Oleh :
Prof. Dr. Ir. Nyoman Sutjipta, MS.
Ni Putu Vivi Febryyana
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat-Nya penelitian ini ini dapat diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Penelitian ini menekankan untuk melihat potensi dari Subak Tegenungan untuk bisa
dikembangkan sebagai daerah Pariwisata.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki hasil penelitian ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga hasil penelitian ini ada manfaatnya, khususnya
untuk membantu pemikiran untuk mengembangkan subak-subak yang ada di Bali agar
bisa menikmati kemajuan pariwisata dan kehidupan petani lebih sejahtera.
Peneliti
Sebagai negara agraris dan mempunyai kekayaan akan hasil alam yang melimpah,
Indonesia ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan
pemerintah masih harus mengimpor dari negara lain. "Impor produk-produk pangan
Indonesia setiap tahun makin tidak terbendung dan sudah pada tahap kronis. Hampir 65
persen dari semua kebutuhan pangan di dalam negeri kini dipenuhi dari impor," kata
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Perdagangan,
Sektor pangan, menurut Natsir, terus dibanjiri produk impor karena pemenuhan
suplai dalam negeri terus berkurang akibat produksi yang rendah. Faktor inovasi menjadi
salah satu penyebab produktivitas selalu rendah. "Masalah diversifikasi pangan saat ini
hanya slogan saja. Pemerintah hanya mengejar target swasembada pangan di berbagai
normatif tanpa proses merealisasikan target yang konkret dan sistematis," paparnya.
kesalahan pemerintah telah berlangsung sejak lama, sehingga ketergantungan pada bahan
pangan impor tidak dapat dihindari. Pertanian merupakan landasan atau pondasi dari
pertanian. "Pemerintah diharapkan meningkatkan sektor pertanian mulai dari hulu seperti
lahan, input, kredit, infrastruktur, pemberdayaan manusia hingga ke hilir yakni industri
yang menimbulkan nilai tambah dan efisiensi bagi petani. Selain itu, pemerintah tidak
harus menjadi prioritas. Meningkatkan produksi bukan suatu pekerjaan yang sulit,
merupakan salah satu cara meningkatkan produksi. "Jika pemerintah pusat bisa
yang sulit dilakukan, namun yang paling penting adalah menyejahterakan petani, sebab
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dalam kurun waktu Januari hingga
November 2013, pemerintah Indonesia tercatat mengimpor lebih dari 17 miliar kilogram
bahan pokok senilai US$ 8,6 miliar atau setara Rp (kurs: Rp 104,9 triliun). Berikut daftar
2013
gandum 2,26 juta 6,21 miliar Australia, Kanada, AS, India, Ukraina
mengkonsumsi pangan yang besar. Namun kenapa AS dengan jumlah penduduk lebih
besar mampu mengekspor pangan sangat besar. Lalu apa yang salah?. Petani sudah
bekerja ekstra keras namun lonjakan hasilnya bergerak pelan. Salah satu penyebabnya
adalah Litbang Pertanian kita terlalu lama terbenam keasyikan mencari varitas benih
padi terbaik. Petugas pertanian kita termasuk PPL tahunya hanya bercocok tanam padi,
dan itulah yang dikerjakan setiap hari dan setiap tahun. Ukuran keberhasilan pejabat
pertanian di daerah termasuk gubernur dan bupatinya terlalu lama menggunakan ukuran
kecukupan beras di masing-masing daerah sehingga menjadi target jabatan dan politik
yang harus diperjuangkan. Akibatnya varitas bidang lain tertinggal. Contohnya kedele,
negara yang terkenal dengan tempe, tapi sayang bahan bakunya harus diimport. Jagung
lebih maju karena memiliki benih unggul yaitu hibrida sehingga ada harapan menyetop
impor, Namun tetap kurang, sehingga jagung import yang mahal inilah yang
menyebabkan harga daging ayam jauh lebih mahal di Indonesia dibandingkan harga
Jalan keluar masalah ini seharusnya melalui kerja mati-matian melakukan riset.di
sektor pertanian. Riset pertanian perlu anggaran sangat besar. Amerika Serikat, Thailand
dan Malaysia sudah membuktikan manfaat riset tersebut. Lewat riset AS menemukan
varietas terbaik dan pola tanam prima. Seorang petani AS mampu menggarap 200 ha
dengan efisien. AS mampu memadukan hasil riset kelas satu dengan teknologi dan SDM
kelas satu pula. Di indonesia ilmuwan pertanian dari perguruan tinggi tidak banyak
dilibatkan, karena struktur hubungan ilmuwan pertanian dengan birokrat pertanian tidak
ada, sehingga jalan sendiri-sendiri. Perguruan tinggi yang memiliki hasil penelitian tidak
mampu menjangkau petani, sedangkan birokrat di departemen pertanian tidak mau
dianggap bodoh, padahal rutinitas kerjanya lebih banyak bersifat administrasi, sangat
langka kegiatan keilmiahan. Sistem pertanian yang kita gunakan selama ini memang
keliru dan harus ada keberanian untuk berubah. Keharusan untuk berubah dari tahun
ketahun tetap menjadi wacana, tanpa pernah terlaksana. Komitmen para pimpinan
bangsa ini memang hanya sebatas wacana tanpa komitmen untuk melaksanakannya
secara serius.
kelestarian lingkungan hidup, (2) pembangunan dengan pemanfaatan sumber daya alam
(SDA) secara bijaksana, (3) pembangunan dengan menyeimbangkan antara produksi dan
dengan perbaikan mutu sumber daya manusia (SDM) dan pemberdayaan yang optimal
SDA dan SDM dan (6) pemanfaatan kemajuan teknologi yang semakin maju. Dalam
kemajuan yang diraih oleh negara-negara maju akan jauh lebih besar dibandingkan
negara-negara berkembang. Jika ingin bersaing sejajar dengan negara-negara maju, maka
ketinggalan teknologi dan mutu sumber daya manusia harus dikejar. Perguruan tinggi
pertanian dan riset akan memiliki peranan yang sangat penting. Sidang UN Commision
ini. Namun setelah satu dekade aplikasinya tetap saja tidak ada.
Jika benar seperti itu berarti sistem pertanian kita di Indonesia yang kita gunakan
selama ini adalah salah. Lalau salahnya dimana?. Apakah karena kita terlalu banyak
mengikuti seminar, tidak pernah melakukan tindakan nyata?. Atau kita tidak pernah
memiliki persepsi yang sama tentang cara memperlakukan petani dan pertanian di negara
ini?. Atau kita ini adalah robot-robot yang tidak terlatih untuk berinisiatif dan telah
terbiasa dikomando untuk melakukan sesuatu?. Apakah iptek kita sedemikian tertinggal?
Atau karena kita tidak pernah melakukan penelitian yang tepat guna, atau kita sayang
mengeluarkan uang untuk penelitian sehingga honor penelitinya lebih rendah dari
pendapatan pedagang bakso dorongan. Atau kita tidak menghargai penelitian sebagai
pengembangan iptek dan bagian yang penting untuk merencanakan masa depan? Atau
negara ini hanya milik beberapa gelintir orang yang mengatur dan menentukan masa
depan, sementara tongkat komando yang digunakannya bukan tongkat yang lurus
pembangunan pertanian kita yang salah, sementara kita tahu itu salah tetapi tidak bisa
berbuat banyak untuk memperbaikinya karena kita tidak biasa bekerja terpadu dan
Pariwisata memiliki peluang yang cukup baik untuk dikembangkan pada era di
Propinsi Bali. Propinsi Bali tidak memiliki sumber daya alam industri atau hasil tambang
yang dapat dipakai untuk meningkatkan pendapatan daerahnya. Sumber daya yang
dimiliki adalah keindahan alam danbudayanya. Oleh karena itu pariwisata merupakan
Indonesia. Disamping itu sektor pariwisata juga diharapkan dapat berpeluang untuk dapat
suguhan yang ada pada saat ini. Pariwisata harus bergerak terus sehingga bisa mendorong
wisatawan dating berulang kali ke Bali. Oleh karena itu potensi-potensi lain yang masih
Salah satu unggulan yang belum digarap dengan serius saat ini adalah sektor
pertanian. Bali memiliki Sistem Subak yang bersifat tradisional. Subak merupakan
organisasi petani di Bali yang bersifat sosial religious dan tentu juga ekonomis.
Unsur dari sektor pertanian yang belum digarap secara optimal adalah agrowisata
(agro tourism) yang menawarkan keindahan alam pertanian, produksi serta organisasi
kegiatannya yang berupa subak belum tertata dan dimanfaatkan secara optimal.
Agrowisata dibedakan dengan wisata agro. Wisata agro lebih cendrung merupakan
pertanian. Ini bersifat melayani wisatawan agar senang, tanpa memperhatikan apakah
petani dapat diuntungkan dengan kegiatan pariwisata tersebut. Berbeda dengan istilah
Agrowisata yaitu penciptaan system agar antara kegiatan pariwisata dengan pertanian
diikuti dengan perkembangan atau kemajuan pertanian. Pertanian tidak menjadi obyek
semata, tapi seharusnya pertanian menjadi partner pariwisata. Petani harus ikut menjadi
subyek bukan hanya obyek dalam pariwisata. Untuk itu diperlukan inovasi yang bisa
menciptakan agar pertanian dapat memanfaatkan kesempatan meraih pendapatan dari
pariwisata.
sebagai obyek wisata, baik potensi pemandangan alamnya, kawasan lingkungan, maupun
kekhasan aktifitas produksi dan teknologi pertanian serta budaya masyarakat petaninya.
rekreasi dan hubungan usaha dibidang pertanian yang meliputi tanaman pangan,
Subak merupakan salah satu warisan budaya dunia yang merupakan tempat bagi
komunitas petani melaksanakan kegiatan pertanian. Subak juga dapat membantu petani
di subak secara adil membuat seluruh krama (anggota) bisa mendapatkan air irigasi
secara merata.
kesejahteraanbaik dari segi finansial maupun ketahanan pangan. Hal itu dilatarbelakangi
Salah satu yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani tanpa mengubah nilai
sosial dan kultural dari subak adalah merevitalisasi kawasan subak menjadi daerah
agrowisata. Itu merupakan hal yang logis mengingat subak memiliki banyak faktor
pendukung yang dapat membuatnya menjadi kawasan agrowisata. Hal itu dapat diilihat
dari berbagai aspek seperti: keunikan, keindahan, pelayanan, keramahan yang merupakan
terletak di Desa Kemenuh Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Subak ini berpotensi
dalamnya. Disamping itu subak ini memang sudah ada dalam lingkungan kegiatan
pariwisata yang sangat maju. Wisatawan sudah ada tinggal menciptakan system agar
wisatawan yang berlimpah itu melirik pertanian dan merasa terhibur dangan adanya
kegiatan pertanian.
kelemahan, peluang dan tantangan. Dengan kata lain bagaimanakah analisis SWOT
1. Merinci potensi yang dimiliki oleh Subak Tegenungan dengan melakukan analisis
bentuk wisata yang sangat spesifik, dimana pengunjung dapat menikmati keindahan dan
keunikan alami skaligus menikmati produk agro atau dapat tingggal dilingkungan
pertanian, terlibat dalam proses produksi yang kesemuanya dilakukan untuk dapat
dapat menjual secara langsung hasil pertaniannya tanpa melalui saluran distribusi.
Menurut Harahap (2006) agrowisata yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah : (1)
wisata daerah perkebunan yang dapat dilakukan mulai kegiatan pra produksi seperti:
pembibitan, pemeliharaan dan pasca produksi seperti : pengelolaan dan pemasaran, (2)
Wisata pertanian di daerah tanaman pangan dan hias paket yang menyediakan kunjungan
tanaman pangan seperti : padi, kebun buah, kebun bunga, dll. (3) Wisata Daerah
perikanan dapat menyaksikan teknologi budidaya ikan dan aktifitas perikanan seperti
memancing dan menjaring. (4) Wisata Daerah Peternakan merupakan kegiatan wisata
yang bertujuan untuk mempelajari cara-cara berternak tradisional maupun secara modern
mempekerjakan 204 juta orang di seluruh dunia, atau satu dari sembilan pekerja, 10,6
persen dari angkatan kerja global. Pariwisata adalah penyumbang ekonomi terkemuka di
dunia menghasilkan 10,2 persen produk nasional bruto dunia. Disamping itu pariwisata
adalah produsen terkemuka untuk pendapatan pajak sebesar 655 miliar US dolar.
Pariwisata adalah industri terbesar di dunia dalam hal keluaran bruto, mendekati 3,4
triliun US dolar. Pariwisata merupakan 10,9 persen dari semua belanja konsumen, 10,7
persen dari semua investasi modal, dan 6,9 persen dari semua belanja pemerintah. Antara
tahun 1990 - 1993 pekerjaan dalam bidang pariwisata berkembang 50 persen lebih cepat
daripada pekerjaan dunia. Pariwisata akan menghasilkan 144 juta pekerjaan di seluruh
dunia sampai tahun 2005 dimana diantaranya 112 juta pekerja berkembang dengan pesat
di Asia Pasifik. Jika dikelola dengan baik, pariwisata akan mampu menjadi penyumbang
potensi yang sangat penting dalam menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan
pendapatan petani di Indonesia. Kendala yang dihadapi adalah sumber daya manusia
Agrowisata tidak sama dengan wisata agro. Wisata agro merupakan kegiatan
wisata yang bertujuan untuk memberi kepuasan kepada wisatawan dengan cara memberi
suguhan keunikan dan keindahan sektor pertanian. Penekanannya adalah pada kepuasan
wisatawan tanpa memperhatikan kepuasan petani. Oleh karena itu petani dan pertanian
hanya dijadikan monumen tontonan wisatawan atau menjadi obyek wisata. Dalam wisata
agro petani hanya menjadi obyek pariwisata bukan sebagai subyek pariwisata.
Kegiatan Wisata agro merupakan bagian dari sistem Agrowisata dan tetap perlu
ada. Agrowisata adalah suatu sistem kegiatan terpadu dan terkoordinasi untuk
kesenangan pariwisata. Pelaku pariwisata sering tidak merasakan hutang budi petani
sebagai basis budaya yang justru menyuburkan pariwisata. Pariwisata mustahil bisa
berkembang jika tanpa petani, karena petanilah yang menjadi pelaku dan
pariwisata memitrakan pertanian dengan sejajar dan mustahil pula pertanian memasuki
sendiri menjadi mitra pariwisata. Oleh karena itu tiga komponen yaitu pemerintah
(regulasi), pertanian (produsen) dan dunia usaha (ekonomi) harus memiliki hubungan
kemitraan yang bolak balik. Dengan demikian dalam agrowisata sekaligus dibahas
Pariwisata harus memiliki dimensi yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
banyak. Dengan demikian pengembangan agrowisata harus diarahkan pada bentuk bisnis
pertanian rakyat, bukan pertanian konglomerasi. Hal ini disebabkan karena dampak
negatif dari pariwisata biasanya paling banyak menyentuh rakyat kecil yaitu petani.
Secara langsung atau tidak langsung pariwisata dapat memberi keuntungan bagi
sektor pertanian. Namun demikian bukan berarti tanpa kendala dan masalah.
pertanian, khususnya lahan sawah. Ini terjadi karena alih fungsi lahan pertanian menjadi
lahan non pertanian. Alih fungsi ini diperkuat lagi karena persaingan pemanfaatan air
yang sering dimenangkan oleh sektor pariwisata yang bermodal kuat dibanding sektor
dampak negatif terhadap lingkungan alam fisik dan sikap hidup petani. Agrowisata
memerlukan koordinasi kerja antar sektor. Kenyataanya koordinasi kerja dan hubungan
kesejahteraan petani belum berlangsung optimal, walaupun sistem kerja terkoordinasi ini
sudah pernah berusaha diatur, bahkan sudah diatur dalam peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 9 tahun 1982, dua puluh tahun yang lalu. Namun hasilnya sama sekali tidak
belum dikembangkan secara maksimal kearah yang dapat mendukung sektor pariwisata.
Akibatnya timbul salah tanggap yang mengatakan mutu produksi pertanian yang
pariwisata dibanding sektor pertanian terlalu lebar. Selama ini hubungan antara pertanian
dengan pariwisata telah berlangsung, namun petani berada dalam posisi yang lemah.
Masalah yang sering dihadapi petani kecil dalam memasarkan hasil pertaniannya untuk
pariwisata adalah: (1) Tidak ada lembaga yang melindungi petani, (2) Persaingan tidak
sehat antar petani, (3) Komisi yang harus dibayar terlalu tinggi dan pembayaran sering
mengalami penundaan lama padahal petani kecil memerlukan uang cash yang cepat, (4)
Penawaran yang terlalu murah yang memojokkan posisi petani. Swalayan sering berulah
dalam meneripa produk petani dengan memanfaatkan posisi petani yang lemah.
Salah satu bentuk campur tangan pemerintah dibidang agrowisata adalah buah
import. Di masa lalu buah import pernah dibatasi untuk melindungi petani, namun
akibatnya kualitas buah lokal petani Indonesia tidak mengalami peningkatan karena tanpa
saingan. Namun demikian bisakah petani yang disalahkan?. Apakah sistem pengaturan
yang dilakukan pemerintah yang salah dimana pertanian kita terlalu menekankan pada
petani yang tidak mampu menghasilkan buah bermutu ini akhirnya membuahkan
peraturan bebas import buah-buahan dengan harapan petani akan mampu bersaing
menyesuaikan mutu buah import. Buah import akhirnya mampu merebut kantong
petani yang rendah di Indonesia, maka petani tidak mungkin bersaing mandiri tanpa
bibit dan benih. Justru salah satu titik lemah dalam sistem agribisnis di Indonesia adalah
pembibitan dan pembenihan yang tidak mampu dilakukan oleh petani sendiri dan tidak
menjangkau petani rakyat. Pemerintah sama sekali tidak memfasilitasi dengan dana yang
Subak merupakan organisasi sosial, religious dan ekonomis petani yang tidak
hanya bergerak dibidang pengaturan air dan pengaturan pola tanam, memiliki otonomi
penuh. Subak tidak terkait dengan organisasi lain, termasuk dengan pemerintah. Pada
masa lalu otonomi ini sangat mutlak. Organisasi subak mengajarkan pendidikan politik
dan kehidupan demokratis yang sangat efektif kepada masyarakat di pedesaan. Semua
keputusan dilakukan secara musyawarah dengan kesaksian Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Oleh karena itu Sangkepan Subak selalu dilakukan di wantilan atau di Jabaan Pura
Subak. Sangkepan selalu didahului dengan doa bersama menggunakan canang dan dupa.
Oleh karena itu Sangkepan Subak selalu bernuansa magis. Hal ini penting untuk
Subak memiliki filosofi Tri Hita Karana dan Tri Mandala yang memberi tatanan
kehidupan sosial dan lingkungan yang terbagi sedemikian rupa sehingga menimbulkan
kehidupan yang harmonis yaitu selaras, serasi dan seimbang. Dalam konsep Tri Hita
Karana atau Tri Mandala, maka Subak dibagi dalam kawasan Parahyangan, Palemahan
dan Pawongan. (1) Parahyangan merupakan kawasan suci yaitu Pura Subak sebagai
tempat para petani untuk mendekatkan dirinya kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Semua kegiatan selalu minta petunjuk dan atas ijin Hyang Widhi. (2) Palemahan adalah
kawasan persawahan yang menjadi tempat kegiatan produksi petani. Kawasan ini sangat
ketat dijaga kesuciannya, sehingga setiap petak pemilikan tetap memiliki bedugul. Bagi
petani di Bali, sawah merupakan karunia Tuhan yang diwariskan dari leluhurnya
sehingga sawah memiliki nilai religious dan tempat bermukim dan bermain Betari Sri.
Pada masa lalu jual beli sawah waris pantang dilakukan. (3) Kawasan ketiga adalah
kawasan ini memiliki tata cara pengaturan hak dan kewajiban anggotanya sehingga
Pada masa lalu Subak memiliki otonomi yang sangat kuat, termasuk dalam
menentukan jual beli tanah sawah yang terjadi di wilayahnya. Jual beli tanah terjadi
melalui keputusan Sangkepan Subak. Jual beli hanya terjadi antar anggota subak. Sangat
sulit sawah petani dapat dipindahtangankan kepada orang luar. Namun semenjak
sertifikat tanah BPPN dijadikan sebagai status hukum kepemilikan tanah yang paling
kuat maka otonomi subak dalam jual beli tanah ini menjadi dikebiri. Akhirnya tanah
berpindah tangan kepada para investor yang jauh sekali sehingga produktivitas sawah
menjadi merosot, munculnya lahan tidur dan lahan ngantuk. Tanah akhirnya menjadi
Penggunaan tanah sawah yang subur dan produktif untuk tempat pemukiman atau untuk
sarana rekreasi dan pariwisata tidak terhindarkan. Penyusutan lahan sawah berlanjut terus
Sawah dan petani adalah aset pariwisata. Sawah memberi kehidupan setengah
penduduk Bali yang masih mengandalkan hidupnya dari pertanian. Dari kehidupan
pertanian lahir nilai-nilai budaya agraris yang sangat luhur yang dijadikan sebagai aset
kuat untuk merusak nilai-nilai budaya agraris yang diilhami oleh kehidupan petani.
Pariwisata menggerogoti luas lahan pertanian dan kompetitor yang paling rakus merebut
sumber daya alam yang dimiliki petani yaitu air. Namun demikian pariwisata belum
pernah secara serius memberi kepedulian terhadap kehidupan petani dan terhadap
kelompok-kelompok tani. Pariwisata tidak mungkin berkembang di Bali jika Subak dan
petani tidak ada. Jauh sekali kesenjangan yang terjadi (antara langit dan bumi) antar
dunianya petani yang kumuh dengan dunianya kepariwisataan yang glamour. Banyak
para seniman Bali yang diperas untuk menunjukkan hasil cipta karsa berupa seni tari di
hotel-hotel dengan upah seadanya yang diangkut dengan truk untuk memuaskan para
wisatawan dan untuk mengisi pundi-pundi para maklar seni. Untuk itu dibutuhkan
kemauan politik dunia pariwisata untuk ikut memelihara budaya agraris, membantu
Pariwisata memiliki hutang yang besar terhadap petani, karena pariwisata budaya
menggunakan petani dan budaya agrarisnya untuk daya tarik pariwisata. Tanpa petani
mustahil pariwisata bisa berkembang di Bali. Namun demikian hutang ini dengan angkuh
dicibirkan oleh pelaku pariwisata. Pariwisata sangat berkeberatan membuka akses bagi
petani untuk melangkah kedalam dapurnya pariwisata. Dapurnya lebih banyak dijejali
dengan berbagai komoditi ekspor. Dalihnya adalah kualitas dan kontinyuitas yang tidak
memenuhi standar, padahal didalamnya ada unsur kolusi, korupsi dan komisi. Bantuan
diperlukan dari pemerintah yang membuat aturan dan kebijakan untuk memberi
perlindungan kepada petani dan membangkitkan itikad baik dunia pariwisata agar mau
menggandeng petani.
2.5. Variabel Penilai Potensi dan Perkembangan Obyek Wisata
Pengukuran memang sangat penting dalam menentukan sesuatu baik itu berupa barang
yang dapat dilihat secara nyata maupun sesuatu yang hanya bisa kita rasakan. Misalnya
banyak barang. Pengukuran banyak barang dapat kita lakukan dengan cara
seperti keindahan suatu objek pariwisata, kenyamanan yang diberikan. Hal tersebut hanya
bisa kita rasakan sendiri karena menyangkut perasaan yang timbul dari dalam diri kita
sendiri. Sehingga, penilaian antar orang berbeda – beda antara satu hal dengan yang
lainnya.
Dalam menentukan kelayakan suatu tempat atau objek pariwisata kita juga harus
mengukurnya supaya objek pariwisata yang dibuka tersebut dapat dikembangkan dan
kepariwisataan ada enam variabel penentu kelayakan yang dapat menjadi pertimbangan.
Pada variabel keamanan ini diukur bagaimana keamanan yang terdapat pada suatu
objek pariwisata apakah dapat mendukung dengan baik atau buruk. Subsistem variabel
keamanan ini meliputi bagaimana hubungan antara masyarakat dengan pengadaan objek
pariwisata yang ada disana apakah mereka mendukung atau tidak. Sehingga dengan
adanya dukungan dari masyarakat setempat akan menyebabkan objek pariwisata tersebut
dapat dikembangkan lagi. Yang paling penting lagi yaitu bagaimana pengadaan rumah
sakit atau penyelamatan yang terdapat pada objek pariwisata tersebut. Apabila pada objek
pariwisata terdapat yang terpadu antara keamanan fisik dengan keselamatan kesehatan
jiwa pengunjung akan memberikan nilai lebih pada objek pariwisata tersebut. Sehingga,
wisatawan akan tertarik untuk berkunjung kesana karena keselamatan mereka terjamin
dan jika terjadi apa – apa mereka akan mampu untuk pergi
ke rumah sakit dengan cepat karena terdapat fasilitas kesehatan yang mendukung. Selain
fasilitas tersebut yang tak kalah pentingnya yaitu fasilitas telekomunikasi yang tersedia.
Dengan fasilitas ini akan menambah rasa keyakinan akan keamanan yang diberikan oleh
2. Variabel Kesejukan.
Variabel ini memberikan kesan refresh pada otak. Dimana setelah melakukan
banyak kegiatan dan otak menjadi stress dengan berwisata pada tempat yang sejuk ini
akan dapat mengheningkan pikiran dan otak tidak stress lagi. Dari kesan tersebut akan
membangkitakan minat dari pada wisatawan untuk berkunjung dan mengajak orang lain
atau teman dekatnya untuk berkunjung kesana. Sehingga, dari satu atau dua orang
tersebut akan mampu untuk mempromosikan tempat tesebut menjadi tempat pariwisata
yang ramai pengunjung. Hal – hal yang perlu dilakukan pada variabel kesejukan ini yaitu
adanya penataan lingkungan yang nyaman dan rapi seperti taman yang hijau dengan
bunga yang berwarna – warni. Dengan adanya hal – hal tersebut akan menjadikan nilai
3. Variabel Ketertiban.
keindahannya akan dapat menunjang dari pada pengembangan objek pariwisata tersebut.
wisatawan mengidam – idamkan suatu objek pariwisata yang terstruktur dimana untuk
mengunjunginya ada budaya antre sehingga, mengurangi dari pada ketidak nyamanan
untuk berkunjung kesana. Seperti jika tidak ada peraturan yang tegas dalam berkunjung
ke tempat wisata tersebut maka pengunjung akan berebut untuk saling mendahulukan
masuk ketempat pariwisata tersebut dan hal ini akan terlihat jelas ketika terjadi liburan
sekolah. Banyak orang ingin berlibur ketempat yang didambakan tersebut, jika tempat
Kejadian ini akan menjadi mengurangi kesan nyaman dalam berkunjung. Selain itu juga
adanya aparat yang jujur untuk melindungi kenyamanan pengunjung dari pada berwisata.
objek pariwisata. Karena dari pelayanan yang ramah tersebut dapat kita nilai apakah
objek pariwisata tersebut layak untuk dikembangkan atau tidak. Pelayanan yang ramah
akan membuat wisatawan akan tertarik lagi untuk kembali datang ketempat tersebut dari
keramahan pengelola, wisatawan akan mendapat kesan yang menarik dari tempat wisata
tesebut. Kesan nyaman akan dirasakan oleh wisatwan saat berkunjung ke objek tersebut.
sehingga semakin baik pelayanan dan ramahnya pelayanan yang diberikan maka,
Semakin unik, indah dan menarik tempat wisata maka, akan semakin banyak pula
pengunjung yang datang kesana. Seperti di Monkey Forest, Ubud banyak wisatawan
datang kesana untuk menikmati keunikan dari pada monyet – monyet yang ada disana.
kuasainya dan tingkah laku mereka yang jinak kepada para wisatawan yang berkunjung
kesana. Hal seperti inilah yang diminati oleh wisatawan untuk berkunjung kesuatu tempat
wisata. Jika tempat tersebut tidak memiliki nilai keunikan, keindahan, dan menarik, akan
6. Variabel Pengalaman.
Dengan adanya pengalaman yang menarik tersebut membuat wisatawan untuk datang
lagi ketempat tersebut. Dari hal itu akan menyebabkan objek wisata tersebut patut untuk
dikembangkan.
Variabel itulah yang menjadi tolak ukur dalam usaha untuk mengembangkan
objek wisata. Jika semua variabel tersebut menunjukkan nilai rata – rata baik maka
tempat tersebut patut untuk dilakukan usaha lebih lanjut dalam usaha pengembangannya.
2.6. Tri Mitra Pembangunan Agrowisata
berpihak pada rakyat dapat dicerminkan pada kaitan segitiga: (1) Pemerintah sebagai
Goverment Regulation, (2) Rakyat sebagai subyek dan obyek pembangunan yang
ditingkatkan kesejahteraan lahir dan bathinnya, dan (3) Dunia Usaha yang menggerakkan
perekenomian rakyat. Keterkaitan segitiga itu dilakukan dengan misi keterkaitan segitiga
dari (1) Produksi; yaitu upaya Berbagai perubahan dan perkembangan akan
berlangsung semakin cepat yang akan menentukan bentuk keadaan dunia pada abad 21
ini. Genderang perdagangan bebas sudah dikumandangkan dan sulit untuk dielakkan.
pasar negara-negara berkembang pada tahun 2010. Pada tahun 2020 pintu pasar
Indonesia diharuskan terbuka bagi produk-produk barang dan jasa dari negara-negara
maju. Keunggulan yang dimiliki negara-negara maju adalah teknologi maju dan sumber
daya manusia yang memadai. Di masa yang akan datang persaingan akan dimenangkan
oleh negara-negara yang memiliki keunggulan teknologi dan mutu sumber daya manusia
yang tinggi. Oleh karena itu satu-satunya cara untuk dapat memperkuat daya saing
rakyat dan dunia usaha, (2) memaksimalkan konsumtif masyarakat dan pengaturan
(Goverment Regulation)
Konsumsi
Produksi
Institusi
Dunia usaha
Rakyat (pemerataan
(partisipasi & korporasi)
demokratisasi)
Sukawati Kabupaten Gianyar. Alasan dipilihnya subak Tegenungan karena subak ini
berada pada wilayah Pariwisata yang sudah berkembang pesat yaitu hanya 1,5 km dari
pasar Sukawati, hanya 8 km dari Kecamatan Ubud yang sudah banyak dikunjungi oleh
wisatawan. Waktu penelitian dilakukan selama Bulan Nopember dan Desember 2015.
Data yang dikumpulkan adalah data primer dengan mencari informasi langsung
dikembangkan yaitu: (1) sarana dan prasarana yang dapat member rasa aman wisatawan,
(2) kesejukan suasana, (3) Ketertiban dan pengaturan, (4) Pelayanan dan keramahan, (5)
Sumber data adalah data sekunder yang diperoleh secara langsung kepada
Kabupaten Gianyar.
Variabel penelitian adalah: (1) sarana dan prasarana yang dapat memberi rasa
aman wisatawan, (2) kesejukan suasana, (3) Ketertiban dan pengaturan, (4) Pelayanan
dan keramahan, (5) keunikan dan keindahan, (6) Pengalaman paket wisata.
Strengh atau kekuatan Subak Tegenungan yang terdiri dari : keindahan &
kesejukan subak, keramahan & kuantitas anggota subak, Daerah Aliran Sungai Tukad
Petanu beserta satwa keranya, budaya gotong royong (bounding) masih eksis, dekat
dengan obyek wisata lainnya seperti pasar seni sukawati berjarak ±1,5 km, Daerah
Kecamatan Ubud ±8 km, akses ke kota Gianyar dekat ± 9 km, jalan utama mendukung
(hotmik), fasilitas kesehatan memadai disamping puskesmas pembantu juga dekat dengan
Rumah sakit seprti Rumah Sakit Mas di Desa Mas ± 4 km, rumah sakit Ganesa Desa
Celuk ±10 km, akses ke pasar dekat dan keamanan terjamin seperti pecalang Desa serta
dari Instansi keamanan terkait.
menjadi dua bagian yaitu (1) kesejukan, keindahan sawahnya, (2) Daerah Aliran Sungai
Petanu yang memiliki air terjun (waterfall) serta dengan satwa kera yang ada
disekitarnya. Konsep ini terbilang sederhana dan menarik, namun akan memiliki nilai
jual tinggi mengingat keadaan umum Bali yang panas akan membuat orang-orang ingin
menikmati kesejukan udara tanpa harus pergi jauh ke pegunungan. Sedangkan bagi
wisatawan mancanegara, kesejukan dan keindahan yang didapat di areal persawahan dan
Paket wisata ini menawarkan track atau jalur setapak yang bisa digunakan untuk
bersepeda. Selain digunakan untuk bersepeda, jalur ini juga bisa digunakan sebagai
tempat jogging. Tujuan program “ Rice Field Cycling” adalah agar wahana ini dapat
dinikmati semua target pasar, dari anak-anak hingga manula. Jalur ini juga paling mudah
dan cepat dalam pembuatannya. Jalur sepeda ini direncanakan sepanjang ± 5 km dibuat
melingkar mengelilingi luas subak dan jalur Daerah Aliran Sungai Petanu yang ada
lokal.
Garis merah
merupakan jalur
sepeda
Dengan memanfaatkan Daerah Aliran Sungai Tukad Petanu dengan ciri debit air
yang besar dan deras bisa dikembangkan wisata arung jeram baik secara berkelompok
maupun perorangan dengan standar keamanan yang Internasional dengan tarif
200.000/Paket
Gambar 2. Rencana DAS Tukad Petanu sebagai olah raga arung jeram
Gambar 4. Rencana pengembangan pembangunan artshop
Paket wisata plowing atau membajak sawah juga bisa diterapkan di Subak
Tegenungan. Pada musim tanam padi Bulan April, Agustus dan Desember. Dengan paket
ini, dapat memberdayakan petani sebagai pelakunya. Membajak dapat dilakukan dengan
cara modern maupun tradisional. Tarif yang direncanakan untuk paket wisata ini adalah
Rp 100.000/orang wisatawan mancanegara dan Rp 50.000/orang wisatawan dalam
negeri.
Paket wisata ini menawarkan bertanam padi secara manual khas petani di Bali.
Target pasar dari program “ Special Rice Planting” (Organic Rice) adalah anak-anak dan
remaja. Paket wisata ini hanya dapat dinikmati saat musim tanam, yakni sekitar Bulan
April, Agustus dan Desember. Tarifnya berupa karcis masuk yang besarnya bervariasi
untuk wisatawan mancanegara Rp 20.000/orang dan wisatawan dalam Negeri Rp
10.000/orang.
Paket wisata ini menawarkan memanen padi bersama petani di Subak Tegenungan
dengan memadukan secara tradisional maupun memanen secara modern. Paket wisata ini
hanya dapat dinikmati saat musim panen, yakni sekitar Bulan Agustus, Desember dan
April. Tarifnya berupa karcis masuk yang besarnya bervariasi untuk wisatawan
Gambar 11. Tahapan dan metode pelaksanaan proyek pengembangan agrowisata Subak Tegenungan
4.5.1 Pembangunan
4.5.4 Pelaksanaan
Setelah tahap pembangunan; training/pelatihan; kerjasama dan promosi dilakukan
dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan yang meliputi servis langsung terhadap wisatawan
yang datang.
4.5.5 Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk terus memperbaiki lokasi agrowisata Subak
Tegenungan menjadi lebih baik. Sehingga wisatawan yang datang bisa terus meningkat.
Tanpa harus khawatir dengan apapun karena kawasan sawahlah yang dipamerkan.
4.6 Format Pengelola Agrowisata Subak Tegenungan
Agrowisata ini berbasis kerakyatan atau lebih dikenal dengan community tourism.
Maksudnya adalah petani yang menjadi subjek utama atau pelaku pelaksana dari
pariwisata. Petani yang terlibat langsung dalam melayani wisatawan yang datang.
Sehingga seluruh penghasilan atau insentif dari wisatawan yang menikmati sawah bisa
dimiliki oleh petani. Untuk itulah agrowisata di subak Tegenungan sudah memiliki
Koperasi Tani (KOPTAN) untuk membantu menyimpan seluruh penghasilan dari hasil
agrowisata dan membaginya secara merata di akhir tahun bersamaan dengan sisa hasil
usaha (SHU).
Berikut susunan personalia agrowisata Tegenungan.
Krama pelaksanan
Target pasar dari agrowisata Subak Tegenungan adalah semua kalangan baik
anak-anak, remaja, dewasa maupun manula. Namun, untuk asal wisatawan
mengutamakan wisatawan mancanegara meskipun promosi juga akan tetap dilakukan di
ranah domestik. Untuk harga, akan lebih baik apabila disamakan antara wisatawan
domestik maupun mancanegara Hanya pengunjung lokal Pulau Bali yang mendapat harga
lebih murah mengingat subak adalah kekayaan asli milik Bali. Untuk alasan itulah akan
lebih bijaksana menerapkan harga lebih murah untuk pengunjung lokal.
4.8. Rancangan Anggaran Biaya
Total 500.000.000,00
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daerah Agrowisata. Ini disebabkan karena
Subak Tegenungan berada pada wilayah pariwisata yang sudah berkembang pesat yaitu
1,5 km dari pasar Sukawati dan hanya 8 km dari Kecamatan Ubud. Dalam kenyataannya
walaupun berada pada wilayah pariwisata, namun petaninya sangat miskin dan tidak bisa
Hasil penelitian dengan analisis SWOT dapat disimpulkan kekuatan yang sangat
yang sangat dekat obyek wisata yaitu hanya 1,5 km dari pasar Sukawati yang selalu
ramai dikunjungi oleh wisatawan. Peluang penting yang dimiliki oleh petani di Subak
Tegenungan adalah banyaknya lahan tidur yang tidak digarap dan sekee gong yang sudah
Berbagai jenis paket wisata yang dapat dikembangkan didaerah ini antara lain:
bersepeda ditengah sawah (rice field cycling), arung jeram, pembangunan art shop yang
dikelola oleh petani, pembangunan restoran ditepi sawah, paket membajak sawah secara
tradisional dan modern, menanam padi secara tradisional, panen padi, memancing di
Agar paket wisata yang ditawarkan tersebut dapat berjalan dengan baik maka
keamanan dari segi gangguan kriminalitas, dan keamanan yang mungkin mengancam
2. Kesejukan yaitu suasana yang dapat memberi kepuasan kepada wisatawan antara lain
bebas dari polusi, keindahan alam, penataan alamnya, penataan tata letak pasilitas yang
3. Ketertiban, pengaturan para wisatawan maupun para wisatawan, yang mana yang
boleh dilakukan dan yang mana tidak boleh dilakukan. Pengaturan pedagang acung perlu
4. Pelayanan dan keramahan. Perlu diatur pengadaan pemandu wisata yang memiliki
kompetensi memadai, serta penyertaan pedagang kaki lima dari kalangan petani. Perlu
dibuat pusat informasi untuk mempermudah komunikasi kedalam maupun keluar desa.
5. Perlu terus menerus dipelihara cirri keunikan dan keindahan sehingga menimbulkan
yang banyak bagi wisatawan sehingga keinginan berkunjung berulangkali dapat terjadi.
5.2. Saran-saran
sendiri tanpa ada campur tangan dari luar. Oleh karena itu pemerintah Daerah Gianyar
dapat dilakukan dengan berbagai investor, namun sedapat mungkin penyertaaan petani
sebagai subyek dari kegiatan Agrowisata tersebut harus didahulukan. Investor tidak
mengexploitir petani untuk bisnis mencari keuntungan semata. Untuk itu rambu perlu
disusun agar kerjasam trimitra antara pemerintah, pengusaha dan petani dapat sinergis
saling menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap H.2006. Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran pada PT. Taman Safari
Indonesia, Cisarua, Bogor (Skripsi). Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Sutjipta,Nyoman.2010.Agrowisata: Modul Mata Kuliah Agrowisata.Universitas
Udayana.
Sutjipta, Nyoman. 1994. Pola Pemasaran Terpadu Hasil Pertanian Tanaman Pangan di
Desa. Makalah Seminar Pemasaran Terpadu Hasil-hasil pertanian tanaman pangan
dalam rangka RUT II , tanggal 22 Nopember 1994 di Tabanan .
Sutjipta, Nyoman. 1995. Masalah Agribisnis dan Swasembada Pangan di Indonesia dan
Konsep Mendasar Pemecahannya. Penerbit: Universitas Udayana Denpasar.
Sutjipta, Nyoman. 1995. Pelestarian Sumber Daya Hayati Indonesia, Strategi, Tantangan
dan Peluang.