Anda di halaman 1dari 2

Mengenal Bahaya Cacing Pita, Cara Deteksi, dan Pencegahannya Kompas.

com - 30/03/2018,
17:35 WIB Tim FK UISU Medan saat menunjukkan cacing pita, Senin
(26/3/2018).(KOMPAS.com/Tigor Munthe) KOMPAS.com - Cacing adalah hewan yang sangat
mudah ditemui. Cacing sendiri punya banyak jenis, beberapa di antaranya menyimpan bahaya bagi
manusia. Di antara banyak jenis cacing parasit, salah satunya adalah cacing pita. Cacing pita dapat
masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan penyakit. Dalam bahasa medis, infeksi cacing pita disebut
dengan Taeniasis. Lantas, apa akibatnya bila cacing pita masuk ke dalam tubuh? Sejauh apa
bahayanya untuk tubuh? Sebelum menjawab bahaya cacing pita, kita perlu tahu bagaimana hewan
ini masuk ke tubuh manusia. Baca juga: BPOM: 27 Merek Ikan Makarel Kalengan Positif Terinfeksi
Parasit Cacing Ada dua jenis utama parasit penyebab infeksi cacing pita: Taenia saginata yang
berasal dari sapi dan Taenia solium yang berasal dari babi. Parasit ini dapat masuk ke dalam tubuh
manusia melalui daging yang terkontaminasi atau daging yang tidak dimasak dengan benar. Setelah
makanan tersebut dicerna, kepala cacing pita akan menempel kuat ke dinding usus halus manusia.
Cacing ini kemudian tumbuh besar dan berkembang biak dengan menyerap gizi makanan yang
Anda makan sehari-hari. Parasit ini kemudian meneteskan telur dan ditumpahkan untuk dikeluarkan
bersama feses. Orang yang terkena taeniasis biasanya tidak merasakan gejala apapun. Itu
sebabnya banyak yang sebenarnya sudah sakit, tapi tidak menyadarinya. Namun, gejala awal yang
mungkin tampak dari taeniasis adalah mual, lemah, nafsu makan menurun, dan diare. Jenis gejala
dan tingkat keparahannya akan tergantung pada seberapa lama waktu infeksi dalam tubuhnya.
Infeksi Karena taeniasis umumnya tidak menimbulkan gejala, infeksi ini justru harus diwaspadai.
Pasalnya, larva cacing mampu bertahan hidup di dalam tubuh manusia hingga 30 tahun lamanya.
Semakin infeksi dibiarkan, maka risiko komplikasi bisa terjadi kapan saja. Jika larva cacing sampai
keluar dari usus dan membentuk kista di jaringan lain, maka infeksi ini dapat menyebabkan
kerusakan organ dan jaringan. 1. Alergi Kista cacing pita bisa saja pecah dan melepaskan lebih
banyak larva di dalam tubuh. Larva ini dapat berpindah dari satu organ ke organ lain yang kemudian
membentuk kista tambahan. Baca juga: Kabar Baik, Cacing Parasit Sepanjang 1 meter ini Sudah
Hampir Dibasmi Kista yang pecah atau bocor dapat menyebabkan reaksi yang mudah dikenali
tubuh, seperti alergi, gatal-gatal, bengkak, dan sulit bernapas. 2. Gangguan sistem saraf pusat
Neurosistiserkosis adalah salah satu bentuk komplikasi taeniasis yang terjadi ketika larva berhasil
menginfeksi otak. Neurosistiserkosis merupakan gangguan sistem saraf pusat yang disebabkan
oleh adanya kista cacing di bagian otak dan sumsum tulang belakang. Akibatnya, penderita akan
kejang-kejang dan merasakan gejala yang mirip dengan tumor otak. Sementara itu, kista spinal
dapat menyebabkan penurunan kelemahan secara umum hingga penderita mengalami kesulitan
berjalan. Lebih parahnya lagi, komplikasi infeksi ini dapat menyebabkan meningitis, hidrosefalus,
demensia, bahkan kematian. 3. Komplikasi fungsi organ Selain menginfeksi organ pencernaan,
infeksi parasit ini juga dapat keluar dari usus dan memengaruhi organ tubuh lainnya. Larva parasit
yang mencapai organ jantung dapat menyebabkan aritmia jantung atau bahkan gagal jantung.
Sementara dalam kasus yang jarang, cacing pita yang menginfeksi mata dapat membentuk lesi
mata dan menyebabkan hilangnya penglihatan atau kebutaan. Tanpa disadari, kista bisa tumbuh
dan menyebar di seluruh tubuh. Akibatnya, tekanan pada pembuluh darah menjadi tersumbat dan
menghalangi sirkulasi darah. Ini sebabnya pembuluh darah bisa pecah hingga membutuhkan
operasi darurat atau transplantasi organ yang terinfeksi. Baca juga: Belasan Orang Rela Disuntik
Cacing Mematikan, Untuk Apa? 4. Terjadinya penyumbatan pada organ pencernaan Cacing yang
menginfeksi tubuh secara terus menerus akan tubuh dan berkembang. Jika cacing pita tumbuh
terlalu besar, maka parasit ini bisa menyebabkan penyumbatan, biasanya terjadi pada usus, saluran
empedu, usus buntu, atau pankreas. Deteksi dan Pencegahan Karena infeksi cacing pita cenderung
tidak menimbulkan gejala, maka akan sangat sulit untuk mendeteksi keberadaan cacing pita di
dalam tubuh. Namun, Anda bisa berkonsultasi pada dokter dan melakukan pemeriksaan feses guna
melihat kemungkinan adanya jenis parasit ini dalam tubuh Anda. Sebelum jatuh sakit, pastikan Anda
sudah melakukan berbagai upaya pencegahan agar terhindar dari Taeniasis. Caranya mudah dan
sederhana, kok. Berikut tips-tipsnya: Cuci tangan pakai sabun dan air yang mengalir sebelum
makan atau memegang makanan dan setelah ke toilet. Cuci setiap bahan makanan dengan air
mengalir hingga benar-benar bersih. Masak daging pada suhu minimal 63 derajat Celcius untuk
membunuh telur atau larva cacing pita. Bekukan daging selama 7 sampai 10 hari dan ikan minimal
24 jam di dalam freezer dengan suhu – 35 derajat Celcius untuk membunuh telur dan larva cacing.
Hindari konsumsi daging yang mentah, baik itu daging babi, daging sapi, maupun ikan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Bahaya Cacing Pita, Cara Deteksi,
dan Pencegahannya", https://sains.kompas.com/read/2018/03/30/173500223/mengenal-bahaya-
cacing-pita-cara-deteksi-dan-pencegahannya?page=all.

Editor : Resa Eka Ayu Sartika

Anda mungkin juga menyukai