1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), Cet Ke-5, hal. 122
2
Rachmat Syafe’I, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: PT. Pustaka Setia, 2007), cet ke-3, hal. 50
اااا مع ملااىى بم مشاارر هماادن ق قم دد هر هه إه دذ مقاَ رلوُا مماَ أم دناامز مل ا ر ااا مح ا مو مماَ قم مد رروا ا م
ًب ا لا هذيِ مجاااَ مء هبااهه رموُ مسااىى رنااوُ ررا مو رهااردى مش دي رء ۗ قر دل مم دن أم دن مز مل ا دل هك متاَ م
َس تر دب ردو نم مهاَ مو تر دخ رفوُ من مك ثه يِااررا ۖ مو رع لل دم رتاادم مماااس ۖ تم دج مع رلوُ نم هر قم مرا هطيِ م هلل نا اَ ه
اااا ۖ رثااام مذ در هراادم هفااي مخ دوُ ه
ضااهه دم ملاادم تم دع لم رمااوُا أم دن تراادم مو مل آ بماااَ رؤ رك دم ۖ قرااهل ا ر
يم دل مع ربوُ من
“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang
semestinya, di kala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun
kepada manusia". Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat)
yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu
jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu
perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya,
padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu
tidak mengetahui(nya)?" Katakanlah: "Allah-lah (yang menurunkannya)",
kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka),
biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.”
b. QS. Al-An’am/6: 92
ي ى ى َّ يىر ىرد ىيلىذه ى َّ رولذىتِق ىلنى ىذذ ىرر ى َّ أقىمى ى َّا ل ىقى ىررىى ى ذ
صى ىددى ىقق ى َّا لمى ىذىىيِ َّبر ى ل ر
ذ
روىرهى ىرذىىا َّك ىتِرىىاَ ك
ب ى َّ أرىنَل ىرزل ىنرىىاَ هقى َّ قم ىبرىىاَ رركك ى َّ قم ى ر
صى ىرلى ىذتذى ىلم ى ذ ذ ذ ذ ذ
رورم ىلن ى َّ رح ىلورلىرىىاَ َّ ۚ َّ روا لمى ىذىىي رن ى َّ يقىلؤم ىنقىىورن ى َّ بذىىاَ للى ىخ ىررذة ى َّ يقىلؤم ىنقىىورن ى َّ بىذ ىه ى َّ ۖ َّ روقهى ىلم ى َّ رع ىلرى ىىى ى َّ ر
قير ىىاَ فذىظىقىونر
“Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang
diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan
agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah)
dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman
kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan
mereka selalu memelihara sembahyangnya.”
Pelajaran yang dapat di ambil dari QS. Al-An’am/6: 91-92 diatas yaitu :
kita sebagai umat islam harus beriman dan mengamalkan isi al-quran yang telah
Allah turunkan melalui rasul-Nya dan menjadikan Al-Quran sebagai pedoman
hidup sekaligus juga dasar atau sumber utama dalam memberikan pendidikan
agama Islam kepada keluarga dan masyarakat agar menjadi petunjuk ke jalan
yang lurus dan tidak tersesat seperti kaum-kaum terdahulu.
ا لى
“Alif laam miim.”
Tafsir Jalalain menafsirkan ayat (Alif laam miim) Allah yang lebih
mengetahui akan maksudnya. Sedangkan tafsir ayat di atas menurut Quraish
Shihab adalah bahwa Allah Swt. memulai dengan huruf-huruf eja ini untuk
menunjukkan mukjizat al-Qur'ân, karena al-Qur'ân disusun dari rangkaian huruf-
huruf eja yang digunakan dalam bahasa bangsa Arab sendiri. Meskipun demikian,
mereka tidak pernah mampu untuk membuat rangkaian huruf-huruf itu menjadi
seperti al-Qur'ân. Huruf-huruf itu gunanya untuk menarik perhatian pendengarnya
karena mengandung bunyi yang berirama.
Ayat 2
Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Kitab ini) yakni
yang dibaca oleh Muhammad saw. (tidak ada keraguan) atau kebimbangan
(padanya) bahwa ia benar-benar dari Allah swt. Kalimat negatif menjadi predikat
dari subyek 'Kitab ini', sedangkan kata-kata isyarat 'ini' dipakai sebagai
penghormatan. (menjadi petunjuk) sebagai predikat kedua, artinya menjadi
penuntun (bagi orang-orang yang bertakwa) maksudnya orang-orang yang
mengusahakan diri mereka supaya menjadi takwa dengan jalan mengikuti perintah
dan menjauhi larangan demi menjaga diri dari api neraka.
Sedangkan tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa inilah
kitab yang sempurna, yaitu al-Qur'ân yang telah Kami turunkan. Orang-orang
yang berakal sehat tidak akan dihinggapi rasa ragu bahwa al-Qur'ân diturunkan
oleh Allah Swt. dan membenarkan apa-apa yang tercakup di dalamnya berupa
hukum, kebenaran dan petunjuk yang berguna bagi orang-orang yang siap
mencari kebenaran, menghindari bahaya dan sebab yang menjurus kepada
hukuman.
Ayat 3
صى ىرلى ىرة ى روذمىم ىىاَ رررزقَل ىنرىىاَ قه ىلم ى يقىلن ىذف ىقىىورن ى
ب ى رويقىذق ىيِ قمىىورن ى ال م
ا لىمىذذىىي ن ى يقىلؤذم ىنىقىورن ى بىذىاَ ل ىغرىليِ ى ذ
ر
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat,
dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada
mereka.”
َص ىددى ىقَىدىاَ َّ لذىرمىىا ذ ذ قَقىلل ى َّ رم ىلن ى َّركىىاَ رن ى َّ رع ىقد ىووا َّ ذلذى ى لذبىىي رل ى َّ فرىذإى نَىىمىهقى َّ نَر ىمزلرىهقى َّ رع ىلرىىى ى َّ قَر ىل ىبذى ر
ك ى َّ بذىذإىلذ ىن ى َّال لىم ىه ى َّ قم ى ر
يى ى ذ ذذ ذ
يى ى َّ يرىرد ىيلىه ى َّ روقه ىددىىى َّ روبقىلش ىررىى ى َّ ل ىل ىقم ىلؤم ىن ى ر بر ى ل ر
“Katakanlah: Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu
telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah;
membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk
serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”
ت ى َّ ذم ىرن ى َّا لىقىرد ىىى ى رش ىه ىر ى َّ رم ىضىىاَ رن ى َّا لىم ىذذىىيِ َّ أقىنَلىذزرل ى َّ فذىيِ ذه ى َّا ل ىق ىرآْ قن ى َّ ه ىددىىى َّ لىذىل نمىىاَ ذس ى َّ وب ىيِدى ىنرىىاَ ت
رر ل ق ل ق رر ر
ذ ذ
روا لىقف ىلرقَىرىاَ ن ى َّ ۚ َّ فرىرم ىلن ى َّ رش ىذه ىرد ى َّ م ىلن ىقك ىقم ى َّ ال مشى ىله ىرر ى َّ فر ىل ىيِرى ق
ص ىلم ىهقى َّ ۖ َّ رورم ىلن ى َّ رك ىاَ رن ى َّ رم ىذري د
ضىىاَ َّ أرىلو ى َّ رع ىلرىىى ى
رس ىرف ىتر ى َّ فرىعذىمدى ىةكى َّ ذم ىلن ى َّ أرىيمىىاَتم ى َّ أقىرخ ىرر ى َّ ۗ َّ يقىذري قد ى َّ ال لىم ىهقى َّ بذىقك ىقم ى َّ ا لىيِقىلس ىرر ى َّ رورلى ى َّ يقىذري قد ى َّ بذىقك ىقم ى َّ ا لىعقىلس ىرر ى
رولذىتِقىلك ىذم ىلقىوا َّ ا لىعذىمدى ىرة ى َّ رولذىتِقىرك ىبدى ىقروا َّ ال لىم ىهرى َّ رع ىلرىىى ى َّ رمىىاَ َّ ره ىردىىاقك ىلم ى َّ رولرىرع ىلىم ىقك ىلم ى َّ ترىلش ىقك ىقرورن ى
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu
hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu
ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya
kamu bersyukur.”
Dari penjelasan tentang QS. Al-Baqarah/2: 1-5, 97, 185 dapat diambil
sebuah kesimpulan bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup, petunjuk bagi orang-
orang yang beriman dan bertaqwa. Al-Qur’an juga memberikan kita
pendidikan/pelajaran untuk membedakan yang baik dan buruk, yang Haq dan
Bathil. Dalam kaitannya dengan dengan Filsafat (Ilmu) Pendidikan Islam dimensi
Epistemologi, melalui ayat-ayat di atas, kita dapat mengetahui bahwa hakikat
sumber ilmu itu adalah dari Allah SWT, karena Malaikat Jibril menurunkan Ayat-
ayat Al-Qur’an ke dalam hati Nabi Muhammad SAW atas ijin Allah SWT.
ت رهااان أر مم ا دل هك متاااَ ه
ب ت رم دح مك مماااَ ت ك ا دل هك متاَ م
ب هم دن هر آ مياااَ ت هر موُ ا لا هذيِ أم دن مز مل مع لم ديِ م
ت ۖ فم أ م ام اَ ا لا هذي من هفي قر رلوُ به هه دم مز دي تغ فم يِم تا به رعااوُ من مماااَ تم مشاااَ بم هم مو أر مخ رر رم تم مشاَ به مهاَ ت
هم دنااهر ا دب ته مغاااَ مء ا دل فه دت منااهة موا دب ته مغاااَ مء متااأد هوي له هه ۗ مو مماااَ يم دع ملاارم متااأد هوي لم هر إه ال ا ر
ۗ اااا
َموال ار ا هس رخوُ من هفي ا دل هع دلااهم يم رقوُ لرااوُ من آ مم اناااَ بهااهه ركاالُل هماادن هع دنااهد مر بل مناااَ ۗ مو ممااا
يم اذ اك رر إه ال رأو رلوُ ا دلم دل مباَ ه
ب
“Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di
antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al
qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang
yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti
sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk
menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang
mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam
ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat,
semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”
3
Depag, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Ilmu, 2009), hlm. 92
(adalah sebelumnya) yakni sebelum kebangkitannya (benar-benar dalam kesesatan
yang nyata) atau jelas.
Kemudian tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa Allah
telah berbuat baik kepada orang-orang Mukmin terdahulu yang hidup bersama
Nabi, dengan mengutus kepada mereka seorang rasul dari bangsa mereka sendiri.
Yaitu, seorang rasul yang membacakan ayat-ayat kitab suci, membersihkan
mereka dari keyakinan yang salah, dan mengajari mereka ilmu al-Qur'ân dan
teladan. Sebelum diutusnya rasul itu, mereka berada dalam kebodohan,
kebingungan dan perasaan tidak berarti.
Pada Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an dijelaskan “...Dan mengajarkan kepada
mereka al-Kitab dan al-Hikmah...” orang-orang yang dituju dalam firman ini
adalah orangorang pribumi yang bodoh-bodoh, yang tidak tahu tulis baca dan
lemah pikirannya. Mereka tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun yang
berbobot untuk ukuran internasional dalam bidang apapun. Mereka pun tidak
mempunyai cita-cita yang besar dalam kehidupan mereka yang melahirkan
pengetahuan yang bertaraf internasional dalam bab apapun.
Maka risalah inilah yang menjadikan mereka sebagai guru jagad, hukama
atau pemberi kebijakan dunia, dan pemilik akidah, pemikiran, sistem sosial, dan
tata aturan yang menyelamatkan manusia secara keseluruhan dari Jahiliahnya
pada masa itu. Mereka dinantikan peranannya dalam perjalanan ke depan untuk
menyelamatkan kemanusiaan dari kejahiliahan modern yang mengekspresikan
segala ciri khas jahiliyah tempo dulu, baik dalam bidang akhlak, sistem sosial
kemasyarakatan, maupun mengenai pandangan mereka terhadap sasaran dan
tujuan hidup, meskipun sudah terbuka bagi mereka ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan materi, produk-produk perindustrian, dan kemajuan peradaban.
“...Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-
benar dalam kesesatan yang nyata.” Mereka, sebelum kedatangan Nabi SAW.,
benar-benar pada kesesatan dalam konsepsi dan keyakinan, pemahaman terhadap
kehidupan, tradisi, dan perilaku, peraturan dan perundang-undangan, dan bidang
kemasyarakatan dan moral.4
4
Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur‟an, terj. As‟ad Yasin, dkk...(Jil.2, Jakarta: Gema Insani Tahun
2000). hlm. 205.
Kandungan yang dapat kita peroleh dari QS. Ali Imron/3: 7, 164 adalah
bahwa Allah SWT memberitakan tentang keagunganNya dan kesempurnaan
pengaturanNya, yaitu bahwa Dia-lah yang Esa yang menurunkan kitab yang
agung ini, yang tidak ditemukan dan tidak akan ditemukan tandingannya dan
semisalnya dalam petunjuk, keindahan bahasa, kemukjizatan dan kebaikannya
bagi makhluk. Dan bahwasanya Al-Qur’an mencakup yang muhkam yang jelas
sekali artinya, yang terang yang tidak serupa dengan lainnya, dan juga mencakup
ayat-ayat mutasyabihat yang mengandung beberapa arti yang tidak ada satupun
dari arti-arti itu yang lebih kuat hanya dengan ayat tersebut hingga disatukan
dengan ayat yang muhkam. Ayat-ayat mutasyabihat itu diturunkan untuk
memotivasi para ulama (ahli ilmu agama/umum) agar giat melakukan studi,
pendidikan, pengajaran, menelaah, menalar, berpikir, teliti dalam berijtihad dan
menangkap pesan-pesan agama. Orang-orang yang hatinya condong kepada
kesesatan, mengikuti ayat-ayat mutasyâbihât untuk menebar fitnah dan untuk
menakwilkan sesuka hati mereka.
Orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit, penyimpangan dan
penyelewengan karena niat mereka yang buruk akhirnya mereka mengikuti ayat-
ayat yang mutasyabih tersebut, mereka mengambil-nya sebagai dalil demi
memperkuat tulisan-tulisan mereka yang batil dan pemikiran-pemikiran mereka
yang palsu, hanya untuk mengobarkan fitnah dan penyimpangan terhadap
kitabullah, serta menjadikannya sebagai tafsiran untuknya sesuai dengan jalan dan
madzhab mereka yang akhirnya mereka itu tersesat dan menyesatkan.
Adapun orang-orang yang berilmu lagi mendalam ilmunya yang ilmu dan
keyakinan telah mencapai hati mereka, lalu membuah-kan bagi mereka perbuatan
dan pengetahuan maka mereka ini mengetahui bahwa al-Qur’an itu semuanya dari
sisi Allah, dan bahwa semua yang ada di dalamnya adalah haq, baik
yang mutasyabih maupun yang muhkam, dan bahwasanya yang haq itu tidak akan
saling bertentangan dan saling berbeda. Dan karena ilmu mereka bahwa ayat-ayat
yang muhkam mengandung makna yang tegas dan jelas, dan kepadanya mereka
mengembalikan ayat-ayat mustasyabih yang sering menimbulkan kebingungan
bagi orang-orang yang kurang ilmu dan pengetahuannya.
4. QS. Al-Isra’/17: 9, 82
a. QS. Al-Isra’/17: 9
يى ى َّا لىمىذذىىي رن ى َّير ىلعىرم ىلىقىورن ى ذذ ذ ذ ذ
إذىمنى ى َّ ىرهى ىرذىىا َّا لىق ىلرآْ رن ى َّير ىلهىدىىيِ َّ ل ىلىم ىذتى ى َّ ه ىري ى َّ أرىقَل ىروقم ى َّ رويقىبرىدشى ىقر ى َّا لىقم ىلؤم ىن ى ر
صىىاَ ذل ىىاَ ذ
ت ى َّ أرىمنى ى َّ رلىقىلم ى َّ أرىلج ىدرا َّرك ىبذىديا ال م ر
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”
b. QS. Al-Isra’/17: 82
B. Penutup