Anda di halaman 1dari 16

Spesifikasi Teknis

Pembuatan Water Supply System


Bandar Udara Kokonao

UNIT PENYELENGGARA BANDAR UDARA KOKONAO 
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA 
TAHUN ANGGARAN 2019 

1
DAFTAR ISI

BAB 1 PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN 1-1


1.1. Persiapan Tempat Pembangunan 4

BAB 2 PENGUKURAN TOPOGRAFI 2-1


2.1 Maksud Dan Tujuan 6
2.2 Persyaratan Teknis 6
2.3 Volume Pengukuran Topografi 11
2.4 Lain-lain 11

BAB 3 PEKERJAAN PENGEBORAN 3-1


3.1 Lingkup Pekerjaan 12

BAB 4 PENYELESAIAN PEKERJAAN 4-1


4.1 Kegagalan Pelaksanaan disebabkan oleh material dan pelaksanaan 15
4.2 Pengukuran 15
4.3 Pembayaran 15

3
BAB 1
PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN

1.1 PERSIAPAN TEMPAT PEMBANGUNAN


1. PEKERJAAN
Pekerjaan yang tercakup dalam pasal dari pada spesifikasi ini terdiri dari
penyelesaian kewajiban untuk melengkapi semua peralatan serta pekerjaan dan
untuk melakukan semua pekerjaan yang berhubungan dengan persiapan
tempat yang diperuntukan keperluan itu tergantung kepada persyaratan dari
pada kontrak serta benar–benar sesuai dengan pasal spesifikasi ini dan gambar
– gambar yang disetujui.
2. PEMBERSIHAN / CLEARING
Wilayah yang langsung dapat dikerjakan seperti ditentukan pada gambar-
gambar yang harus bersihkan dari pohon, tanaman belukar dan meterial lain
yang tidak berguna.

3. PENGGUSURAN / CRUBBING
Tanah yang digusur, jika terdapat bekas pohon, akar, tunggul–tunggul kayu dan
material lain yang tidak berguna, mengganggu, harus dibongkar sampai bersih
dan semua lobang–lobang yang terjadi akibat gusuran harus ditutup dengan
bahan/material lain yang disetujui oleh Kuasa Pengguna Anggaran, dan
dipadatkan berlapis–lapis serta diperoleh kepadatan yang sama dengan
kepadatan tanah sekitarnya.

4. MENGUPAS TANAH BAGIAN TERATAS / STRIPPING DARI TOP


SOIL
Semua tanah bagian teratas sampai sedalam yang diperintahkan oleh Kuasa
Pengguna Anggaran atau sekurang–kurangnya 20 cm harus dibuang dari
daerah–daerah yang akan direncanakan sebagai lapisan teratas.

5. PENEMPATAN TANAH BUANGAN


Semua bahan–bahan bongkaran, hasil pembersihan, pembongkaran dari lapisan
teratas harus diatur sedemikian rupa sehingga penempatannya sesuai dengan
petunjuk Kuasa Pengguna Anggaran. Apabila bekas tanaman–tanaman atau
tonggak–tonggak harus dibakar, maka pembakarannya dapat dilakukan dengan
ijin Kuasa Pengguna Anggaran.

4
6. UKURAN
Banyaknya pembersihan serta pembongkaran ditentukan dalam meter persegi,
dari hasil pembersihan serta pembongkaran yang sesungguhnya adalah yang
dilaksanakan dalam pekerjaan–perkerjaan itu. Banyaknya tanah bagian teratas
yang dikupas ditentukan dalam meter persegi, dan hasil pengupasan
sesungguhnya adalah yang dilaksanakan dalam pekerjaan–pekerjaan itu.

5
BAB 2
PENGUKURAN TOPOGRAFI

2.1 MAKSUD DAN TUJUAN


Pekerjaan pengukuran topografi pada lokasi pembuatan water supply system
dimaksudkan untuk mendapatkan data topografi berupa besaran koordinat
dan ketinggian titik tetap (Bench Mark), pada situasi skala 1 : 500 dengan titik
ketinggian dengan garis kontur interval 0,1 meter serta gambar profil
memanjang serta melintang. Data topografi tersebut harus disajikan secara
lengkap, jelas dan benar sesuai dengan keadaan dilapangan.
Tujuan dari Pembuatan Water Supply System ini yaitu Tersedianya air bersih
dan aman kepada para pengguna jasa Bandar udara kokonao, dan para
pegawai Bandar udara kokonao.
Dengan demikian dalam pelaksanaan pekerjaan ini, pihak pelaksana pekerjaan
diharapkan selalu berkonsultasi dan memberikan laporan kepada Pemberi
Tugas guna mendapatkan hasil pekerjaan dengan kualitas yang baik.

2.2 PERSYARATAN TEKNIS


Secara garis besar pekerjaan pengukuran topografi dapat dibagi
menjadi 4 (empat) tahapan yaitu :
1 PERSIAPAN
Dalam tahapan Persiapan, pihak pelaksana pekerjaan dapat
mengumpulkan data titik tetap (Bench Mark) kerangka dasar horizontal
dan vertikal serta peta dasar seperti peta landasan existing, peta gambar
udara, gambar profil existing dan sebagainya.
Dengan titik dasar dan titik tetap (Bench Mark) kerangka dasar
existing, pihak pelaksana pekerjaan melaksanakan pengukuran
topografi dan selanjutnya rencana pengukuran topografi tersebut
dikonsultasikan kepada pihak pemberi pekerjaan dapat memantau
pekerjaan pengukuran topografi dengan baik serta diharapkan akan
mendapatkan hasil pekerjaan dengan kualitas yang baik.
2 PENGUMPULAN DATA
Secara garis besar tahap pekerjaan pengumpulan data terdiri :
1) Pemasangan Bench Mark
Bench Mark dipasang sesuai dengan rencana titik–titik. Bench Mark
berukuran 1,00 x 0,30 x 0,30 m3, dibuat dari campuran beton, diberi
kerangka besi di tengah–tengahnya dipasangi baut kuningan, diberi

6
nomor/kode pengenal. Bench Mark dipasang lebih rendah dari
permukaan tanah dan diberi tutup.

2) Pengukuran Polygon
Pengukuran Polygon bertujuan untuk menambah titik kerangka dasar
horizontal dan harus diikatkan ke titik kerangka dasar existing.
Pengukuran Polygon terdiri dari Polygon utama dan Polygon
sekunder.
a. Pengukuran Polygon Utama
b. Pengukuran Sudut
 Pengukuran sudut dilakukan double seri dengan ketelitian 5”
(second). Alat theodolit yang digunakan adalah Wild T-2
atau alat theodolit sejenisnya.
 Salah penutup sudut maksimum 10” Vn, dimana n=jumlah
titik polygon.
c. Pengukuran Jarak
 Sisi – sisi polygon diukur dengan alat ukur jarak elektronik
(EDM).
 Ketelitian pengukuran : = / 5 mm +5 mm /km
d. Pengukuran Polygon Sekunder
a) Pengukuran Sudut
 Pengukuran sudut dilakukan satu seri, dengan
ketelitian sudut 2’ (menit).
 Alat theodoli yang digunakan adalah Wild T-0 atau
yang sejenis.
 Salah penutup maksimum 5’ Vn, dimana n = jumlah
titik polygon.
b) Pengukuran Jarak
 Sisi–sisi polygon diukur pulang pergi dengan pita ukur.
 Kesalahan pengukuran jarak 1/10000.
c) Pemasangan Patok Kayu
 Patok kayu dipasang sesuai dengan rencana
pengukuran polygon sekunder. Patok kayu dipasang
setiap jarak 75 m sampai dengan 100 m.
 Ukuran patok kayu 0,40 x 0,80 x 0,03 m3, di tengah–
tengahnya diberi paku payung, dicat merah dan diberi
nomor kode pengenal patok kayu ditanam 30 cm,
sehingga patok bagian kayu yang berada di atas
permukaan tanah 10 cm.

7
 Patok kayu ditanam di tempat yang aman dan mudah
dicari.

3) Pengukuran Sipat Datar


Pengukuran sipat datar meliputi sifat datar utama, sifat datar
sekunder atau sifat datar luas (titik tinggi / spot height) dan
pengukuran profil.
a. Pengukuran Sipat Datar Utama
 Pengukuran sipat dasar utama adalah untuk menentukan
tinggi titik polygon utama.
 Sebelum dan sesudah pengukuran waterpas harus dilakukan
pengecekan kesalahan garis bidik. Apabila kesalahan garis
bidik terlalu besar, alat waterpas harus dikalibrasi / distel.
 Pengukuran harus dilakukan pergi dan pulang atau kring
tertutup.
 Rambu harus diberi alas atau stratpot.
 Kesalahan penutup maksimum 8VD mm, diman D adalah jarak
dalam satuan km.
 Jumlah slag pengukuran waterpas dilakukan 2 kali berdiri alat.
 Jarak pembacaan dari waterpas ke rambu kira – kira 70
meter.
 Jumlah jarak ke belakang (DB) diusahakan agar sama dengan
jumlah jarak ke muka (DM). Apabila jumlah jarak ke belakang
tidak sama dengan jarak ke muka, hasil beda tinggi perlu
dikoreksi.
 Dalam pengukuran waterpas, rambu – rambu harus
digunakan secara selang-seling, sehingga rambu yang diamati
pada titik awal akan menjadi rambu yang diamati titik akhir.
 Tinggi Bench Mark dari permukaan tanah harus diukur.
 Alat waterpas yang digunakan adalah type Wild NAK-2, Zeilss
N2 atau Automatic level Instrument sejenisnya.
b. Pengukuran Sifat Datar Sekunder
 Pengukuran sifat datar sekunder dilakukan dengan sistem
kotak (raster) atau sistem pengukuran sifat datar luas (titik
tinggi/ spot height) dan lokasi pengukuran terletak pada
landasan.
 Jarak pengambilan titik ketinggian (spot height) pada arah
memanjang (sepanjang as ladasan) setiap 5 mm dan pada
arah melintang (tegak lurus dengan as landasan) setiap jarak
3,0 m.
 Pengukuran hanya dilakukan untuk arah pergi saja.

8
 Setiap titik ketinggian di lapangan diberi patok kayu dan tinggi
patok kayu dari permukaan tanah harus diukur.
 Kesalahan penutup maksimum 15VD mm, dimana D adalah
jarak dalam satuan km.
 Alat waterpas yang digunakan adalah type Wild NAK-2, Zeilss
N2 atau Automatic Level Instrument sejenisnya.
 Pengukuran sifat dasar sekunder dilakukan 4 kali yaitu :
- Pada kondisi existing.
- Setelah pekerjaan subbase course
- Setalah pekerjaan base course
- Setelah pekerjaan surface course.
Untuk pengukuran setelah pekerjaan subbase course dan
base course, interval jarak titik pengukuran dapat diambil
setiap jarak 10 meter.
Dengan cara yang sama dilakukan untuk pekerjaan taxiway
dan apron.
c. Pengukuran Profil Memanjang
Data pengukuran sifat datar luas (titik tinggi/ spot height) dapat
digunakan sebagai data profil melintang, dimana data titik
ketinggian sepanjang as landasan, taxiway dan apron dengan
jarak setiap 3m dan pada arah melintang dengan jarak setiap 2,5
m.

4) Pendukung Situasi Dasar (Pengukuran Situasi Detail)


 Pengukuran situasi detail mencakup semua detail yang terdapat
pada lokasi landasan, taxiway dan apron seperti: saluran
drainage, tanaman/ kebun, bangunan dan sebagainya.
 Pengukuran situasi detail dilakukan dengan sistem raster (kotak)
dan dikombinasikan dengan metode tachimetri.

5) Staking Out
 Staking Out adalah pekerjaan patokan dilapangan rencana as
landasan dan batas tepi kiri–kanan landasan pada lokasi landasan
serta penutupan slope (alinyemen Vertikal) arah memanjang dan
melintang dari landasan tersebut.
 Alat yang digunakan untuk penentuan posisi horizontal
(penentuan panjang as landasan) adalah theodolit Wild T-2 dan
EDM untuk panjang lebih besar dari 100 m serta dapat
menggunakan theodolit Wild T-0 dan pita ukur untuk panjang
lebih kecil dari 100 m.

9
 Untuk penentuan slope (alinyemen vertikal) harus menggunakan
alat waterpas Wild NAK-2 atau automatic level sejenisnya.
 Dengan cara yang sama dilakukan untuk pekerjaan taxiway dan
apron.

3 PENGOLAHAN DATA
Tahapan pekerjaan pengolahan data terdiri dari :
1) Perhitungan Polygon
 Hasil pengukuran polygon utama dan polygon sekunder dihitung
dengan menggunakan cara perhitungan biasa.
 Perhitungan koordinat (X,Y) diikat ke titik kerangka besar
horizontal yang ada serta dihitung dalam sistem koordinat Bandar
Udara dan UTM.
 Dalam proses perhitungan disarankan menggunakan mini
komputer.
2) Perhitungan Sifat Datar
 Hasil pengukuran sifat datar utama dan sifat datar sekunder
dihitung dengan cara perhitungan biasa.
 Perhitungan ketinggian (H) diikat kerangka dasar vertikal yang
ada serta dihitung dalam sistem ketinggian terhadap M.S.L.
 Dalam proses perhitungan disarankan menggunakan mini
komputer.

4 PENYAJIAN DATA
1) Penyajian Besaran Koordinat dan Tinggi
Penyajian data dan topografi berupa besaran koordinat harus
disajikan dalam sistem koordinat U.T.M dan sistem koordinat Bandara
Udara.
Sedangkan penyajian data topografi berupa besaran titik ketinggian
disajikan dalam ketinggian nasional (terhadap M.S.L).

2) Penggambaran
a. Peta Situasi
Hasil pekerjaan pengukuran topografi akan diwujudkan dalam
peta situasi skala 1 : 500 dengan ketinggian dan interval garis
kontur 0,1 m. Ukuran format peta sesuai dengan standarisasi
format peta Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, yaitu A1
(840 mm x 594 mm) dengan keterangan (informasi tepi) di
sebelah bawah peta, antara lain skala, utara peta dan
sebagainya.

10
b. Penampang Memanjang dan Melintang
Penampang memanjang dibuat dengan skala horizontal 1 : 500
dan skala melintang 1 : 20.
Penampang melintang dibuat dengan skal horizontal 1 : 500
dan skala melintang 1 : 20.
Penggambaran peta situasi serta penampang memanjang dan
melintang dilakukan 4 kali, yaitu :
 Pada kondisi existing.
 Setelah pekerjaan subbase course.
 Setelah pekerjaan base course.
 Setelah pekerjaan surface.

2.3 VOLUME PENGUKURAN TOPOGRAFI


a. Pemasangan Bench Mark (BM) = sesuai BQ unit.
b. Pengukuran polygon utama = sesuai BQ km.
c. Pengukuran polygon sekunder = sesuai BQ km.
d. Pengukuran waterpas = sesuai BQ km.
e. Pengukuran waterpas sekunder (sifat datar luas) = sesuai BQ km.
f. Pengukuran situasi detail = sesuai BQ m2.

2.4 LAIN-LAIN
Apabila diperlukan, petunjuk dan ketentuan–ketentuan lain yang belum
tercakup dan merupakan tambahan/pelengkap, akan diberikan kepada
pelaksana sebagai kelengkapan pekerjaan pengukuran topografi tersebut.

11
BAB 3
PEKERJAAN PENGEBORAN

LINGKUP PEKERJAAN
a. Sistem Pengeboran yang diterangkan disini adalah menggunakan sitem bor
putar (rotary drilling) dan tekanan bawah (pull down pressure) yang
dibarengi dengan sirkulasi lumpur bor kedalam lubang bor.
b. Pemboran pilot hole adalah pekerjaan pemboran tahap awal dengan
dengan diameter kecil sampai kedalaman yang dikehendaki. Biasanya
antara 3 sampai 6 inci, selain itu juga ditentukan dengan kemampuan dan
spesifikasi bor yang digunakan.
c. Hal-hal yang perlu diamati dalam pengeboran pilot hole adalah kekentalan
(viskositas) lumpur bor, kecepatan mata bor dalam menembus formasi
lapisan tanah setiap meternya. Contoh (sampel) pemecahan formasi
lapisan tanah (cutting) dimasukkan dalam plastic kecil atau kotak sampel
dan masing-masing diberi nomor sesuai kedalaman nya. Adapun maksud
pengambilan sampel cutting adalah sebagai data pendukung hasil electrical
logging untuk menentukan posisi kedalaman air.
d. Tahap electrical loging tujuannya adalah untuk mengetahui letak (posisi)
akuifer air, tahap pekerjaan ini sebagai penentu konstruksi saringan
(screen). Electrical logging dilakukan dengan menggunakan alat, dimana
alat tersebut menggunakan konfigurasi titik tunggal dimana elektroda arus
dimasukkan kedalam lubang elektroda yang kemudian menyebar kedalam
formasi disekitar lobang bor. Sebagian arus kembali ke elektroda
permukaan dengan arus yang telah mengalami penurunan inilah yang
diukur.
e. Tahap pembersihan lubang bor (Reaming hole) yaitu memperbesar lubang
bor sesuai dengan diameter konstruksi pipa casing dan saringan (screen)
yang direncanakan. Hal-hal yang diamati dalam reaming hole adalah sama
seperti data tahap pilot hole, hanya pada pekerjaan reaming cutting
formasi lapisan tanah tidak perlu diambil lagi. Ideal selisih diameter lobang
bor dengan pipa casing adalah 6 inci. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah masuknya pipa konstruksi casing dengan saringan serta
masuknya penyetoran kerikil pembalut (grave pack).
f. Tahap konstruksi pipa casing dan saringan .
Pada tahap ini peletakan pipa casing dan saringan (screen) harus sesuai
dengan gambar kontruksi yang telah direncanakan. Terutama peletakan
konstruksi saringan harus didasarkan atas dasar electrical logging dan
analisa cutting. Selain itu juga didasarkan atas kondisi hydrogeology daerah
pemboran. Dari pemahaman aspek hydrogeology diharapkan perencanaan
sumur dalam yang dihasilkan mampu memberikan sumur pemanfaatan (life
time) yang maksimal dan kapasitas yang optimal dengan memperhatikal
kelestarian lingkungan di daerah sekirat pemboran.

12
g. Tahap penyetoran kerikil pembalut (gravel pack).
Maksud dan tujuan penyetoran kerikil pembalut (grave pack) yaitu untuk
menyaring masuknya air dari formasi lapisan akuifer kedalam saringan
(screen). Adapun cara penyetoran kerikil pembalut adalah dibarengi
dengan sirkulasi (spulling) air yang encer supaya kerikil pembalut dapat
tersusun dengan sempurna pada rongga antara konstruksi pipa casing
dengan dinding lubang bor.

h. Tahap pencucian dan pembersihan (well development)


Tahap pencucian dan pembersihan sumur dalam dilakukan dengan maksud
untuk dapat membersihkan dinding zona invasi akuifer serta kerikil
pembalut dari partikel halus. Manfaat tahap pencucian dan pembersihan
(well development) yaitu menghilangkan atau mengurangi penyumbatan
akuifer pada dinding lubang bor, meningkatkan porositas akuifer
disekeliling sumur dalam, menstabilkan formasi lapisan pasir disekitar
saringan sehingga pemompaan bebas dari kandungan pasir.
i. Water Jetting.
Peralatan yang digunakan disebut jetting tool yaitu suatu alat dari pipa
yang mempunyai empat lobang (dozzle). Alat ini dimasukkan kedalam
sumur dalam pada tiap-tiap interval saringan secara berurutan dari bawah
ke atas dengan penghantar pipa bor yang dihubungkan dengan pompa
tekan yang memompa air bersih kedalam sumur dalam. Pada
pengoperasiannya alat ini digerakkan berputar-putar atau dengan memutar
pipa penghantarnya dan naik turun sepanjang saringan.

j. Air Lift.
Pada metode air lift ini dimulai dengan pelepasan tekanan udara kedalam
sumur dalam dari tekanan kecil kemudian perlahan-lahan diperbesar.
Pekerjaan air lift ini dilakukan mulai dari interval saringan paling atas ke
bawah secara berurutan hingga kedasar sumur dalam.

k. Tahap Pengecoran (Grouting)


Maksud dan tujuan tahap grouting ini adalah sebagai penguat (tumpuan)
konstruksi pipa casing. Untuk menutup / mencegah masuknya air ke dalam
pipa casing melalui saringan (screen).

l. Tahap Uji Pemompaan (PumpingTest).


Maksud dan tujuan uji pemompaan adalah untuk mengetahui kondisi
akuifer dan kapasitas jenis sumur dalam. Sehingga dapat untuk memilih
jenis serta kapasitas pompa sesuai yang akan dipasang pada sumur dalam
tersebut.

13
m. Tahap Finishing.
Tahap Finishing meliputi :
- Pemasangan Pompa submersible permanen, panel listrik serta instalasi
kabel-kabelnya.
- Pembuatan Bak control apabila well head posisinya dibawah level
tanah.
- Pembuatan menara air, bak penampungan dan system penyaringan air
bersih.
- Pembuatan instalasi perpipaan , assesories serta well covel
- Pembersihan dan perapian lokasi.

14
BAB 4
PENUTUP

4.1 KEGAGALAN PELAKSANAAN DISEBABKAN OLEH


MATERIAL DAN PELAKSANAANNYA
Apabila material tidak memenuhi persyaratan atau rencana tidak
dilaksanakan menurut persyaratan atau pekerjaan tidak cukup, material
atau pekerja harus diganti sesuai dengan petunjuk Kuasa Pengguna
Anggaran atas biaya kontraktor.
Selain Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, semua ketentuan administrasi,
pemeriksaan bahan dan mutu pelaksanaan pekerjaan serta ketentuan lain dari
pemeriksaan yang menyangkut pemeriksaan pekerjaan ini, termasuk pula
sebagai syarat-syarat yang harus dipenuhi dan ditaati.

4.2 PENGUKURAN
Volume Pekerjaan diukur sesuai dengan satuan yang telah dilaksanakan
dan sesuai dengan gambar - gambar yang disetujui. Semua bahan yang
digunakan harus melalui persetujuan Direksi dengan terlebih dahulu
menunjukkan contohnya atau menggunakan Surat Keterangan Persetujuan
terutama bahan-bahan Produksi Industri yang mempunyai banyak jenis Merk.

4.3 PEMBAYARAN
Tahap pembayaran dilakukan berdasarkan prestasi kerja yang kriterianya
ditetapkan dalam kontrak yang bersangkutan.
Semua akibat yang timbul dari pelaksanaan yang keliru, menjadi tanggung
jawab Kontraktor.

15
16

Anda mungkin juga menyukai