UNIT PENYELENGGARA BANDAR UDARA KOKONAO
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
TAHUN ANGGARAN 2019
1
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN
3. PENGGUSURAN / CRUBBING
Tanah yang digusur, jika terdapat bekas pohon, akar, tunggul–tunggul kayu dan
material lain yang tidak berguna, mengganggu, harus dibongkar sampai bersih
dan semua lobang–lobang yang terjadi akibat gusuran harus ditutup dengan
bahan/material lain yang disetujui oleh Kuasa Pengguna Anggaran, dan
dipadatkan berlapis–lapis serta diperoleh kepadatan yang sama dengan
kepadatan tanah sekitarnya.
4
6. UKURAN
Banyaknya pembersihan serta pembongkaran ditentukan dalam meter persegi,
dari hasil pembersihan serta pembongkaran yang sesungguhnya adalah yang
dilaksanakan dalam pekerjaan–perkerjaan itu. Banyaknya tanah bagian teratas
yang dikupas ditentukan dalam meter persegi, dan hasil pengupasan
sesungguhnya adalah yang dilaksanakan dalam pekerjaan–pekerjaan itu.
5
BAB 2
PENGUKURAN TOPOGRAFI
6
nomor/kode pengenal. Bench Mark dipasang lebih rendah dari
permukaan tanah dan diberi tutup.
2) Pengukuran Polygon
Pengukuran Polygon bertujuan untuk menambah titik kerangka dasar
horizontal dan harus diikatkan ke titik kerangka dasar existing.
Pengukuran Polygon terdiri dari Polygon utama dan Polygon
sekunder.
a. Pengukuran Polygon Utama
b. Pengukuran Sudut
Pengukuran sudut dilakukan double seri dengan ketelitian 5”
(second). Alat theodolit yang digunakan adalah Wild T-2
atau alat theodolit sejenisnya.
Salah penutup sudut maksimum 10” Vn, dimana n=jumlah
titik polygon.
c. Pengukuran Jarak
Sisi – sisi polygon diukur dengan alat ukur jarak elektronik
(EDM).
Ketelitian pengukuran : = / 5 mm +5 mm /km
d. Pengukuran Polygon Sekunder
a) Pengukuran Sudut
Pengukuran sudut dilakukan satu seri, dengan
ketelitian sudut 2’ (menit).
Alat theodoli yang digunakan adalah Wild T-0 atau
yang sejenis.
Salah penutup maksimum 5’ Vn, dimana n = jumlah
titik polygon.
b) Pengukuran Jarak
Sisi–sisi polygon diukur pulang pergi dengan pita ukur.
Kesalahan pengukuran jarak 1/10000.
c) Pemasangan Patok Kayu
Patok kayu dipasang sesuai dengan rencana
pengukuran polygon sekunder. Patok kayu dipasang
setiap jarak 75 m sampai dengan 100 m.
Ukuran patok kayu 0,40 x 0,80 x 0,03 m3, di tengah–
tengahnya diberi paku payung, dicat merah dan diberi
nomor kode pengenal patok kayu ditanam 30 cm,
sehingga patok bagian kayu yang berada di atas
permukaan tanah 10 cm.
7
Patok kayu ditanam di tempat yang aman dan mudah
dicari.
8
Setiap titik ketinggian di lapangan diberi patok kayu dan tinggi
patok kayu dari permukaan tanah harus diukur.
Kesalahan penutup maksimum 15VD mm, dimana D adalah
jarak dalam satuan km.
Alat waterpas yang digunakan adalah type Wild NAK-2, Zeilss
N2 atau Automatic Level Instrument sejenisnya.
Pengukuran sifat dasar sekunder dilakukan 4 kali yaitu :
- Pada kondisi existing.
- Setelah pekerjaan subbase course
- Setalah pekerjaan base course
- Setelah pekerjaan surface course.
Untuk pengukuran setelah pekerjaan subbase course dan
base course, interval jarak titik pengukuran dapat diambil
setiap jarak 10 meter.
Dengan cara yang sama dilakukan untuk pekerjaan taxiway
dan apron.
c. Pengukuran Profil Memanjang
Data pengukuran sifat datar luas (titik tinggi/ spot height) dapat
digunakan sebagai data profil melintang, dimana data titik
ketinggian sepanjang as landasan, taxiway dan apron dengan
jarak setiap 3m dan pada arah melintang dengan jarak setiap 2,5
m.
5) Staking Out
Staking Out adalah pekerjaan patokan dilapangan rencana as
landasan dan batas tepi kiri–kanan landasan pada lokasi landasan
serta penutupan slope (alinyemen Vertikal) arah memanjang dan
melintang dari landasan tersebut.
Alat yang digunakan untuk penentuan posisi horizontal
(penentuan panjang as landasan) adalah theodolit Wild T-2 dan
EDM untuk panjang lebih besar dari 100 m serta dapat
menggunakan theodolit Wild T-0 dan pita ukur untuk panjang
lebih kecil dari 100 m.
9
Untuk penentuan slope (alinyemen vertikal) harus menggunakan
alat waterpas Wild NAK-2 atau automatic level sejenisnya.
Dengan cara yang sama dilakukan untuk pekerjaan taxiway dan
apron.
3 PENGOLAHAN DATA
Tahapan pekerjaan pengolahan data terdiri dari :
1) Perhitungan Polygon
Hasil pengukuran polygon utama dan polygon sekunder dihitung
dengan menggunakan cara perhitungan biasa.
Perhitungan koordinat (X,Y) diikat ke titik kerangka besar
horizontal yang ada serta dihitung dalam sistem koordinat Bandar
Udara dan UTM.
Dalam proses perhitungan disarankan menggunakan mini
komputer.
2) Perhitungan Sifat Datar
Hasil pengukuran sifat datar utama dan sifat datar sekunder
dihitung dengan cara perhitungan biasa.
Perhitungan ketinggian (H) diikat kerangka dasar vertikal yang
ada serta dihitung dalam sistem ketinggian terhadap M.S.L.
Dalam proses perhitungan disarankan menggunakan mini
komputer.
4 PENYAJIAN DATA
1) Penyajian Besaran Koordinat dan Tinggi
Penyajian data dan topografi berupa besaran koordinat harus
disajikan dalam sistem koordinat U.T.M dan sistem koordinat Bandara
Udara.
Sedangkan penyajian data topografi berupa besaran titik ketinggian
disajikan dalam ketinggian nasional (terhadap M.S.L).
2) Penggambaran
a. Peta Situasi
Hasil pekerjaan pengukuran topografi akan diwujudkan dalam
peta situasi skala 1 : 500 dengan ketinggian dan interval garis
kontur 0,1 m. Ukuran format peta sesuai dengan standarisasi
format peta Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, yaitu A1
(840 mm x 594 mm) dengan keterangan (informasi tepi) di
sebelah bawah peta, antara lain skala, utara peta dan
sebagainya.
10
b. Penampang Memanjang dan Melintang
Penampang memanjang dibuat dengan skala horizontal 1 : 500
dan skala melintang 1 : 20.
Penampang melintang dibuat dengan skal horizontal 1 : 500
dan skala melintang 1 : 20.
Penggambaran peta situasi serta penampang memanjang dan
melintang dilakukan 4 kali, yaitu :
Pada kondisi existing.
Setelah pekerjaan subbase course.
Setelah pekerjaan base course.
Setelah pekerjaan surface.
2.4 LAIN-LAIN
Apabila diperlukan, petunjuk dan ketentuan–ketentuan lain yang belum
tercakup dan merupakan tambahan/pelengkap, akan diberikan kepada
pelaksana sebagai kelengkapan pekerjaan pengukuran topografi tersebut.
11
BAB 3
PEKERJAAN PENGEBORAN
LINGKUP PEKERJAAN
a. Sistem Pengeboran yang diterangkan disini adalah menggunakan sitem bor
putar (rotary drilling) dan tekanan bawah (pull down pressure) yang
dibarengi dengan sirkulasi lumpur bor kedalam lubang bor.
b. Pemboran pilot hole adalah pekerjaan pemboran tahap awal dengan
dengan diameter kecil sampai kedalaman yang dikehendaki. Biasanya
antara 3 sampai 6 inci, selain itu juga ditentukan dengan kemampuan dan
spesifikasi bor yang digunakan.
c. Hal-hal yang perlu diamati dalam pengeboran pilot hole adalah kekentalan
(viskositas) lumpur bor, kecepatan mata bor dalam menembus formasi
lapisan tanah setiap meternya. Contoh (sampel) pemecahan formasi
lapisan tanah (cutting) dimasukkan dalam plastic kecil atau kotak sampel
dan masing-masing diberi nomor sesuai kedalaman nya. Adapun maksud
pengambilan sampel cutting adalah sebagai data pendukung hasil electrical
logging untuk menentukan posisi kedalaman air.
d. Tahap electrical loging tujuannya adalah untuk mengetahui letak (posisi)
akuifer air, tahap pekerjaan ini sebagai penentu konstruksi saringan
(screen). Electrical logging dilakukan dengan menggunakan alat, dimana
alat tersebut menggunakan konfigurasi titik tunggal dimana elektroda arus
dimasukkan kedalam lubang elektroda yang kemudian menyebar kedalam
formasi disekitar lobang bor. Sebagian arus kembali ke elektroda
permukaan dengan arus yang telah mengalami penurunan inilah yang
diukur.
e. Tahap pembersihan lubang bor (Reaming hole) yaitu memperbesar lubang
bor sesuai dengan diameter konstruksi pipa casing dan saringan (screen)
yang direncanakan. Hal-hal yang diamati dalam reaming hole adalah sama
seperti data tahap pilot hole, hanya pada pekerjaan reaming cutting
formasi lapisan tanah tidak perlu diambil lagi. Ideal selisih diameter lobang
bor dengan pipa casing adalah 6 inci. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah masuknya pipa konstruksi casing dengan saringan serta
masuknya penyetoran kerikil pembalut (grave pack).
f. Tahap konstruksi pipa casing dan saringan .
Pada tahap ini peletakan pipa casing dan saringan (screen) harus sesuai
dengan gambar kontruksi yang telah direncanakan. Terutama peletakan
konstruksi saringan harus didasarkan atas dasar electrical logging dan
analisa cutting. Selain itu juga didasarkan atas kondisi hydrogeology daerah
pemboran. Dari pemahaman aspek hydrogeology diharapkan perencanaan
sumur dalam yang dihasilkan mampu memberikan sumur pemanfaatan (life
time) yang maksimal dan kapasitas yang optimal dengan memperhatikal
kelestarian lingkungan di daerah sekirat pemboran.
12
g. Tahap penyetoran kerikil pembalut (gravel pack).
Maksud dan tujuan penyetoran kerikil pembalut (grave pack) yaitu untuk
menyaring masuknya air dari formasi lapisan akuifer kedalam saringan
(screen). Adapun cara penyetoran kerikil pembalut adalah dibarengi
dengan sirkulasi (spulling) air yang encer supaya kerikil pembalut dapat
tersusun dengan sempurna pada rongga antara konstruksi pipa casing
dengan dinding lubang bor.
j. Air Lift.
Pada metode air lift ini dimulai dengan pelepasan tekanan udara kedalam
sumur dalam dari tekanan kecil kemudian perlahan-lahan diperbesar.
Pekerjaan air lift ini dilakukan mulai dari interval saringan paling atas ke
bawah secara berurutan hingga kedasar sumur dalam.
13
m. Tahap Finishing.
Tahap Finishing meliputi :
- Pemasangan Pompa submersible permanen, panel listrik serta instalasi
kabel-kabelnya.
- Pembuatan Bak control apabila well head posisinya dibawah level
tanah.
- Pembuatan menara air, bak penampungan dan system penyaringan air
bersih.
- Pembuatan instalasi perpipaan , assesories serta well covel
- Pembersihan dan perapian lokasi.
14
BAB 4
PENUTUP
4.2 PENGUKURAN
Volume Pekerjaan diukur sesuai dengan satuan yang telah dilaksanakan
dan sesuai dengan gambar - gambar yang disetujui. Semua bahan yang
digunakan harus melalui persetujuan Direksi dengan terlebih dahulu
menunjukkan contohnya atau menggunakan Surat Keterangan Persetujuan
terutama bahan-bahan Produksi Industri yang mempunyai banyak jenis Merk.
4.3 PEMBAYARAN
Tahap pembayaran dilakukan berdasarkan prestasi kerja yang kriterianya
ditetapkan dalam kontrak yang bersangkutan.
Semua akibat yang timbul dari pelaksanaan yang keliru, menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
15
16