Lingkungan Hidup
ABSTRAK
Lokasi wisata Gronggong desa Patapan Kecamatan Beber Kabupaten Cirebon merupakan kawasan
dengan potensi wisata cukup tinggi. Diminati sejak tahun 90an Lokasi gronggong selalu menjadi
alternatif bagi pengunjung yang hendak berhibur sebatas melepas lelah dari aktifitas kerja sepekan.
Hanya dengan menikmati indahnya pemandangan malam kota Cirebon serta jagung bakar di
pinggiran jalan tepat dipuncak tikungan jalan perbukitan Gronggong. Sangat sederhana, namun jelas
di sana para pengunjung mendapatkan hiburan.
Konsep Edu-ekowisata merupakan bentuk pendidikan berbasis wisata. Melalui penelitian kualitatif
yaitu penelitian yang mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif
dan fleksibelity. Sehingga analisis deskripsi mampu melihat bahwa pengembangan pola edu-
ekowisata di kawasan Gronggong dalam pendidikan karakter berbasis lingkungan diyakini memiliki
peran yang sangat strategis dalam meningkatkan taraf pendidikan warga, membantu membuka
cakrawala warga terkait filsafat alam, filsafat budaya. Melalui alternatif wisata pendidikan lingkungan
hidup di kawasan ini niscaya mengurangi tekanan masyarakat terhadap hutan. Pola edu-ekowisata
disini memunculkan hiburan berbasis pendidikan. Aktifitas yang meng-explore antara perasaan
senang peserta didik dengan daya kritis dan rasa tanggung jawab peserta didik. Belajar sambil
berwisata, perlu kiranya kita wujudkan bersama. Semata-mata usaha mensinergiskan antara
pendidikan lingkungan hidup dan pariwisata dalam hal ini.
Kata Kunci: Wisata Gronggong, pola Edu-ekowisata, pendidikan karakter, pembangunan berkelanjutan.
ABSTRACT
Location of Gronggong Patapan village, Beber district Cirebon Regency is an area with high
potential tourism. Since the 90s, location of Gronggong has always been an alternative for visitors
who want to entertain unlimited refreshing from the work week by week by enjoying the beautiful
night scene of Cirebon city and roasted corn on the edge of the road right bend of the Gronggong
Hills. It is very simple, obviously the visitors get such wonderful and natural education environment
for entertainment.
Edu-ecotourism concept ia a form of tourism-base education. Through qualitative research, the
study is examined participants perspective with an interactive and flexible strategi. Description
analysis is able to see that the development of edu-ecotourism pattern in Gronggong area is
environment-base character education, it is believed to have the role of caracter of education in
improving the citizens it helps to open the knowladge natural philosophy, cultural philosophy.
Trhough an alternative environment education visit in the region undobtedly reduce public pressure
on forests. This concept finding the pettern tourism-base education. The Activities exploring fun
aspect, critical power and sanse of responsibility learners.We have to realized the studying while on
a tour. A step of Sinergization the environmental education and tourism essentialy.
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang mengkaji perspektif
partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif
ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan.
Dengan demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen
kunci (Sugiyono, 2013).
Proses Pengumpulan Data dan Analisis Informasi
Data Persepsi Masyarakat
Data dikumpulkan secara langsung di lokasi penelitian melalui wawancara secara
terstruktur dengan responden (pedoman dengan kuisioner) dengan jumlah responden
sebanyak 10 orang. Metode pengambilan sampel/responden yang digunakan adalah purposive
sampling, yaitu metode pengambilan sampel tidak secara acak melainkan berdasarkan
pertimbangan tertentu atau sengaja. Pertimbangannya adalah bahwa sampel/responden
tersebut bersifat spesifik, sehingga penentuannya harus dilakukan secara sengaja (purposive).
Dalam hal ini yang menjadi pertimbangan adalah responden (masyarakat) yang
memanfaatkan obyek wisata dan bersedia untuk diwawancarai. Data yang dikumpulkan
meliputi:
1. Data karakteristik responden (umur, pendidikan formal, pekerjaan)
2. Kegiatan Pemanfaatan Kawasan wisata oleh Masyarakat
3. Pemahaman atau persepsi masyarakat tentang ekowisata
4. Keterlibatan Masyarakat
Data Persepsi Pengunjung
Data dikumpulkan secara langsung di lokasi penelitian melalui wawancara secara
terstruktur dengan responden (pedoman dengan kuisioner) dengan jumlah responden
sebanyak 30 orang. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel/responden adalah
metode purposive sampling. Pertimbangan yang digunakan adalah responden (pengunjung)
yang berada di sekitar lokasi penelitian dan bersedia diwawancarai. Data yang dikumpulkan
meliputi:
1. Data karakter responden (umur, pendidikan, pendapatan, asal wisatawan)
2. Pemahaman atau persepsi wisatawan tentang ekowisata yang dikunjungi serta
sarana dan prasarana
3. Keinginan untuk berwisata
Pengambilan Data sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-
dokumen hasil studi/penelitian, peraturan perundang-undangan dan data pendukung lainnya.
Sumber data berasal dari Pemerintahan Daerah dari Dinas/Instansi terkait dengan penelitian,
yaitu : Kantor Wilayah/Dinas Perikanan Kehutanan dan Kelautan, Dinas Pariwisata Seni dan
Budaya, Kantor Kepala Desa, dan Perguruan Tinggi.
Analisis Data
Data yang didapat dari hasil wawancara, verifikasi, pengamatan lapang, studi
pustaka dan penyebaran kuesioner diolah dengan cara dianalisis dengan menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif menurut Lexy moleong yaitu
pengambilan data ditempatkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Hal ini
berkemungkinan menjadi kunci terhadap objek yang sudah teliti (Sugiyono, 2013). Setelah
data terkumpul, penulis olah secara deskriptif analitis.
PEMBAHASAN
Pola Edu-Ekowisata Sebagai Media Pendidikan Karakter Berbasis Lingkungan Hidup
tempat
Lingkungan tempat ngobrol
produktif
membangun
komunitas
Lingkungan tempat
belajarelajar leraning cafe pengembangan
mandiri bakat
perpustakaan
alam
smalloffice trend setter
Gambar 7: Profil pengembangan pola edu-ekowisata
Pola edu-ekowisata sebagai media pendidikan karakter berbasis lingkungan kami ini
adalah kembangan dari temuan Harry Santosa tentang tahapan Fitrah base education (2015) .
Dimulai dari Lingkungan: Melalui aplikasi ruang pembelajaran yang enjoyment di alam
terbuka, sebuah objek wisata alam yang aman dan nyaman untuk belajar secara natural dan
terstruktur, hal inilah yang peneliti maksud dengan perpustakaan alam dilengkapi mentor
pemandu (dalam hal ini bisa dilakukan oleh seorang guru). Peserta didik atau wisatawan
umum dapat langsung memilih tema materi: manusia dengan materi, manusia dengan Udara,
manusia dengan air, manusia dengan tanah dan lahan, serta manusia dengan kependudukan.
Masing-masing tema materi menentukan arah lorong-lorang kepustakaan yang berbeda
(small office). Dalam perjalanan lorong materi ini peserta maupun wisatawan umum
mendapatkan informasi materi secara menarik, baik melalui media langsung, seperti: pohon-
pohon, sungai, bebatuan, satwa, atmosfeer. Media permainan seperti puzzel, motor bike,
papan cerita. Multi media seperti video, permainan karikatur, minicraf, papan petunjuk arah,
papan id di bebebrapa item alam, dan lain-lain. Akhir dari kegiatan perpustakaan alam ini
adalah ruang diskusi, dimana para pengunjung telah disediakan lerning cafe, dalam format
lesehan, surau/masjid panggung kayu, ruang meeting/kelas, dll (pilihan disesuaikan dengan
kapasitas pengunjung).Objek wisata ini dilengkapi pula oleh kantin karena akhir dari kegiatan
belajar di lorong kepustakaan ini adalah kongkow (nyemil santai di tempat ngobrol
produktif). Small office yang disediakan merupakan area uji coba lebih lanjut. Dimana
peserta didik ketika berada pada tempat ini mendapatkan akses untuk dapat belajar mandiri
menggali sumber informasi ilmu pengetahuansecara langsung. Melalui bantuan mentor
peserta didik distimulus dengan diskusi dan dilanjut exsplorasi (pencarian) objek belajar,
kemudian mengenal objek dengan mengamati karakteristik, mengenal permasalahan sampai
pada mencari solusi dari masing-masing permasalahan tiap objek. Proses ini membantu
peserta didik belajar secara terstruktur. Objek wisata alam dengan pola edu-ekowisata
merupakan tempat pengembangan bakat, dimana pendidikan lingkungan hidup sedini
mungkin bukan sekedar mengenalkan anak-anak terhadap permasalahn lingkungan, akan
tetapi lebih kepada mengembangkan bakat baik anak, melalui penanaman cara pandang serta
sikap yang benar terhadap alam. Sehingga diharapkan mereka memiliki kepedulian yang
tinggi terhadap lingkungan (Dumouchel 2003). Alam dengan segala komponennya
merupakan media belajar paling menjanjikan dalam memperantarai aspek kognitif dengan
keterampilan proses anak. Maka sudah saatnya sistem pembelajaran hadir sebagai tempat
dimana penghargaan terhadap keunikan masing-masing peserta didik dimulai. Dengan begitu
maka lahirlah peserta didik sebagai penentu life style (trend setter) sebagai konsekuensi
logis dari program belajar yang mendorong peserta didik dalam skill proses.
SIMPULAN
Keputusan bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional
No. Kep.07/MenLH/06/2005 dan No. 05/VI/KB/2005 tentang pembinaan dan pengembangan
pendidikan lingkungan hidup, maka sebagaimana Berlia menjelaskan hasil risetnya bahwa
pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup dapat melalui pendekatan transdisipliner
(Barlia, 2008: 82). Sehingga wisata dengan penanaman fondasi pendidikan lingkunagn
tersebut sesuai dengan apa yang pemerintah cita-citakan.
Konsep Edu-Ecowisata sebagai media pendidikan karakter lingkungan Hidup
merupakan bentuk pendidikan berbasis wisata. Edu Ekowisata bertujuan sebagai instrumen
pendidikan karakter berbasis lingkungan hidup sekaligus strategi implementasi pembangunan
berkelanjutan. Melalui aplikasi ruang pembelajaran yang enjoyment di alam terbuka, pola
edu-ekowisata menjadi langkah strategi pengimplemantasian wisata berbasis pendidikan
karakter lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Barlia, Lily. 2008. Teori Pembelajaran Lingkungan Hidup di Sekolah Dasar. Subang: Royyan
Press.
Borong, P. R. 1999. Etika Bumi Baru. BPK Gunung Mulia. Jakarta.
Bappeda Kab. Cirebon. 2013. Laporan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
(Riparda).
Bappeda Prov Jabar. 2016. Laporan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Wilayah.
Damanik, J. dan Weber, H.F. 2006. Perencanaan Ekowisata – Dari Teori ke Aplikasi.
Penerbit Andi. Yogyakarta.
Fandeli, C dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. UGM. Yogyakarta.
Hadi, S. P. 2007. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Ife, J. 2005. Community Development. Longman London.
Jain, Nandita.Wendy Lama. Renzino Lepcha. 2000. Community–based Torism for
Conservation and Development: A Resource Kit. The Mountain Institute. Washington, USA.
Kaplan, D dan Manners, A.A. 2000. Teori Budaya. Terjemahan oleh Landung Simatupang.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Keraf, Sonny A DR. 2014. Filsafat Lingkungan HidupAlam Sebagai Sebuah Sistem
Kehidupan. Kanisius. Yogyakarta.
Nandi, Memaksimalkan Potensi Alam Di Jawa Barat, Jurnal Manajemen Resort Dan Laisure
Vol 1 No1, Oktober 2005.
Ndraha. 1987. Metodologi Penelitian Pembangunan Desa. Bina Aksara. Jakarta.
Noorhayati, Aliet. 2015. Telaah Filsafat Pendidikan. K-Media. Yogyakarta.
Rahardjo, Budi. 2005. Ekotourisme Berbasis Masyarakat dan Pengelolaan Sumberdaya
Alam. Pustaka Latin. Bogor. 24 Ramly, N. 2007. Pariwisata Berwawasan Lingkungan.
Grafindo Khazanah Ilmu. Jakarta.
Siti Nuriska Sulistiani, Lighar Dwinda Prisbitari, Kenny Apriliani, Pengembangan Wisata
Berbsis Masyarakat (Comunity Based Tourism/CBT) Di Taman Nasional Gunung Salak,
Institut Pertanian Bogor, 2011.
Soemarwoto, O. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan. Jakarta.
Soerjani, M. 1997. Pembangunan dan Lingkungan. IPPL. Jakarta.
Sugandhy, A. 1999. Penataan Ruang dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metodelogi Penelitian. Alfabeta. Bandung
Wasidi, Amran Achmad, M. Hatta Jamil, Strategi pengembangan ekowisata Pada Air Terjun
Sri Getuk Gunung Kidul, Badan Kepegawaian Daerah Gunung Kidul, Yogyakarta, 2013.
Wijayanti, Deddy, dkk. 2016. Pengembangan Pantai Baros Berkonsep Edu-Ekowisata. Jurnal
Riset Daerah Bappeda Yogyakarta Vol. XV, No. 3 Desember 2016.
Yusnikusumah, Tri R, dkk. 2016. Evaluasi Pengelolaan Ekowisata di Kawasan Tangkahan
Taman Nasional Gunung Leuser Sumatra Utara. Jurnal perencanaan wilayah dan kota ISSN
0853-9847 Vol 27, No. 3