Anda di halaman 1dari 6

1.

TUJUAN
Tujuan dari praktikum pembuatan pestisida nabati adalah untuk mengetahui teknik-teknik
pembuatan pestisida nabati dan mengetahui manfaat pestisida nabati.
2. DASAR TEORI
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian
tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk,
antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan
cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil
abunya dan digunakan sebagai pestisida. Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang
baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak
pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa
memakai bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman.
Pada tahun 40 –an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati sebagai
pestisida, diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama serangga (Thamrin
dkk, 2008).
Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji,
kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit sekunder atau senyawa bioaktif. Beberapa
tanaman telah diketahui mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau
menolak serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang mengandung senyawa-
senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau
mengubah perilaku serangga (Supriyatin dan Marwoto, 2000).
Pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam seperti
tumbuhan. Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama
dengan cepat Pestisida nabati bersifat ramah lingkungan karena bahan ini mudah terdegradasi di
alam, sehingga aman bagi manusia maupun lingkungan. Selain itu pestisida nabati juga tidak akan
mengakibatkan resurjensi maupun dampak samping lainnya, justru dapat menyelamatkan
musuhmusuh alami (Untung, 1993).
Secara ekonomis, maka biaya pestisida nabati yang dikeluarkan petani relatif lebih ringan
dibanding pestisida sintetis, di mana harga pestisida sintetis di era sekarang lebih mahal. Pestisida
nabati/ alami diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang
tumbuh di sekitar kita. Pestisida nabati relatif lebih mudah dibuat dan didapat oleh petani dengan
kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Dari sisi lain pestisida alami/ nabati, mempunyai
keistemewaan yang bersifat mudah terurai di alam, sehingga tidak mencemari lingkungan dan
relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati
bersifat lebih aman dan nyaman, yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu
(bersifat kontak) dan setelah hamanya terbunuh, maka residunya akan cepat menghilang di
alam. Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi.
Penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu
penggunaan pestisida sintetis, tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif agar pengguna tidak
hanya tergantung kepada pestisida sintetis dan agar penggunaan pestisida sintetis dapat
diminimalkan, sehingga kerasakan lingkungan yang diakibatkannyapun diharapkan dapat
dikurangi dan waktunya kerasakan lingkungan dapat diperlambat pula. Kegunaan Pemakaian
Pestisida Nabati : Untuk meminimalkan pemakaian pestisida sintetis sehingga dapat mengurangi
kerasakan lingkungan; Untuk mengurangi biaya usahatani yang mana bahan
pestisida nabati mudah didapat yang tumbuh di sekitar kita dan mudah dibuat oleh siapapun
khususnya para petani; Tidak membahayakan kesehatan bagi manusia dan ternak peliharaan
(Anonim,2010).
3. ALAT DAN ABAHAN
Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan pestisida nabati adalah, ember, isolasi
atau lakban.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan pestisida nabati adalah daun gamal, gula
merah, dan air serta sabun colek.
4. PROSEDUR KERJA
dapun prosedur percobaan pembuatan pestisida adalah :
1. Haluskan daun gamal dengan menggunakan blender.
2. Setelah daun gamal halus, masukkan kedalam ember dan tambahkan air dengan
perbandingan 1:1.
3. Tambahkan dan gula merah ke dalam larutan daun gamal.
4. Aduk hingga merata
5. Olesi penutup ember dan mulut ember dengan menggunakan sabun colek agar tidak ada
lalat yang mendekat.
6. Tutup ember dan beri isolasi pada bagian pinggirnya agar udara tidak dapat masuk.
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan bahan aktif daun gamal adalah tanin. Ekstrak pestisida daun gamal efektif
untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Daun gamal dapat digunakan sebagai insektisida
jika ditambah dengan minyak tanah dan detergen. Ekstrak daun gamal tanpa tambahan minyak
tanah harus dilakukan dengan hati2. Penggunaan minyak tanah yang terlalu sering menyebabkan
daun terbakar. Penggunaan minyak tanah mendekati saat panen dapat menimbulkan bau pada hasil
pertanian.
Penambahan gula merah pada pembuatan pestisida nabati berfungsi sebagai makanan
mikroba pengurai agar mikroba dapat brfungsi dengan baik dalam pembuatan pestisida nabati.
Dalam pembuatan pestisida nabati harus ditutup dan diberi sabun colek agar tidak ada
mikroorganisme pengganggu yang bisa masuk yang dapat mengganggu proses penguraian atau
proses pembuatan pestisida. Pestisida merupakan campuran dari berbaga senyawa-senyawa kimia
yang mampu membasmi berbagai organisme pengganggu tanaman. Ada beberapa jenis pestisida,
yaitu insektisida untuk mengendalikan hama (serangga pengganggu), herbisida (untuk
mengendalikan gulma), nematisida (untuk mengendalikan nematoda), dan bakterisida untuk
mengandalikan batkeri penyebab penyakit. Berdasarkan sumber bahannya pestisida ada dua, yaitu
pestisida sintetik dan pestisida nabati. Pestisida sintetik dibuat dari bahan-bahan kimia (non alami)
biasa diproduksi di pabrikan, sedangkan pestisida nabati dibuat dari bahan-bahan nabati (alami),
dari tumbuh-tumbuhan atanu tanaman yang mengandung senyawa-senyawa yang bisa
mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Berhubung penggunanaan pestisida sintetik
mulai dirasakan dampak negatifnya, maka mulai diadakan konversi penggunaan pestisida yang
berasal dari bahan-bahan alami (pestisida nabati).
Pestisida nabati ini tidak menimbulkan efek racun sebagaimana jika menggunakan
pestisida sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Hal inilah yang menjadi salah satu
keunggulan dari penggunaan pestisida nabati. Beberapa keunggulan yang lain yaitu biaya
pembuatan pestisida nabati ini sangat terjangkau, sehingga bisa diterapkan oleh berbagai kelas
petani, dari petani yang berekonomi rendah sampai yang berekonomi tinggi dan tidak
meninggalkan residu yang berbahaya, yang bisa mencemar lingkungan terutama air tanah yang
nantinya akan dikonsumsi manusia yang akibatny bisa keracunan. Oleh karena sifatnya yang
ramah ligkungan da bernilai ekonomi, penggunaan pestisida nabati ini merupakan inovasi yang
cukup baik untuk dikembangkan juga turut mendukung terciptanya sistem pertanian yang
berkelanjutan. Pestisida nabati yang saat ini sering digunakan adalah untuk pengendalian hama,
jadi dalam hal ini digunakan sebagai insektisida. Beberapa tumbuhan yang bisa digunakan sebagai
pestisida nabati adalah daun mimba, daun pacar cina, daun sirsat, dan daun mindi. Beberapa jenis
daun dari tumbuh-tumbuhan tersebut mengandung senyawa-senyawa yang merupakan bahan aktif
dalam insektisida, sehingga bisa digunakan secara langsung sebagai insektisida nabati. Pestisida
nabati diaplikasikan dalam bentuk ekstrak dari tumbuh-tumbuhan tersebut, berupa larutan cair
hasil dari pengekstrakan daun-daun dari beberapa jenis tumbuhan yang telah disebutkan
sebelumnya. Untuk pengaplikasiaannya bisa langsung disemprotkan pada bagian tanaman yang
terserang. Pestisida berbahan nabati bersifat sebagai racun perut yang tidak membahayakan
terhadap musuh alami atau serangga bukan sasaran, sehingga penggunaan pestisida berbahan
nabati dapat dikombinasikan dengan musuh alami.
Selain memiliki senyawa aktif utama dalam ekstrak tumbuhan juga terdapat senyawa lain
yang kurang aktif, namun keberadaannya dapat meningkatkan aktivitas ekstrak secara keseluruhan
(sinergi). Serangga tidak mudah menjadi resisten terhadap ekstrak tumbuhan dengan beberapa
bahan aktif, karena kemampuan serangga untuk membentuk sistem pertahanan terhadap beberapa
senyawa yang berbeda sekaligus lebih kecil daripada terhadap senyawa insektisida tunggal. Selain
itu cara kerja senyawa dari bahan nabati berbeda dengan bahan sintetik sehingga kecil
kemungkinannya terjadi resistensi silang. Pada umumnya pestisida sintetik dapat membunuh
langsung organisme sasaran dengan cepat. Hal ini berbeda dengan pestisida nabati, sebagai contoh
insektisida nabati yang umumnya tidak dapat mematikan langsung serangga, biasanya berfungsi
seperti berikut: Refelen, yaitu menolak kehadiran serangga terutama disebabkan baunya yang
menyengat, Antifidan menyebabkan serangga tidak menyukai tanaman, misalnya disebabkan rasa
yang pahit, Attraktan sebagai pemikat kehadiran serangga yang dapat digunakan sebagai
perangkap, mencegah serangga meletakkan telur dan menghentikan proses penetasan telur,
pestisida nabati bersifat racun syaraf dan mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga.
Pada praktikum ini bahan alami yang digunakan sebagai bahan baku pestisida nabati adalah nimba,
lengkuas, serai, daun sirsak, dan daun tembakau.
Bahan-bahan tersebut memiliki kandungan kimia yang berbeda, sehingga sasaran hama yang
ditujupun juga berbeda. Berikut keterangan dari bahan-bahan baku tersebut : 1) Mimba
(Azadirachta indica) Daun dan biji dari tanaman mimba dapat digunakan untuk mengendalikan
ulat, kumbang, serta kutu daun yang selalu menyerang tanaman pangan dan hortikultura. Zat yang
terkandung dalam mimba mampu menghambat pertumbuhan serangga hama. Tanaman mimba
mengandung zat azadirachtan, triol, salanin, dan nimbin. Tanaman ini dapat mengendalikan OPT
seperti : Helopeltis sp,; Empoasca sp.; Tungau jingga (Erevipalpis phoenicis), ulat jengkal
(Hyposidra talaca), Aphis gossypii, Epilachna varivestis, Fusarium oxyporum, Pestalotia, sp.;
Phytophthora sp.; Heliothis armigera, pratylenchus sp.; Nilaparvata lugens. 2) Sirsak (Annona
muricata L.) Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati daun sirsak
efektif untuk mengendalikan hama trip. Jika ditambahkan daun tembakau dan sirsak akan efektif
mengendalikan hama belalang dan ulat. Sedangkan jika ditambahkan jeringau dan bawang putih
akan efektif mengendalikan hama wereng coklat. OPT sasaran : wereng batang coklat. 3) Lengkuas
(Alpinia galanga SW.). Daun lengkuas memiliki bahan aktif berupa tanin, saponin, alkaloid,
terpenoid dan flavanoid yang dapat digunakan untuk mengendalikan serangga. 4) Sirih (Piper
betle) Kandungan kimia daun sirih adalah minyak atsiri 0,8 - 1,8 % (terdiri atas chavikol,
chavibetol (betel phenol), allylprocatechol (hydroxychavikol), allypyrocatechol-mono dan
diacetate, karvakrol, eugenol, p.cymene, cineole, caryophyllene, cadinene, esragol, terpenena,
seskuiterpena, fenil propane, tannin, diastase, karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin
C, gula, pati dan asam amino. Chavikol yang menyebabkan sirih berbau khas dan memiliki khasiat
antibakteri (daya bunuh bakteri lima kali lebih kuat daripada fenol biasa). Selain itu, kandungan
bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk
mengendalikan hama penghisap. 5) Serai (Andropogon nardus L.) Daun serai wangi (Andropogon
nardus L.). Serai wangi memiliki kandungan kimia yang terdiri dari saponin, flavonoid, polifenol,
alkaloid dan minyak atsiri. Minyak atsiri serai wangi terdiri dari sitral, sitronelal, geraniol, mirsena,
nerol, farsenol, metilheptenon, dipentena, eugenol metil eter, kadinen, kadinol dan limonene.
Senyawa geraniol dan sitronellal dilaporkan dapat berfungsi sebagai fungisida nabati. Eugenol
yang terkandung dalam serai wangi mempunyai pengaruh dalam menghambat pertumbuhan dan
perkembangan jamur patogen. Tanaman ini dapat mengendalikan Tribolium sp,; Sitophilus sp.;
Callosobruchus sp.; Meloidogyne sp.; dan Pseudomonas sp. 6) Rimpang Jeringau, Rimpang
jeringau mengandung bahan aktif arosone, kalomenol, kalomen, kalameone, metil eugenol yang
jika dikombinasi dengan bahan aktif daun sirsak akan efektif mengendalikan hama wereng.
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa ekstrak daun mimba, ekstrak daun sirsak,
ekstrak daun sirih-tembakau, dan ekstrak belengse dari karakter fisik (warna dan endapan) sama,
secara umum ekstrak yang terbentuk berwarna korelasi hijau dan semua ekstrak kecuali ekstrak
daun sirih-tembakau terdapat endapan yang merupakan suspensi dari ekstrak yang telah dibuat.
Pada saat baru diekstrak semua perlakuan daun beraroma menyengat daun (aroma bisa dipengaruhi
dari berbagai zat yang terkandung di dalam ekstrak).
Hal ini menunjukkan bahwa senyawa-senyawa yang terkandung di dalam ekstrak, yang
berupa senyawa fenol pada daun bereaksi sehingga menimbulkan aroma pada setiap perlakuan.
Selain berbahan baku ekstrak daun, pembuatan pestisida nabati juga ditambahkan senyawa pelarut
seperti sabun colek dan alkohol. Penambahan sabun colek pada ekstrak daun-daun tersebut
bertujuan agar bisa merekatkan berbagai senyawa yang terdapat pada larutan ekstrak nabati, yang
pada dasarnya saling terlepas, sehingga dengan adanya penambahan detergen diharapkan
senyawa-senyawa (senyawa yang mengandung bahan aktif untuk mengendalikan hama) tersebut
saling berikatan, sehingga pestisida nabati akan menjadi cukup efektif dalam mengendalikan
hama, juga agar pestisida nabati ini saat disemprotkan bisa melekat cukup lama pada tanaman.
Setelah disimpan selama 24 jam, terjadi perubahan aroma dan perubahan warna pada ekstrak.
Secara umum aroma ekstrak yang tadinya menyengat dan beraroma sabun colek menjadi lebih
meningkat dan warna ekstraknya pun menjadi lebih kecoklatan dan kekuningan. Pada ekstrak daun
mimba setelah setelah disimpan sehari warnanya cenderung sama yaitu hijau, namun aroma
ekstrak ini berubah menjadi aroma mirip bawang putih.
Untuk ekstrak daun sirsak, warnanya juga tidak terlihat mengalami perubahan yaitu tetap
hijau tua, sedangkan aromanya berubah semakin menyengat. Ekstrak daun sirih-tembakau, ekstrak
ini menggunakan dua bahan yang sama-sama beraroma kuat, namun sejak pertama hingga hari
kedua aroma ekstrak ini lebih kuat beraroma daun sirih, dibandingkan aroma daun tembakau.
Ekstrak balengse juga terbuat dari beberapa bahan baku, yaitu mimba, lengkuas dan serai. Bahan-
bahan tersebut memiliki aroma kuat dan bisa dibedakan dengan jelas. Namun setelah dari awal
pengamatan hingga hari kedua aroma serai lebih tercium kuat daripada bahan lain, sedangkan
warna ekstrak ini berubah menjadi hijau kekuningan.
Pada pengamatan hari ke-3,atau pengamatan terakhir secara umum aroma ekstrak yang
tadinya menyengat menjadi lebih meningkat dan warna ekstraknyapun menjadi kekuningan dan
kehitaman. Ekstrak daun mimba diakhir pengamatan diketahui berwarna tetap seperti semula,
yaitu hijau, beraroma bawang putih menyengat, dan terbentuknya endapan. Untuk ekstrak daun
sirih warnanya berubah menjai hijau kehitaman, beraroma menyengat dan terbentuk endapan.
Ekstrak daun sirih-tembakau telah berubah warna menjadi hijau kekuningan, aroma daun sirih
semakin menyengat meskipun sampai akhir pengamatan tidak ada endapan. Ekstrak balengse telah
berubah warnanya menjadi kuning kehijauan, bau serai semakin menyengat dan endapan putih
telah terbentuk. Penyebab ekstrak beraroma lebih menyengat bisa dikarenakan adanya fermentasi
pada ekstrak tersebut yang kemungkinan besar adanya peran dekomposisi dari mikrobia yang
mungkin terlarut dalam ekstrak sehingga muncul aroma yang lebih busuk, sebagaimana sampah-
sampah organik yang jika dibiarkan akan semakin beraroma busuk. Sedangkan terjadi perubahan
warna bisa karena terjadi pengendapan (suspensi yang mengandung warna hijau akibat klorofil
terendapkan) sehingga larutan nampak lebih coklat bida juga warna hijau yang ditimbulkan
klorofil mulai hilang karena klorofil sudah mulai rusak tidak ada produksi klorofil sebagaimana
dedaunan yang masih melekat pada pohon, sehingga semakin lama klorofil daun akan rusak dan
warna hijaunya mulai terdegradasi menjadi lebih kecoklatan. Endapan yanng terjadi semakin
banyak. Walaupun pestisida nabati banyak keunggulannya dibandingkan dengan pestisida sintetik,
keefektifannya dalam mengendalikan hama masih lebih efektif jika menggunakan pestisida kimia
karena memang diproduksi dari bahan-bahan beracun, sehingga jika menggunakan pestisida nabati
perlu pengaplikasian yang lebih sering dibandingkan pengaplikasan pestisida sintetik. Hal tersebut
dibuktikan pada pembuatan pestisida nabati pada praktikum ini yang selalu mengalami perubahan
indikator setelah melewati masa penyimpanan.
6. KEIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Teknik-teknik pembuatan pestisida nabati yaitu: bahan dasar dihaluskan terlebih dahulu,
dicampur dengan gula merah, dan ditutup rapat.
2. Manfaat pestisida nabati adalah Sebagai bahan kimia dari tumbuhan; Dapat digunakan
sebagai agen pengendalian hama; Bersifat mematikan hama dengan cepat; Bersifat sebagai
zat menghambat perkembangan serangga/hama; Bersifat sebagai zat pemikat; Bersifat
sebagai zat penolak; Bersifat sebagai zat penghambat makan.
7. DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2010. Pembuatan Pestisida Nabati. http://www.shvoong.com. Diakses: Makassar, 8
April 2012
Untung, 1993. Pestisida Alami ( Nabati). Jakarta: Erlangga.
Thamrin dkk,2008. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa Sebagai Pestisida Nabati. Jakarta: balai
pertanian lahan rawa
Supriyatin dan Marwoto, 2000. Pestisida Nabati. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai