Anda di halaman 1dari 16

Immanuel Immanuel

Jurnal Ilmu
Jurnal
Kesehatan
Ilmu Kesehatan
Volume 9,Volume
Nomor9,2,Nomor
Desember
2, Desember
2015 2015 ISSN 1410-234X
ISSN 1410-234X

Pengaruh Program Pencegahan Jatuh Berupa Edukasi dan Latihan


Kekuatan Otot Terhadap Faktor Risiko Jatuh Yang Dimiliki Oleh Lansia di
Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Ciparay Bandung

Windy Asih1 & Roselina Tambunan1*


1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung

Abstrak

Kejadian jatuh pada lansia bukanlah hal yang seharusnya terjadi dan sepatutnya harus dicegah.
Dampak jatuh pada lansia tidak hanya pada aspek fisik tetapi juga psikologi dan materi. Kejadian
jatuh pada lansia di institusi khusus seperti panti tidak hanya memberikan dampak negatif pada
lansia tetapi juga bagi petugas dan pengelola panti. Penelitian ini secara jangka panjang bertujuan
untuk mengidentifikasi bentuk intervensi yang paling tepat; efektif dan efisien dalam menurunkan
risiko jatuh pada lansia di komunitas. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh intervensi yaitu edukasi dan latihan kekuatan yang diberikan kepada lansia terhadap
risiko jatuh yang dimiliki oleh lansia. Desain penelitian ini adalah pre eksperimental design
dengan pendekatan one group pre-test post-test tanpa kelompok pembanding. Penelitian dilakukan
di BPSTW Ciparay yaitu salah satu Unit Teknis Dinas di lingkungan Dinas Sosial Provinsi Jawa
Barat yang melaksanakan fungsi dinas sosial di bidang Pelayanan dan Perlindungan Sosial Lanjut
Usia Terlantar dan Pemeliharaan Taman Makam Pahlawan. Populasi dalam penelitian ini adalah
lansia di BPSTW Ciparay. Lansia yang memenuhi kriteria inklusi sebagai sampel sejumlah 65
orang (1 orang drop out), dikaji kapasitas mental-intelektual dan Timed Up and Go Test kemudian
mendapatkan perlakuaan berupa program pencegahan jatuh (edukasi dan latihan kekuatan otot)
selama 4 minggu dan kemudian diperiksa kembali menggunakan Timed Up and Go Test. Hasil uji
menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan nilai p sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai
alpha (0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh program pencegahan jatuh
terhadap risiko jatuh yang dimiliki oleh lansia di BPSTW Ciparay. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi lansia secara umum dan khususnya bagi lansia serta pengelola BPSTW
Ciparay dalam menurunkan risiko jatuh yang dimiliki sehingga lansia dapat mempertahankan
kemandirian dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari dan mencapai kualitas hidup yang
optimal.

Kata kunci: Pencegahan Jatuh, Edukasi, Latihan Kekuatan Otot

537 537
Immanuel Immanuel
Jurnal Ilmu
Jurnal
Kesehatan
Ilmu Kesehatan
Volume 9,Volume
Nomor9,2,Nomor
Desember
2, Desember
2015 2015 ISSN 1410-234X
ISSN 1410-234X

Pendahuluan mempengaruhi lansia. Selain faktor


akibat proses penuaan terdapat juga
Jatuh pada lansia merupakan faktor-faktor lain yang berasal dari
salah satu masalah kesehatan yang lingkungan yang menjadi penyebab
seringkali disepelekan oleh jatuh antara lain lantai yang basah,
masyarakat luas. Hill, Schwarz dan licin, adanya objek yang berserak
Winbolt (2009, dalam Nay, R & dilantai dan membahayakan bagi
Garratt 2009, hal. 190) menyatakan lansia, penerangan yang kurang, anak
bahwa jatuh dapat menyebabkan tangga yang terlalu tinggi, tidak ada
berbagai bentuk cedera pada lansia alat bantu berjalan ataupun safety
seperti patah tulang, cedera kepala rail, lantai yang memiliki perbedaan
dan laserasi mayor terutama pada ketinggian dan hal-hal lain yang
lansia yang berada di komunitas. dapat meningkatkan risiko jatuh.
Jatuh tidak hanya berdampak pada WHO (2007) menyatakan bahwa
peningkatan masalah kesehatan atau kondisi sosial dan ekonomi seorang
komplikasi penyakit pada lansia lansia juga merupakan salah satu
tetapi juga berdampak pada aspek faktor penyebab jatuh. Lansia dengan
ekonomi dan kehidupan sosial lansia. penghasilan rendah, pengetahuan
Sebagai salah satu penyebab yang kurang serta memiliki
hospitalisasi pada lansia dan faktor keterbatasan untuk mengakses
primer penyebab kematian pada pelayanan kesehatan memiliki risiko
lansia berusia 65 tahun keatas (Davis jatuh lebih tinggi dibanding lansia
1995, dikutip dari Tideiksaar 2002, dengan kondisi sosial dan ekonomi
hal. 3), jatuh seharusnya lebih baik.
diidentifikasi sebagai masalah Jatuh dapat dicegah dengan
kesehatan yang harus mendapatkan melakukan identifikasi terhadap
perhatian lebih dan ditanggulangi keberadaan faktor-faktor risiko jatuh
dengan sebaik mungkin. baik internal maupun eksternal.
Sebuah systematic review Proses identifikasi dapat dilakukan
yang dilakukan oleh Rubenstein dan menggunakan instrument pengkajian
Josephson (2006) mengemukakan (screening tools) yang sudah baku
bahwa perubahan pada organ atau antara lain Modified Falls-Efficacy
system tubuh pada lansia dapat Scale (MFES), The Morse Falls
menjadi ‘intrinsic factor’ terjadinya Scale Assessment, the Falls Risk for
jatuh. Istilah lain yang dipakai oleh Older People in the Community
WHO (2007) untuk menggambarkan (FROP-Com) tool, Get-Up and Go
faktor penyebab jatuh yang berasal Test, dan the Short Falls Efficacy
dari perubahan kondisi fisik lansia Scale International (Short FESI)
akibat proses penuaan ataupun co- yang digunakan untuk
morbidity adalah ‘biological factor’. mengidentifikasi adanya gejala fear
Jatuh terjadi akibat adanya of falling. Hasil pengkajian
penyebab multifaktorial yang
umumnya akan mengkategorikan

538 538
Immanuel Immanuel
Jurnal Ilmu
Jurnal
Kesehatan
Ilmu Kesehatan
Volume 9,Volume
Nomor9,2,Nomor
Desember
2, Desember
2015 2015 ISSN 1410-234X
ISSN 1410-234X

lansia berdasarkan level risiko jatuh framework for older people in the
yang dimilikinya. Berdasarkan level community in Indonesia’
tersebut, intervensi pencegahan atau mengajukan beberapa intervensi
penanggulangan masalah jatuh dapat yang dapat diterapkan bagi lansia
disusun dan diimplementasikan yang berada di komunitas di
kepada lansia. Indonesia melalui kajian literature
Terdapat beberapa program dan hasil penelitian sebelumnya di
pencegahan jatuh yang terdiri dari negara berkembang seperti
berbagai macam intervensi baik yang Indonesia. Intervensi tersebut adalah
sudah baku dan diterapkan di suatu peningkatan pengetahuan melalui
negara maupun sifatnya lokal atau edukasi dan latihan kekuatan otot
institusional. Australia sebagai dan keseimbangan melalui olah raga
contoh telah menerapkan beberapa atau senam bagi lansia. Kedua
program baik di level negara bagian intervensi tersebut juga dinyatakan
maupun nasional. ‘Stay On Your sebagai intervensi yang disarankan
Feet® program’ diterapkan di untuk diterapkan pada tatanan
Negara bagian barat dan selatan pelayanan kesehatan sebagai
Australia dan ‘Stepping On program’ multifactorial interventions oleh
diterapkan di negara bagian New National Institute for Clinical
South Wales. Program-program ini Excellence (2004).
bertujuan untuk meningkatkan Balai Perlindungan Sosial
kemandirian lansia dalam menjalani Tresna Werdha Ciparay Bandung
keseharian hidup yang pada akhirnya dan Pemeliharaan Taman Makam
dapat mengurangi risiko jatuh. Pahlawan (BPSTW) merupakan
(National Public Health Partnership salah satu Unit Teknis Dinas di
2005, hal. 7-9). lingkungan Dinas Sosial Provinsi
Suatu meta analysis terhadap Jawa Barat yang melaksanakan
hasil penelitian-penelitian mengenai fungsi dinas sosial di bidang
intervensi pencegahan jatuh yang Pelayanan dan Perlindungan Sosial
dilakukan oleh Sherington dkk Lanjut Usia Terlantar dan
(2008) menyimpulkan bahwa Pemeliharaan Taman Makam
olahraga dapat menurunkan risiko Pahlawan. Berdasarkan arsip
jatuh sebesar 17%. Penelitian yang BPSTW tahun 2013 didapatkan
dilakukan oleh Chang dkk (2004) informasi bahwa terdapat 150 orang
mengindikasikan bahwa pencegahan lansia yang mendapatkan pelayanan
jatuh pada lansia yang bersifat di BPSTW. Lansia-lansia tersebut
multifaktorial memberikan hasil memiliki status kesehatan yang
yang lebih efektif dan intervensi berbeda. Status kesehatan ini juga
berupa olah raga sendiri mampu menjadi salah satu dasar
mengurangi insiden jatuh pada pengelompokkan tempat tinggal bagi
lansia. Asih (2011) melalui lansia dimana lansia sehat atau
artikelnya dalam ‘Falls prevention mandiri ditempatkan di wisma.

539 539
Immanuel Immanuel
Jurnal Ilmu
Jurnal
Kesehatan
Ilmu Kesehatan
Volume 9,Volume
Nomor9,2,Nomor
Desember
2, Desember
2015 2015 ISSN 1410-234X
ISSN 1410-234X

Studi pendahuluan yang menuju kamar mandi, tempat tidur


dilakukan terhadap 5 orang lansia di yang tidak memiliki palang, lantai
BPSTW Ciparay pada bulan Agustus yang licin serta jalan menuju ruang
2013 menghasilkan informasi bahwa serba guna yang berlubang dan
3 dari 5 lansia tersebut pernah berbatu.
mengalami jatuh sebelum dan selama
tinggal di panti. Lansia yang pernah Tujuan Penelitian
mengalami jatuh menyatakan bahwa
adanya gangguan penglihatan, Secara umum penelitian ini
kelemahan otot kaki dan tersandung bertujuan untuk mengetahui
benda di lantai adalah penyebab dari pengaruh program pencegahan jatuh
jatuh yang mereka alami. Hasil berupa edukasi dan latihan kekuatan
wawancara juga menunjukkan otot terhadap risiko jatuh yang
adanya gejala fear of falling pada 2 dimiliki oleh lansia di BPSTW
dari 3 lansia yang pernah jatuh. Ciparay Bandung.
Berdasarkan observasi yang
Metode Penelitian
dilakukan oleh peneliti terhadap
kemampuan fungsional 2 orang Berdasarkan permasalahan
lansia tanpa riwayat jatuh dapat dan tujuan yang ingin dicapai maka
disimpulkan bahwa meskipun lansia- jenis desain penelitian yang
lansia tersebut tidak pernah jatuh dan digunakan dalam penelitian ini
tidak memiliki gejala fear of falling adalah pre eksperimental design
mereka memiliki faktor risiko jatuh dengan pendekatan one group pre-
dalam diri mereka. Selain itu, test post-test dengan tidak
berdasarkan observasi yang menggunakan kelompok pembanding
dilakukan dapat dinyatakan bahwa (kontrol). Pada penelitian ini akan
kondisi lingkungan BPSTW Ciparay diidentifikasi pengaruh program
belum bebas dari hazard penyebab pencegahan jatuh berupa edukasi dan
jatuh pada lansia. Hal ini dapat latihan kekuatan otot terhadap risiko
terlihat di beberapa wisma yang jatuh pada lansia di BPSTW Ciparay.
masih belum memiliki rel untuk Adapun skema pelaksanaannya
lansia berpegangan ketika berjalan adalah sebagai berikut:

540 540
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 ISSN 1410-234X

Penentuan responden sebagai sampel berdasarkan kriteria inklusi yang telah


ditetapkan (lansia merupakan lansia yang menetap di BPSTW Ciparay, bersedia
menjadi partisipan, kooperatif dan komunikatif serta tidak memiliki kondisi
kontraindikasi untuk mengikuti latihan kekuatan otot)

Pre-test Pengkajian faktor risiko jatuh Pengolahan Data dan Analisa Data
menggunakan Timed Up and Go Test
dan s
Perlakuan Program Pencegahan Jatuh Perbedaan sebelum esudah pelaksanaan
(edukasi dan latihan) program

P
ost-te Penarikan Kesimpulan
st
Pengkajian faktor risiko jatuh menggunakan
Timed Up and Go Test

Skema 1 Desain Penelitian

Hasil Penelitian

Kapasitas mental intelektual lansia di BPSTW Ciparay Bandung


1. Mini Mental State Exam (MMSE)
Tabel 1
Hasil Mini Mental State Exam (MMSE), r=65
MMSE F %
Normal 27 41.5
Kemungkinan mengalami gangguan kognitif 27 41.5
Klien mengalami gangguan Kognitif 11 16.9
Total 65 100,0
Tabel diatas menunjukkan kognitif dan 16,9% dari responden
bahwa sebanyak 41,5% responden mengalami gangguan kognitif.
kemungkinan mengalami gangguan

2. Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)


Tabel 2
Hasil Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ), r=65
SPMSQ f %
Fungsi intelektual utuh 29 44.61
Fungsi intelektual kerusakan ringan 14 21.54
Fungsi intelektual kerusakan sedang 13 20.00
Fungsi intelektual kerusakan berat 9 13.85
Total 65 100,0
Tabel diatas menunjukkan fungsi intelektual, 20.00% responden
bahwa sebanyak 21.54% responden memiliki kerusakan sedang dan
memiliki kerusakan ringan pada 13.85 % mengalami kerusakan berat.

541
Immanuel Immanuel
Jurnal Ilmu
Jurnal
Kesehatan
Ilmu Kesehatan
Volume 9,Volume
Nomor9,2,Nomor
Desember
2, Desember
2015 2015 ISSN 1410-234X
ISSN 1410-234X

3. Risiko jatuh lansia di BPSTW Ciparay Bandung


a. Risiko jatuh yang dimiliki oleh lansia di BPSTW Ciparay sebelum
dilakukan program pencegahan jatuh berupa edukasi dan latihan kekuatan
otot.
Tabel 3
Risiko jatuh yang dimiliki oleh lansia di BPSTW Ciparay sebelum dilakukan program
pencegahan jatuh berupa edukasi dan latihan kekuatan otot.
Timed up and go test f %
Normal 15 23.1
Mobilitas baik, mobilisasi tanpa bantuan, dapat beraktifitas
14 21.5
keluar rumah sendiri
Gangguan mobilisasi, membutuhkan alat bantu, tidak dapat
36 55.4
beraktifitas keluar rumah sendiri
Total 65 100,0

Dari tabel diatas diketahui sendiri sedangkan 21.5% lainnya


sebanyak 55.4% responden memiliki mobilitas baik, mampu
mengalami gangguan mobilisasi, mobilisasi tanpa bantuan serta dapat
membutuhkan alat bantu dan tidak beraktifitas keluar rumah sendiri.
dapat beraktifitas keluar rumah

b. Risiko jatuh yang dimiliki oleh lansia di BPSTW Ciparay setelah


dilakukan program pencegahan jatuh berupa edukasi dan latihan kekuatan
otot.
Tabel 4
Risiko jatuh yang dimiliki oleh lansia di BPSTW Ciparay setelah dilakukan program
pencegahan jatuh berupa edukasi dan latihan kekuatan otot.
Timed up and go test f %
Normal 14 21.88
Mobilitas baik, mobilisasi tanpa bantuan,
27 42.19
dapat beraktifitas keluar rumah sendiri
Gangguan mobilisasi, membutuhkan alat
bantu, tidak dapat beraktifitas keluar 23 35.94
rumah sendiri
Total 64 100,0

Tabel diatas menunjukkan keluar rumah sendiri sedangkan


data hasil Timed Up and Go Test 42.19 % mengalami mobilitas baik,
setelah dilaksanakan intervensi mampu mobilisasi tanpa bantuan
edukasi pencegahan resiko jatuh dan serta dapat beraktifitas keluar rumah
latihan kekuatan otot. Sebanyak sendiri. Satu orang responden tidak
35.94% responden mengalami dapat diikutsertakan pada pengkajian
gangguan mobilisasi, membutuhkan post intervensi (drop out) karena
alat bantu, tidak dapat beraktifitas mengalami stroke.

542 542
Immanuel Immanuel
Jurnal Ilmu
Jurnal
Kesehatan
Ilmu Kesehatan
Volume 9,Volume
Nomor9,2,Nomor
Desember
2, Desember
2015 2015 ISSN 1410-234X
ISSN 1410-234X

4. Pengaruh program pencegahan jatuh terhadap risiko jatuh yang dimiliki oleh
lansia di BPSTW Ciparay
Tabel 5
Pengaruh program pencegahan jatuh terhadap risiko jatuh yang dimiliki oleh lansia di
BPSTW Ciparay
(Waktu * Kelompok Crosstabulation)
Kelompok
Total
Pre-test Post-test
Count 15 14 29
Normal % within 51.7 48.3 100.0
Waktu
Mobilitas baik, Count 14 27 41
mobilisasi tanpa
bantuan, dapat
Waktu

% within 34.1 65.9 100.0


beraktifitas keluar Waktu
rumah sendiri
Gangguan Count 36 23 59
mobilisasi,
membutuhkan alat
bantu, tidak dapat % within 61.0 39.0 100.0
Waktu
beraktifitas keluar
rumah sendiri
Count 65 64 129
Total % within
50.4 49.6 100.0
Waktu

Tabel diatas menunjukkan (timed up and go test) sebelum dan


perubahan pada responden yang setelah intervensi.
masuk dalam kategori normal dari
51,7% menjadi 48,3%, mobilitas Pembahasan
baik meningkat dari 34,1% menjadi
Responden pada penelitian
65,9% dan kategori responden
ini melibatkan 65 responden sebelum
dengan gangguan mobilisasi turun
dilaksanakan intervensi dan 64
sebanyak 22%; dari 61,0% menjadi
39%. Terjadinya pengurangan hasil responden setelah intervensi (1 orang
post test dengan kategori Normal drop out). Sesudah dilaksanakan
dapat disebabkan oleh adanya intervensi program pencegahan jatuh
responden yang drop out pada berupa edukasi dan latihan kekuatan
pengambilan data post intervensi. otot yang terdiri dari 28 responden
Hasil uji yang dilakukan laki-laki dan 37 responden
menggunakan Wilcoxon Signed Rank perempuan. Lansia yang tidak
Test menunjukkan nilai p sebesar ikutkan dalam penelitian ini adalah:
0,000 lebih kecil dari nilai alpha 25 lansia yang tinggal di klinik
(0,05), sehingga dapat disimpulkan karena mengalami sakit dan 60 lansia
bahwa ada perbedaan waktu reaksi yang mengalami keterbatasan

543 543
Immanuel Immanuel
Jurnal Ilmu
Jurnal
Kesehatan
Ilmu Kesehatan
Volume 9,Volume
Nomor9,2,Nomor
Desember
2, Desember
2015 2015 ISSN 1410-234X
ISSN 1410-234X

motorik. Selanjutnya akan di bahas banyak di dunia dan telah


hasil penelitian. diterjemahkan ke beberapa bahasa
1. Kapasitas mental - intelektual dan telah digunakan sebagai
lansia di BPSTW Ciparay instrumen skrining kognitif primer
Bandung. pada beberapa studi epidemiologi
Pada penelitian dengan 65 skala besar demensia. Tes ini juga
responden lansia di BPSTW Ciparay digunakan secara luas pada praktik
Bandung sebelum melaksanakan klinis dan kecermelangannya sebagai
perlakuan program pencegahan jatuh instrumen skrining kognitif telah
berupa edukasi dan latihan kekuatan dibukt ikan dengan pencatuman
otot terhadap risiko jatuh yang bersama dengan Diagnostic
dimiliki oleh lansia di BPSTW Interview Schedule (DIS), dalam
Ciparay Bandung, terlebih dahulu studi National Institute of Mental
dilaksanakan pengkajian (screening Health ECA dan oleh daftarnya yang
responden) yang bertujuan untuk menyebutkan MMSE sebagai penilai
menetapkan kelompok intervensi, hal fungsi kognitif yang
ini dipertimbangkan untuk direkomendasikan untuk kriteria
menyesuaikan perlakuan dengan diagnosis penyakit Alzheimer
kondisi lansia, baik kesehatan fisik dikembangkan oleh konsorsium
dan kapasitas mental kognitif dari National Institute of Neurological
pada lansia sebagai responden. and Communication Disorders and
Langkah pertama yang Stroke and the Alzheimer’s Disease
dilaksanakan dalam penelitian ini and Related Disorders Association
adalah screening responden dengan (McKhann dkk, 1984).
menggunakan format Mini Mental Kelemahan terbesar MMSE
State Exam (MMSE). Tes ini yang banyak disebutkan ialah
dirancang agar dapat dilaksanakan batasannya atau ketidakmampuannya
dengan mudah oleh semua profesi untuk menilai beberapa kemampuan
kesehatan atau tenaga terlatih kognitif yang terganggu. MMSE juga
manapun yang telah menerima relatif tak sensitif terhadap
instruksi untuk penggunaannya. penurunan kognitif yang sangat
MMSE merupakan pemeriksaan ringan (terutama pada individual
status mental singkat dan mudah dengan status pendidikan tinggi).
diaplikasikan yang telah dibuktikan Walaupun batasan batasan ini
sebagai instrumen yang dapat mengurangi manfaat MMSE, tes ini
dipercaya serta valid untuk tetap menjadi instrumen yang sangat
mendeteksi dan mengikuti berharga untuk penilaian penurunan
perkembangan gangguan kognitif kognitif (Rush, 2000).
yang berkaitan dengan penyakit Hasil pemeriksaan MMSE yang
neurodegeneratif. Hasilnya, MMSE dilakukan terhadap lansia di BPSTW
menjadi suatu metode pemeriksaan Ciparay menunjukkan bahwa
status mental yang digunakan paling sebanyak 41,5% responden

544 544
Immanuel Immanuel
Jurnal Ilmu
Jurnal
Kesehatan
Ilmu Kesehatan
Volume 9,Volume
Nomor9,2,Nomor
Desember
2, Desember
2015 2015 ISSN 1410-234X
ISSN 1410-234X

mempunyai kemungkinan memiliki kerusakan sedang dan 16.9


mengalami gangguan kognitif dan % mengalami fungsi intelektual
16,9% yang mengalami gangguan dengan kerusakan berat. Kerusakan
kognitif. Gangguan kognitif fungsi intelektual berat menunjukkan
merupakan gangguan yang secara bahwa lansia memiliki tanda dan
signifikan dapat menghambat fungsi gejala demensia, akan tetapi tidak
kognitif seseorang dalam ada satupun responden dalam
melaksanakan fungsi kehidupan penelitian ini yang memiliki kondisi
sosialnya di tengah masyarakat. Pada intellectual impairment yang dibawa
lansia di BPSTW Ciparay tanda dan sejak lahir. Tanda dan gejala adanya
gejala gangguan kognitif yang kerusakan pada fungsi intelektual
dominan terlihat diantaranya adalah yang terlihat pada responden dalam
penurunan kemampuan mengingat penelitian ini antara lain penurunan
(short term dan long term memory) kemampuan memori jangka panjang
dan penurunan koordinasi motorik. dan jangka pendek. Hal ini juga
Hal ini terlihat sangat mempengaruhi mempertegas hasil MMSE yang
kemampuan lansia dalam melakukan didapat dimana diketahui bahwa
interaksi sosial dengan sesama lansia hampir setengah dari responden
maupun dengan petugas kesehatan dinyatakan mungkin mengalami
dan pekerja sosial yang ada disekitar gangguan kognitif dan sebagian kecil
BPSTW Ciparay. dari responden mengalami gangguan
Pemeriksaan lebih lanjut kognitif.
yang dilakukan untuk melengkapi Penelitian Meta-analisis yang
kajian terhadap kapasitas mental- dilakukan oleh Muir dkk (2012)
intelektual lansia dalam penelitian ini terhadap 27 penelitian terdahulu
adalah dengan menggunakan Short tentang gangguan fungsi kognitif dan
Portable Mental Status kejadian jatuh menunjukkan adanya
Questionnaire (SPMSQ). SPMSQ hubungan kerusakan fungsi kognitif
merupakan cara yang dipakai untuk dengan risiko jatuh pada lansia.
mendeteksi adanya gangguan Beberapa penelitian menunjukkan
kognitif meliputi orientasi, memori bahwa penurunan fungsi kognitif
jauh dan kemampuan matematis berhubungan dengan kejadian jatuh,
(Pfeiffer, 1975 dalam Lueckenotte, cedera berat dan fraktur pada lansia
2000). Pemeriksaan SPMSQ yang berada di komunitas. Lebih
merupakan pemeriksaan yang lanjut, Muir dkk menyatakan bahwa
umumnya direkomendasikan untuk gangguan fungsi kognitif yang ringan
mengukur status demensia lansia. sekalipun dapat meningkatkan risiko
Hasil pemeriksaan SPMSQ jatuh pada lansia. Berdasarkan hal
pada penelitian ini menunjukkan tersebut diatas dan berdasarkan hasil
bahwa sebanyak 21.54% responden pengkajian kapasitas mental-
memiliki kerusakan ringan pada intelektual yang dimiliki oleh
fungsi intelektualnya, 20.00% responden dalam penelitian ini dapat

545 545
Immanuel Immanuel
Jurnal Ilmu
Jurnal
Kesehatan
Ilmu Kesehatan
Volume 9,Volume
Nomor9,2,Nomor
Desember
2, Desember
2015 2015 ISSN 1410-234X
ISSN 1410-234X

dinyatakan bahwa lansia di BPSTW Faktor intrinsik ataupun


Ciparay memiliki faktor risiko jatuh. faktor biologis yang dimiliki oleh
2. Risiko jatuh lansia di BPSTW lansia yang dapat meningkatkan
Ciparay Bandung sebelum risiko jatuh pada lansia di BPSTW
dilakukan program pencegahan Ciparay dalam penelitian ini
jatuh berupa edukasi dan latihan diidentifikasi dengan pelaksanaan
kekuatan otot Timed Up and Go Test. Pemeriksaan
Data pada tabel 3 menyatakan ini dilakukan dengan cara responden
bahwa sebanyak 55.4% responden duduk dengan tegak menyandar pada
mengalami gangguan mobilisasi, kursi dan kedua kaki mengarah
membutuhkan alat bantu dan tidak kedepan (kedua lengan boleh
dapat beraktifitas keluar rumah diletakan dibagian tangan kursi).
sendiri sedangkan hanya 21.5% yang Pemeriksa mengucapkan kata ‘Go’
memiliki mobilitas baik, mobilisasi dan pada saat yang bersamaan mulai
tanpa bantuan dan dapat beraktifitas menghitung waktu menggunakan
keluar rumah sendiri. Gangguan stop watch. Apabila lansia kelelahan,
mobilisasi yang umumnya terjadi lansia disarankan untuk berhenti
pada responden adalah penurunan (tidak duduk) dan apabila sudah
kemampuan motorik. Lansia merasa lebih baik dapat melanjutkan
mengalami kesulitan dalam menjaga untuk berjalan. Tidak ada limit waktu
keseimbangan dan terlihat maksimal bagi lansia untuk
mengalami penurunan kekuatan otot. menyelesaikan test. Kemampuan
Penurunan fungsi ini terjadi seiring lansia dalam berjalan (mobilisasi)
dengan proses penuaan yang dialami tanpa bantuan dan atau keterbatasan
oleh lansia. menjadi salah satu variabel
Perubahan-perubahan pada penilaiannya. Selain itu,
fisik yang terjadi pada lansia dapat ketergantungan lansia terhadap
menjadi faktor penyebab terjadinya bantuan dalam melakukan aktifitas di
jatuh pada lansia. Sebuah systematic luar rumah merupakan variabel yang
review yang dilakukan oleh juga menunjukkan bahwa lansia
Rubenstein dan Josephson (2006) merupakan lansia yang berisiko
mengemukakan bahwa perubahan jatuh.
pada organ atau system tubuh pada 3. Risiko jatuh yang dimiliki oleh
lansia dapat menjadi ‘intrinsic lansia di BPSTW Ciparay
factor’ terjadinya jatuh. Istilah lain setelah dilakukan program
yang dipakai oleh WHO (2007) pencegahan jatuh berupa edukasi
untuk menggambarkan faktor dan latihan kekuatan otot.
penyebab jatuh yang berasal dari Data pada tabel 4
perubahan kondisi fisik lansia akibat menunjukan hasil pemeriksaan
proses penuaan ataupun co-morbidity Timed Up and Go Test yang
adalah ‘biological factor’. dilakukan pada responden setelah
menerima perlakuan atau intervensi

546 546
Immanuel Immanuel
Jurnal Ilmu
Jurnal
Kesehatan
Ilmu Kesehatan
Volume 9,Volume
Nomor9,2,Nomor
Desember
2, Desember
2015 2015 ISSN 1410-234X
ISSN 1410-234X

berupa edukasi dan latihan kekuatan multiple interventions pengkajian


otot. Sebanyak 35.94% responden awal (initial assessment) tidak
mengalami gangguan mobilisasi, dilakukan.
membutuhkan alat bantu, tidak dapat Intervensi dalam penelitian
beraktifitas keluar rumah sendiri dan ini bersifat multiple interventions
42.19 % mengalami mobilitas baik, dimana peneliti menggabungkan dua
mobilisasi tanpa bantuan dan dapat intervensi yaitu edukasi dan olahraga
beraktifitas keluar rumah sendiri. berupa latihan kekuatan otot untuk
Data tersebut diatas memberikan menanggulangi risiko jatuh pada
gambaran adanya peningkatan pada lansia. Intervensi edukasi
kemampuan mobilisasi lansia yang disampaikan melalui beberapa sesi
dampaknya berbanding terbalik dan dalam bentuk seminar, diskusi
dengan faktor risiko jatuh pada dan tanya jawab yang dipimpin oleh
lansia. pemateri dan didampingi oleh
Terdapat berbagai macam fasilitator. Informasi yang diberikan
intervensi yang dapat dilakukan dimuat dalam booklet yang dibagikan
untuk mencegah jatuh pada lansia. kepada responden. Sebuah penelitian
Intervensi tersebut adalah olah raga yang mengukur efektifitas intervensi
(kekuatan otot, keseimbangan, berupa peningkatan pengetahuan
kelenturan), modifikasi lingkungan, mengenai jatuh pada lansia
medication management, koreksi menyatakan bahwa insiden jatuh
visus, pemberian vitamin D dan dapat dikurangi hingga 31%
pendidikan kesehatan. Beberapa (Clemson, 2004). Meskipun
intervensi tersebut telah secara luas penelitian ini tidak membandingkan
diuji efektifitasnya dalam angka insiden jatuh sebelum dan
mengurangi insiden jatuh atau sesudah intervensi edukasi namun
menurunkan level risiko jatuh pada hasil penelitian menunjukkan
lansia (Asih, 2011). Beberapa penurunan jumlah persentase lansia
intervensi pencegahan jatuh dapat yang memiliki gangguan mobilisasi,
dilaksanakan secara bersamaan membutuhkan alat bantu dan tidak
dengan demikian disebut sebagai dapat beraktifitas keluar rumah
intervensi multiple serta sendiri.
multifactorial. Perbedaan kedua Intervensi selanjutnya berupa
intervensi ini berada pada tahap latihan kekuatan otot yang dilakukan
pengkajian awal sebelum intervensi selama 4 minggu dengan
ditetapkan (ACSQHC, 2009) dimana berpedoman pada Stay Safe Stay
dalam multifactorial interventions Active Daily Exercise Program
lansia akan mendapatkan intervensi (National Center for Injury
pencegahan jatuh berdasarkan pada Prevention and Control, 2008).
keberadaan faktor risiko yang Latihan ini bertujuan untuk
dimiliki oleh lansia yang diketahui meningkatkan kekuatan otot serta
setelah pengkajian sedangkan dalam keseimbangan sehingga dapat

547 547
Immanuel Immanuel
Jurnal Ilmu
Jurnal
Kesehatan
Ilmu Kesehatan
Volume 9,Volume
Nomor9,2,Nomor
Desember
2, Desember
2015 2015 ISSN 1410-234X
ISSN 1410-234X

memberikan motivasi bagi lansia kemampuan serta kemauan lansia


untuk melakukan aktifitas sehari-hari dalam melaksanakan aktifitas sehari-
dengan aman dan mandiri. Hasil hari dengan aman dan mandiri.
Timed Up and Go Test dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa Simpulan
latihan kekuatan otot telah
Dari penelitian yang sudah
meningkatkan kemampuan
dilakukan dan sudah dipaparkan
mobilisasi responden.
dalam bab sebelumnya dapat diambil
4. Pengaruh program pencegahan
kesimpulan sebagai berikut:
jatuh terhadap risiko jatuh yang
1. Kapasitas fungsi mental-
dimiliki oleh lansia di BPSTW
intelektual lansia di BPSTW
Ciparay
Ciparay menunjukkan
Tabel 5 menunjukkan adanya
keberadaan faktor risiko jatuh
peningkatan nilai persentase lansia
akibat penurunan fungsi
dengan mobilitas baik sebanyak
kognitif.
31,8% dimana sebelum intervensi
2. Program pencegahan jatuh
diberikan nilainya adalah 34,1 % dan
berupa edukasi dan latihan
setelah intervensi diberikan nilainya
kekuatan otot pada lansia di
menjadi 65,9%. Perubahan ini
BPSTW Ciparay berpengaruh
berpengaruh pada nilai persentase
pada kemampuan mobilisasi
lansia dengan kategori mengalami
lansia dimana terdapat
gangguan mobilisasi dimana setelah
peningkatan nilai persentase
intervensi dilakukan nilainya
lansia dengan mobilitas baik,
menjadi 39,0%. Hasil uji
mobilisasi tanpa bantuan dan
menggunakan Wilcoxon Signed Rank
dapat melakukan aktifitas di luar
Test menunjukkan nilai p sebesar
rumah sendiri atau tanpa bantuan
0,000 lebih kecil dari nilai alpha
setelah dilakukan intervensi.
(0,05) sehingga Ho ditolak dan dapat
3. Penurunan fungsi kognitif pada
dinyatakan bahwa terdapat pengaruh
lansia tidak menjadi hambatan
program pencegahan jatuh terhadap
yang signifikan dalam
risiko jatuh yang dimiliki oleh lansia
pelaksanaan program
di BPSTW Ciparay. Pengaruh
pencegahan jatuh di BPSTW
program pencegahan jatuh berupa
Ciparay.
edukasi dan latihan kekuatan otot
pada lansia di BPSTW Ciparay
Saran
terlihat dari adanya perubahan kearah
yang lebih baik dalam kemampuan Berdasarkan hasil penelitian,
lansia melakukan mobilisasi. pembahasan hasil dan keterbatasan
Peningkatan kemampuan mobilisasi pada hasil penelitian ini dapat
pada lansia pada akhirnya dapat diajukan beberapa saran sebagai
menurunkan risiko jatuh dan berikut:
sebaliknya akan meningkatkan

548 548
Immanuel Immanuel
Jurnal Ilmu
Jurnal
Kesehatan
Ilmu Kesehatan
Volume 9,Volume
Nomor9,2,Nomor
Desember
2, Desember
2015 2015 ISSN 1410-234X
ISSN 1410-234X

1. Bagi lansia, pemberi asuhan Asih, W 2011, ‘Falls prevention


pada lansia maupun kelompok framework for older people
masyarakat dimana lansia living in the community in
berada, dapat menerapkan Indonesia’, Proceeding 1st
program pencegahan jatuh International Nursing
dengan multiple intervensions Conference 2011: Nursing
secara mandiri pada lansia research innovation and
dengan memperhatikan international collaboration.
pengetahuan yang benar dan ISSN : 2088-9763 hal 37-46.
tepat mengenai jatuh dan
Australian Commission on Safety
pencegahannya sehingga bisa
and Quality in Health Care
mendapatkan intervensi yang
(ACSQHC) 2009, Preventing
tepat sesuai kebutuhan lansia.
falls and harm from falls in
2. Bagi pengelola BPSTW Ciparay
older people: Best practice
Bandung, dapat melanjutkan
guidelines for Australian
pelaksanaan Program
community care 2009,
pencegahan jatuh yang sudah
Commonwealth of Australia.
diterapkan dengan rutin dan
meningkatkan upaya-upaya Boyd, R and Stevenson, J 2009,
untuk mengurangi enviromental ‘Falls and fear of falling:
hazards (penyebab jatuh akibat Burden, beliefs and
lingkungan), memberikan behaviours’, Age and Ageing,
pengetahuan yang tepat dan vol. 38, pp. 423-428.
benar mengenai penanggulangan
jatuh bagi seluruh petugas atau Chang, JT, Morton, SC, Rubenstein,
pekerja yang berinteraksi dengan L et al 2004, ‘Interventions for
lansia. the prevention of falls in older
3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat adults: Systematic review and
melakukan penelitian lebih meta-analysis of randomized
lanjut dengan memasukkan clinical trials’, BMJ, vol. 328,
beberapa variabel lain yang pp.676-682.
belum termasuk dalam
Clemson, L, Cumming, R, Kendig,
penelitian ini.
H, et al 2004, ‘The
effectiveness of a community-
Daftar Pustaka
based program for reducing the
Aminzadeh, F & Edwards, N 1998, incidence of falls in the elderly:
‘Exploring seniors’ view on the A randomized trial’, JAGS, vol.
use of assistive devices in fall 52, pp. 1487-1494.
prevention’, Public Health
Fajar, et al. (2009). Statistika Untuk
Nursing, vol. 15, no. 4, pp.
Praktisi Kesehatan.
297-304.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

549 549
Immanuel Immanuel
Jurnal Ilmu
Jurnal
Kesehatan
Ilmu Kesehatan
Volume 9,Volume
Nomor9,2,Nomor
Desember
2, Desember
2015 2015 ISSN 1410-234X
ISSN 1410-234X

Gillespie, L, Robertson, M, September 2013, (online Wiley


Gillespie, W, et al InterScience/Cochrane
2009,’Intervention for Database of Systematic
preventing falls in older people Reviews).
living in the community’,
(Cochrane Review), pp. 1-254, McKhann,Guy,M.D and Marilyn
diakses pada 30 Agustus 2013, Albert,Ph.D,Keep your Brain
(online Wiley Young,(Jakarta:PT buku
InterScience/Cochrane Kita,cet.1,2010)
Database of Systematic Moylan, K and Binder, E 2007,
Reviews). ‘Falls in older adults: Risk
Heryawan, A, 2009, Lansia Jawa assessment, management and
Barat Punya Peran Strategis, prevention’, The American
diakses pada 6 Mei 2014, Journal of Medicine, vol. 120,
<http://www.ahmadheryawan.c no. 6, pp. 493-497.
om>. Muir, SW, Gopaul, K, Odasso, MM
Hill, K, Schwarz, J & Winbolt, M 2012, ‘The role of cognitive
2009, ‘Supporting independent impairment in fall risk among
function and preventing falls’, older adults: a systematic
dalam Older People: Issues review and meta-analysis’, Age
and innovations in care, 3rd and Ageing, vol 41, pp. 99–
edn, R Nay dan Sally Garratt 308.
(eds). New South Wales, National Ageing Research Institute
Churchill Livingstone-Elsevier. 2004, An Analysis of Research
International Classification of on Preventing Falls and Falls
Disease-10 2006, World Injury in Older People:
Health Organization, diakses Community, residential aged
pada 8 September 2013, care and hospital settings
<http://apps.who.int/classificati (2004 Update), Australian
ons/apps/icd/icd10online/>. Government, Department of
Health and Ageing, Injury
Lueckenotte, A. G. (2000). Prevention Section,
Gerontologic Nursing, 2nd ed. Commonwealth Australia,
New York: Mosby Canberra.

McClure, RJ, Turner, C, Peel, N, et National Center for Injury Prevention


al 2008, ‘Population-based and Control 2008, Preventing
interventions for the prevention Falls: How to Develop
of fall-related injuries in older Community-based Fall
people’ (Cochrane Review), Prevention Programs for Older
pp. 1-23 diakses pada 1 Adults. Centers for Disease

550 550
Immanuel Immanuel
Jurnal Ilmu
Jurnal
Kesehatan
Ilmu Kesehatan
Volume 9,Volume
Nomor9,2,Nomor
Desember
2, Desember
2015 2015 ISSN 1410-234X
ISSN 1410-234X

Control and Prevention, Rush, A.J.,et al., 2000. Handbook of


Atlanta. Psychiatric
Measures.Washington, DC:
National Institute for Clinical American Psychiatric
Excellence 2004, Clinical Association.
Guideline 21: Falls-The
assessment and prevention of Sherrington, C, Whitney J, Lord, S et
falls in older people, National al 2008, ‘Effective exercise for
Institute for Clinical the prevention of falls: A
Excellence, diakses pada 7 systematic review and meta-
Agustus 2013, analysis’, JAGS, vol. 56, pp.
<http://www.nice.org.uk/CG02 2234-2243.
1NICEguideline>.
Shumway - Cook A, Brauer S,
National Public Health Partnership Woollacott M, 2000,
(NPHP) 2005, The National ‘Predicting the Probability for
Falls Prevention for Older Falls in Community-Dwelling
People Plan: 2004 Onwards, Older Adults Using the Timed
Department of Health and Up & Go Test’, Physical
Aging, Canberra. Therapy, vol 80, no. 9, pp.
896-
Podsiadlo D, Richardson S, 1991, 903.

‘The Time “Up & Go”: A Test
of Basic Functional Mobility Tideiksaar, R 2002 ‘Falls in older
for Frail Elderly Persons’, persons: prevention and
rd
Journal of the American management, 3 edn’, Health
Geriatrics Society, vol. 39, no. Professions Press, Illinois.
2, pp. 142-148
Touhy, T & Jett, K 2010, Ebersole &
Registered Nurses Association of Hess’ gerontological nursing
Ontario 2002, Prevention of & healthy aging, 3rd edn, St.
Falls and Fall Injuries in the Louis, Mosby-Elsevier.
Older Adult, Registered Nurses
Undang-undang No 13 tahun 1998
Association of Ontario:
tentang kesejahteraan lanjut
Toronto, Canada.
usia, diakses pada 10 April
Rubenstein, LZ, Josephson, KR 2014, <
2006, ‘Falls and their http://www.dpr.go.id/uu/uu199
prevention in elderly people: 8/UU_1998_13.pdf>.
What does the evidence
World Health Organization 2007,
show?’, The Medical Clinics of
WHO Global Report on Falls
North America, pp. 807-824.
Prevention in Older Age,
World Health Organization,
France

551 551
Immanuel Immanuel
Jurnal Ilmu
Jurnal
Kesehatan
Ilmu Kesehatan
Volume 9,Volume
Nomor9,2,Nomor
Desember
2, Desember
2015 2015 ISSN 1410-234X
ISSN 1410-234X

Yardley, L, Beyer, N, Hauer, K et al


2007, ‘Recommendations for
promoting the engagement of
older people in activities to
prevent falls’, Qual Saf Health
Care, vol 16, no. 3, pp. 230-
234.

Yardley, L, Donovan-Hall, M,
Francis, K et al 2006, ‘Older
People‟s Views of Advice
about Falls Prevention: a
qualitative study’, Health Educ
Res, vol 21, no 4, pp 508-517 .

552 552

Anda mungkin juga menyukai