Anda di halaman 1dari 5

Tugas M6 KB 4

1. Membaca berbagai literatur lainnya tentang konsep nasionalisme, persatuan dan kesatuan,
serta nilai kehidupan multikultural.
Multikultural berarti beraneka ragam kebudayaan. Menurut Parsudi Suparlan (2002)
akar kata dari multikulturalisme adalah kebudayaan, yaitu kebudayaan yang dilihat dari
fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Dalam konteks pembangunan bangsa,
istilah multikultural ini telah membentuk suatu ideologi yang disebut multikulturalisme.
Konsep multikulturalisme tidaklah dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman secara
sukubangsa atau kebudayaan sukubangsa yang menjadi ciri masyarakat majemuk, karena
multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Ulasan
mengenai multikulturalisme mau tidak mau akan mengulas berbagai permasalahan yang
mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan hukum,
kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan golongan minoritas,
prinsip-prinsip etika dan moral, dan tingkat serta mutu produktivitas.
Multikulturalisme adalah sebuah ideologi dan sebuah alat untuk meningkatkan derajat
manusia dan kemanusiaannya. Untuk dapat memahami multikulturalisme diperlukan
landasan pengetahuan yang berupa bangunan konsep-konsep yang relevan dan mendukung
keberadaan serta berfungsinya multikulturalisme dalam kehidupan manusia. Bangunan
konsep-konsep ini harus dikomunikasikan di antara para ahli yang mempunyai perhatian
ilmiah yang sama tentang multikulturalisme sehingga terdapat kesamaan pemahaman dan
saling mendukung dalam memperjuangkan ideologi ini. Berbagai konsep yang relevan
dengan multikulturalisme antara lain adalah, demokrasi, keadilan dan hukum, nilai-nilai
budaya dan etos, kebersamaan dalam perbedaan yang sederajat, sukubangsa,
kesukubangsaan, kebudayaan sukubangsa, keyakinan keagamaan, ungkapan-ungkapan
budaya, domain privat dan publik, HAM, hak budaya komuniti, dan konsep-konsep lainnya
yang relevan.
2. Menuliskan 2 contoh konflik antar suku, ras, golongan, agama yang pernah terjadi di
Indonesia.
a. Konflik Antar Suku di Sampit (2001)
b. Konflik Antar Agama di Ambon ( 1999)
3. Menjelaskan bagaimana kronologisnya dan bagaimana jika ditinjau dari landasan yuridis
dan sosiologinya.
a. Kerusuhan yang terjadi di Sampit adalah kerusuhan antar suku paling mengerikan yang
pernah terjadi di Indonesia. Konflik ini diduga akibat adanya warga Dayak yang
dibantai oleh Warga Madura yang menetap di sana. Versi lain mengatakan jika kedua
suku saling membakar rumah dan mengakibatkan Suku Dayak yang memenuhi hampir
semua wilayah Kalimantan Tengah murka. Akibat hal ini, 500 orang dikabarkan
meninggal dunia. Dari jumlah itu 100 di antaranya mengalami pemenggalan kepala oleh
Suku Dayak. Pemenggalan ini dilakukan oleh Suku Dayak karena mereka ingin
mempertahankan wilayah yang saat itu mulai dikuasai oleh Suku Madura. Pihak
Kepolisian setempat sebenarnya sudah menangkap orang-orang yang dianggap sebagai
dalang dari kerusuhan. Namun setelah ditangkap, Kantor Polisi justru dikepung oleh
Suku Dayak hingga Polisi tepaksa melepaskan kembali tahanan. Konflik yang terjadi di
tahun 2001 ini akhirnya berakhir setelah setahun berlangsung.
b. Konflik yang ada kaitannya dengan agama terjadi di Ambon sekitar tahun 1999. Konflik
ini akhirnya meluas dan menjadi kerusuhan buruk antara agama Islam dan Kristen yang
berakhir dengan banyaknya orang meninggal dunia. Orang-orang dari kelompok Islam
dan Kristen saling serang dan berusaha menunjukkan kekuatannya. Konflik ini awalnya
dianggap sebagai konflik biasa. Namun muncul sebuah dugaan jika ada pihak yang
sengaja merencanakan dengan memanfaatkan isu yang ada. Selain itu ABRI juga tak
bisa menangani dengan baik, bahkan diduga sengaja melakukannya agar konflik terus
berlanjut dan mengalihkan isu-isu besar lainnya. Kerusuhan yang terjadi di Ambon
membuat kerukunan antar umat beragama di Indonesia jadi memanas hingga waktu
yang cukup lama.
4. Mengemukakan analisis Anda untuk mengatasi permasalahan tersebut!
Konflik SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan) telah meluas di Indonesia. Ada
bentrokan, pembunuhan, perampokan, pencurian, kecemburuan sosial, dan sebagainya. Hal
–hal yang perlu kita lakukan sebagai upaya mengatasi konflik SARA di Indonesia:
a. Berdoa pada Tuhan Yang Maha Kuasa
Doa pada Tuhan sangat penting dalam kehidupan orang beriman. Melihat dari sila
pertama Pancasila saja sudah menyiratkan akan betapa berharganya campur tangan
Tuhan dalam hidup manusia. Untuk dapat mengatasi konflik SARA yang semakin pelik
ini, kita harus mengandalkan Tuhan dengan memohon kekuatan dari Nya untuk dapat
mengatasi konflik SARA dan mengendalikan diri. Kita harus bersyukur pada Tuhan
yang telah menciptakan kita pada suku, agama, ras, dan golongan tertentu. Seringkali
ada orang yang menyalah-nyalahkan Tuhan atas penempatan dirinya di sebuah keluarga
dengan suku tertentu yang sangat berbeda dan kurang dapat diterima oleh masyarakat
setempat. Ini sungguh hal yang tidak masuk akal dan memilukan. Pencipta memiliki
kedaulatan penuh atas hidup ciptaan Nya. Kayu tidak tahu kenapa dia harus menjalani
proses yang penjang dan menyakitkan untuk dapat berubah wujud menjadi kursi, kursi
lebih indah ketika diolah oleh tukang kayu. Satu hal yang harus kita ingat: di manapun
kita ditempatkan oleh Tuhan, kita harus selalu bersyukur atas hidup kita dan
memuliakan nama Tuhan selamanya.
b. Mengendalikan emosi
Ketika kita mendengar orang menghina kita atau sesuatu yang berhubungan erat dengan
kita, seringkali kita merasa tersinggung. Oleh sebab itu, kita harus berusaha
mengendalikan emosi. Jangan pernah membalas kejahatan dengan kejahatan, namun
dengan kebaikan. Pada waktu diejek, jangan mengutuk, memukul, menampar,
menonjok, mengeluarkan kata-kata kotor, dan sebagainya. Hal pertama yang harus
dilakukan ketika perasaan kita dicampur aduk oleh orang yang menyebalkan adalah
menenangkan hati. Setelah itu berdoa mohon kesabaran dari Tuhan, menasihati orang
kejam itu secara sopan, dan mendoakan orang tersebut agar ia dapat bertobat.
Menasihati orang secara sopan dan terbuka itu lebih baik daripada hanya
membiarkannya, membalasnya, memukulnya, atau menggosipkannya di belakang
karena nasihat bisa membuat orang lain memperbaiki dirinya. Bayangkan saja kalau
kejahatan dibalas dengan kejahatan itu tidak akan pernah berujung, selalu ada kelanjutan
dari perseteruan itu dan balas dendam. Selain itu, cap negatif dari orang jahat itu
terhadap kita akan semakin buruk. Hal ini tidak akan menyelesaikan masalah, malah
cuma menambah dan memperbesar konflik saja. Orang yang disakiti juga akan
menyakiti orang-orang lain yang tak bersalah akibat emosi yang meluap-luap dari
hatinya.
c. Jangan memanggil orang lain dengan julukan berdasarkan SARA
Hal ini mungkin tidak bermasalah bagi beberapa orang karena kedekatan atau canda
gurau saja. Namun, julukan dapat pula menyinggung perasaan orang lain. Misalnya,
orang tertawa sambil memanggil seseorang yang belum terlalu dekat dengannya dan
berkata “orang kaya baru” atau “orang China bermata sipit”. Orang yang dipanggil
sembarangan itu dapat tersinggung perasaannya jika orang tersebut memiliki perasaan
yang sensitif. Bahkan ada kemungkinan ia langsung mengungkapkan perasaan
marahnya dan bertengkar dengan orang yang memanggilnya dengan julukan itu.
Sedekat apapun hubungan kita dengan seseorang, sebisa mungkin jangan menyinggung
atau memberi julukan berkaitan dengan masalah SARA ini agar tidak melukai hatinya.
d. Jangan menghakimi dan berpikiran negatif tentang suku, agama, ras, dan golongan yang
berbeda
Saat menjumpai beberapa orang dari golongan tertentu yang memiliki sifat buruk sama,
jangan pernah menghakimi atau menghina golongan tersebut. Sebagai contoh, orang
kaya di sekitar rumah Anda semuanya suka membuang sampah sembarangan. Lalu
Anda langsung menyimpulkan bahwa orang kaya itu tidak bertanggung jawab. Hal ini
tidak boleh dilakukan karena tidak semua orang seperti itu. Kesimpulan yang didapat
tidak menyeluruh, tapi hanya dari sudut pandang Anda saja. Masih ada banyak orang
kaya yang bertanggung jawab dan membuang tempat sampah pada tempatnya. Itu
adalah pandangan subjektif yang tidak adil dan sangat picik dengan menyamaratakan
orang lain berdasarkan suku, agama, ras, dan golongan tertentu.
Dengan menghakimi orang lain, berarti merasa lebih baik darinya padahal semua orang
sama-sama pernah berbuat dosa dan memiliki kelemahan. Orang yang suka menghakimi
orang lain adalah orang yang sombong dan tidak menghormati Tuhan. Menghakimi itu
hak khusus Tuhan saja, bukan manusia. Dengan memandang rendah dan menghakimi
orang lain berarti sama dengan mengambil alih kekuasaan Tuhan. Padahal
bagaimanapun juga, hak Sang Pencipta Yang Kudus dan Sempurna tidak bisa diminta
oleh manusia yang penuh noda. Jangan suka mencari-cari kesalahan orang lain dan
membesar-besarkan nya, tetapi introspeksi diri sendiri terlebih dulu. Apakah ada
tindakan kita yang salah sehingga membuat orang lain membenci kita. Jika ada, perbaiki
karakter pribadi dan jadi orang yang lebih bijaksana. Ketika ada orang dari suku,
agama, ras, dan golongan yang berbeda, bertemanlah dengan orang tersebut. Jangan
pernah menjauhi dan membeda-bedakan orang. Jangan pula membanding-bandingkan
antara suku, agama, ras, dan golongan satu dengan yang lainnya. Tiap suku, agama, ras,
dan golongan memiliki keunikan, kelebihan, dan kekurangan masing-masing.
e. Jangan memaksakan kehendak pada orang lain
Pemaksaan yang saya maksud di sini, khususnya berkaitan dengan agama. Ada orang
yang berpikir bahwa ia memeluk agama yang terbaik. Mungkin memang benar
demikian. Jika ingin bersaksi tentang iman di agama tertentu boleh-boleh saja. Hal ini
sering saya dan teman-teman saya lakukan. Namun yang salah adalah jika seseorang
memaksakan kehendak pada orang lain untuk memeluk agamanya dengan menjelek-
jelekkan agama lain. Jika orang lain mau percaya, itu bagus. Namun bila tidak percaya
pun juga tidak menjadi masalah. Bersaksi bukan keberhasilan mengajak orang masuk
agama tertentu tapi bersandar pada Tuhan yang mampu mengubahkan hati. Selain itu,
kita juga menceritakan tentang kebenaran firman Tuhan baik dari Kitab Suci maupun
pengalaman rohani. Jangan pernah memaksakan kehendak pada orang lain, apalagi
dengan melakukan pengancaman, pengeboman, penyogokan, teror, kekerasan, dan lain-
lain. Semua itu hanya akan memperkeruh suasana. Tuhan tidak ingin umat Nya saling
menghancurkan sebab kejahatan dan pemaksaan itu juga pasti meremukkan hati Tuhan
yang sangat memperhatikan umat Nya.
f. Menghormati dan mengasihi orang lain
Apakah Anda ingin dihina oleh orang lain? Saya percaya tidak ada orang yang ingin
dihina dan disepelekan. Oleh sebab itu, kita harus menyadari akan hal ini. Jangan
menghina dan menjauhi orang lain bila Anda tidak mau dihina dan dijauhi. Jangan
menyuruh-nyuruh orang lain jika Anda tidak ingin disuruh-suruh. Jangan memukul
orang kalau tidak mau dipukul. Jangan pamer dan menyombongkan kelebihan diri jika
Anda tidak suka orang yang suka pamer. Seorang pelukis yang lukisannya diinjak-injak
akan sedih karena hasil karyanya diremehkan, padahal ia telah berjuang keras untuk
membuat karya terbaik. Jangan memperlakukan orang lain secara kasar karena itu bukan
hanya menyakiti hati sesamamu, melainkan juga hati Tuhan yang telah menciptakan
manusia. Hormati dan kasihi orang lain seperti menghormati dan mengasihi diri sendiri
dan juga Sang Pencipta kita. Maafkan dan ampuni orang yang bersalah pada kita
walaupun mereka tidak minta maaf. Ini memang sulit. Tetapi tetaplah beriman bahwa
bersama Tuhan, tidak ada yang tak mungkin asal hati kita benar-benar mau tulus
mengasihi sesama dan menyenangkan hati Nya. Tiap ada kemauan untuk damai, salalu
ada jalan.
g. Melakukan dan memikirkan hal-hal positif secara bersama-sama
Satu hal penting yang wajib diingat oleh setiap warga Indonesia adalah:
keanekaragaman suku, agama, ras, dan golongan itu memperlengkapi kesatuan
Indonesia. Jika tubuh hanya terdiri dari mata saja, tubuh tidak dapat melakukan aktivitas
lain selain melihat. Demikian pula dengan bangsa ini. Jika hanya terdiri dari satu suku
saja, maka terasa kurang lengkap dan miskin budaya. SARA seharusnya semakin
memperkaya budaya negeri kita tercinta dan jangan sampai memecahkan persatuan
yang telah terbina selama ini. Berpikirlah positif terhadap suku, agama, ras ,dan
golongan lain. Mari kita lakukan hal-hal positif seperti ramah tamah dengan banyak
orang, diskusi kenegaraan, bakti sosial, dan gotong royong bersama-sama dengan orang-
orang dari suku, agama, ras, dan golongan yang sama maupun berbeda. Kegiatan-
kegiatan tersebut dapat memupuk semangat nasionalisme, rasa kekeluargaan, dan
kebersamaan antar masyarakat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai