Pengkajian Kasus
I. BIODATA
Identitas Pasien :
Nama : Nn. Q
No. MR : 01.00.31
Umur : 25 Tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Pontianak, 2/12/1993
Bangsa/Suku : WNI
Pekerjaan : -
Alamat: jl. Dr. Sutomo Orde Baru dalam 05/018 No.15 Pontianak Kota
Diagnosa : TB Paru
A. Provocative/palliative
o Apa penyebabnya:
Klien mengatakan terdapat dahak di saluran nafas yang sulit untuk
di keluarkan dan menyebabkan klien sulit bernafas.
o Hal-hal yang memperbaiki keadaan: Istirahat yang cukup.
B. Quantity/quality
o Bagaimana dirasakan:
Klien merasa sesak saat melakukan kegiatan dalam jangka waktu
yang lama.
o Bagaimana dilihat:
Klien tampak lemah, nafas klien tidak beraturan.
C. Region
o Dimana lokasinya: Lokasi berada di dada.
o Apakah menyebar: Tidak menyebar.
D. Severity
terhadap pernafasannya.
E. Time
serta pilek.
3. Pernah dirawat/dioperasi
4. Lama dirawat
5. Alergi
2. Saudara kandung
6. Penyebab meninggal
B. Konsep Diri:
3. Harga diri : klien selalu ingin menghindar dari orang sekitar karena malu
dengan penyakitnya.
C. Keadaan emosi:
D. Hubungan sosial:
A. Keadaan Umum
B. Tanda-tanda vital
1. Bentuk
Simetris, tidak ada masalah.
2. Ubun-ubun
Ubun-ubun klien normal.
3. Kulit kepala
Kulit kepala klien bersih, tidak ada masalah.
Rambut
Wajah
1. W arna kulit
Kulit wajah klen terlihat sedikit pucat.
2. Struktur wajah
Struktur wajah klien simetris.
Mata
T elinga
1. Bentuk telinga
Bentuk telinga simetris.
2. Ukuran telinga
Ukuran telinga klien normal dan simetris.
3. Lubang telinga
Lubang telinga klien tidak ada masalah.
4. Ketajaman pendengaran
Ketajaman pendengaran klien baik, tidak ada gangguan pendengaran.
1. Keadaan bibir
Keadaan bibir klien sedikit lembab.
2. Keadaan gusi dan gigi
Gusi klien tidak ada masalah, gigi klien tidak lengkap karena faktor usia.
3. Keadaan lidah
Keadaan lidah klien normal.
4. Orofaring Normal.
Leher
1. Posisi trachea
Posisi trachea simetris, tidak ada masalah.
2. Thyroid
Tidak ada pembesaran thyroid.
3. Suara
Suara klien jelas tetapi agak serak.
4. Kelenjar limfe
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
5. Vena jugularis Teraba, kuat, teratur.
6. Denyut nadi karotis Teraba, teratur.
Pemeriksaan integumen
1. Kebersihan
Kulit klien bersih.
2. Kehangantan
Suhu tubuh dalam keadaan normal.
3. W arna.
Kulit sawo matang.
4. Turgor
Kembali dalam > 3 detik.
5. Kelembapan
Kulit klien tampak agak kering.
6. Kelainan pada kulit
Tidak ada kelainan pada kulit klien.
Pemeriksaan thoraks/dada
1. Inspeksi thoraks
Normal, simetris kanan dan kiri.
2. Pernafasan (frekuensi, irama) Frekuensi nafas 30 kali/menit.
3. Tanda kesulitan bernafas
Nafas pendek dan menggunakan otot bantu pernafasan.
Pemeriksaan paru
Pemeriksaan jantung
1. Inspeksi
Dada simetris dan tidak terlihat denyutan jantung.
2. Palpasi
Teraba denyut jantung (pulsasi) dengan frekuensi 105 kali/menit.
3. Perkusi
Terdengar suara pekak.
4. Auskultasi
Tidak ada suara tambahan.
Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi
Simetris, tidak ada asites, tidak ada benjolan atau massa.
2. Auskultasi Peristaltik normal.
3. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar.
4. Perkusi
Suara tymphani.
GCS = 15
E = 4, M = 6, V = 5
Nervus cranial:
N. I (olfaktorius) : klien memiliki penciuman yang baik
Fungsi motorik
Kemampuan motorik klien normal, tidak ada masalah.
Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin, getaran)
Sentuhan klien normal, dapat membedakan panas dan dingin, tajam tumpul dan
getaran yang diberikan.
a. BAB
o Pola BAB
Klien BAB 2 kali/hari.
o Karakter feses
Karakter feses klien normal.
o Riwayat perdarahan
Tidak ada riwayat perdarahan.
o BAB terakhir
BAB terakhir klien; pagi sebelum dilakukan pengkajian.
o Diare
Klien tidak diare.
o Penggunaan laksatif
Klien tidak menggunakan laksatif.
b. BAK
o Pola BAK
Pola BAK klien yaitu sering.
o Karakter urine
Karakter urine klien agak kekuningan.
o Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK
Klien tidak merasa nyeri atau kesulitan BAK.
o Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih
Klien tidak memiliki riwayat penyakit ginjal/kandung kemih.
o Penggunaan diuretik
Klien tidak menggunakan diuretik.
o Upaya mengatasi masalah Tidak ada masalah.
b. Diagnosa
1. Infeksi, resiko tinggi, (penyebaran/aktivasi ulang) berhubungan
dengan pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia/stasis
sekret, kerusakan jaringan/tambahan infeksi, penurunan
pertahanan/penekanan proses inflamasi, malnutrisi, terpajan
lingkungan, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan
patogen. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk,
edema trakea/faringeal.
2. Pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi, terhadap berhubungan
dengan penurunan permukaan efektif baru, atelektasis, kerusakan
membran alveoli-kapiler, sekret kental, edema bronchial.
3. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelemahan, sering batuk/protulasi sputum, dispnea,
anoreksia, ketidakcukupan sumber keuangan.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,
aturan tindakan, dan pencegahan berhubungan dengan kurang
terpjan pada/salah interpretasi informasi, keterbatasan kognitif, tak
akurta, tak lengkap informasi yang ada.
c. Perencanaan
d. Evaluasi
Mempertahankan jaan napas pasien
Mengeluarkan secret tanpa bantuan
Menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas
Melaporkan tidak adanya/penurunan dispnea
Bebas dari gejala distress pernapasan
Menunjukan berat badan meningkat
Memperbaiki pola hidup
Menyatakan pemahaman proses penyakit
Melakukan perubahan untuk menurunkan resiko pengaktifan ulang
TB
HR : 30 x/menit
Nadi : 104 x/menit
Terdengar suara Ronkhi
pada auskultasi
Terlihat pengunaan otot
bantu pernafasan
Masalah Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas.
3. Intoleransi aktivitas.
Diagnosa Keperawatan
3. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan.
Rencana Keperawatan
Tindakan Keperawatan
5.Pantau TTV.
Evaluasi
2. RR 25 x/mnt, N: 80x/mnt, TD
120/80
Tanda Tangan
P:
Intervensi
dilanjutkan:
- Kaji
frekuensi
pernafasan.
Pemeriksaan Fisik
TTV :
Pemeriksaan penunjang
Analisa Data
Daftar Masalah
3. Intoleransi aktivitas.
Catatan Perkembangan
1. Tanggal: 1/08/2018
S: Klien mengatakan sesak nafas dan sulit untuk mengeluarkan
dahak.
O:
-Klien tampak sesak dan batuk
- TD 120/80 , N: 104x/mnt, RR:30 x/mnt
- Terdengar bunyi tambahan pada auskultasi : ronkhi
- Pengunaan otot bantu pernafasan (+)
A:
Diagnosa keperawatan :
1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret kental pada jalan nafas.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Implementasi
a. Adanya perubahan tanda-tanda vital menandakan kondisi
penyakit yang masih dalam kondisi penanganan penuh
b.Ketidakmampuan mengeluarkan sekret menjadikan timbulnya
penumpukan berlebihan pada saluran pernapasan
c. Posisi semi atau high fowler memberikan kesempatan paru-paru
berkembang secara maksimal akibat diafragma turun ke bawah.
d. Bunyi nafas dapat menurun/tak ada pada area kolaps yang
meliputi satu lobus, segmen paru atau seluruh area paru
(unilateral).
e. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase
intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang
digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat
utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisin, INH, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol.
Evaluasi
S:-Pasien mengatakan masih sesak nafas.
- Pasien mengatakan adanya sekret pada jalan nafas
- Pasien mengatakan tidak mampu batuk efektif
O:
-Suara nafas tambahan ronchi
-Sekret berwarna kekuningan hijau bercak darah
-Pasien tidak mampu melakukan batuk efektif walaupun sudah
posisi semifowler
A: Tanda-tanda vital belum stabil
TD= 120/80mmHg , HR= 85X/menit , RR= 26x/menit ,T = 37,0
P:
Tindakan dilanjutkan:
- Mengkaji tanda-tanda vital.
- Kolaborasi dalam pemberian OAT
5. Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation)
3. Intoleransi aktivitas.
I:
6.Memantau TTV.
E:
S:
- Pasien mengatakan masih sesak nafas.
- Pasien mengatakan adanya sekret pada jalan
nafas
- Pasien mengatakan tidak mampu batuk
efektif
O:
- Suara nafas tambahan ronchi
- sekret berwarna kekuningan hijau bercak
darah
- Pasien tidak mampu melakukan batuk efektif
walaupun sudah posisi semifowler
A:
Tanda-tanda vital belum stabil
TD= 120/80mmHg , HR= 85X/menit , RR=
30x/menit ,T = 37,0
P:
Tindakan dilanjutkan:
- Mengkaji tanda-tanda vital.
- Kolaborasi dalam pemberian OAT
Action :
1.Mengkaji fungsi
pernafasan.
2.Mencatat kemampuan
untuk mengeluarkan sekret.
5. Kolaborasi dalam
pemberian : OAT
6.Memantau TTV.
Response :
S:
- Pasien mengatakan masih
sesak nafas.
- Pasien mengatakan adanya
sekret pada jalan nafas
- Pasien mengatakan tidak
mampu batuk efektif
O:
- Suara nafas tambahan
ronchi
- sekret berwarna
kekuningan hijau bercak
darah
- Pasien tidak mampu
melakukan batuk efektif
walaupun sudah posisi
semifowler
A:
Tanda-tanda vital belum
stabil
TD= 120/80mmHg , HR=
85X/menit , RR= 30x/menit
,T = 37,0
P:
Tindakan dilanjutkan:
- Mengkaji tanda-tanda
vital.
- Kolaborasi dalam
pemberian OAT
7. Sistem dokumentasi Core
Tanggal/Waktu/ Tanda Diagnosis Catatan
Tangan Keperawatan Perkembangan (DAE)
1. Datum :
Ketidakefektifan
jalan nafas Pasein mengatakan
2. sulit untuk
Ketidakefektifan dikeluarkan
pola nafas
DO:
Tanggal : 01/08/2018 berhubungan
Pasien tampak sesak
dengan
Terdengar suara
penurunan
nafas tambahan:
Tanda Tangan ekspansi paru.
ronkhi
3. Intoleransi
Pasien batuk dan
aktivitas
sulit untuk
berhubungan
mengeluarkan dahak
dengan
RR : 30 x/menit
kelemahan.
Nadi : 104 x/ menit
Action :
1.Mengkaji fungsi
pernafasan.
2.Mencatat
kemampuan untuk
mengeluarkan sekret.
3.Mengajarkan klien
untuk latihan batuk
efektif dan nafas
dalam.
4.Membantu klien
untuk posisi semi
fowler 45° dengan
cara menyusun 4
bantal hingga sudut
ketinggian menekuk
lutut 45° dan
5. Kolaborasi dalam
pemberian : OAT
6.Memantau TTV.
Response :
S:
- Pasien mengatakan
masih sesak nafas.
- Pasien mengatakan
adanya sekret pada
jalan nafas
- Pasien mengatakan
tidak mampu batuk
efektif
O:
- Suara nafas
tambahan ronchi
- sekret berwarna
kekuningan hijau
bercak darah
- Pasien tidak mampu
melakukan batuk
efektif walaupun
sudah posisi
semifowler
A:
Tanda-tanda vital
belum stabil
TD= 120/80mmHg ,
HR= 85X/menit ,
RR= 30x/menit ,T =
37,0
P:
Tindakan dilanjutkan:
- Mengkaji tanda-
tanda vital.
-Kolaborasi dalam
pemberian OAT
3. Dari 7 model dokumentasi keperawatan memiliki kelebihan dan
kekuarangan dari masing-masing model dokumentasi.
Kekurangan
Sulit untuk mencari data sebelumnya.
Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan memerlukan waktu yang
banyak.
Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk
menentukan masalah dan intervensi yang akan diberikan kepada
klien.
Perkembangan klien sulit dipantau.
Kekurangan
Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus dimasukkan
dalam daftar masalah.
Pencatatan dengan menggunakan bentuk SOAPIER, dapat
menimbulkan pengulangan yang tidak perlu
Kekurangan :
Pendokumentasian sangat tergantung pada check list yang dibuat.
Kemungkinan adanya kejadian yang tidak didokumentasikan.
Pendokumentasikan yang bersifat rutin sering terabaikan.
Tidak mengakomodasikan pendokumentasian disiplin ilmu yang
lain.
Kekurangan :
Tidak dapat dipergunakan untuk pendokumentasian semua disiplin
ilmu.
Model dokumentasi POS (process-oriented-system)
Kelebihan :
Model dokumentasi Process-Oriented-System ini lebih luas dan
lebih positif.
Sifatnya fleksibel.
Catatan rancana asuhan keperawatan model dokumentasi process-
oriented-system ini memudahkan data untuk dikenali.
Waktu pendokumentasian lebih singkat.
Mudah dipergunakan dan dimengerti.
Kekurangan :
Dapat membingungkan, khususnya antara intervensi yang belum
dan sudah dilakukan.
Kekurangan :
Dibutuhkan pemantauan yang diteliti untuk jaminan mutu layanan
keperawatan.
Pengembengan dari format membutuhkan banyak waktu.
Dari ke-7 model dokumentasi, model dokumentasi yang dapat
diterapkan pada tempat kerja saya adalah dokumentasi POR ( problem
oriented record), CBE, PIE, POS dan Core sedangkan yang tidak dapat
diterapkan adalah SOR dan POR ( Progress oriented record ). Hal
tersebut dikarenakan karena tempat saya bekerja merupakan rawat
jalan maka pembuatan dokumentasi harus dilakukan dengan waktu
yang seefisien mungkin, dokumentasi yang digunakan juga harus
bersifat fleksibel dan dapat dengan mudah dikenali. Oleh karena itu
SOR dan POR ( progress oriented record) sulit untuk digunakan.