Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TUMBUH KEMBANG

ANAK REMAJA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6 A
MEILINDA NUR KHAFIFA

NADYA WIDIASARI

MEGAWATI YUNUS

A. NUR. MUH IMRAN

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,hidayah, dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah
ini ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca
yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki
makalah ini dikemudian hari.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Samata, 29 April 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................


DAFTAR ISI .........................................................................................
BAB I PEMBAHASAN
A. Konsep Etnik dan Budaya ...............................................................
B. Konsep Dasar Keperawatan ............................................................
C. Konsep Dasar Keperawatan Transkultural………………………….....
D. Komunikasi Lintas Budaya .............................................................
E. Hubungan Antara Budaya dan makanan...........................................
F. Budaya Kesehatan di Indonesia…………………………………… ....
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
A. Gambara Kasus...............................................................................
B. Pengkajian.......................................................................................
C. Analisa Data...........................................…………………………...
D. Diagnosa Keperawatan…..............................................................
E. Scoring/ Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah.......................
F. Prioritas Diagnosa Keperawatan…………………………………....
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
A. Kesimpulan ......................................................................................

3
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata bendanya
adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Adolescence
artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial
serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum, yaitu bahwa
pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba-tiba, tetapi
pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Mubarak, dkk. 2009).
Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang memiliki
karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya,
karena pada tahap ini seseorang mengalami peralihan dari masa anak-anak ke dewasa.
Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas
diri. Karakteristik psikososial remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas
diri ini sering menimbulkan banyak masalah pada diri remaja. Transisi dari masa
anak-anak dimana selain mneingkatnya kesadaran diri (self consciousness) terjadi juga
perubahan secara fisik, kognitif, sosial maupun emosional pada remaja sehingga
remaja cenderung mengalami perubahan emosi ke arah yang negatif menjadi mudah
marah, tersinggung bahkan agresif. Perubahan-perubahan karakteristik pada masa
remaja tersebut, ditambah dengan faktor-faktor eksternal seperti kemiskinan, pola
asuh yang tidak efektif dan gangguan mental pada orang tua diprediksi sebagai
penyebab timbulnya masalah-masalah remaja. (Mubarak, dkk. 2009).
B. Tahap Perkembangan Remaja
Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses
penyesuaian diri menuju dewasa :
1. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran
akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-
dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan
pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara
erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik.
Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali

4
terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang
dewasa (Mubarak, dkk. 2009).
2. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan
kawan-kawan. Ia senag kalau banyak teman yang menyukainya. Ada
kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-
teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada
dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka
atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau
meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes
Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan
mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis (Mubarak, dkk.
2009).
3. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa
dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan
dalam pengalaman-pengalaman baru.
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public) (Mubarak, dkk. 2009).
C. Karakteristik Perkembangan Remaja
Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan menjadi :
1. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009),
menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan
terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas dan
berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau ketika
hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas
kelompok versus pengasingan diri (Setiadi. 2009).

5
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi dari
keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi peran.
Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan
identitas pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah
tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab
pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan
masyarakat (Setiadi. 2009).
a. Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok
semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal
yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan
kelompok dapat memberi mereka status. Ketika remaja mulai mencocokkan
cara dan minat berpenampilan, gaya mereka segera berubah. Bukti
penyesuaian diri remaja terhadap kelompok teman sebaya dan
ketidakcocokkan dengan kelompok orang dewasa memberi kerangka
pilihan bagi remaja sehingga mereka dapat memerankan penonjolan diri
mereka sendiri sementara menolak identitas dari generasi orang tuanya.
Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan
diasingkan dari kelompok (Setiadi. 2009).
b. Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan yang
mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di masa
lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu dilakukan di
masa yang akan datang. Proses perkembangan identitas pribadi merupakan
proses yang memakan waktu dan penuh dengan periode kebingungan,
depresi dan keputusasaan. Penentuan identitas dan bagiannya di dunia
merupakan hal yang penting dan sesuatu yang menakutkan bagi remaja.
Namun demikian, jika setahap demi setahap digantikan dan diletakkan pada
tempat yang sesuai, identitas yang positif pada akhirnya akan muncul dari
kebingungan. Difusi peran terjadi jika individu tidak mampu
memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai aspirasi, peran dan
identifikasi (Setiadi. 2009).
c. Identitas peran seksual

6
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran seksual.
Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai
mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan
heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan, remaja
dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang matang
yang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa. Pengharapan seperti ini
berbeda pada setiap budaya, antara daerah geografis, dan diantara kelompok
(Setiadi. 2009).
d. Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja akhir.
Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional, dan
walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih kuat
dan mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja akhir.
Sementara remaja awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir dapat
mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan
emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat
diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi,
dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan perasaan
tidak aman, ketegangan, dan kebimbangan (Setiadi. 2009).
2. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja
tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode
berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan
terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian
pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang
mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana
segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan
orang tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah.
Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada
waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka dapat mempertimbangkan hubungan
antara kecepatan, jarak dan waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata.
Mereka dapat mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok
pernyataan dan mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku
yang lebih dapat dianalisis (Wong, D. L. 2009).

7
3. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009), masa
remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral dan
individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka memahami
tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga
memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan hukuman terhadap
kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan
yang salah. Namun demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral
yang telah ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu
peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi
peraturan tersebut (Setiadi. 2009).
4. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain,
beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka.
Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai
elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan
konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah
yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual dengan privasi dalam
kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan eksplorasi terhadap konsep
keberadaan Tuhan. Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat
menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada
akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka (Santrock,
J. W. 2009).
5. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri
mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri
dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari
remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali
orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk memahami tanggung
jawab yang terkait dengan kemandirian (Santrock, J. W. 2009).
a. Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari
menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali
melibatkan kekacauan dan ambigulitas karena baik orang tua maupun

8
remaja berajar untuk menampilkan peran yang baru dan menjalankannya
sampai selesai, sementara pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali
merupakan rangkaian kerenggangan yang menyakitkan, yang penting
untuk menetapkan hubungan akhir. Pada saat remaja menuntut hak
mereka untuk mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering kali
menciptakan ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang kendali
orang tua, dan konflik dapat muncul pada hampir semua situasi atau
masalah (Santrock, J. W. 2009).
b. Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian
besar kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap
lebih berperan penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanak-
kanak. Kelompok teman sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan
dan kekuasaan.
1) Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka
berkelompok. Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki
evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan
kelompok, remaja awal berusaha untuk menyesuaikan diri secara
total dalam berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut,
selera musik, dan tata bahasa, sering kali mengorbankan
individualitas dan tuntutan diri. Segala sesuatu pada remaja diukur
oleh reaksi teman sebayanya.
2) Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang
berbeda biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan
ini lebih dekat dan lebih stabil daripada hubungan yang dibentuk
pada masa kanak-kanak pertengahan, dan penting untuk pencarian
identitas. Seorang sahabat merupakan pendengar terbaik, yaitu
tempat remaja mencoba kemungkinan peran-peran dan suatu peran
bersamaan, mereka saling memberikan dukungan satu sama lain.

9
D. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut (Hurlock, 2001) antara lain :
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam
sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki dan anak
perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugastugas tersebut selama
awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan harapan
ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda akan meletakkan dasar-dasar
bagi pembentukan sikap dan pola perilaku (Santrock, J. W. 2009).
2. Mencapai peran sosial pria, dan wanita
Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa
jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan itu
sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan dalam
waktu yang relatif singkat sebagai akibat perubahan usia kematangan yang menjadi
delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang menganggu para remaja
(Santrock, J. W. 2009).
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak
kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan diri
pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan
untuk mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai
dengan apa yang dicita-citakan (Santrock, J. W. 2009).
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai
banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal
masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-
anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat,
sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin dewasa yang diakui masyarakat
dan menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang memerlukan
penyesuaian diri selama bertahun-tahun. Karena adanya pertentangan dengan
lawan jenis yang sering berkembang selama akhir masa kanak-kanak dan masa
puber, makan mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai
dari nol dengan tujuan untuk mengetahui lawan jenis dan bagaimana harus bergaul

10
dengan mereka. Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang
dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah (Santrock, J. W. 2009).
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri
secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas
perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan
kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan
membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua
atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam
kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan yang
akrab dengan anggota kelompok (Santrock, J. W. 2009).
6. Mempersiapkan karier ekonomi
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan
dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih pekerjaan yang
memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan untuk memperoleh
kemandirian ekonomi bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa nantinya.
Secara ekonomi mereka masih harus tergantung selama beberapa tahun sampai
pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai dijalani (Santrock, J. W. 2009).
7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan perkawinan
merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahuntahun remaja.
Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-ansur mengendur
dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual, tetapi aspek
perkawinan yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan. Kurangnya persiapan ini
merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak terselesaikan, yang oleh
remaja dibawa ke masa remaja (Santrock, J. W. 2009).
8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku
mengembangkan ideologi
Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang
sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam perkembangan ini.
Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan teman sebaya, masa remaja
harus memilih yang terakhir bila mengharap dukungan teman-teman yang
menentukan kehidupan sosial mereka. Sebagian remaja ingin diterima oleh teman-

11
temannya, tetapi hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang
dewasa dianggap tidak bertanggung jawab (Santrock, J. W. 2009).
E. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak belajar
dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak melakukan
interaksi yang intim. Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan
yang yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan
negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap
belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga adalah perkumpulan dua
orang atau lebih yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-
tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis (Duval, 1972
dalam Setiadi 2008), yaitu :
1. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang
anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah.
2. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri
dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak.
3. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari
ayah, ibu dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada orang
tuanya.
F. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anakterakhir meninggalkan rumah.Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan
adaatau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang
tua.Tugas perkembangan :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

12
G. Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan
Anak Usia Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh adanya
pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus mengritik atau buat
komentar-komentar yang merendahkan tentang penampilan atau perilaku anggota
keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada saat ini hubungan
keluarga biasanya berada pada titik rendah (Santrock, J. W. 2009).
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap usia,
terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan sangat
tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa
aman. Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan bimbingan atau bantuan dalam
menguasai tugas perkembangan masa remaja. Kalau hubungan-hubungan keluarga
ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman berlangsung lama, dan
remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan pola perilaku yang
tenang dan lebih matang. Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat
mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang diluar rumah. Meskipun
semua hubungan, baik dalam masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak, kadang-
kadang tegang namun orang ang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul dengan
orang lain dianggap tidak matang dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat
penyesuaian sosial yang baik.
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh
romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan
kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial. Masa
ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-anak,
tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini membuat
mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah laku aneh, canggung
dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan kenakalan. Dalam
usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah orang tuanya, karena
memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda
dengan orang tuanya (Santrock, J. W. 2009).
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya
mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap penting
dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikitu pendapat dan
gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya. Karenanya

13
sering kali remaja terlibat dalam geng-geng, dengan menjadi anggota geng mereka
akan saling memberi dan mendapat dukungan mental. Beberapa kasus terakhir seperti
geng-geng motor yang terlibat kegiatan merupakan bentuk dari kecenderungan
tersebut. Mereka akan berani melakukan tindakan-tindakan kejahatan ketika dilakukan
dalam kelompok dan tidak akan berani melakukannya secara individual. Masalah lain
yang sering mengganggu anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan organ
reproduksi (seksual). Satu sisi mereka sudah mencapai kematangan seksual, yang
menyebabkan mereka memiliki dorongan untuk pemuasan tetapi disisi lain
kebudayaan dan norma sosial melarang pemuasan kebutuhan seksual diluar
pernikahan. Padahal untuk menikah banyak persyaratan yang harus dipenuhi, bukan
hanya kemampuan dalam melakukan hubungan seksual, tetapi diperlukan ekonomi,
kematangan psikologi, dan sebagainya.syarat-syarat ini sangat berat dan mungkin
belum dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan dalam
bentuk khayalan, membaca buku atau menonton film porno. Meskipun tingkah laku
ini sebenarnya tetap melanggar norma masyarakat, tetapi mereka melakukannya
dengan sembunyi-sembunyi (Santrock, J. W. 2009).
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam menyikapi,
cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control secara bertahap terhadap
anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri secara bertahap sampai
akhirnya dewasa (Santrock, J. W. 2009).

14
MASALAH-MASALAH KESEHATAN
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi promosi
kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus diidentifikasi dan
dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat mulai
dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner meningkat dikalangan pria dan pada
usia ini anggota keluarga yang dewasa mulai merasa lebih rentan terhadap penyakit
sebagai bagian dari perubahan-perubahan perkembangan dan biasanya mereka ini lebih
menerima strategi promosi kesehatan. Sedangkan pada remaja, kecelakaan terutama
kecelakaan mobil merupakan bahaya yang amat besar, dan patah tulang dan cedera karena
atletik juga umum terjadi .
Penyalahguanaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang tidak
dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang perhatian yang
relevan. Dalam mendiskusikan topik ini dengan keluarga, perawat dapat terjebak dalam
perselisihan atau masalah antara orang tua dan kaum muda, remaja biasanya mencari
pelayanan kesehatan mencakup uji kehamilan, menggunakan obat-obatan, uji AIDS,
keluarga berencana, dan aborsi, diagnosis dan perawatan penyakit kelamin. Agaknya telah
menjadi trend yang sah bagi remaja untuk menerima perawatan kesehatan tanpa ijin orang
tua. Bila orang tua diikutsertakan maka dilakukan wawancara terpisah sebelum mereka
dikumpulkan.
Kebutuhan kesehatan yantg lain adalah dalam bidang hubungan dan bantuan untuk
memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja dengan orang tua. Konseling
langsung yang bersifat menunjang atau mulai rujukan ke sumber-sumber dalam komunitas
untuk konseling, dan juga pendidikan yang bersifat rekreasional, dan pelayanan lainnya
mungkin diperlukan, pendidikan promosi kesehatan umum juga diindikasikan.

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Gambaran Kasus
Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Mei 2013 jam 10.00 WIB pada keluarga
Bp. R (38 tahun). Bp. R merupakan kepala keluarga dari Ibu R (30 tahun), An. H (14
tahun), An. F (12 tahun), An. L (9 tahun) dan Nenek. R (61 tahun). Pendidikan
terakhir Bp. R adalah SMP. Pekerjaan sehari-hari sebagai buruh di pabrik dan MC
(pembawa acara) di acara-acara pernikahan. Alamat tinggal sekarang ini di RT 02 RW
02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Keluarga Bp. R
merupakan keluarga extended family (keluarga luas/besar) yang terdiri dari keluarga
inti dan orang tua dari Bp.R yaitu Nenek. R. Diamana keluarga Bp. R merupakan
keluarga yang didalamnya masih terdapat hubungan darah, perkawinan dan saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing, karena didalam
satu rumah di keluarga Bp. R terdiri dari 6 orang yang hidup bersama, segala
kebutuhan dicukupi oleh kepala keluarga. Keluarga Bp. R mengatakan bersuku
Betawi. Keluarga Bp. R mempunyai kebiasaan jika ada anggota keluarga yang sakit
dibelikan obat warung terlebih dahulu untuk pertolongan pertamanya. Ibu. R
mengatakan keluarga beragama Islam. Kegiatan ibadah keagamaan keluarga Bp. R
yaitu sholat 5 waktu dan bepuasa. Di keluarga Bp. R pencari nafkah utama adalah Bp.
R yang bekerja sebagai buruh, selain itu Bp. R juga masih aktif sebagai pembawa
acara/MC di acara-acara pernikahan, maka dari itu Bp. R terlihat jarang ada dirumah.
Ibu. R mengatakan bahwa dirinya merasa cukup dengan penghasilan suaminya saat
ini. Ibu. R mengatakan tidak memiliki jadwal khusus untuk rekreasi keluarga, hanya
sesekali anaknya mengajak berwisata. An. H mengatakan jika banyak kegiatan dan
dirinya stress maka dia akan main keluar dengan teman-temannya, biasanya
nongkrong sambil mengobrol tidak jelas, main ke warnet atau rental PS dan
menonton balapan motor. An. H juga mengatakan sering main dengan teman-
temannya hingga malam hari.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga Bp. R berada dalam tahap
perkembangan keluarga dengan anak remaja dimana tugas perkembangan keluarga
dengan remaja yaitu: Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
remaja mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa, mempertahankan hubungan
yang intim dalam keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan

16
orang tua, hindari perdebatan Ibu. R mengatakan bahwa An. H adalah anak pendiam
dan jarang berbicara jika tidak ditanya. Terutama saat memasuki usia remja An. H
sudah jarang berkumpul dengan keluarga, jika berada dirumah An. H banyak
menghabiskan waktu di dalam kamarnya. An. H mengatakan jarang berbicara dengan
Bp. R karena menurut An. H bapaknya itu galak dan kalau menyuruh sesuatu,
misalkan belajar, Bp. R sering marah-marah sehingga An. H malas untuk
menanggapinya. Ibu. R mengatakan sebenanrnya Bp. R baik, tetapi memang agak
keras untuk mendidik anak-anaknya. Ibu. R juga mengatakan bahwa An. H sulit diatur
semenjak memasuki SMP. An. H mengtakan tidak mengetahui tugas perkembangan
maupun tanggung jawabnya sebagai remaja., karena sebelumnya tidak pernah
mendapatkan informasi mengenai tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya
sebagai remaja.
Rumah yang ditinggali Bp. R sekeluarga adalah rumah permanen peninggalan
orang tua Bp. R yang berukuran 70 m2. Desain interior rumah terbagi menjadi 6
ruangan. Terdapat 2 jendela yang kurang lebih yang berukuran 1,5 x 1 meter di depan
samping pintu masuk. Namun, jendela yang selalu terlihat terbuka ini jarang
dibersihkan. Anak-anak Bp. R tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di daerah setempat RW 02. An. H mengatakan sudah jarang (suka
membolos) dalam mengikuti pengajian. An. H berteman dengan beberapa teman
seusianya, sering nongkrong di pos hansip dekat rumahnya, bermain ke warnet dan
rental PS dan jalan-jalan dengan menggunakan motor. Ibu. R mengatakan bahwa
komunikasi pada keluarganya menekankan keterbukaan. Namun, An. H mengatakan
lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada
orang tua atau pun keluarganya yang lain. Bp. R sibuk bekerja dan jarang
menyempatkan berbicara kepada anaknya. Ibu. R juga mengatakan di rumahnya tidak
ada peraturan yang jelas tentang apa saja tugas setiap anggota keluarga. Ibu. R
mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada ibuya. An. H
mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas sekolahnya. Ibu. R
mengatakan bahwa anaknya jarang belajar dan nilainya pas-pasan. Ibu. R mengatakan
tidak pernah memantau aktivitas belajar anakya di rumah.
Ibu. R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah dapat saling
terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun An. H termasuk anak yang pendiam
dan jarang menyampaikan pendapatnya. Hubungan antar anggota keluarga dalam
rumah berjalan degan baik. Ibu. R mengatakan bahwa ketika ada anggota yang sakit,

17
maka yang sakit akan langsung diberikan obat dari warung atau dari apotik. Keluarga
Ibu. R juga sering memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS, tetapi jika sudah sembuh
dengan mengkonsumsi obat warung maka hanya diobati di rumah saja. Keluarga Bp.
R mencemaskan pergaulan An. H yang sudah memasuki masa remaja. An. H sudah
mulai ditawari untuk mencoba merokok oleh teman-temannya, baik teman di sekolah
maupun teman di lingkungan rumahnya. An. H juga sering nongkrong tidak jelas
dengan teman sekoah maupun teman di sekitar rumahnya tersebut. An. H juga
mengatakan pernah ikut-ikutan tawuran dengan teman-teman sekolahnya. An. H
mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita (pacar).
B. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama Keluarga (KK) : Bp. R
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Pendidikan Terakhir : SMP
d. Usia : 38 tahun
e. Pekerjaan : Buruh
f. Alamat : RT 02 RW Kelurahan Cisalak Pasar Kec.
Cimanggis
g. Komposisi Keluarga :
Jenis Hubungan
No Nama Usia Pendidikan
Kelamin dg KK
1 Ibu R Perempuan Istri 30 thn SMP
2 An. H Laki-laki Anak 1 14 thn SMP kls 2
3 An. F Perempuan Anak 2 12 thn SD kls 6
4 An. L Perempuan Anak 3 9 thn SD kls 3
5 Nenek R Perempuan Ibu 61 thn SD

18
Genogram :

Nenek
R
61 thn

Bp. R Ibu R
38 thn 30 thn

An. H An. F An. L


14 thn 11 thn 9 thn

19
Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Remaja / Pasien

: Cerai

: Tinggal dalam satu rumah

h. Tipe Keluarga :
Keluarga Bp. R termasusk tipe keluarga extended family (keluarga luas/besar).
Keluarga Bp. R (38 thn) terdiri dari Bp. R, Ibu R, ketiga anaknya dan ibu dari
Bp. R yaitu nenek R (61 thn).
i. Suku Bangsa :
Bp. R berasal dari Jakarta (Betawi) dan istrinya, Ibu R juga berasal dari Jakarta
(Betawi). Bahasa dominan yang mereka gunakan sehari-hari di rumah adalah
Bahasa Indonesia dalam percakapan. Ibu R mengatakan keluarganya tidak
memiliki kebiasaan khusus yang mempengaruhi status kesehatan keluarga
yang diajarkan turun-temurun.
j. Agama :
Seluruh keluarga Bp. R beragama Islam. Kegiatan ibadah keagamaan keluarga
Bp. R yaitu sholat 5 waktu dan puasa dilakukan. Menurut keluarga Bp. R,
agama berperan penting dalam kehidupan mereka, bahkan dalam hal
kesehatan. Ketika ada anggota keluarga yang sedang sakit, keluarga uga selalu
mendoakan untuk kesembuhan anggota keluarga yang sedang sakit tersebut.
k. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Di keuarga Bp. R pencari nafkah utama di keluarga adalah Bp. R yang bekerja
sebagai buruh dengan penghasilan 2.000.000 – 2.500.000 setiap bulan. Selain
itu Bp. R juga masih aktif menjadi pembawa acara/MC di acara-acara
pernikahan, maka dari itu Bp. R terlihat jarang ada di rumah. Ibu R sehari-hari
membuka warung yang menjual kebutuhan sehari-hari dan makanan ringan di
rumahnya dengan penghasilan perhari 50.000-an. Keperluan keluarga sehari-

20
hari adalah untuk makan dan jajan An. H, An. F dan An. L. Ibu R mengatakan
bahwa dirinya merasa cukup dengan penghasilan suaminya saat ini. Bp. R saat
ini memiliki tabungan atau dana kesehatan dari tempatnya bekerja.
l. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Bp. R tidak memiliki jadwal khusus untuk rekreasi keluarga, hanya
sesekali anaknya mengajak berwisata. Waktu liburan biasanya disesuaikan
dengan jadwal libur kerja dan libur anak sekolah, tetapi sekarang jarang
dilakukan., hanya jika ada waktu saja keluarga pergi rekreasi. Ibu R juga
mengatakan biasanya dirinya berkunjung ke rumah kerabat yang letak
rumahnya berdekatan dengan rumah keluarga Bp. R. Di rumah Ibu R
mengatakan keluarganya dapat menikmatihiburan melalui TV dan radio yang
tersedia di rumahnya. An. H mengatakan jika banyak kegiatan dan membuat
dirinya stress maka dia akan main keluar dengan teman-temannya, biasanya
nongkrong sambil mengobrol tidak jelas, main ke warnet atau rental PS dan
menonton balapan motor. An. H juga mengatakan sering main dengan teman-
temannya hingga malam hari.
2. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini :
Termasuk keluarga dengan remaja. Tugas perkembangan keluarga dengan anak
remaja yang dilakukan oleh keluarga antara lain :
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan mandiri.
Keluarga sudah memberikan kesempatan bagi An. H untuk memilih apa
yang ingin dilakukan. An. H mengatakan tanggung jawabnya adalah belajar
dan membantu orang tua, itupun jarang dilakukan atas kemauannya sendiri.
An. H sudah memiliki cita-cita, yaitu menjadi seorang pemain bola, tetapi
hanya sebatas harapan dan tidak tahu bagaimana mencapai tujuannya.
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
Pernikahan Bp. R dan Ibu R saat ini sudah berlangsung selama 15 tahu,
anaknya yang paling kecil sudah memasuki usia sekolah. Saat ini, Ibu R dan
Bp. R mengatakan untuk berusaha membesarkan ketiga anaknya dengan
memenuhi segala kebutuhan mereka.

21
b. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi :
1) Berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak.
Ibu R mengatakan bahwa An. H adalah anak yang pendiam dan jarang
berbicara jika tidak ditanya. Terutama saat memasuki usia remaja, An. H
sudah mulai jarang berkumpul dengan keluarga, jika berada di rumah An. H
banyak menghabiskan waktunya di dalam kamarnya. An. H mengatakan
jarang berbicara dengan Bp. R karena menurut An. H bapaknya itu galak dan
kalau menyuruh sesuatu misalnya belajar, Bp. R sering marah-marah
sehingga An. H malas untuk menanggapinya. Ibu R mengatakan sebenarnya
Bp. R baik, tetapi memang agak keras untuk mendidik anak-anaknya. Ibu R
juga mengatakan bahwa An. H sulit untuk diatur semenjak memasuki SMP.
An. H mengatakan tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai
remaja, karena sebelumnya tidak pernah mendapatkan informasi mengenai
tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja.
c. Riwayat Keluarga Inti :
Bp. R dan Ibu R menikah pada tahun 1998, dan anak pertamanya lahir
setahun kemudian. Ibu R dan Bp. R baru memutuskan memakai kontrasepsi
setelah kelahiran anak ke-3. Jenis kontrasepsi yang dipih adalah pil KB.
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya :
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menurun. Bila sakit, keluarga Bp.
R pergi ke dokter swasta langganan keluarga. Tidak ada pola makan atau jenis
makanan yang dibatasi.
3. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah :
Rumah yang ditinggali Bp. R sekeluarga adalah rumah permanen
peninggalan orang tua Bp. R yang berukuran 70 m2. Desain interior rumah
terbagi menjadi 6 ruangan, yang paling depan adalah ruang tamu. Lalu, 3
ruang tidur dan yang paling belakang adalah dapur dan kamar mandi. Kamar
tidur 1 digunakan oleh Bp. R dan Ibu R, sedangkan 2 kamar tidur lainnya
digunakan oleh anak-anak dan Nenek R yang tinggal bersama Bp. R dan Ibu
R. Lantai rumah terbuat dari kerami. Terdapat 2 jendela yang kurang lebih
berukuran 1,5 x 1 meter di depan samping pintu masuk. Namun, jendela yang
terlihat selalu terbuka ini jarang dibersihkan. Warna dinding rumah adalah
putih yang kondisinya cukup bersih. Kondisi rumah tampak rapi dan bersih

22
dan terdapat beberapa perabot rumah yang sesuai. Sumber air yang digunakan
oleh keluarga berasal dari tanah (sanyo) sehingga airnya tidak berasa, tidak
berwarna dan tidak berbau. Pada saat hari mulai gelap pencahayaan lampu
dalam rumah Bp. R terbilang terang.

Denah Rumah

Kamar Dapur
Mandi

T
Ruang Ruang e
Tudur Keluarga r 10 m
a
s
Ruang Ruang Warung

Tidur Tamu

Teras

7 m

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW :


Bp. R jarang berkumpul dengan tentangga karen akesibukannya, namun Ibu
R aktif di arisan PKK dan pengajian yang ada di lingkungan rumah. Ibu R
sendiri tidak bekerja hanya menjadi ibu rumah tangga saja dan mengurus
warung yang ada di rumah. Keluarga Bp. R tinggal di RT 02 RW 02, di sisi
kanan rumah Bp. R yaitu rumah saudaranya dan sebelah kiri adalah rumah
tetangganya, di belakang rumah ada tanah kosong dan jalan. Kehidupan
bertetangga terlihat rukun dan harmonis.

23
c. Mobilitas Geografis Keluarga :
Saat ini keluarga Bp. R sudah tinggal menetap di rumah yang sekarang
selama 15 tahun dan tidak berniat untuk pindah. Bp.R sendiri sudah tinggal di
rumah tersebut sejak Bp. R lahir, karena Bp. R adalah anak tunggal dari kedua
orang tuanya yang telah bercerai maka di rumah tersebut ditinggali keluarga
Bp. R dan ibunya. Rumah Bp. R dibangun di atas tanah milik orang tuanya,
kepemilikan tanah masih milik ibunya Bp. R.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat :
Bp. R selalu menekankan pada Ibu R supaya mengikuti acara yang diadakan
oleh RT/RW, misalnya pengajian, arisan RT dan kegiatan lainnya. Apabila ada
waktu luang Ibu R mengajak anaknya bermain ke tetangga. Hubungan anggota
keluarga terlihat rukun, tidak ada konflik antara satu dengan yang lain (terlihat
harmonis). Anak-anak Bp. R tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di daerah setempat RT 02. An. H mengatakan sudah jarang
(suka membolos) dalam mengikuti pengajian. Bp. R sendiri sering diminta
untuk menjadi pembawa acara/MC di acara-acara pernikahan ataupun acara
yang diadakan RT/RW. Ibu R juga bersosialisasi dengan tetangga di kanan,
kiri dan depan rumahnya. Saudara Ibu R tinggal tidak jauh dari rumah Ibu R,
setiap hari selalu bertemu. An. H berteman dengan beberapa teman seusianya,
sering nongkrong di pos hansip dekat rumahnya, bermain ke warnet dan rental
PS dan jalan-jalan dengan menggunakan motor.
e. Sistem Pendukung Keluarga :
Bila ada masalah dalam keluarga, keluarga lebih senang menyelesaikan
dengan anggota keluarga. Kadang juga melibatkan orang tua, karena dengan
orang tua tinggal bersama dan berdekatan. Hal yang dirasakan sebagai
pendukung keluarga adalah keluarga yang tinggal tidak jauh dari rumah yang
memperhatikan bila ada anggota keluarga yang sakit dan tetangga yang idup
saling menghormati serta menghargai. Disamping itu adanya fasilitas dana
kesehatan dari tempat kerja Bp. R untuk anggota keluarga yang sakit menurut
Ibu R sangat membantu keluarga.
4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga :
Ibu R mengatakan bahwa komunikasi dengan keluarganya menekankan
keterbukaan. Bila ada masalah dalam keluarga, Ibu R mendiskusikan bersama

24
Bp. R, terkadang meminta bantuan nasihat dari orang tu. Waktu yang biasanya
digunakan untuk komunikasi pada saat santai yaitu malam hari dan waktu
makan bersama dengan anggota keluarga. Namun An. H mengatakan lebih
suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada
orang tua ataupun keluarganya yang lain. Bp. R sibuk bekerja dan jarang
menyempatkan berbicara kepada anaknya.
b. Struktur Kekuatan Keluarga :
Pemegang keputusan di keluarga adalah Bp. R sebagai kepala keluarga,
tetapi tidak menutup kemungkinan suatu ketika Ibu R punya pendapat sendiri
dan membuat keputusan sendiri, misalnya pada saat membeli keperluan
rumah tangga dan mengatur posisi perabotan rumah tangga. Terkadang Ibu R
juga berinisiatif sendiri untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan,
bila ada yang sakit dan tidak bisa sembuh dengan mengkonsumsi obat
warung.
c. Struktur Peran :
1) Bp. R.
Sebagai kepala keluarga, bertanggung jawab dalam mencari nafkah
untuk kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga.
2) Ibu R.
Ibu R mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada
ibunya. Sebagai istri Bp. R, sebagai ibu rumah tangga dan juga membuka
usaha warung di rumah.
3) An. H
An. H mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas
sekolahnya. Ibu R mengatakan bahwa anaknya jarang belajar dan
nilainya pas-pasan. Ibu R mengatakan tidak pernah membantu aktivitas
belajar anaknya di rumah.
4) An. F
Sebagai anak ke dua Bp. R dan Ibu R yang pada tahun ini akan
memasuki SMP. An. F juga berperan sebagai adik dari An. H dan kakak
dari An. L.
5) An. L
Sebagai anak ke tiga Bp. R dan Ibu R juga berperan sebagai adik dari
kedua orang kakaknya yaitu An. H dan An. F.

25
6) Nenek R
Sebagai ibu dari Bp. R dan nenek dari ketiga cucunya yaitu An. H, An. F
dan An. L. Ibu R juga mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang
jelas tentang apa saja tugas setiap anggota keluarga.
d. Nilai dan Norma Keluarga : Nilai dan norma yang dipegang oleh Bp. R
adalah sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam dan tidak terpengaru oleh norma
budaya. Penerimaan keluarga terhadap perawat sangat baik, setiap masalah
yang ada diutarakan dan menerima kehadiran perawat.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi Efektif :
Ibu R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah dapat
saling terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun An. H termasuk anak
yang pendiam dan jarang menyampaikan pendapat.
b. Fungsi Sosialisasi :
Hubungan antar anggota keluarga dalam rumah berjalan dengan baik.
Hubungan anggota keluarga dengan tetangga juga baik apalagi keluarga Bp. R
tergolong paling lama tinggal di wilayah tersebut.
c. Fungsi Perawatan Keluarga :
Ibu R mengatakan bahwa ketika ada anggota keluarga yang sakit, maka
yang sakit akan langsung diberikan obat dari warung atau dari apotek.
Keluarga Ibu R juga sering memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS, tetapi
jika sudah sembuh dengan mengkonsumsi obat warung maka hanya diobati di
rumah saja. Bp. R mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki keluhan fisik dan
tidak merokok hanya saja jika sedang banyak pekerjaan yang harus
diselesaikannya biasanya Bp. R mengeluhkan pegal-pegal pada badannya.
6. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor Jangka Pendek :
Keluarga Bp. R mencemaskan pergaulan An. H yang sudah memasuki
masa remaja. An. H sudah mulai ditawari untuk mencoba merokok oleh
teman-temannya, baik teman di sekolah maupun teman di lingkungan
rumahnya. An. H juga sering nongkrong tidak jelas dengan teman sekolah
maupun teman di lingkungannya tersebut. An. H juga mengatakan pernah ikut-
ikutan tawuran dengan teman-teman sekolahnya. An. H mengatakan sudah
memiliki teman dekat wanita (pacar).

26
b. Stressor Jangka Panjang :
Ibu R mengeluhkan biaya sekolah ketiga anaknya yang semakin mahal,
terlebih lagi tahun ini anak keduanya yaitu An. F akan lulus dari SD dan akan
memasuki SMP.
c. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah :
Jika ada masalah, keluarga berupaya untuk mencari jalan keluar dari
masalah tersebut dengan jalan musyawarah. Keluarga meyakini kalau setiap
masalah ada jalan keluarnya, misalnya dengan meminta bantuan dari orang tua
dan tetangga yang terdekat.
d. Strategi Koping yang Digunakan :
Ibu R mengatakan selalu menyerahkan semua masalah yang terjadi kepada
Allah SWT tetapi tetap berusaha untuk mengatasi masalah yang ada.
e. Strategi Adaptasi Disfungsional :
Tidak ada.
7. Harapan Keluarga
Keluarga berharap dengan kedatangan perawat berkunjung ke rumahnya
adalah keluarga dapat mengetahui status kesehatan keluarga. Dengan demikian
keluarga berharap akan selalu berada dalam kondisi sehat lahir dan batin. Mereka
juga berharap akan banyak mendapatkan banyak pengetahuan tentang berbagai
macam jenis penyakit dan cara perawatannya.

27
8. Pemeriksaan Fisik
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (0C) (Kg) (cm)
1 Bp. R
130/90 86 21 36,7 68 172
(38 tahun)
Keluhan/RPS Tidak memiliki keluhan fisik
Riwayat Bp. R mengatakan
penyakit
dahulu
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik, memakai kacamata jika membaca.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung
lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa

28
ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal, pernafasan 21 x/menit, tactil fremitus
sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan
tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat datar dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 10x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, tidak
ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.

29
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (0C) (Kg) (cm)
2 Ibu. R
110/70 82 19 36,8 48 154
(30 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung
lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak

30
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 19
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 9x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis,
tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam
baik.

31
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (0C) (Kg) (cm)
3 An. H
120/80 88 20 36,5 51 156
(14 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung
lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak

32
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal, pernafasan 20 x/menit, tactil fremitus
sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan
tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 9x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada
lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.

33
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (0C) (Kg) (cm)
4 An. F
110/80 91 21 36,8 36 139
(12 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung
lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak

34
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 21
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 8x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis,
tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam
baik.

35
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (0C) (Kg) (cm)
5 An. L
110/70 92 22 36,9 31 134
(9 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung
lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas

36
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 22
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 8x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada
lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.

37
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (0C) (Kg) (cm)
6 Nenek. R
140/90 90 23 37 52 155
(61 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung
lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak

38
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 23
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 8x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis,
tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam
baik.

Kesimpulan hasil pemeriksaan fisik :


1. Bp. R :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak memiliki kelainan
pada pemerikasaan fisiknya, Bp. R tidak mengeluhkan keadaan fisiknya, tidak
merokok, aktif berkegiatan, tidak ada riwayat penyakit keturunan.
2. Ibu R :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak memiliki kelainan
pada pemerikasaan fisiknya, Ibu R tidak mengeluhkan keadaan fisiknya, tidak
merokok, aktif berkegiatan, tidak ada riwayat penyakit keturunan.

39
3. An. H :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh
seimbang, tidak meiliki keluhan fisik, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3
bulan.
4. An. F :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh
seimbang, tidak meiliki keluhan penyakit, tidak ada riwayat pengobatan dalam
3 bulan.
5. An. L
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh
kurus, tidak meiliki keluhan fisik, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan.
6. Nenek R :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, merokok, tidak meiliki
keluhan fisik, penglihatan mulai berkurang, tidak ada riwayat pengobatan
dalam 3 bulan.
C. Analisa Data

No. Data Etiologi Problem


1. DS : Ketidak mampuan Ketidakefektifan
a. Ibu. R mengatakan dirumahnya keluarga mengenal performa peran
tidak ada peraturan yang jelas masalah tentang remaja An. H
tentang apa saja tugas setiap tugas dan fungsi keluarga Bp. R
anggota keluarga. perkembangan
b. An. H mengatakan tidak keluarga dengan
mengetahui tugas anak remaja.
perkembangan maupun
tanggung jawabnya sebagai
remaja.
c. An. H mengatakan sebelumnya
tidak pernah mendapatkan
informasi mengenai tugas
perkembangan maupun
tanggung jawabnya sebagai

40
remaja.
d. Ibu. R mengatakan urusan
anaknya lebih banyak
diserahkan kepada ibunya

DO :
a. An. H marupakan anak
pertama dalam keluarga.
b. An. H berusia 14 tahun,
berada pada masa remaja
awal.
c. Dirumahnya tidak ada yang
mengajarkan peran dan
tanggung jawab kepada
remaja (An. H)
2. DS : Ketidak mampuan Ketidakefektifan
a. Ibu. R mengatakan urusan keluarga mengenal koping keluarga
anaknya lebih banyak masalah tentang Bp.R
diserahkan kepada ibunya pentingnya
b. Ibu. R mengatakan An. H lebih komunikasi efektif
suka menghabiskan waktunya antara orang tua
didalam kamar dari pada dan remaja.
berkumpul dengan keluarga
c. Ibu. R mengatakan Bp. R
memang agak keras untuk
mendidik anak-anaknya
d. An. H mengakui tidak pernah
menceritakan masalah yang
dihadapinya pada orang tua
e. An. H mengatakan kadang
percakapan dengan orang tua
akan berakhir dengan
ketegangan

41
f. An. H mengatakan lebih suka
menceritakan masalahnya
kepada teman-temannya
debandingkan kepada orang tua
ataupun keluarganya yang lain.

DO :
a. Bp. R sibuk bekerja dan jarang
menyempatkan berbicara
kepada anaknya.

D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan performa peran remaja An. H keluarga Bp. R b/d ketidak
mampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas dan fungsi perkembangan
keluarga dengan anak remaja.
2. Ketidakefektifan koping keluarga Bp.R b/d ketidak mampuan keluarga mengenal
masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dan remaja.
E. Scoring/ Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah
1. Diagnosa : Ketidakefektifan performa peran remaja An. H keluarga Bp. R b/d
ketidak mampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas dan fungsi
perkembangan keluarga dengan anak remaja.

Kriteria SKOR Hasil Pembenaran


SIFAT MASALAH Saat ini An. H masih
(bobot = 1) dalam tahap
a. Tidak sehat 3 3/3 x 1 = 1 perkembangan remaja
b. Ancaman kesehatan 2 yang membutuhkan
c. Krisis atau keadaan 1 perhatian dan
sejahtera komunikasi yang efektif
dalam mengungkapkan
masalahnya. Orang tua
biasanya hanya

42
menanyakan kemana An.
H pergi dan kadang
memarahi jika ada
masalah dengan sekolah.
KEMUNGKINAN An. H masih dapat
MASALAH DAPAT diajak
DIUBAH (bobot = 2) berkomunikasi dan
a. Dengan mudah 2 2/2 x 2 = 2 menurut pada orang
b. Hanya sebagian 1 tuanya, melalui
c. Tidak dapat 0 pendekatan komunikasi
yang efektif akan
pengenalan peran dan
tanggung jawab remaja
maka penerapan peran
pada remaja di keluarga
Bp. R akan efektif.
POTENSIAL Adanya perhatian yang
MASALAH DAPAT baik dari orang tua dan
DICEGAH (bobot = 1) saudara An. H akan
a. Tinggi 3 1/3 x 1 = 1/3 perkembangan peran dan
b. Cukup 2 tanggung jawabnya.
c. Rendah 1
MENONJOLKAN Keluarga mengatakan
MASALAH (bobot = 1) ada masalah dan segera
a. Masalh berat, harus 2 2/2 x 1 = 1 perlu ditangani karena
segera ditangani mereka takut anaknya
b. Ada masalah, tapi 1 tidak bisa penerapkan
tidak perlu segera peran dan tanggung
ditangani jawab remaja di
c. Masalah tidak 0 keluarga.
dirasakan
Total 4 1/3

43
2. Diagnosa : Ketidakefektifan koping keluarga Bp.R b/d ketidak mampuan keluarga
mengenal masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dan
remaja.
Kriteria SKOR Hasil Pembenaran
SIFAT MASALAH Timbul mekanisme
(bobot = 1) koping negatif baik pada
a. Tidak sehat 3 3/3 x 1 = 1 orangtua, keluarga
b. Ancaman kesehatan 2 maupun remaja karena
c. Krisis atau keadaan 1 kurangnya kualitas
sejahtera komunikasi antara
mereka.
KEMUNGKINAN Pola komunikasi antara
MASALAH DAPAT remaja dan orang tua
DIUBAH (bobot = 2) merupakan suatu proses
a. Dengan mudah 2 2/2 x 2 = 2 yang harus dimulai dan
b. Hanya sebagian 1 dijaga
c. Tidak dapat 0 keberlangsungannya,
keluarga sudah
memberikan respon
positif dengan bertanya
cara komunikasi yang
baik dengan remaja.
POTENSIAL Keluarga sudah
MASALAH DAPAT mengetahui stressor dan
DICEGAH (bobot = 1) cara mencegahnya.
a. Tinggi 3 3/3 x 1 = 1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
MENONJOLKAN Keluarga menganggap
MASALAH (bobot = 1) masalah terjadi tetapi
a. Masalah berat, harus 2 1/2 x 1 = 1/2 tidak menjadikan
segera ditangani masalah ini prioritas
b. Ada masalah, tapi 1 utama.

44
tidak perlu segera
ditangani
c. Masalah tidak 0
dirasakan
Total 4 1/2

F. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan koping keluarga Bp.R b/d ketidak mampuan keluarga mengenal
masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dan remaja.
2. Ketidakefektifan performa peran remaja An. H keluarga Bp. R b/d ketidak
mampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas dan fungsi perkembangan
keluarga dengan anak remaja.

45
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga
disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu
tertentu.Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar
tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,
kelompok dan masyarakat
B. Saran
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan keluarga melalui
penyuluhan mengenai peran anggota keluarga dan perkembangan keluarga sesuai
jenjang merupakan langkah yang tepat dilakukan guna mencapai kebutuhan kesehatan
keluarga yang optimal.Upaya ini perlu dikembangkan dan ditingkatkan, untuk itu perlu
dukungan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap kesehatan keluarga.

46
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2012. Laporan situasi kependudukan dunia tahun 2012. Jakarta

Santrock, J. W. 2009. Perkembangan anak edisi kesebelas jilid 2. Jakarta: Erlangga

Setiadi. 2009. Konsep dan proses keperawatan keluarga edisi pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Mubarak, dkk. 2009. Ilmu keperawatan komunitas: konsep dan aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika

Wong, D. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

47

Anda mungkin juga menyukai