Anda di halaman 1dari 10

Bahan Ajar Mata Kuliah

Kegiatan Belajar

RESUSITASI

 120 Menit

PENDAHLUAN

Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera


sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Resusitasi pada
anak atau orang dewasa yang mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis yang
harus dilakukan oleh bidan yang kompeten. Bidan harus dapat membuat keputusan
yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu menerapkannya
untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis (Hudak dan Gallo, 1997).

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan pembelajaran dalam materi ini adalah mahasiswa mampu mempraktekkan


prosedur resusitasi dalam praktik kebidanan.

1
Bahan Ajar Mata Kuliah

URAIAN MATERI

A. KONSEP TEORI RESUSITASI


1. Pengertian
a. Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan
kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat
berhentinya fungsi jantung dan paru, yang berorientasi pada otak
(Tjokronegoro, 1998)
b. Sedangkan menurut Rilantono, dkk (1999) resusitasi mengandung arti
harfiah “menghidupkan kembali”, yaitu dimaksudkan usaha-usaha yang
dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti jantung berlanjut
menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiri atas dua
komponen utama yakni: bantuan hidup dasar (BHD) dan bantuan hidup
lanjut (BHL). Selanjutnya adalah perawatan pasca resusitasi.
c. Bantuan hidup dasar adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan nafas
(Airway) tetap terbuka, menunjang pernafasan dan sirkulasi darah. Usaha ini
harus dimulai dengan mengenali secara tepat keadaan henti jantung atau
henti nafas dan segera memberikan bantuan ventilasi dan sirkulasi. Usaha
BHD ini bertujuan dengan cepat mempertahankan pasokan oksigen ke otak,
jantung dan alat-alat vital lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan (
bantuan hidup lanjut ).
d. Resusitasi dilakukan pada keadaan henti nafas, misalnya pada korban
tenggelam, stroke, obstruksi benda asing di jalan nafas, inhalasi gas,
keracunan obat, tersedak, tersengat listrik, koma dan lain-lain. Sedangkan
henti jantung terjadi karena fibrilasi ventrikel, takhikardi ventrikel, asistol
dan disosiasi elektromekanikal.
2. Indikasi Melakukan RJP ( Resustasi Jantung Paru )

a. Henti Napas (Apneu)

Dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi pernapasan
baik di sentral maupun perifer. Berkurangnya oksigen di dalam tubuh akan
memberikan suatu keadaan yang disebut hipoksia. Frekuensi napas akan lebih
cepat dari pada keadaan normal. Bila perlangsungannya lama akan memberikan
kelelahan pada otot-otot pernapasan. Kelelahan otot-otot napas akan
mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2,

2
Bahan Ajar Mata Kuliah

kemudian mempengaruhi SSP dengan menekan pusat napas. Keadaan inilah


yang dikenal sebagai henti nafas.

b. Henti Jantung ( Cardiac Arrest )

Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah


dapat dipompakeluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas,
maka oksigen akan tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak
dapat berkontraksi dan akibatnya henti jantung ( cardiac arrest ).
3. Kontraindikasi

a.Korban bernapas spontan dan normal kembali


b.Penolong merasa lelah
c.Henti napas dan henti jantung berlangsung selama 30 menit
d.Telah ada tenaga lain yang lebih ahli
4. Komplikasi

a. Fraktur sternum; sering terjadi pada orang tua


b. Robekan paru
c. Perdarahan intra abdominal; Posisi yang terlalu rendah akan menekan Proc.
Xiphoideus ke arah hepar atau limpa
d. Distensi lambung karena pernapasan buatan
5. Langkah – langkah yang harus diambil sebelum memulai resusitasi jantung paru
(RJP)
a. Penentuan Tingkat Kesadaran ( Respon Korban )
Dilakukan dengan menggoyangkan korban. Bila korban menjawab, maka ABC
dalam keadaan baik. Dan bila tidak ada respon, maka perlu ditindaki segera.
b. Memanggil bantuan (call for help)
Bila petugas hanya seorang diri, jangan memulai RJP sebelum memanggil
bantuan
c. Posisikan Klien
Klien harus dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras (lantai, long
board). Bila dalam keadaan telungkup, korban dibalikkan. Bila dalam keadaan
trauma, pembalikan dilakukan dengan ”Log Roll”
d. Posisi Penolong
Korban di lantai, penolong berlutut di sisi kanan korban
e. Pemeriksaan Pernafasan
1) Yang pertama harus selalu dipastikan adalah airway dalam keadaan baik
2) Tidak terlihat gerakan otot napas
3) Tidak ada aliran udara via hidung

3
Bahan Ajar Mata Kuliah

4) Dapat dilakukan dengan menggunakan teknik lihat, dengan dan rasa


5) Bila korban bernapas, korban tidak memerlukan RJP
f. Pemeriksaan Sirkulasi
a) Pada orang dewasa tidak ada denyut nadi carotis
b) Pada bayi dan anak kecil tidak ada denyut nadi brachialis.
c) Tidak ada tanda – tanda sirkulasi
d) Bila ada pulsasi dan korban pernapas, napas buatan dapat dihentikan. Tetapi
bila ada pulsasi dan korban tidak bernapas, napas buatan diteruskan. Dan
bila tidak ada pulsasi, dilakukan RJP.

4
Bahan Ajar Mata Kuliah

DAFTAR TILIK
BANTUAN HIDUP DASAR PADA ORANG DEWASA

Tanggal Penilaian :
Nama Mahasiswa :
NIM :
Tingkat/Semester :

PENILAIAN
NO LANGKAH
0 1 2
1 Lakukan tindakan dengan metode 3 A (Aman diri, Aman lingkungan
dan Aman pasien)
- Aman Diri dengan memakai alat pelindung diri (handscoon,
masker atau celemek )
- Aman Lingkungan dengan jauhi dari tempat kejadian atau yang
mengancam nyawa
- Aman Pasien dengan posisikan pasien supinasi/pusisi nyaman
dan jauhi dari tempat yang mengancam nyawa
2 Cek kesadaran pasien pasien sambil cek pernafasan pasien dalam < 15
detik
- Cek kesadaran dengan panggil nama dan guncang bahu pasien
- Cek pernafasan dengan melihat ekspansi dinding dada simetris
atau tidak
3 Jika pasien tidak berespon atau kesadaran menurun maka panggil
bantuan atau aktifkan SPGDT ( Sistem Penanganan Gawat Darurat
Terpadu)
4 Cek nadi Karotis pasien selama < 15 detik
5 Jika nadi tidak teraba, lakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru) dengan
perbandingan 30 Kompresi dan 2 Ventilasi
Cara RJP:
- Tarik garis sternum atau sejajar dengan papilla mammae
- Lakukan RJP dengan perbandingan 30 kali kompresi dan 2 kali
ventilasi
- Lakukan RJP dengan kecepatan 100x/menit sedalam 5 inci (2
cm)
- RJP dilakukan tanpa siklus
- RJP dihentikan jika pasien mulai bergerak, penolong merasa
lelah, pasien dinyatakan meninggal.

5
Bahan Ajar Mata Kuliah

6 Jika pasien mulai bergerak, cek kembali Nadi Karotis pasien selama
< 15 detik
7 Jika nadi teraba, Cek Airway ( jalan nafas).
Dengan cara Head Tilt dan Chin Lift (tangan kiri memegang dahi klien,
tangan kanan memegang dagu lalu ekstensikan kepala ) dan kemudian
lihat apakah ada sumbatan /obstruksi jalan nafas dengan cara Finger
Sweap ( jari tengah dan jempol di kedua pipi, lalu buka mulut klien, jika
ada benda asing keluarkan dengan cara memasukkan jari telunjuk
dengan gerakan mencongkel keluar).
8 Cek Breathing (pernafasan) dengan cara look, listen and feel
- Look : lihat ekspansi dinding dada
- Listen: dengarkan suara nafas
- Feel : rasakan hembusan nafas
9 Hitung pernafasan dalam 1 menit.
10 Jika pernafasan tidak adekuat lakukan Rescue Breathing dengan
ventilasi sebanyak 10 – 12 x/menit selama 2 menit
11 Evaluasi kembali Airway (jalan nafas) dan Breathing (pernafasan)
pasien
12 Jika jalan nafas tidak ada sumbatan dan pernafasan normal maka
lakukan Recovery Position (posisi nyaman)

Catatan : Bantuan Hidup Dasar untuk pasien Non-Trauma


Keterangan :
0 : Bila tidak dilaksanakan
1 : Bila dilakukan tetapi belum tepat
2 : Bila dilakukan dengan tepat
Penilaian :
Nilai = Jumlah / Total Nilai x 100
Jumlah Langkah x 2
Nilai Batas Lulus : 71
Bengkulu, ..................................
Dosen Penguji,

---------------------------------------

6
Bahan Ajar Mata Kuliah

DAFTAR TILIK
BANTUAN HIDUP DASAR PADA BAYI

Tanggal Penilaian :
Nama Mahasiswa :
NIM :
Tingkat/Semester :

CHECK LIST
INITIAL ASSASMENT

Tanggal Penilaian :
Nama Mahasiswa :
NIM :
Tingkat/Semester :
Nama Penilai :

PENILAIAN
NO LANGKAH
0 1 2
1 Lakukan tindakan dengan metode 3 A (Aman diri, Aman
lingkungan dan Aman pasien)
- Aman Diri dengan memakai alat pelindung diri (handscoon,
masker dan celemek )
- Aman Lingkungan dengan jauhi dari tempat kejadian atau
yang mengancam nyawa
- Aman Pasien dengan posisikan pasien supinasi/pusisi nyaman
dan jauhi dari tempat yang mengancam nyawa
2 Cek kesadaran pasien dengan metode AVPU (Respon alert,
Respon verbal, Respon pain, Un respon)
3 Jika pasien tidak berespon atau tidak sadar maka panggil
bantuan atau aktifkan SPGDT ( Sistem Penanganan Gawat
Darurat Terpadu)
A. Airway (jalan nafas) + Control Servical
4 Pegang kepala (fiksasi) dan pasang Neck Collar bila dicurigai
fraktur servical
5 Nilai Airway dengan LLF ( Look, Listen dan Feel)
- Bila terdengar Gurgling ( kumur-kumur karena adanya cairan

7
Bahan Ajar Mata Kuliah

seperti darah,sekret,dll), lakukan Suction


- Bila terdengar Snoring (ngorok karena pangkal lidah jatuh ke
belakang), lakukan Jaw Thrust, gunakan OPA (Oropharingeal
Airway) untuk pasien tidak sadar dan NPA (Nasopharingeal
Airway) untuk pasien sadar.
- Bila terdengar Stridor (karena edema farink/larink atau cedera
inhalasi), lakukan Intubasi
6 Curiga fraktur Cervical:
- Trauma kapitis dengan penurunan kesadaran
- Multi trauma
- Ada jejas di atas Clavicula ke arah Cranial
B. Pernapasan + Oksigenasi
7 Nilai pernapasan, berikan oksigen bila ada masalah terhadap
ABCD
- Nasal Canul 2 – 6 LPM
- Face Mask/RM (Rebreathing Mask) 6 – 10 LPM
- NRM (Non Rebreathing Mask) 10 – 12 LPM
8 Jika pasien masih sesak atau bertambah sesak, cari penyebab
gangguan pada breathing dengan pemeriksaan:
- Inspeksi : buka baju yang menutup dada pasien, ada jejas?
Nilai pergerakan (simetris atau tidak)
- Auskultasi : kedua sisi dada, dari sisi dada yang sehat
dengarkan suara paru dan dengarkan bunyi jantung
- Perkusi : kedua sisi dada dari sisi dada yang sehat. Normalnya
Sonor, nilai apakah terdapat Hipersonor atau Dullness
- Palpasi : cek apakah ada krepitasi, flail chest atau fraktur iga.
C. Circulation + Kontrol Perdarahan dan Perbaikan Volume
9 Jika ada perdarahan eksternal, lakukan balut tekan, cek akral
dan nadi.
10 Bila ada tanda-tanda syok (Hipovolemik), berikan infus 2
jalur dengan cairan Ringer Laktat (RL) yang hangat 1-2 liter
diguyur
11 Jika ada perdarahan internal, perbaiki volume untuk
mencegah Syok lebih lanjut. (Jika dicurigai fraktur pelvis
maka pasang Gurita, jika dicurigai fraktur pada kaki atau
lengan maka pasang Bidai)
D. Disability ( Pemeriksaan Status Neurologi)
12 Nilai GCS (Eye, Verbal, Motorik)
13 Nilai Pupil pasien
14 Nilai Kekuatan Otot Motorik, bandingkan kedua sisinya
15 E. Exposure

8
Bahan Ajar Mata Kuliah

16 Gunting pakaian dan lihat jejas/cedera ancaman yang lain.


Cegah terjadinya hipotermia dengan cara pasien diselimuti
17 Re-Evaluasi Tindakan ABCDE
Ingat setiap selesai melakukan tindakan evaluasi ulang !
F. Folley Catheter
18 Pasang Folley Catheter jika tidak ada kontraindikasi.
19 Urine pertama dibuang dan urine selanjutnya di tampung.
20 Kontra indikasi pemasangan folley catheter:
- Pada laki-laki : ada darah di OUE, scrotum hematum, prostat
melayang
- Pada wanita : keluar darah, hematum perineum
G. Gastric Tube
21 Pasang NGT jika tidak ada tanda fraktur Tulang Basis Cranii
22 Tanda Fraktur Basis Cranii:
- Perdarahan dari lubang hidung/telinga
- Racoon eyes
- Battle sign
H. Heart Monitor
23 Pasang EKG
24 Cek Pulse Oximetry, normal di atas 95%
I. Radiology
25 Lakukan pemeriksaan Radiology
26 Re-Evaluasi ABCD
Keterangan :
0 : Bila tidak dilaksanakan
1 : Bila dilakukan tetapi belum tepat
2 : Bila dilakukan dengan tepat
Penilaian :
Nilai = Jumlah / Total Nilai x 100
Jumlah Langkah x 2
Nilai Batas Lulus : 71
Bengkulu, ..................................
Dosen Penguji,

9
Bahan Ajar Mata Kuliah

RANGKUMAN

Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera


sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Resusitasi
pada anak yang mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis yang harus
dilakukan oleh bidan yang kompeten. Indikasi Melakukan RJP adalah henti napas
(apneu), yang dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi
pernapasan baik di sentral maupun perifer. Indikasi lain adalah henti jantung (
cardiac arrest ).

TES FORMATIF
1. Apa yang disebut dengan resusitasi
2. Jelaskan indikasi tindakan resusitasi
3. Jelaskan kontra indikasi tindakan resusitasi
4. Jelaskan komplikasi tindakan resusitasi
DAFTAR PU
RANGKUMAN
STAKA
1. Johnson R., and Taylor W. 2001. Skill of Midwifery Practice. Churchill
Livingstone. Edinburg.
2. Johnson R., and Taylor W. 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta.
3. Uliyah, M., Alimun Hidayat, A. Azis. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinik.
Salemba Medika. Jakarta.
4. Potter and Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol 1&2. EGC.
Jakarta.
5. Perry, Peterson & Potter. 2005. Buku Saku Keterampilan & Prosedur Dasar. EGC.
Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai