Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS

GERONTIK DI PANTI WERDHA PANGESTI LAWANG

Disusun Oleh: Kelompok 2

Afriantria Irma 161365 Dwi Khusharini


161376
Berti Dwi Wahyu 161369 Elvina Ramanda Putri
161377
Saecilia Deka Wati 161370 Fifi Wulandari
161380
Coccynella Audy T 161373 Fira Anugrah Wijaya
161381
Diah Wulandari 161375
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI WALUYA MALANG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini Telah Disetujui


Sebagai Laporan Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Lansia
Di Panti Wredha Pangesti Lawang
Periode 22-4 Mei 2019
Hari/Tanggal : 2019

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi I Pembimbing Institusi II


Panti Werdha Pangesti STIKes Panti Waluya Malang STIKes Panti Waluya Malan

(Sariningsih, Amd.Kep) Berliany Venny Sipollo, MSN (Ns. Ifa Pannya Sakti, S.Kep

Pimpinan Direktur

Panti Wredha Pangesti STIKes Panti Waluya Malang

(Suster Clementine, Misc) (Maria M. Setyaningsih,


Ns.Sp.Kep.Mat)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses menua lansia mempengaruhi berbagai aspek kehidupan yaitu
social, ekonomi dan terutama kesehatan karena semakin bertambahnya usia
seseorang maka fungsi organ tubuh juga semakin menurun. Menua adalah
dimana suatu keadaan yang akan terjadi di kehidupan manusia (Dewi, 2014).

Menurut unidop (2017) jumlah lanjut usia di dunia akan terus mengalami
penambahan dibandingkan dengan jumlah kelompok usia lainnya. Pada tahun
2015 dan 2030 jumlah lanjut usia diseluruh dunia akan meningkat menjadi 56
persen dari 901 juta menjadi lebih dari 1,4 miliar, sedangkan ditahun 2030
diperkirakan jumlah usia 60 keatas akan melebihi dari pada usia muda sekitar
yang berusia 14 sampai 24 tahun.

Berdasarkan data penduduk bahwa diperkirakan pada tahun 2017 terdapat


23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah
lansia tahun 2020 (27,08), tahun 2025 (33,69), tahun 2030 (40,95 juta) dan
tahun 2035 (48,19 juta). Data tersebut menujukkan bahwa Indonesia
merupakan Negara dengan struktur penduduk menuju tua (ageing population).
Dan berdasarkan data dari kemenkes RI (2014), angka rasio ketergantungan
lansia terus meningkat karena baik secara alamiah maupun akibat penyakit
lansia akan mengalami penurunan derajat kesehatan. Dengan semakin
bertambahnya usia, individu lansia akan lebih rentang terhadap keluhan fisik.
Pemerintah Indonesia saat ini berupaya meningkatkan kesejahteraan
lansia, salah satunya yang menjadi pehatian serius adalah perubahan undang-
undang Nomor 13 Tahun 1998, ini merupakan usulan dari masyarakat dengan
adanya perkembangan permasalahan dan kebijakan lansia secara Nasional dan
Global. Dalam kesempatan ini kementrian social menyerahkan draf perubahan
UU Nomor 13 tahun 1998 dari masyarakat kepada ketua komisi VIII DPR RI.
Harapannya agar dapat segera masuk ke Program Legislasi Nasional
(Prolegnas). Dalam draf UU ini, dituangkan berbagai upaya meningkatkan
perlindungan dan pemberdayaan lansia, dan mengoptimalakan peran lembaga
masyarakat yang independen agar dapat berperan aktif dalam meningkatkan
kesejahteraan lanjut usia (Kemenkes RI, 2018). lanjut usia tidak mempunyai
cukup banyak waktu untuk mengurus orang tuanya. Sehingga menitipkan
orang tua mereka di panti jompo.

Panti jompo merupakan lembaga sosial yang mempunyai tanggung


jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada orangtua
atau lanjut usia yang terlantar yang memungkinkan adanya pemenuhan
kebutuhan lanjut usia untuk memenuhi kebutuhan hidup para lanjut
usia/jompo terlantar sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan
diliputi rasa ketentraman lahir dan batin, panti jompo ini juga mencegah
timbulnya atau berkembangnya permasalahan kesejahteraan sosial dalam
masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimanakah konsep pada lansia ?

1.2.2. Bagaimanakan asuhan keperawatan kelompok pada lansia?

1.3. Tujuan

1.3.1 Mengetahui konsep dasar pada lansia

1.3.2 Untuk mengetahui asuhan keperawatan kelompok pada lansia


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Lanjut Usia


Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia
tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak,
dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik
dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang
pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.
Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Diamana seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap
(Ma’rifatul, 2011).
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia lebih dari 65 atau 70
tahun yang dibagi lagi dengan 70-75 tahun (young old), lebih dari 80 tahun
(very old) (Setyonegoro, dalam Azizah, 2011). Sedangkan menurut
Reimer et al, Stanley and Beare (2007), mendefinisikan lanjut usia
berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang menganggap bahwa
orang yang telah tua menunjukan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan
kulit dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat tidak bisa melaksanakan
lagi fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi berkaitan
dengan kegiatan ekonomi produktif, dan wanita tidak dapat memenuhi
tugas rumah tangga. Kriteria simbolik seseorang dianggap tua ketika cucu
pertamanya lahir.
Berdasarkan definisi Ma’rifatul (2011), Setyonegoro (dalam
Azizah, 2011) dan Reimer et al, Stanley and Beare (2007). Dapat
disimpulkan bahwa Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh
kembang yang terjadi didalam suatu kehidupan. Proses perkembangan itu
dimulai dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Lanjut
usia menunjukan ciri fisik seperti rambut beruban, kulit mengendur, dan
kehilangan gigi, dan dialam peran masyarakat nya lanjut usia tidak bisa
lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi
berkaitan dengan kegiatan ekonomi produktif, dan wanita tidak dapat
memenuhi tugas rumah tangga. Dan seseorang lanjut usia adalah
seseorang yang berusia lebih dari 65 atau 70 tahun.

2.2 Klasifikasi lansia


a. Menurut WHO klasifikasi lanjut usia bisa dibedakan menjadi :
 Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia 45-59
tahun
 Usia lanjut (elderly) antara 60-70 tahun
 Usia lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun
 Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
b. Menurut Setyonegoro (dalam Azizah, 2011) usia dikelompokkan
menjadi :
 Usia dewasa muda (elderly adulthood), 18 atau 19-25 tahun
 Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun
atau 65 tahun
 Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang
dibagi lagi dengan 70-75 tahun (young old), lebih dari 80 tahun
(very old)

2.3 Proses Menjadi Tua (Menua)


Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinendes, 1994 dalam Darmojo, 2004).Penuaan adalah normal,
dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang
terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu (Mubarak, 2009).teori-teori penuaan
menurut para ahli.
a. Teori Biologis
Pada tahun 1993, Mary Ann Christ el al. (dalam Mubarak, 2009)
menyatakan bahwa “penuaan merupakan proses berangsur-angsur
yang mengakibatakan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan
perubahan yang berakhir dengan kematian”. Penuaan menurut teori
biologis diantara adalah
1) Teori stress
Menurut teori ini, penuaan terjadi akibat hilangnya sel-sel yang
biasa digunakan tubuh jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
2) Teori rantai silang
Menurut teori ini, penuaan terjadi sebagai akibat adanya reaksi
kimia sel-sel yang tua atau yang telah usang menghasilkan ikatan
yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
jaringan menjadi kurang elastis, kaku, dan hilangnya fungsi.
3) Teori program
Menurut teori ini, penuaan terjadi karena kemampuan organisme
untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel
tersebut mati.
b. Teori psikologis
Teori-teori psikologis dipengaruhi juga oleh teori biologi dan
sosiologi atau salah satu teori yang ada.Teori tugas perkembangan
yang diungkapkan oleh Hanghurst (1972, dalam Mubarak, 2009)
adalah “setiap individu harus memerhatikan tugas perkembangan yang
spesifik pada tiap tahap kehidupan yang akan memberikan perasaan
bahagia dan suksses”.
Tugas perkembangan yang spesifik ini bergantung pada
maturasi fisik, pengharapan kultural masyarakat, dan nilai aspirasi
individu. Tugas perkembangan pada dewasa tua meliputi : penerimaan
adanya penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, penerimaan masa
pensiun dan penurunan pendapatan, respon penerimaan adanya
kematian pasangan atau orang-orang yang berarti bagi dirinya,
mempertahankan hubungan dengan kelompok seusia, adopsi dan
adaptasi dengan peran sosisal secra fleksibel, serta mempertahankan
kehidupan secara memuaskan (Mubarak, 2009).
c. Teori kesalahan genetic
Menurut dr. Afgel bahwa “proses menjadi tua ditentukan oleh
kesalahan gen genetik DNA dimana sel genetik memperbanyak diri
(ada yang memperbanyak diri sebelum pembelahan sel), sehingga
mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang berakibat pula pada
terhambatnya pembentukan sel berikutnya, sehingga mengakibatkan
kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian orang akan tampak
menjadi tua”.
d. Teori rusaknya sistem imun tubuh
Mutasi yang terjadi secara berulang mengakibatkan kemampuan
sistem untuk mengenali dirinya berkurang (self recognition), sehingga
mengakibtakan kelainan pada sel karena dianggap sebagai yang
membuat hancurnya kekebalan tubuh.
e. Teori penuaan akibat metabolism
Teori akibat metabolisme menjelaskan bagaimana proses menua
terjadi
1) Datang dengan sendirinya, merupakan “karunia” yang tidak bisa
dihindari /ditolak,
2) Usaha yang memperlambat menjadi awet muda.

2.4 Perubahan Fisiologis Pada Sistem Kardiovaskuler


Perubahan fisiologis pada sistem kardiovaskuler mencakup massa
jantung bertambah, ventikrel kiri mengalami hipertrofi dan kemampuan
peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan
penumpukan lipofusin dan klasifikasi SA nude dan jaringan konduksi
berubah menjadi jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal
berkurang sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk
meningkatkan VO2 maksimum mengurangi tekanan darah dan berat badan
(Azizah, 2011).
Dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah
mengalami perubahan baik struktural maupun fungsional. Secara umum,
perubahan yang disebabkan oleh penuaan berlangsung lambat dan dengan
awitan yang tidak disadari. Penurunan yang terjadi berangsur - angsur ini
sering terjadi ditandai dengan penurunan kebutuhan darah yang
teroksigenasi. Namun, perubahan yang menyertai penuaan ini menjadi
lebih jelas ketika sistem ditekan untuk meningkatkan keluarannya dalam
memenuhi peningkatan kebutuhan tubuh (Nugroho, 2000).
Ada 2 perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler pada
lanjut usia menurut Nugroho (2000), yaitu :
a. Perubahan Struktural Pada Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer, kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, elastisitas dinding
aorta menurun, katup jatung menebal dan menjadi kaku kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun, hal ini menyebkan menurunnya kontraksi dan volumenya
(Nugroho, 2000).Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan
sedikit mengecil. Yang paling banyak mengalami penurunan adalah
rongga bilik kiri, akibat semakin berkurangnya aktivitas. Yang juga
mengalami penurunan adalah besarnya sel-sel otot jantung hingga
menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung (Nugroho, 2000)
b. Perubahan Fungsional pada Sistem Kardiovaskular
Prinsip perubahan fungsional terkait usia yang dihubungkan dengan
pembuluh darah secara progresif meningkatkan tekanan sistolik. Tidak
ada perubahan dalam tekanan diastolik adalah normal. Kemungkinan
diakibatkan oleh kekakuan pembuluh darah atau karena selama
bertahun - tahun menerima aliran darah bertekanan tinggi,
baroreseptor yang terletak di arkus aorta dan sinus karotis menjadi
tumpul atau kurang sensitive (Nugroho, 2000).

2.5 Teori Proses Menua


1) Teori biologis
 Teori genetik dan mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimiayang di
program oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. Contohnya sepertimutasi dari sel-sel
kelamin.
 Teori immunologi slow virus
Sistem imun terjadi kurang efektif dengan bertambahnya usia dan
masukknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh, sehingga dapat menimbulkan perkembangan
penyakit kronis seperti kanker, diabetes, dan penyakit
kardiovaskular serta infeksi.
 Teori autoimmun
Produksi anti body yang akan menyerang sel-sel tubuh sehingga
ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat-zat
tersebut jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
 Teori radikal bebas
Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektron tidak
berpasangan, karena elektronya tidak berpasangan, secara kimiawi
radikal bebas akan mencari pasangan elektron lain bereaksi
dengan subtansi lain terutama protein dan lemak jenuh. Tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi
O2 bahan-bahan organik seperti kabohidrat, protein, radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerai.
 Teori setress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, dan stress dapat menyebabkan sel-sel tubuh
banyak terpakai.
 Teori rantai silang
Sel-sel yang tua reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen, ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacoan dan hilangnya fungsi.
 Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah.
2) Teori psikologis
 Teori aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial, dan juga
aktivitas ini dapat mempertahankan hubungan antara sistem sosial
dan individu, agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lansia.
 Teori kepribadian lanjut
Teori ini merupakan gabungan dan teori aktivitas, teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang lansia
sangat dipengaruhi oleh personaliti yang dimiliki
 Teori pembebasan
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari kehidupan sosialnya
atau menarik diri dari pergulan sekitarnya baik secara kualitas
maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda yakni
kehilangan peran,hambatan kotak sosial,dan berkurangnya
komitmen.
6. Faktor yang Mempengaruhi Penuaan
 Herediter
 Nutrisi
 Status Kesehatan
 Genetic
 Pengalaman Hidup
 Lingkungan
 Stress
 Makanan
7. Perubahan Pada Lansia
1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai semua sistem organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria,
endokrin dan integumen.
a) Sistem Pernafasan
 Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume
udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
 Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk
sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
 Penurunan aktivitas paru sehingga jumlah udara pernapasan
menurun.
 Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas
permukaan normal 50m²), sehingga menyebabkan terganggunya
proses difusi.
 Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg mengganggu
proses oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut
semua ke jaringan.
 CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam
arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada
tubuh sendiri.
 Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret dan
corpus alineum dari saluran nafas berkurang sehingga potensial
terjadinya obstruksi.
b) Sistem Saraf
 Cepatnya menurunkan hubungan persarafan.
 Lambat dalam merespon dan memerlukan waktu lebih untuk
berpikir.
 Mengecilnya saraf panca indera, mengakibatkan berkurangnya
penglihatan, hilangnya pendengaran dan menurunnya daya
penciuman dan lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.
c) Panca Indera
1) Penglihatan
 Kornea lebih berbentuk skeris.
 Pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
 Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
 Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya
gelap.
 Hilangnya daya akomodasi.
 Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
 Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau.
2) Pendengaran
 Presbiakusis, yaitu menurunnya kemampuan atau daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi
suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia diatas
umur 65 tahun.
 Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
 Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya kreatin.
3) Pengecap
Menurunnya kemampuan pengecap.
4) Peraba
 Kemunduran dalam merasakan sakit.
 Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
d) Kardiovaskuler
 Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun
sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
 Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, duduk ke berdiri
bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (
mengakibatkan pusing mendadak ).
 Tekanan darah tinggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
e) Sistem Genito Urinaria
 Ginjal, mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan di glomerulus menurun
sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya
kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun
proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg
%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
 Vesika urinaria atau kandung kemih, otot-otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan
frekuensi BAK meningkat, vesika urinaria sulit dikosongkan pada
pria lanjut usia.
 Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
 Atropi vulva.
 Vagina, selaput menjadi kering, elastisitas jaringan menurun dan
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang.
 Daya sexual, frekuensi sexsual intercouse cenderung menurun
tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
f) Sistem Endokrin Atau Metabolik
 Produksi hampir semua hormon menurun.
 Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
 Pituitari, pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya
ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH,
TSH, FSH dan LH.
 Menurunnya aktivitas tiriod, BMR turun dan menurunnya daya
pertukaran zat.
 Menurunnya produksi aldosteron.
 Menurunnya sekresi hormon gonad, seperti progesteron, estrogen
dan testosteron.
 Defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotirodism, depresi
dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi
tekanan jiwa.

g) Sistem Pencernaan
 Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disease
yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
 Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas
dari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis, asin, asam dan
pahit.
 Esofagus melebar.
 Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam
lambung menurun dan waktu mengosongkan menurun.
 Peristaltik usus lemah dan biasanya timbul konstipasi.
 Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
 Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan disertai
berkurangnya aliran darah.
h) Sistem Muskuloskeletal
 Tulang kehilangan densitasnya sehingga rapuh, resiko terjadi
fraktur.
 Kyphosis.
 Persendian besar & menjadi kaku.
 Pada wanita lansia, resiko fraktur lebih tinggi.
 Pinggang, lutut dan jari pergelangan tangan terbatas.
 Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek sehingga
tinggi badan berkurang.
 Gerakan reflektonik, gerakan diluar kemauan sebagai reaksi
terhadap rangsangan pada lobus.
 Gerakan involunter, gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi
terhadap suatu perangsangan terhadap lobus.
 Gerakan sekutu, gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk
menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter.
i) Sistem Kulit Dan Jaringan Ikat
 Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
 Kulit kering dan kurang elastis karena menurunnya cairan dan
hilangnya jaringan lemak.
 Kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak
begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
 Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya
aliran darah dan menurunnya sel yang memproduksi pigmen.
 Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan
penyembuhan luka kurang baik.
 Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
 Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta
warna rambut kelabu.
 Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang
menurun.
 Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas.
j) Sistem Reproduksi Dan Kegiatan Seksual
 Perubahan sistem reproduksi.
 Selaput lendir vagina menurun dan kering.
 Menciutnya ovarium dan uterus.
 atrofi payudara.
 Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan
secara berangsur-angsur.
 Dorongan seks menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi
kesehatan baik.
2. Perubahan Mental Atau Psikologis
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
 Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
 Kesehatan umum.
 Tingkat pendidikan.
 Keturunan (herediter).
 Lingkungan.
 Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.
 Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan.
 Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan
dengan teman dan keluarga.
 Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri dan perubahan konsep diri. Perubahan
kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih
sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang.
Kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-
penyakit.
b. Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial.
 Perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan
fungsi, kemunduran orientasi, penglihatan, pendengaran
mengakibatkan kurangnya percaya diri pada fungsi mereka.
 Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.
 Gangguan halusinasi.
 Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.
 Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan
gambaran diri.
3. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya.
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari.
8. Masalah yang Dihadapi Lansia
a) Masalah Ekonomi
Lanjut usia ditandai dengan penurunan produktivitas kerja yang
berhubungan dengan penurunan pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, papan dan kesehatan.
b) Masalah Sosial
Ditandai dengan berkurangnya kontak sosial pada anggota keluarga,
rekan kerja, masyarakat, karena pensiun dan menyebabkan rasa
kesepian, murung. Untuk menghadapi ini perlu dibentuk kelompok
lansia yang memiliki kegiatan mempertemukan anggota keluarga agar
kontak sosial berlangsung, saling tukar informasi, saling becanda dan
belajar.
c) Masalah Kesehatan
Ditandai dengan penurunan fisik dan rentan terserang penyakit,
diperlukan pelayanan kesehatan terutama untuk kelainan degenerative
guna meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia, agar
tercipta masa tua yang bahagia dan berguna dalam masyarakat.

d) Masalah Psikologi
Kesepian, terasing di lingkungan, ketidakberdayaan, kurang percaya
diri, ketergantungan, sehingga diperlukan adanya aktivitas pekerjaan
untuk pemenuhan kebutuhan rasa aman.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS GERONTIK
DI PANTI WERDHA PANGESTI LAWANG

Asuhan keperawatan gerontik dilakukan oleh mahasiswa D-III Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Waluya Malang melalui praktik klinik di
Panti Werdha Pangesti Lawang pada Ruang Santo Fransiskus dan Santo Michael
yang dimulai tanggal 22 April 2019 s.d 04 Mei 2019.

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Tabel 1.1 jenis kelamin
No Jenis kelamin Jumlah Prosentase
1. Laki-laki 0 0%
2. Perempuan 9 100%
Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interprestasi data :
Berdasarkan table 1.1 dari 09 lansia yang dikaji sebagian besar (100%) atau
9 lansia perempuan.

Tabel 1.2 Usia (Berdasarkan WHO)


No Usia Jumlah Prosentase
1. 54-59 tahun (middle age) 0 0%
2. 60-74 tahun (elderly) 4 44,4%
3. 75-90 tahun (old) 5 55,6%
4. >90 tahun (very old) 0 0%
Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interprestasi data :
Berdasarkan tabel 1.2 dari 9 lansia yang dikaji 44,4% lansia berusia 60-74
tahun. lansia berusia 75-90 tahun 55,6%
DERAJAT KESEHATAN
a. Keluhan yang dirasakan saat ini
Tabel 2.1 frekuensi karakteristik lansia berdasarkan keluhan yang dirasakan
saat ini
No Keluhan Jumlah Prosentase
1. Nyeri 9 100
Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interprestasi data :
Berdasarkan tabel 2.1 dari 9 lansia yang dikaji ialah (100%) mengeluhkan
nyeri; dan (11,1%).

Tabel 2.2 Keluhan nyeri


Pengkajian Keluhan Jumlah Prosentase Keterangan
Aktivitas 6 66,6% Dari 9 lansia didapatkan
Gerak 3 44,4% data (66,6%) 6 lansia
Tegang 0 0% mengeluh nyeri dengan
(P) Paliatif nyeri terasa saat
Jumlah yang mengalami nyeri : 9 beraktivitas (33,3%) 3
Tidak nyeri 0 0% lansia, nyeri saat
digerakkan
Cekot-cekot 8 88,9% Dari 9 data didapatkan
Tertimpa 1 11,1% hasil (88,9%) 8 lansia
beban berat mengeluh nyeri terasa
Q (Kualitas)
Tidak nyeri 0 0% cekot-cekot,nyeri seperti
tertimpa beban berat
(11,1%) 1 lansia.
Kaki 6 66,7% Dari 9 data lansia
Tangan dan 2 22,2% didapatkan hasil (66,7%)
kaki nyeri pada kaki, (22,2%)
R (Regio)
Bagian lain 1 11,1% nyeri pada tangan dan
Tidak ada 0 0% kaki, dan (11,1%) pada
bagian lain.
Tidak nyeri 0 0% Dari 9 data lansia
Nyeri ringan 7 77,8% didapatkan hasil (77,8%)
Nyeri sedang 2 22,2% mengatakan nyeri
S (Skala)
Nyeri berat 0 0 ringan. (22,2%)
Sangat nyeri 0 0 mengatakan nyeri
sedang.
Hilang timbul 9 100% Dari 9 data lansia
Terus 0 0% didapatkan hasil (100%)
lansia mengeluh nyeri
T (Waktu) menerus hilang timbul.
Tidak nyeri 0 0%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
b. Keadaan umum:
Tabel 2.3 Kesadaran
Jenis Kesadaran Jumlah Prosentase
Compos mentis 9 100%
Apatis 0 0
Delirium 0 0
Somnolen (letargi) 0 0
Stupor (soporo coma) 0 0
Coma (comatose) 0 0
Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interprestasi data :
Berdasarkan tabel 2.3 dari 9 lansia yang dikaji didapatkan data sebagian
besar (100%) lansia yang dikaji memiliki kesadaran composmentis.

Tabel 2.4 Tanda-tanda vital


Vital Sign Variabel Jumlah Prosentase Keterangan
Tekanan <120/80 mmHg 0 0% Didapatkan data
Darah 130-139/80-89 1 11,1% bahwa lansia
(Berdasarkan mmHg dengan tekanan
AHA) 140-179/90-119 8 88,9% darah 130-139/80-
mmHg 89 mmHg
>180/120 0 0% (11,1%),
mmHg sedangkan pada
lansia dengan
tekanan darah
140-179/90-119
mmHg (88,9%)
Nadi < 60 x/menit 0 0% Didapatkan data
60-100 x/menit 9 100% bahwa 100%
>100 x/menit 0 0% lansia saat dikaji
memiliki denyut
nadi dalam
rentang normal
60-100 x/menit.
Suhu < 36,5 OC 0 0% Didapatkan data
36,5-37,5 OC 9 100% 100% lansia
>37,5 OC 0 0% memiliki suhu
badan 36,5-37,5
O
C
Frekuensi < 16 x/menit 0% Didapatkan data
Pernafasan 16-24 x/menit 9 100% 100% lansia
frekuensi
>24 x/menit 0 0% pernafasannya
dalam batas
normal 16-24
x/menit.
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019

c. Riwayat Penyakit
Tabel 2.5 Riwayat penyakit
Riwayat Penyakit Jumlah Prosentase
Diabetes mellitus+hipertensi 2 22,2%
Hipertensi 3 33,3%
CVA+hipertensi 4 44,5%
Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interprestasi data:
Pada tabel 2.5 didapatkan hasil sebagian kecil (44,5%) dari 4 lansia
mengalami CVA dan hipertensi, dan sebagian besar (33,3%) dari 3 lansia
mengalami penyakit diantaranya hipertensi, dan (22,2%) dari 2 lansia
mengalami Hipertensi dan diabetes mellitus.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tabel 2.6 Riwayat Kesehatan keluarga
Nama Penyakit Jumlah Prosentase
Diabetes Mellitus 1 11,1%
Hipertensi 2 22,2%
Tidak memiliki riwayat penyakit 6 66,7%
keluarga
Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interprestasi data:
Pada tabel 2.6 dari 9 lansia yang dikaji didapatkan hasil sebagian besar
(66,7%) lansia tidak memiliki riwayat penyakit keluarga, sebagian kecil
(22,2%) lansia memiliki riwayat penyakit hipertensi, dan sebagian kecil
(11,1%) lansia memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus.

e. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari


1) Pola pemenuhan nutrisi
Tabel 2.7 frekuensi makan lansia
No Frekuensi Jumlah Prosentase
1. < 3 kali sehari 0 0
2. 3 kali sehari
a. 1 porsi 9 100%
b. ½ porsi 0 0%
c. ¼ porsi 0
3. > 3 kali sehari 0 0
Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interprestasi data:
Pada tabel 2.7 dari 9 lansia yang dikaji didapatkan hasil sebanyak (100%)
lansia yang dikaji memiliki frekuensi makan 3x sehari dengan pembagian
dalam menghabiskan porsi makan terdiri dari 1 porsi makan.

2) Status gizi
Tabel 2.8 IMT lansia
Kategori Jumlah Presentasi
Underweight < 18,50 0 0%
Normal 18,50 - 24,99 7 77,8%
Overweight ≥ 25,00 2 22,2%
Obesitas ≥ 30,00 0 0%
Total 9 100%
Sumber : Hasil Analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang,
2019
Interprestasi data:
Pada tabel 2.8 dari 9 lansia yang dikaji didapatkan hasil sebagian besar
(77,8%) 7 lansia berat badan normal dengan rentang normal 18,50-24,99
dan sebagian kecil (22,2%) 2 lansia berat badan dengan rentang
overweight ≥25,00

3) Pola pemenuhan cairan


Tabel 2.9 Jumlah cairan yang diminum
Jumlah cairan yang
No Jumlah Prosentase
diminum
1. < 1500 cc 4 44,4%
2. 1500 cc 5 55,6%
3. > 1500 cc 0 0
Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang,
2019
Interprestasi data:
Pada tabel 2.9 dari 9 lansia yang dikaji didapatkan hasil sebagian kecil 4
lansia <1500 cc, sebagian besar 5 lansia minum sebanyak 1500 cc.

4) Pola istirahat tidur


Tabel 2.10 frekuensi tidur
No Frekuensi tidur Jumlah Prosentase
1. < 8 jam 2 22,2%
2. 8 jam 2 22,2%
3. > 8 jam 5 55,6%
Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang,
2019
Interprestasi data:
Pada tabel 2.10 dari 9 lansia yang dikaji didapatkan hasil sebagian besar
(55,6%) atau 5 lansia tidur selama >8 jam, sebagian kecil (22,2%) 2
lansia tidur <8 jam, dan lansia tidur 8 jam (22,2%) 2 lansia.

5) Pola eliminasi
Tabel 2.11 frekuensi BAK dan BAB
Jenis Frekuensi Jumlah Prosentase Keterangan
Mandiri 5 55,7% Dari 12 lansia
Dengan 3 33,3% didapatkan data
pampers bahwa sebagian
kecil (16,6%)
atau 2 lansia
tidak
BAK menggunakan
pampers dan
sebagian besar
(83,3%) atau 10
lansia
menggunakan
pampers.
<1x sehari 0 0% Dari 12 lansia
1xsehari 8 88,9% didapatkan data
bahwa (91,6%)
>1x sehari 1 11,1% atau 11 lansia
yang dikaji
BAB
BAB 1x dalam
sehari dan
sebagian kecil
(8,4%) atau 1
lansia yang
dikaji BAB
lebih dari 1x.
Sumber : hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang,
2019

6) Pola aktivitas bergerak


Tabel 2.12 kemampuan beraktifitas
No Kemampuan beraktifitas Jumlah Prosentase
1. Mandiri 2 22,2%
Dengan bantuan
a. Kursi roda 4 44,4%
2.
b. Tongkat 3 33,4%

Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interprestasi data:
Pada tabel 2.12 dari 9 lansia yang dikaji sebagian kecil (22,2%) atau 2
lansia dapat melakukan aktivitas sendiri dan sebagian besar (77,8%)
lansia melakukan aktvitas dengan bantuan yang terdiri dari (44,4%)
sebanyak 4 lansia menggunakan bantuan kursi roda, (33,4%) sebanyak 3
lansia menggunakan tongkat.

Tabel 2.13 kondisi ektermitas


No Interpretasi Jumlah Prosentase
1. Tidak mengalami gangguan 3 33,4%
seluruh anggota gerak
2. Kelemahan pada salah satu 3 33,3%
anggota gerak
3. Kelemahan salah satu sisi 2 22,2%
anggota gerak atas dan bawah
4. Mengalami pada seluruh 1 11,1%
anggota gerak
Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interpretasi data:
Pada tabel 2.13 dari 9 lansia yang dikaji terdapat sebagian besar (33,4%)
atau 3 lansia yang tidak mengalami gangguan anggota, sebagian (33,3%)
atau 3 lansia yang mengalami kelemahan salah satu anggota gerak,
sebagian kecil (11,1%) atau 1 lansia mengalami kelemahan pada seluruh
anggota gerak.

Tabel 2.14 kemampuan berpindah


No Kemampuan berpindah Jumlah Prosentase
1. Dari kursi roda ke tempat tidur
5 55,6%
dengan mandiri
2. Dari kursi roda ke tempat tidur
4 44,4%
dengan bantuan orang lain
Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interprestasi data:
Pada tabel 2.14 dari 9 lansia yang dikaji terdapat 5 lansia atau 66,7%
lansia dapat berpindah dari kursi roda ke tempat tidur tanpa bantuan
orang lain, dan 3 lansia atau sekitar 33,3% lansia berpindah dari kursi
roda ke tempat tidur dengan bantuan orang lain.

Tabel 2.15 kemampuan berdiri


No Kemampuan berdiri Jumlah Prosentase
1. Dengan bantuan 3 33,3%
2. Mandiri 6 66,7%
Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interprestasi data:
Pada tabel 2.15 dari 9 lansia yang dikaji didapatkan data sekitar 6 lanisa
66,7% memiliki kemampuan dengan mandiri saat berdiri dan sejumlah 3
lanisa atau 33,3% dapat melakukan dengan bantuan (pegangan) saat
berdiri.

7) Pola pemenuhan kebersihan diri


Tabel 2.16 pemenuhan kebersihan diri
No Pemenuhan kebersihan diri Jumlah Prosentase
1. Mandiri 6 66,7%
2. Dengan bantuan 3 33,3%
Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interprestasi data:
Pada tabel 2.16 dari 9 lansia yang dikaji sebagian besar (66,7%) lansia
dapat melakukan pemenuhan kebersihan diri dengan mandiri dan
sebagian kecil (33,3%) lansia melakukan pemenuhan kebersihan diri
dengan dibantu.

f. Status psikososial
1) Komunikasi dengan orang lain
Tabel 2.17 komunikasi dengan orang lain
Komunikasi dengan orang
No Jumlah Prosentase
lain
1. Baik 3 33,3%
2. Kurang baik 6 66,7%
Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interprestasi data:
Pada tabel 2.17 dari 9 lansia yang dikaji terdapat 6 atau (91,7%) lansia
kurang berkomunikasi dengan baik dan 3 lansia atau (33,3%) dapat
berkomunikasi dengan baik.
2) Hubungan dengan orang lain
Tabel 2.18 hubungan dengan orang lain
No Hubungan dengan orang lain Jumlah Prosentase
1. Baik 3 33,3%
2. Kurang baik 6 66,7%
Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interprestasi data:
Pada tabel 2.18 dari 9 lansia yang dikaji, terdapat 6 lansia atau 66,7%)
hubungan dengan orang lain kurang baik dan terdapat 3 lansia atau
(33,3%) dapat berhubungan baik dengan orang lain.

3) Peran dalam kelompok


Tabel 2.19 Peran dalam kelompok
No Peran dalam kelompok Jumlah Prosentase
1. Baik 5 55,6%
2. Kurang baik 4 44,4%
Total 9 100%
Sumber : hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interprestasi data:
Pada tabel 2.19 dari 9 lansia yang dikaji terdapat 3 lansia atau (33,3%)
dapat berperan baik dalam kelompoknya dan 6 lansia atau (66,7%) lansia
kurang berperan dalam kelompok.

4) Keaktifan dalam kelompok


Tabel 2.20 keaktifan dalam kelompok
No Peran dalam kelompok Jumlah Prosentase
1. Aktif 4 44,4%
2. Kurang aktif 5 55,6%
Total 9 100%
Sumber : hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interpretasi data :
Pada tabel 2.20 dari 9 lansia yang dikaji terdapat 4 lansia atau (44,4%)
aktif dalam kelompoknya dan 5 lansia atau (55,6%) kurang aktif dalam
kelompok.

5) Kesedihan yang dirasakan


Tabel 2.21 kesedihan yang dirasakan
No Kesedihan yang dirasakan Jumlah Prosentase
1. Sering mendapat kunjungan 4 44,7%
2. Tidak mendapat kunjungan 5 55,3%
Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interprestasi data:
Pada tabel 2.21 dari 9 lansia yang dikaji terdapat 5 lansia atau (55,3%)
lansia mengalami kesedihan karena tidak mendapat kunjungan dari
keluarga, dan 4 lansia atau (44,7%) lansia tidak mengalami kesedihan
karena sering mendapat kunjungan.
6) Stabilitas emosi
Tabel 2.22 stabilitas emosi
No Stabilitas emosi Jumlah Prosentase
1. Dapat mengkontrol emosi 4 44,7%
Tidak dapat mengkontrol 5 55,3%
2.
emosi
Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interprestasi data:
Pada tabel 2.22 dari 9 lansia yang dikaji terdapat 4 lansia atau (44,7%)
dapat mengkontrol emosi , dan 5 lansia atau (55,3%) tidak dapat
mengkontrol emosi.

7) Perhatian dari keluarga


Tabel 2.23 perhatian dari keluarga
No Perhatian Jumlah Prosentase
1. Perhatian 4 44,7%
2. Kurang perhatian 5 55,3%
Total 9 100%
Sumber : Hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interprestasi data:
Pada tabel 2.23 dari 9 lansia yang dikaji sebagian besar (44,7%) lansia
mendapat perhatian dari keluarganya, dan sebagian kecil (55,3%) lansia
tidak mendapatkan perhatian dari keluarganya.

8) Perlakuan yang salah dalam kelompok


Tabel 2.24 perlakuan yang salah
No Perlakuan yang salah Jumlah Prosentase
1. Ada 0 0
2. Tidak ada 9 100%
Total 9 100%
Sumber : hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interprestasi data:
Pada tabel 2.24 dari 9 lansia yang dikaji terdapat 9 lansia atau (100%)
mendapat perlakuan yang baik dalam kelompok.
9) Data status fungsional
Tabel 2.25 Katz Indeks
No. Interpretasi Jumlah Prosentase
1. Mandiri dalam makan, kontinensi (BAK dan 6 66,7%
BAB), menggunakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah, dan mandi
2. Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari 0 0%
fungsi diatas
3. Mandiri kecuali mandi dan satu lagi fungsi 0 0%
yang lain
4. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, dan satu 0 0%
lagi fungsi yang lain
5. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ketoilet, 0 0%
dan salah satu fungsi yang lain
6. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, 1 11,1%
berpindah, dan satu lagi di fungsi yang lain
7. Ketergantungan untuk semua fungsi di atas 2 22,2%
Total 9 100%
Sumber : hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interpretasi:
Pada tabel 2.25 dari 9 lansia yang dikaji terdapat 6 lansia atau (66,7%)
yang mampu melakukan kegiatan secara mandiri, 1 lansia mampu
melakukan kegiatan secara mandiri kecuali mandi, berpakaian ketoilet,
dan salah satu fungsi yang lain, 2 lansia (22,2%) mengalami
ketergantungan semua fungsi.

10) Data status kognitif


Tabel 2.26 Pengkajian MMSE
No. Interpretasi Jumlah Prosentase
1. Tidak ada gangguan kognitif 5 55,6%
(24-30)
2. Gangguan kognitif sedang 2 22,2%
(18-23)
3. Gangguan kognitif berat (0- 2 22,2%
17)
Jumlah 9 100%
Sumber : hasil analisa data mahasiswa STIKes Panti Waluya Malang, 2019
Interpretasi data:
Pada tabel 2.26 dari 9 lansia yang dikaji (22,2%) atau 2 lansia mengalami
gangguan kognitif sedang, sedangkan (55,6%) atau 5 lansia tidak ada
gangguan kognitif, dan (22,2%) atau 2 lansia yang mengalami gangguan
kognitif berat.

2. DATA LINGKUNGAN FISIK


a. Pemukiman
1) Luas bangunan
Luas bangunan yang ditempati berukuran 640 m
Luas tanah 33.990 m
2) Bentuk bangunan
Oma dan opa tinggal di lingkungan Panti Werdha Pangesti, bentuk
bangunan adalah rumah.
3) Jenis bangunan
Bangunan permanen
4) Atap rumah
Asbes pada ruangan dan kanopi pada teras
5) Dinding : tembok, kayu, bamboo dll. Sebutkan !
Tembok
6) Lantai : semen, tegel, keramik, tanah, kayu, lainnya. Sebutkan
!
Keramik
7) Ventilasi : kurang/lebih dari 15 % luas lantai
Setiap ruangan mempunyai ventilasi yang baik
8) Pencahayaan : baik, kurang
Pencahayaan baik
9) Penerangan : baik, kurang
Penerangan baik
10) Kebersihan : baik, kurang
Kebersihan baik, ruangan selalu dibersihkan setiap hari
11) Pengaturan ruangan & perabot : baik, kurang
Pengaturan ruangan baik
12) Kelengkapan alat rumah tangga : lengkap, tidak
Kelengkapan alat rumah tangga di panti lengkap
b. Sanitasi
1) Penyediaan air bersih (MCK)
Kondisi air di dalam bak mandi bersih
2) Penyediaan air minum
Air minum yang digunakan oma dan opa menggunakan air galon
isi ulang
3) Pengelolaan jamban
Jenis closet yang digunakan adalah WC jongkok dan duduk,
disetiap kamar mandi terdapat WC jongkok dan duduk. Setiap
harinya dibersihkan oleh petugas kebersihan.
4) Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
Limbah di olah dengan baik, ada salurannya sapitank.
5) Pengelolaan sampah :
a. Petugas sampah
Terdapat petugas kebersihan untuk membuang sampah
dikebun.
b. Pengolahan sampah ( ditimbun, dibakar, daur ulang,
dibuang sembarang tempat)
Sampah kering dibakar, sampah basah dijadikan satu kemudian
diolah menjadi pupuk.
6) Polusi udara, air, tanah, suara
Tidak ada masalah polusi udara, air, tanah, dan suara
7) Sumber polusi
Lingkungan panti jauh dari pabrik dan industri.
8) Pengelolaan binatang & serangga
Di panti disediakan kapur semut dan baygon.
c. Fasilitas
1) Peternakan, perikanan, dll
Terdapat kolam ikan
2) Pekarangan
Terdapat pekarangan di wilayah panti werdha
3) Sarana olahraga
Terdapat lapangan ditengah panti yang cukup luas untuk lansia
berjemur
4) Taman
Tiap depan kamar terdapat taman-taman kecil
5) Ruang pertemuan
Berada ditengah panti, tempat tidak terlalu luas namun cukup
untuk lansia berkumpul saat ada kegiatan dipanti
6) Sarana hiburan
Lempar bola perkenalan
7) Sarana ibadah
Terdapat tempat sholat bagi yang beragama muslim, terdapat
kapel
3. Tempat pelayanan & social
a. Pelayanan kesehatan
1) Lokasi sarana kesehatan
Lokasi panti dekat dari lokasi sarana kesehatan yaitu RSUD
Lawang, RS Siti Miriam, RS Lawang Medika. Jarak panti ke
RSUD Lawang ± 1km. Jarak panti ke RS Siti Miriam ± 3km. Jarak
panti ke RS Lawang Medika ± 4km
2) Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dan kader)
Terdapat suster, perawat dan dokter yang merawat lansia
3) Jumlah kunjungan
Setiap satu minggu sekali
4) Sistem rujukan
Karena Panti dekat dengan RS terdekat maka jika ada lansia yang
sakit akan di rujuk ke RS tersebut.
b. Fasilitas social (pasar, toko, dll)
1) Lokasi
Panti dekat dengan apotik, warung, dan pasar
2) Kepemilikan
Panti Werdha Pangesti Lawang milik sendiri
3) Kecukupan
Panti Werdha Pangesti Lawang memiliki fasilitas yang tercukupi
4. Ekonomi
a. Jenis pekerjaan
Tabel 2.27
No Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase
1. Dokter 1 5%
2. Perawat 3 15%
3. Care giver 16 80%
Total 20 100%
Rata-rata penghuni panti pekerjaanya wiraswasta dan pegawai negeri
b. Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan (panti)
Penghasilan yang didapat tiap bulan sekitar 147.834.000
c. Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan (panti)
Pengeluaran tiap bulan sekitar 147.756.572
5. Keamanan dan transportasi
a. Keamanan
1) System keamanan lingkungan
Dijaga oleh satpam panti
2) Penanggulangan kebakaran
Menggunakan APAR
3) Penanggulangan bencana
Manajemen di Panti Werdha Pangesti Lawang masih kurang,
belum ada titik kumpul dan arah jalur evakuasi yang jelas
b. Transportasi
1) Kondisi jalan masuk panti
Jarak dari jalan raya ke panti ± 2 km. Transportasi yang ada yaitu
ojek
2) Jenis transportasi yang dimiliki
Mobil yang dipakai untuk oma dan opa
6. Politik dan pemerintahan
1. Sistem pengorganisasian panti/kelompok
Yayasan Misericordia
Kepala : Suster Clementine
2. Struktur organisasi panti/kelompok

YAYASAN

PIMPINAN

PERAWATAN PENUNJANG ADM/UMUM

Perawatan Dapur Dapur Penga


Lansia Ruangan Besar Kamar daan
jahit

Kamar Kamar Personalia Satpam/


Kebersihan Cuci Tukang /Informasi Keaman
Ruangan dan an
Lingkungan
Keuan
gan

Sopir/
3. Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan Kendaraan
Peran anggota kelompok tersebut baik dalam kesehatan
7. Komunikasi
1. Sarana umum komunikasi
Untuk komunikasi disediakan telefon, televisi, dan koran.
2. Jenis alat komunikasi yang digunakan
Menggunakan HP, Telephone.
3. Cara penyebaran informasi
Informasi dilakukan secara verbal
8. Pendidikan
a. Tingkat pendidikan penghuni/anggota kelompok (Lansia)
No Tingkat pendidikan Jumlah Prosentase
1. SD 2 22,3%
2. SMP 4 44,4%
3 SMA 1 11,1 %
3. Kuliah 2 22,2%
Total 9 100%
Rata-rata penghuni panti berpendidikan SD, SMP, SMA, dan
KULIAH.
b. Fasilitas pendidikan yang tersedia
1) Jenis pendidikan yang tersedia
Dokter 1
Perawat 3
Care giver 16
2) Sumber daya yang tersedia
Dokter, perawat, care giver
c. Jenis bahasa yang digunakan
Menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa
9. Rekreasi
a. Kebiasaan rekreasi
Opa oma pernah rekreasi ke Alun-alun Malang tetapi tidak rutin
Jadwal kebiasaan sehari-hari
Senin : Senam
Selasa : Mewarnai-Menggambar
Rabu : Games
Kamis : Rendam Kaki
Jum’at : Tensi
Sabtu : Potong rambut + kuku
B. ANALISA DATA
DATA PENUNJANG MASALAH KEMUNGKINAN
PENYEBAB
Ds : Gangguan rasa nyaman Proses menua
: Nyeri
- P : 5 lansia (55,6%) mengeluh
nyeri saat beraktivitas, 3 lansia
(33,3%) mengeluh nyeri pada Terjadi penurunan fungsi
saat dibuat gerak. tubuh

- Q : 7 lansia (77,8%) mengeluh


nyeri seperti cekot-cekot, 1
lansia (11,1%) mengeluh nyeri Gangguan
seperti tertimpa beban berat musculoskeletal

- R : 2 lansia (22,2%) mengeluh


nyeri pada tangan dan kaki, 5 Peradangan sendi
lansia (55,6%) mengeluh nyeri
pada kaki, 1 lansia (11,1%)
mengeluh nyeri pada bagian
lain Gangguan rasa nyaman :
nyeri
- S : 6 lansia (66,7%) mengeluh
skala nyeri ringan, 2 lansia
(22,2%) mengeluh skala nyeri
sedang
- T : 8 lansia (88,9%) mengeluh
nyeri hilang timbul
Do :
- 3 lansia (33,3%) mengalami HT
- 4 lansia (44,5%) mengalami
CVA + HT
- 2 lansia (22,2%) mengalami
diabetes mellitus
- S : 6 lansia (66,7%) mengeluh
skala nyeri ringan, 2 lansia
(22,2%) mengeluh skala nyeri
sedang

- Didapatkan data bahwa 8 lansia


(88,9%) memiliki tekanan
darah 140-179/90-119 mmHg
sedangkan 1 lansia (11,1%)
memiliki tekanan darah 130-
139/80-89 mmHg).
- Didapatkan data bahwa 9 lansia
(100%) saat dikaji memiliki
denyut nadi dalam rentang
normal (60-100x/menit)
Ds : Ketidakstabilan emosi lansia
- dari 9 lansia yang dikaji
sebagian kecil lansia (33,3%) 3
lansia komunikasi dengan orang perubahan pola pikir
lain baik dan sebagian besar
(66,7%) 6 lansia kurang baik
dalam berkomunikasi dengan
orang lain. kemauan berinteraksi
- dari 9 lansia yang dikaji menurun
sebagian kecil (44,7%) 4 lansia
mendapat perhatian dari
keluarganya, dan sebagian kurang mendapat
besar (55,3%) 5 lansia kurang perhatian
dapat perhatian dari
keluarganya.
Ketidakstabilan emosi
Do :

- dari 9 lansia yang dikaji (66,7


%) 6 lansia kurang baik dalam
berhubungan dengan orang lain
dan sebagaian kecil (33,3%) 3
lansia dapat berhubungan baik
dengan orang lain.

- dari 9 lansia yang dikaji


sebagian besar (66,7%) 6 lansia
dapat berperan kurang baik
dalam kelompoknya dan
sebagian kecil (33,3%) 3 lansia
berperan dalam kelompok.

- dari 9 lansia yang dikaji


sebagian (22,2%) 2 lansia
mengalami gangguan kognitif
sedang, dan (22,2%) 2 lansia
mengalami gangguan kognitif
berat, sebagian besar (55,6%) 5
lansia tidak mengalami
gangguan kognitif

- dari 9 lansia yang dikaji sebagian


besar (55,3%) 5 lansia tidak
dapat mengontrol emosi dan
sebagian kecil (44,7%) 4 lansia
mampu mengontrol emosi.
Ds : Hambatan mobilitas Lansia
fisik
- dari 9 lansia yang dikaji
sebagian kecil (22,2%) 2 lansia
dapat melakukan aktivitas Perubahan biologis
sendiri dan sebagian besar
(77,8%) 7 lansia melakukan
aktvitas dengan bantuan. kursi Penurunan fungsi otot
roda ( 44,4%) 4 lansia, tongkat dan sendi
(33,4%) 3 lansia.
- dari 9 lansia yang dikaji
terdapat sebagian besar (66,7%) kekakuan sendi
6 lansia dapat berpindah dari
kursi roda ke tempat tidur
dengan mandiri dan sebagian hambatan mobilitas fisik
kecil (33,3%) 3 lansia dapat
melakukan dengan bantuan
orang lain
Do :
- dari 9 lansia yang dikaji
didapatkan hasil (55,6%) 5
lansia berusia 75 – 90 tahun,
(44,4%) 4 lansia berusia 60-74
tahun.
- 3 lansia (33,3%) melakukan
aktivitas dengan bantuan
- 6 lansi (66,7%) melakukan
aktivitas dengan mandiri
- 3 lansia (33,3%) mengalami
kelemahan pada salah satu
anggota gerak
- 2 lansia (22,2%) mengalami
kelemahan salah satu sisi
anggota gerak atas dan bawah
- 2 lansia (22,2%) mengalami
Diabetes Melitus dan hipertensi
- 3 lansia (33,3%) yang
mengalami hipertensi
- dari 9 lansia yang dikaji
didapatkan data (33,3%) 3
lansia tidak memiliki gangguan
pada seluruh anggota gerak,
(33,3%) 3 lansia mengalami
kelemahan pada salah satu
anggota gerak, (22,2%) 2 lansia
mengalami kelemahan salah
satu sisi anggota gerak atas dan
bawah. Yang mengalami
gangguan pada seluruh anggota
gerak (11,1%) 1 lansia.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradangan sendi
2 Ketidakstabilan emosi b.d perubahan pola pikir
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN &


TGL DX KEPERAWATAN KRITERIA STANDAR INTERVENSI RASIONAL TTD

25/4/19 I Nyeri b.d peradangan Tupan : 1) Bina hubungan saling percaya 1) Dengan melakukan pendekatan
sendi - Semua lansia menyatakan secara terapeutik akan
nyeri berkurang bahkan menumbuhkan dan membina
hilang setelah dilakukan rasa saling percaya sehingga
asuhan keperawatan selama lansia mau mengungkapkan
3x24 jam perasaannya.
Tupen :
- Semua lansia terhindar dari
peradangan sendi setelah 2) Monitor vital sign sebelum dan 2) Mengetahui efek dari obat
dilakukan asuhan sesudah pemberian analgesic analgesic
keperawatan selama
1x24jam
3) Untuk mencegah terjadinya
KH: 3) Anjurkan dan bantu lansia kelelahan umum dan kekauan
- Mampu mengntrol nyeri untuk sering mengubah posisi, sendi. Menstabilkan sendi,
(Tahu penyebab nyeri, bantu untuk bergerak ditempat mengurangi gerakan/ rasa sakit
mampu menggunakan tidur, sokong sendi yang sakit pada sendi
tehnik nonfarmakologi di atas dan bawah
untuk mengurangi nyeri)
- Melaporkan bahwa nyeri 4) Untuk mengalirkan O2 keseluruh
berkurang dengan 4) Berikan penkes teknik relaksasi tubuh dan mengalihkan perhatian
menggunakan manajemen dan distraksi. sehingga mengurangi nyeri
nyeri.
- Mampu mengenali nyeri
(Skala, itensitas, frekuensi, 5) Lakukan TAK senam tertawa
dan tanda nyeri)
6) Kolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri 5) Memberikan fasilitas para klien
tidak berhasil. untuk mengalihkan perhatiannya
sehingga klien tidak merasakan
nyeri.

6) Untuk mengurangi rasa nyeri


Ketidakstabilan emosi Tupan : 1) Beri penjelasan pada lansia 1) Dengan memberikan penjelasan
b.d perubahan pola pikir - Semua lansia dapat mengenai ketidakstabilan mengenai ketidakstabilan emosi
mengontrol emosi dengan emosi. maka pengetahuan lansia
stabil setelah dilakukan meningkat.
asuhan keperawatan selama
3x24 jam 2) Ajak lansia dalam melakukan 2) Dengan mengajak lansia
Tupen : aktivitas yang berhubungan beraktivitas maka lansia akan
- Setelah dilakukan asuhan dengan lansia merasa diperhatikan dan diberi
keperawatanselama 1x24 kepercayaan sehingga lansia mau
jam, semua lansia berinteraksi dengan orang lain.
mengalami kestabilan pola
pikir 3) Indentifikasi perubahan 3) Mengetahui perubahan perilaku
KH : perilaku lansia. yang terjadi pada lansia
- Menunjukkan sikap baik,
dan tenang kepada orang 4) Libatkan pendukung sebaya 4) Dengan adanya pendukung
lain, tanpa disertai rasa dalam memberikan umpan lansia mampu memberikan
tegang balik berinteraksi interaksi dengan orang lain.
- Memahami dampak pemicu
emosi.
- Mengungkapkan keinginan 5) Ajari sikap asertif terhadap 5) Dapat mengungkapkan pikiran,
untuk berhubungan dengan orang lain perasaan, dan keinginan kepada
orang lain tanpa disertai orang lain
emosi.
6) Berikan TAK memindahkan 6) Merelaksasi dan mengurangi
estafet bola ketegangan pada lansia
Hambatan mobilitas Tupan : 1) Mengidentifikasi kemampuan 1) Mengetahui tentang seberapa
fisik b.d kekakuan sendi - Semua lansia mampu para lansia dalam mobilisasi mampu para lansia dalam
bergerak dan berpindah bergerak.
sendiri setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama
3x24jam 2) Mengidentifikasi tanda tanda 2) Mengetahui pengaruh yang
Tupen : vital sebelum atau sesudah ditimbulkan saat melakukan
- Semua lansia terhindar dari latihan dan lihat respon para latihan dalam mobilisasi
kekakuan sendi setelah lansia saat latihan.
dilakukan asuhan
keperawatan selama 3) Ajarkan pada para lansia 3) Melatih klien untuk
1x24jam Teknik ambulasi mempersiapkan klien dalam
KH : berpindah
- Lansia meningkat dalam
aktivitas fisik 4) Ajarkan para lansia Teknik 4) Menghindari dari adanya luka
- Lansia mampu merubah posisi dan berikan akibat kulit yang tertekan lama
memverbalisasikan bantuan jika diperlukan
perasaan dalam
meningkatkan kekuatan dan 5) Berikan alat bantu jika para 5) Membantu para klien dalam
kemampuan berpindah lansia memerlukan mobilisasi
- Lansia mampu
memperagakan penggunaan 6) Bantu para lansia untuk 6) Dengan menggunakan alat bantu,
alat bantu berjalan menggunakan alat bantu mengupayakan klien mampu
dalam memenuhi aktivitasnya dalam berpindah sendiri

7) Damping dan bantu para 7) Untuk meminimalkan para klien


lansia saat bergerak dan dalam terjatuh
dalam memenuhi ADLs nya

8) Latih para lansia dalam 8) Untuk membiasakan para klien


pemenuhan kebutuhan ADLs untuk melakukan aktivitasnya
secara mandiri sesuai dengan sendiri
kemampuan
9) Lakukan TAK senam ROM 9) Melatih otot para klien untuk
Pasif maupun ROM aktif mencegah adanya atrofi pada
dengan 8 langkah otot

10) Untuk upaya dalam


10) Konsultasikan dengan terapi meningkatkan kemampuan para
fisik tentang rencana klien dalam bergerak
ambulasi sesuai dengan
kebutuhan.
E. TINDAKAN KEPERAWATAN / IMPLEMENTASI

NO TGL NO. DX TTD


TINDAKAN KEPERAWATAN
KEP.
1 25/04/19 1 1) Membina hubungan saling percaya dengan oma-opa
08.00 2) Menganjurkan dan membantu lansia untuk sering serta
membantu untuk bergerak di tempat tidur dengan menyokong
sendi yang sakit di atas dan di bawah
3) Mengajarkan lansia tentang teknik relaksasi (napas dalam) dan
teknik distraksi dengan senam tertawa
4) Mengobservasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
diberikan obat analgesic pada klien
5) Melaksanakan TAK senam tertawa dan relaksasi untuk
mengalihkan nyeri

2 25/04/19 2 1) Memberikan penjelasan pada lansia mengenai interaksi sosial


08.30 dengan orang lain
2) Mengajak lansia dalam melakukan aktivitas yang berhubungan
dengan lansia seperti menyanyi, bermain, dan berkenalan
3) Mengidentifikasi perubahan perilaku lansia seperti lansia mau
mengikuti kegitan sesuai instruksi yang diberikan oleh perawat
4) Melibatkan pendukung sebaya dengan mengajak lansia yang
lainnya untuk bergabung dalam kegiatan untuk membina
hubungan sosial
5) Mengajari sikap asertif terhadap lansia lainnya
6) Memberikan TAK senam otak kepada para lansia

3 25/04/19 3 1) Mengobservasi kemampuan para lansia dalam melakukan


08.50 mobilisasi
2) Mengobservasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah latihan
dan melihat respon para lansia saat melakukan latihan
3) Mengajarkan para lansia teknik merubah posisi dan
memberikan bantuan jika diperlukan
4) Memberikan alat bantu jika para lansia membutuhkan
5) Membantu para lansia dalam menggunakan alat bantu untuk
memenuhi aktivitasnya
6) Mendampingi dan membantu para lansia saat bergerak dan
untuk memenuhi ADLsnya
7) Melatih para lansia dalam memenuhi kebutuhan ADLsnya
secara mandiri sesuai dengan kemampuan setiap lansia
8) Melakukan Penkes mengenai senam ROM pasif dan aktif
4 26/04/19 1 1) Membina hubungan saling percaya dengan oma-opa
08.00 2) Menganjurkan dan membantu lansia untuk sering serta
membantu untuk bergerak di tempat tidur dengan menyokong
sendi yang sakit di atas dan di bawah
3) Mengajarkan lansia tentang teknik relaksasi (napas dalam) dan
teknik distraksi dengan senam tertawa
4) Mengobservasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
diberikan obat analgesic pada klien
5) Melaksanakan TAK senam tertawa dan relaksasi untuk
mengalihkan nyeri

5 26/04/19 2 1) Memberikan penjelasan pada lansia mengenai interaksi sosial


08.20 dengan orang lain
2) Mengajak lansia dalam melakukan aktivitas yang berhubungan
dengan lansia seperti menyanyi, bermain, dan berkenalan
3) Mengidentifikasi perubahan perilaku lansia seperti lansia mau
mengikuti kegitan sesuai instruksi yang diberikan oleh perawat
4) Melibatkan pendukung sebaya dengan mengajak lansia yang
lainnya untuk bergabung dalam kegiatan untuk membina
hubungan sosial
5) Mengajari sikap asertif terhadap lansia lainnya
6) Memberikan TAK senam otak pada para lansia

6 26/04/19 3 1) Mengobservasi kemampuan para lansia dalam melakukan


08.40 mobilisasi
2) Mengobservasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah latihan
dan melihat respon para lansia saat melakukan latihan
3) Mengajarkan para lansia teknik merubah posisi dan
memberikan bantuan jika diperlukan
4) Memberikan alat bantu jika para lansia membutuhkan
5) Membantu para lansia dalam menggunakan alat bantu untuk
memenuhi aktivitasnya
6) Mendampingi dan membantu para lansia saat bergerak dan
untuk memenuhi ADLsnya
7) Melatih para lansia dalam memenuhi kebutuhan ADLsnya
secara mandiri sesuai dengan kemampuan setiap lansia
8) Melakukan penkes mengenai senam ROM pasif dan aktif

7 27/04/19 1 1) Membina hubungan saling percaya dengan oma-opa


08.00 2) Menganjurkan dan membantu lansia untuk sering serta
membantu untuk bergerak di tempat tidur dengan menyokong
sendi yang sakit di atas dan di bawah
3) Mengajarkan lansia tentang teknik relaksasi (napas dalam) dan
teknik distraksi dengan senam tertawa
4) Mengobservasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
diberikan obat analgesic pada klien
5) Melaksanakan TAK senam tertawa dan relaksasi untuk
mengalihkan nyeri
8 27/04/19 2 1) Memberikan penjelasan pada lansia mengenai interaksi sosial
08.30 dengan orang lain
2) Mengajak lansia dalam melakukan aktivitas yang berhubungan
dengan lansia seperti menyanyi, bermain, dan berkenalan
3) Mengidentifikasi perubahan perilaku lansia seperti lansia mau
mengikuti kegitan sesuai instruksi yang diberikan oleh perawat
4) Melibatkan pendukung sebaya dengan mengajak lansia yang
lainnya untuk bergabung dalam kegiatan untuk membina
hubungan sosial
5) Mengajari sikap asertif terhadap lansia lainnya
6) Memberikan TAK senam otak pada para lansia

9 27/04/19 3 1) Mengobservasi kemampuan para lansia dalam melakukan


08.50 mobilisasi
2) Mengobservasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah latihan
dan melihat respon para lansia saat melakukan latihan
3) Mengajarkan para lansia teknik merubah posisi dan
memberikan bantuan jika diperlukan
4) Memberikan alat bantu jika para lansia membutuhkan
5) Membantu para lansia dalam menggunakan alat bantu untuk
memenuhi aktivitasnya
6) Mendampingi dan membantu para lansia saat bergerak dan
untuk memenuhi ADLsnya
7) Melatih para lansia dalam memenuhi kebutuhan ADLsnya
secara mandiri sesuai dengan kemampuan setiap lansia
8) Melakukan penkes menganai senam ROM pasif dan aktif
F. EVALUASI KEPERAWATAN

NO TGL NO. DX TTD


EVALUASI KEPERAWATAN
KEP.
1 25/04/19 1 S:
- Dari 9 lansia, 7 lansia mengatakan senang mengikuti
kegiatan yang diadakan
- P : 2 lansia (22,2%) mengatakan nyeri berkurang
Q : 2 lansia (22,2%) masih merasakan ngilu
R : 1 lansia (11,2%) mengeluh nyeri di kaki (lutut)
S : setelah diajarkan dan mempraktikan teknik
relaksasi dan distraksi, 2 lansia (22,2%) mengatakan
nyeri masih terasa dengan skala 3
T : 2 lansia (22,2%) mengeluh nyeri hilang timbul

O:
- Dari 9 lansia, 1 lansia (11,2%) tidak mau mengikuti
kegiatan yang diadakan
- Dari 9 lansia, 8 lansia (88,8%) tampak senang dan
dapat mengikuti kegiatan yang diadakan
- Dari 9 lansia, 5 lansia yang mengalami nyeri dapat
mengikuti dan mempraktikan teknik yang diajarkan

A:
- Masalah teratasi sebagian

P:
- Lanjutkan Intervensi

2 25/04/19 2 S:
- Dari 9 lansia, sebagian besar (88,8%) atau 8 lansia
mengikuti kegiatan yang diadakan
- Dari 9 lansia, sebagian besar (77,8%) atau 7 lansia
mengatakan senang mengikuti kegiatan yang diadakan
O:
- Dari 9 lansia, sebagian besar (55,6%) atau 5 lansia
aktif dalam kegiatan yang diadakan
- Dari 9 lansia, sebagian besar (88,8%) atau 8 lansia
tampak mengikuti
- Dari 9 lansia, sebanyak (55,6%) atau 5 lansia yang
dapat melakukan dengan aktif, dan mempraktikkan
gerakan estafet bola
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi
3 25/04/19 3 S:
- Dari 9 lansia, 8 lansia (88,8%) mengikuti kegiatan
TAK
- Dari 9 lansia, 7 lansia (77,7%) mengatakan senang
mengikuti kegiatan yang diadakan

O:
- Dari 9 lansia, sebagian besar (55,6%) atau 5 lansia
aktif dalam kegiatan yang diadakan.
- Dari 9 lansia, sebagian besar (55,6%) atau 5 lansia
bisa melakukan senam otot progresif
A:
- Masalah teratasi sebagian

P:
- Lanjutkan intervensi

4 26/04/19 1 S:
- Dari 9 lansia, 8 lansia mengatakan senang mengikuti
kegiatan yang diadakan
- P : 4 lansia (44,2%) mengatakan nyeri berkurang
- Q : 1 lansia (11,2%) masih merasakan ngilu
- R : 1 lansia (11,2%) mengeluh nyeri di kaki (lutut)
- S : setelah diajarkan dan mempraktikan teknik
relaksasi dan distraksi, 2 lansia (22,2%) mengatakan
nyeri berkurang dengan skala 2
- T : 1 lansia (11,2%) mengeluh nyeri timbul

O:
- Dari 9 lansia, 1 lansia (11,1%) tidak mau mengikuti
kegiatan yang diadakan
- Dari 9 lansia, 8 lansia (88,8%) tampak senang dan
dapat mengikuti kegiatan yang diadakan
- Dari 9 lansia, 5 lansia yang mengalami nyeri dapat
mengikuti dan mempraktikan teknik yang diajarkan

A:
- Masalah teratasi sebagian

P:
- Lanjutkan intervensi
5 26/04/19 2 S:
- Dari 9 lansia, sebagian besar (88,8%) atau 8 lansia
mengikuti kegiatan yang diadakan
- Dari 9 lansia, sebagian besar (88,8%) atau 8 lansia
mengatakan senang mengikuti kegiatan yang diadakan
O:
- Dari 9 lansia, sebagian besar (55,6%) atau 5 lansia
aktif dalam kegiatan yang diadakan
- Dari 9 lansia, sebagian besar (88,8%) atau 8 lansia
tampak mengikuti
- Dari 9 lansia, sebanyak (55,6%) atau 5 lansia yang
dapat melakukukan dan mempraktikkan gerakan
estafet bola

A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi

6 26/04/19 3 S:
- Dari 9 lansia, 8 lansia (88,8%) mengatakan senang
mengikuti kegiatan yang diadakan

O:
- Dari 9 lansia, sebagian besar (55,6%) atau 5 lansia
aktif dalam kegiatan yang diadakan.
- Dari 9 lansia, sebagian besar (88,8%) atau 8 lansia
bisa melakukan cara senam otot progresif
A:
- Masalah teratasi sebagian

P:
- Lanjutkan intervensi

7 27/04/19 1 S:
- Dari 9 lansia, 8 lansia (88,8%) mengatakan senang
mengikuti kegiatan yang diadakan
- P : 5 lansia (55,6%) mengatakan nyeri berkurang
- Q :0 lansia (0%) masih merasakan ngilu
- R : 1 lansia (11,1%) mengeluh nyeri di kaki (lutut)
- S : setelah diajarkan dan mempraktikan teknik
relaksasi dan distraksi, 1 lansia (11,1%) mengatakan
nyeri berkurang dengan skala 2
- T : 1 lansia (11,1%) mengeluh nyeri timbul

O:
- Dari 9 lansia, 1 lansia (11,1%) tidak mau mengikuti
kegiatan yang diadakan
- Dari 9 lansia, 8 lansia (88,8%) tampak senang dan
dapat mengikuti kegiatan yang diadakan
- Dari 9 lansia, 6 lansia yang mengalami nyeri dapat
mengikuti dan mempraktikan teknik yang diajarkan

A:
- Masalah teratasi sebagian

P:
- Lanjutkan intervensi

8 27/04/19 2 S:
- Dari 9 lansia, sebagian besar (88,8%) atau 8 lansia
mengikuti kegiatan yang diadakan
- Dari 9 lansia, sebagian besar (88,8%) atau 8 lansia
mengatakan senang mengikuti kegiatan yang diadakan
O:
- Dari 9 lansia, sebagian besar (88,8%) atau 8 lansia
aktif dalam kegiatan yang diadakan
- Dari 9 lansia, sebagian besar (88,8%) atau 8 lansia
tampak mengikuti
- Dari 9 lansia, sebanyak (66,7%) atau 6 lansia yang
dapat melakukukan dan mempraktikkan gerakan
estafet bola

A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi

9 27/04/19 3 S:
- Dari 9 lansia, 8 lansia (88,8%) mengatakan senang
mengikuti kegiatan yang diadakan
- Dari 9 lansia, 8 lansia (88,8%) mengatakan senang
mengikuti kegiatan yang diadakan

O:
- Dari 9 lansia, sebagian besar (88,8%) atau 8 lansia
aktif dalam kegiatan yang diadakan.
- Dari 9 lansia, sebagian besar (88,8%) atau 8 lansia
bisa melakukan cara senam otot progresif
A:
- Masalah teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai