tipe imunitas
seperti ini biasanya lokal. Melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh
limfosit dan limfokinnya.Respon ini disebut dengan reaksi hipersensitivitas seluler(Price,
2012).

PATHWAY
F. KOMPLIKASI
Penyakit Tuberculosis bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi tersebut terbagi atas :
1. Komplikasi dini
a. Pleurtis
b. Efusi pleura
c. Emfisema
d. Laringitis
2. Komplikasi lanjut
a. Obstruksi jalan napas
b. Kor pulmonal
c. Amiloidosis
d. Karsinoma paru
e. Sindrom gagal napas
(Ardiansyah, 2012)
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
a. Isoniazid
Adalah obat anti tuberculosis yang sangat efektif saat ini, bersifat bakterisid
dan sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif (kuman yang
sedang berkembang), dan bersifat bakteriostatik terhadap kuman yang diam.
b. Rifampisin
Rifampisin bersifat bakterisid pada intrasel dan ekstrasel, dapat memasuki
semua jaringan, dan dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat
dibunuh oleh isonozaid.Rifampisin diabsorbsi dengan baik melalui sister
gastrointestinal pada saat perut kosong.
c. Etambutol
Etambutol jarang diberikan pada anak karena potensi toksisitasnya pada mata.
Obat ini memiliki aktivitas bakteriostatik tetapi dapat bersifat bakterisid, jika
diberikan dengan dosis tinggi dengan terapi intermiten.
d. Streptomisin
Streptomisin bersifat bakterisid dan bakteriostatik terhadap kuman ekstraseluler
pada keadaan basal atau netral, sehingga tidak efektif untuk membunuh kuman
intraseluler.

Tablet obat anti tuberculosis pada anak


Nama obat Dosis harian Dosis maksimal
(mg/kgBB/hari (mg/kgBB/hari)
Isoniazid 5-15 300
Rifampisin 10-20 600
Pirazinamid 15-30 2000
Etambutol 15-20 1250
Streptomisin 15-40 1000

Bila INH dikombinasikan dengan rifampisin tidak boleh melebihi 10mg/kgBB/hari

Berat badan (KG) 2 bulan tiap hari 4 bulan tiap hari


RHZ (75/150/150 mg) RH (75/50 mg)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-14 2 tablet 2 tablet
15-19 3 tablet 3 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet
a. Bila BB≥ 33 kg dosis disesuaikan denga table pertama (perhatikan dosis maksimal
b. Bila BB≤ 5 kg sebaiknya dirujuk ke rumah sakit
c. Obat tiak boleh diberikn dengan dosis tablet
d. OAT KDT dapat diberikan dengan cara ditelan secara utuh atau digerus sesaat
sebelum minum

Dosis OAT kombipak untuk anak

Jenis obat BB < 10 kg BB10-19 kg BB 20-32 kg


Isoniasid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Pirasinamid 150 mg 300 mg 600 mg

2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Anjurkan untuk istirahat sering dan hindari aktivitas berlebihan.
b. Berikan suplemen oksigen sesuai ketentuan
1) Lakukan tindakan-tindakan pencegahan infeksi:
berikan perawatan pada pasien yang dihospitalisasi diruangan bertekanan
negatif untuk mecegah keluarnya droplet pernapasan dari dalam ruangan ketika
pintu terbuka.
2) Beri tahu semua staf dan pengujung agar menggunakan masker jika melakukan
kontak dengan pasien.
c. Ajarkan pasien tindakan-tindakan untuk mengendalalikan penyebaran infeksi
melalui sekret.
d. Tekankan pentingnya makan makanan yang mengandung gizi untuk meningkatkan
penyembuhan dan memperbaiki pertahanan tubuh terhadap infeksi.
e. Berikan makanan sedikit tapi sering dan suplemen cairan selam periode
simtomatik.
f. Motivasi untuk patuh terhadap pengobatan tindak lanjut.
(Nettina, 2002)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji tuberculin
Tuberculin adalah komponen protein kuman TB yang mempunyai sifat
antigenic yang kuat. Jika disuntikan secara intrkutan kepada seseorang yang telah
terinfeksi, maka akan terjadi reaksi berupa indurasi di lokasi suntikan.
Secara umum, hasil uji tuberculin dengan diameter indurasi ≥10mm dinyatakan
positif tanpa menghiraukan penyebabnya. Hasil positif ini sebagian besar disebabkan
oleh infeksi TB alamiah, tetapi masih mungkin disebabkan oleh imunisasi Bacille
Calmette-Guerin(BCG), atau infeksi M. Atipik.Bacille Calmette-Guerin yang
merupakan infeksi TB buatan. .
2. Uji interferon
Uji interferon adalah pemeriksaan specimen darah, dan diharapkan dapat
membedakan infeksi TB dan sakit TB. Uji interferon (interferon Gamma Release
Assay,IGRA) terdapat dua jenis, pertama adalah inkubasi darah dengan Early
Sacretory Antigenic Target-6(ESAT-6) dan Cultur Filtrate Protein-10.Kedua adalah
pemeriksaan Enzyme- Linked Immuno Spot.
3. Radiologi
Secara umum, gambaran radiologis yang sugestif TB adalah sebagai berikut
a. Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrate.
b. Konsolidasi segmen/lobar.
c. Milier
d. Kalsifikasi dengan infiltrat.
e. Atelektasis.
f. Kavitas.
g. Efusi pleura.
h. Tuberculoma.
4. Serologi
Beberapa pemeriksaan serologi yang ada diantaranya adalah PAP TB,
Mycodot, Immuno chromatographic test (ICT), dan lain-lain.Akan tetapi, hingga saat
ini belum ada satupun pemeriksaan serologis yang dapat memenuhi harapan.Semua
pemeriksaan tersebut umumnya masih dalam taraf penelitian namun belum untuk
pemakaian klinis praktis.
5. Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi yang dilakukan terdiri dari tiga macam, yaitu
pemeriksaan mikroskopis asupan langsung untuk menemukan BTA, pemeriksaan
biakan kuman M. tuberculosis dan pemeriksaan PCR. (Raharjo,2008)
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian Anamnese
 Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, Agama, Alamat, pekerjaan, pendidikan.
 Keluhan Utama
a) Keluhan Respiratorik, meliputi batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri
dada.
b) Keluhan sistemis, meliputi demam, hilang timbul, dan keluahn sistemis
lainnya seperti anoreksia, penurunan BB, malaise, dan keringat malam.
 Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di
rasakan saat ini. Dengan adanya batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan
menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari
pengonbatan. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa
tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-
keluhannya tersebut.
 Riwayat Penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien
pernah menderita TB Paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, pembesaran
getah bening, dan penyakit lain yang memperberat TB seperti diabetes mellitus.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi TB Paru tidak diturunkan, tapi hal ini perlu ditanyakan sebagai
factor predisposisi penularan di dalam rumah
 Pemeriksaan
a) Pemeriksaan Umum
Klien dengan TB paru biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh secara
signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak, denyut nadi
meningkat, hipertensi.
b) Pemeriksaan Fisik
 B1 (Breathing)
1. Inspeksi :
Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Adanya penurunan proporsi diameter bentuk
dada antero-posterior dibandingkan proporsi diameter lateral. Gerakan pernapasan
tidak simetris, sehingga terlihat pada sisi sakit pergerakan dadanya tertinggal. Batuk
dan sputum.
2. Palpasi : palpasi trachea dan gerakan dinding thoraks anterior / ekskrusi pernapasan.
3. Perkusi : terdapat bunyi sonor pada seluruh lapang paru.
4. Auskultasi : terdapat bunyi tambahan ronkhi.
 B2 (Blood)
1. Inspeksi : inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik.
2. Palpasi : denyut nadi perifer melemah.
3. Perkusi : batas jantung mengalami pergeseran.
4. Auskultasi : TD normal, tidak terdapat bunyi jantung tambahan.
 B3 (Brain)

Kesadaran compos mentis.

 B4 (Bladder)

Dibiasakan dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau yang menandakan fungsi
ginjBal masih normal sebagai ekskresi karena minum OAT.

 B5 (Bowel)

Biasanya mengalami mual, muntah, anoreksia, penurunan BB.

 B6 (Bone)

Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap, dan
jadwal olahraga tidak teratur.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d secret kental dan mengandung
nanah, Fatigue, kemampuan batuk kurang, edema trachea/faring
2. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukkan cairan dalam rongga pleura.
3. Gangguan pertukaran gas b/d penurunan jaringan efektif paru, atelektasis, kerusakan
membrane alveolar-kapiler, dan edema bronchial.
4. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b/d perasaan mual, batuk
produktif.
5. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan b/d kurangnya
informasi tentang proses dan penatalaksanaan perawatan di rumah.
 INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Intervensi
Keperawatan Tujaun/KH Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan Jalan napas Independen
napas tidak efektif bersih dan a. Mengkaji fungsi
a. Adanya perubahan
b/d efektif respirasi antara fungsi respiasi dan
- Sekret kental setelah….hari lain suara, penggunaan otot
atau mengandung perawatan jumlah, irama, tambahan menandakan
darah KH : dan kedalaman kondisi penyakit yang
- Fatigue a. Pasien napas serta masih dalam kondisi
- Kemampuan menyatakan catatan pula penanganan penuh.
batuk kurang bahwa batuk mengenai
- Edema trakea / berkurang, tidak penggunaan otot
b. Ketidakmampuan
faring ada sesak dan napas tambahan. mengeluarkan secret
secret b.Mencatat menjadikan timbulnya
berkurang. kemampuan penumpukan berlebihan
b.suara napa untuk pada saluran
normal mengeluarkann pernapasan.
(vesikuler) secret/batuk c. posisi semi/high
c.frekuensi secara efektif. fowler memberikan
napas 16-20 kesempatan paru-paru
kali permenit c.Mengatur berkembang secara
(dewasa) posisi tidur semi maksimal akibat
d. tidak ada atau high diafragma turun ke
dispnea fowler. bawah. Batuk efektif
Membantu mempermudah
pasien untuk ekspektorasi mucus.
berlatih batuk d. Pasien dalam kondisi
secara efektif sesak cenderung untuk
dan menarik bernapas melalui mulut
napas dalam yang jika tidak
ditindaklanjuti akan
mengakibatkan
d. membersihkan stomatitis.
secret dari e. Air digunakan untuk
dalam mulut menggantikan
dan trachea, keseimbangan cairan
suction jika tubuh akibat cairan
memungkinkan. banyak keluar melalui
pernapasan. Air hangat
akan mempermuda
e. Memberikan pengenceran secret
minum kurang melalui proses konduksi
lebih 2.500 yang mengakibatkan
ml/hari, arteri pada area sekitar
menganjurkan leher vasodilatasi dan
untuk minum mempermudah cairan
dalam kondisi dalam pembuluh darah
hangat jika tidak dapat diikat oleh
ada kontra mucus/secret.
indikasi.
a. Berfungsi
meningkatkan kadar
tekanan parsial O2 dan
saturasi O2 dalam
darah.
b. Berfungsi untuk
mengencerkan dahak
Kolaborasi Meningkatkan/
a. Memberikan memperlebar saluran
O2 udara udara.
inspirasi yang Mempertebal dinding
lembap. saluran udara
(bronchus)
b. Memberikan
pengobatan atas
indikasi :
1) Agen
mukolitik, misal:
Acetilcystein c. Menurunnya
(mucomyst) keaktifan dari
2) Bronkodilator mikroorganisme akan
misal: menurunkan respons
Theophyline, inflamasi sehingga akan
Oxtriphyline berefek pada
3) Kortikosteroid berkurangnya produksi
(prednisone), secret.
misal:
Dexamethason.
c. Memberikan
agen anti infeksi
, misal :
1) Obat primer :
Isoniazid (INH),
Ethambutol
(EMB),
Rifampisin
(RMP).
2) Pyrazinamide
(PZA), Para
Amino Slicilic
(PAS),
Streptomycin.
3) Monitor
pemeriksaan
Laboratorium
(sputum)
2. Ketidakefektifan Tujuan : dalam
a. Identifikasi a. Dengan
pola pernapasan waktu 3x24 jam factor penyebab. mengidentifikasikan
b/d menurunnya setelah penyebab, kita dapat
ekspansi paru diberikan menentukan jenis efusi
sekunder terhadap intervensi pola pleura sehingga dapat
penumpukkan napas kembalib. Kaji fungsi mengambil tindakan
cairan dalam efektif. pernapasan, catat yang tepat.
rongga pleura. KH : kecepatan b. Distress pernapasan
a. Klien mampu pernapasan, dan perubahan tanda
melakukan dispnea, sianosis, vital dapat terjadi
batuk efektif. dan perubahan sebagai akibat stress
b. Irana, tanda vital. fisiologi dan nyeri atau
frekuensi, dan dapat menunjukkan
kedalaman terjadinya syok akibat
pernapasan c. Berikan posisi hipoksia.
berada pada fowler/semifowl c. Posisi fowler
batas normal, er tinggi dan memaksimalkan
pada miring pada sisi ekspansi paru dan
pemeriksaan yang sakit, bantu menurunkan upaya
rontgen dada klien latihan bernapas. Ventilasi
tidak ditemukan napas dalam dan maksimal membuka
adanya batuk efektif. area atelektasis dan
akumulasi meningkatkan gerakan
cairan, bunyid. Auskultasi secret ke jalan napas
napas terdengar bunyi napas besar untuk dikeluarkan.
jelas. d. Bunyi napas dapat
menurun atau tidak ada
pada area kolaps yang
e. Kaji meliputi satu lobus,
pengembangan segmen paru, atau
dada sdan posisi seluruh area paru.
trachea. e. Ekspansi paru
menurun pada area
kolaps. Deviasi trakea
f. Kolaborasi kea rah sisi yang sehat
untuk tindakan pada tension
thorakosentesis pneumothorak.
atau WSD f. Bertujuan sebagai
evakuasi cairan atau
udara dan memudahkan
g. Bila dipasang ekspansi paru secara
WSD : periksa maksimal.
mengontrol g. Bertujuan sebagai
pengisap dan evakuasi cairan atau
jumlah isapan udara dan memudahkan
yang benar. ekspansi paru secara
h. Periksa batas maksimal.
cairan pada botolh. Air dalam botol
pengisap dan penampung berfungsi
pertahankan sebagai sekat yang
pada batas yang mencegah udara
ditentukan. atmosfer masuk
i. Observasi kedalam pleura.
gelembung udarai. Gelembung udara
dalam botol selama ekspirasi
penampung menunjukkan keluarnya
udara dari pleura sesuai
dengan yang
diharapkan. Gelembung
biasanya menurun
seiring dengan
bertambahnya ekspansi
paru. Tidak adanya
gelembung udara dapat
menunjukkan bahwa
j. An Setelah ekspansi paru sudah
WSD dilepas, optimal atau
tutup sisi lubang tersumbatnya selang
masuk dengan drainese.
kassa steril danj. Deteksi dini
observasi tanda terjadinya komplikasi
yang dapat penting seperti
menunjukkan berulangnya
berulangnya pneumothoraks.
pneumothorak
seperti napas
pendek keluhan
nyeri.
3. Gangguan Tujuan : dalam Mandiri
pertukaran gas b/d waktu 2x24 jam a. Kaji dispnea, d. TB paru
penurunan setelah takipnea, bunyi mengakibatkan efek
jaringan efektif diberikan napas, luas pada paru dari
paru, atelektasis, gangguan peningkatan bagian kecil
kerusakan pertukaran gas upaya bronchopneumonia
membrane tidak terjadi. pernapasan, sampai inflamasi difus
alveolar-kapiler, KH : ekspansi thoraks, yang luas, nekrosis,
dan edema a. Melaporkan dan kelemahan. efusi pleura, dan fibrosis
bronchial. penurunan yang luas. Efeknya
dispnea. terhadap pernapasan
b. Klien b.Evaluasi bervariasi dari gejala
menunjukkan perubahan ringan, dispnea berat,
tidak ada gejala tingkat sampai distress
distres kesadaran, pernapasan.
pernapasan. catat sianosis, b.Akumulasi secret dan
c. Menunjukkan dan berkurangnya jaringan
perbaikan perubahan paru yang
ventilasi dan warna kulit, sehat dapat
kadar oksigen termasuk mengganggu
jaringan adekuat membrane oksigenasi organ vital
gas darah arteri mukosa dan
dalam rentang dan kuku. jaringan tubuh.
normal. c.Tunjukkan dan c.Membuat tahanan
dukung melawan udara
pernapasan luar untuk mencegah
bibir selama kolaps atau
ekspirasi penyempitan jalan
khusunya untuk napas sehingga
klien dengan membantu
fibrosis dan menyebarkan udara
kerusakan melalui paru dan
parenkim paru. mengurangi
napas pendek.
d.Tingkatkan d.Menurunkan
tirah baring, konsumsi oksigen
batasi aktivitas, selama periode
dan bantu penurunan
kebutuhan pernapasan dan dapat
perawatan diri menurunkan beratnya
sehari-hari gejala.
sesuai keadaan a. Penurunan kadar O2
klien. atau saturasi dan
Kolaborasi peningkatan PCO2
a. Pemeriksaan menunjukkan kebutuhan
AGD untuk intervensi atau
perubahan program
b. Pemberian terapi.
oksigen sesuaib. Terapi oksigen dapat
kebutuhan mengoreksi hipoksia
tambahan. yang terjadi akibat
penurunan ventilasi atau
menurunnya permukaan
alveolar kapiler.

c.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, 2000. “Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3.” Jakarta : EGC.


Kapita Selekta Penyakit Nurse’s Quick Check. edisi 2, alih bahasa Dwi Widiarti, 2011. Jakarta :
EGC
Muttaqin, Arif, 2008. “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.” Jakarta : Salemba Medika.
Smeltzer, S.C., 2013. “Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth, edisi 12”. Jakarta :
EGC,
Somantri, Irman, 2008. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.” Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson Judith M, Ahern Nancy R, 2011. “ Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi
9,Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.” Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai