Di susunoleh :
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah “Studi Islam 2” dengan judul
(Aspek Filsafat dalam Islam) tepat pada waktunya.
Namun tidak lepas dengan semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dalam segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya saran dari
pembaca yang ingin diberikan kepada kami.
Semoga dari makalah yang sederhana ini dapat kita ambil manfaatnya dan
besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan yang relevan pada makalah berikutnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
I. LatarBelakang
Di samping mengembangkan ilmu-ilmu agama, seperti :Tafsir, Hadist, Fiqih, dan
Ilmu Kalam, umat islam sebagaimana terlihat dalam sejarah, juga mengembangkan
Filsafar Islam. Melalui kajian filsafat ini, berbagai masalah yang bersifat gagasan,
pemikiran, renungan secara mendalam tentang berbagai hal yang terdapat dalam
kehidupan ini dapat di temukan .Melalui filsafat ini umat islam di sampan dapat
melaksanakan ajaran yang bersifat formal, ritual, dan lahiriah juga dapat menangkap
pesan-pesan spiritual dan moralitas yang terkandung di dalamnya. Dengan cara demikian,
umat islam tidak akan terjebak kepada hal-hal yang bersifat spirit, bathiniyah, dan penuh
makna.1
Sejarah islam mencatat, bahwa sejak abad pertengahan, yakni abad ke-16 hingga
sekarang umat islam terjebak pada bentuk doktriner, formalitas, ritualitas, tanpa makna
dan tanpa spirit. Mereka misalny amelaksanakan sejumlah rukun islam, seperti: shalat,
puasa, zakat dan haji, namun berhenti hanya sampai sekeda rmenggugurkan kewajiban.
Pelaksanaan rukun islam ini seharusnya melahirkan sikap jujur, amanah, disiplim, etos
kerja yang tinggi, menghargai waktu, tolong menolong, toleransi, persaudaraan,
kepeduliansosial, terbuka, menghargai pendapat orang lain, selalu mencari hal-hal yang
terbaik bagi kepentingan bersama dan lain sebagainya.
Dengan memerhatikan beberapa penjelasan tersebut, maka kajian terhadap filsafat
ini merupakan hal yang penting, terutama dalam rangka membangun kembali kejayaan
umat islam di masa sekarang dan yang akan datang.2
1
AbuddinNata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), cet.I, hlm.285.
2
AbuddinNata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), cet.I, hlm.288.
iv
II. Rumusan Masalah
v
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian dan Fungsi Filsafat
Secara etimologis, kata filsafat atau falsafah berasal dari bahasaYunani, yakni dari kata
philo yang berarti cinta, suka, dan senang, serta kata Sophia yang berarti pengetahuan dan
kebijaksanaan. Dengan demikian, philosophia berarti cinta, senang atau suka kepada
pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan.3 Berkaitan dengan ini, Al-Syaibani berpendapat,
bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha untuk
mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya, dan menciptakan sifat positif terhadapnya.
Dengan demikian maka filsafat dapat pula berarti mencari sesuatu, berusaha menautkan sebab
dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.4
Dengan melihat pada hakikat dan substansinya, para ulama menyamakan kata falsafah
dengan kata dengan kata hikmah yang berarti kebijakan atau wisdom. Kata hikmah ini
selanjutnya di hubungkan pula dengan kata-kata hikmah yang terdapat di dalam Al-Qur’an, pada
surat Al-Baqarah [2], ayat : 269 :
۟ َُّلأ ُ ۟ول
ِ وا ْٱْل َ ْل َٰ َب
َب ً ِشا ٓ ُۚ ُء َو َمنيُؤْ ت َْٱل ِح ْك َمةَفَقَدْأُوتِىَ َخي ًْرا َكث
ٓ َّ ِير ۗا َو ََمايَذَّ َّك ُرإ ْ ِيُؤْ ت
َ َىٱل ِح ْك َمةَ َمني
Artinya: "Allah menganugerahkan Al-Hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qurán dan
Al-Sunnah) kepada siapa yang di kehendaki-Nya. Dan barang siapa yang di anugerahi
hikmah, sungguh ia telah di anugerahi karunia yang banyak. Dan tak ada yang dapat
mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal. (QS. al-Baqarah (2): 269).
b) Al-Hikmah : - merupakan tujuan, inti, misi dan jiwa (spirit) dari ajaran islam,
yang dengannya ajaran islam akan memiliki daya dorong yang
kuat bagi pembinaan kepribadian hidup manusia agar menjadi
orang yang baik, memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi,
3
Abuddin Nata, filsafat pendidikan islam, ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), cet. I, hlm, 1.
4
Omar Mohammad ak-Toumy al-Syaibany, FalsafahPpendidikan Islam, (terj.)HasanLanggulung, dari, Falsafar al-
Tarbiyah al-Islamiyah, (Jakarta; BulanBintang, 1979), cet. I hlm.25.
5
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif (Jakarta: KENCANA, 2011), cet. l, hlm, 286.
1
jujur, amanah, ikhlas, tawakal, sabar, bersyukur, ridha, dan
sebagainya.6
Di samping mengembangkan ilmu-ilmu agama, seperti Tafsir, Hadis, Fiqih, dan Ilmu
Kalam. Berbagi masalah yang bersifat gagasan, pemikiren, renungan secara mendalam tentang
berbagi hal yang terdapat dalam kehidupan ini dapat di temukan oleh sebab itu umat islam
mengembangkan Filsafat Islam. Umat islam tidak akan terjebak kepada hal-hal yang bersifat,
lahiriyah, kosong tanpa makna,melainkan juga yang bersifat spirit yang beersifat bathiniyah dan
penuh makna.8
Sejarah islam mencatat, bahwa sejak abad pertengahan, yakni abad ke-16 hingga
sekarang umat islam terjebak pada bentuk doktriner, formalitas, ritualitas, tanpa makna dan tanpa
spirit, Hal ini terjadi karena pemikiran filsafat sudah di tinggalkan oleh umat islam. Kesadaran
untuk mempelajari kembali filsafat yang dapat melahirkan spirit mulai terjadi pada abad
moderen, yang di mulai pada akhir abad ke-18 yang setelah adanya proses interaksi antara umat
islam dankebudayaan barat yang di jumpai di Mesir, India dan lainnya, serta timbulnya
kesadarandari umat islam untuk membangun kembali dari keterbelakangannya.
6
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif (Jakarta: KENCANA, 2011), cet. l, hlm, 289.
7
Nasution Harun, islam ditinjau dari berbagai aspeknya, UI-Press 1985, hlm. 42
8
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, Kencana 2011, hlm. 285
2
Beragama itu harus dengan akal, dan tidak dapat di anggap sempurna keagamaan seseorangyang
tidak menggunakan akalnya.’’9
Dengan demikian filsafat islam dalam perkembangannya menjadi lebih mandiri dalam
berfikir tentang sesuatu, ia dapat berkembang dengan subur, memiliki ciri khas dan tidak
bertentangan dengan ajaran-ajaran pokok islam, walaupun secara umum di sadari pulabahwa
kebanyakan objek pembahasannya sama, yaitu soal tuhan, manusia dan alam.
a) Aliran Paripatetisme
Istilah paripatetik muncul sebagai sebutan bagi para pengikut Aristoteles. Paripatetik
sendiri berasal dari bahasa Yunani “paripatein” yang berarti berkeliling. Ciri khas aliran ini
secara metodologis adalah menggunakan logika formal yang berdasarkan penalaran akal
(silogisme), serta penekanan yang kuat pada daya-daya rasionalisme. Rasionalisme
(Rationalism) diartikan dengan pendekatan filosofis yang menekankan akal budi (rasio) sebagai
sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul atas, dan bebas dari pengaruh pengalaman
inderawi10
Terdapat beberapa ahli hikmah baik yang islam maupun non islam yang dikelompokkan
sebagai para filosof paripatetik. Dikatakan sebagai filosof paripatetik dikarenakan oleh landasan
epistemologi yang digunakan bagi filsafat mereka berdasarkan rasional murni. Para filosof
tersebut antara lain Plato, Aristoteles, Plotinus. Sementara dari dunia islam antara lain al-Kindi,
al-Farabi, dan Ibn Sina.
Sebelumnya, pemikiran Suhrawardi ini tidak terlalu di kenal apalagi di belahan Barat
sana. Namun atas jasanya Hanri Corbin seorang orientalis yang memfokuskan penelitian pada
Suhrawardi, akhirnya karyanya di publikasikan dan pemikirannya Suhrawardi dapat di kenal.
9
Abuddin Nata, studi islam komprehensif, Kencana 20011, hlm. 288.
10
Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), 929
11
Haidar Bagir, Buku saku Filsafat Islam. (Bandung: Mizan. 2006). Hlm.144
3
c) Aliran Vitalisme
Vitalisme berasal dari kata vitalism (Inggris) atau vitalis (Latin) yang berarti hidup atau
kehidupan (vita). Vitalisme merupakan teori ilmiah-filosofis tentang konstitusi batin makhluk
hidup. Konsep lain yang digunakan dalam pembahasan tentang prinsip kehidupan adalah
demiurge, elan vital, enteleki (entelechy, berarti potensialisasi atau aktualis), roh (nous) dan
psike. Dalam filsafat, vitalisme dipahami sebagai aliran yang menjadikan gejala kehidupan
sebagai masalah pokok untuk menjelaskan seluruh kenyataan. Vitalisme juga dapat dimaknai
aliran yang menilai baik buruknya perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada tidak adanya daya
hidup (Vital) yang maksimum mengendalikan perbuatan tersebut.12
12
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama ( Surabaya: Bina Ilmu, 1997), 97
4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat islam adalah sebuah upaya berpikir secara sistematis, radikal, mendalam
dan universal tentang segala sesuatu dalam batas-batas yang di bolehkan ajaran islam.
Filsafat islam berbeda dengan filsafat barat yang liberal. Filsafat islam tidak akan
membawa manusia mengingkari adanya Tuhan, Rasul, Al-Qur’an dan masalah akidah,
ibadah dan akhlak, melainkan akan memeperkuat dan memperteguh akidah, ibadah, dan
akhlak manusia.
Filsafat merupakan bagian dari kajian studi islam yang memiliki peran dan fungsi
yang sangat penting. Selain akan memperkuat akidah, ibadah dan akhlak, filsafat juga
akan membantu manusia dalam menemukan substansi, spirit, jiwa, power, dan hikmah
yang terkandung dalam ajaran islam. Dengan demikian, ajaran islam tidak akan terjebak
pada pendekatan doktriner dan formalitas yang tidak memiliki pengaruh terhadap jiwa,
pola pikir, sikap, dan perilaku manusia.
B. Saran
Dari pihak dosen, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaan makalah ini.
Untuk teman-teman mahasiswa penulis berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan, wawasan dan bahan bacaan. Kritik dan saran
yang membangun juga kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.