Anda di halaman 1dari 42

Mata Kuliah : BIOLOGI DASAR DAN BIOLOGI PERKEMBANGAN

Penempatan : Semester I
Topik : FISIOLOGI KEHAMILAN
Sub topik : 1. Filosofi asuhan kehamilan
2. lingkup asuhan kehamilan
3. Prinsip asuhan kehamilan
4. sejarah asuhan kehamilan
5. Tujuan asuhan kehamilan
6. Refocusing asuhan kehamilan
7. Standar asuhan kehamilan

OBJEK PERILAKU SISWA


Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan tentang filosofi asuhan kehamilan
2. Menjelaskan tentang lingkup asuhan kehamilan
3. Menjelaskan tentang prinsip pokok asuhan kehamilan
4. Menjelaskan tentang sejarah asuhan kehamilan
5. Menjelaskan tentang tujuan antenatal care
6. Menjelaskan refocusing asuhan kehamilan
7. Menjelaskan tentang standar asuhan kebidanan

REFERENSI
1. Varney. Varney midwifery. Jakarta;1997.
2. Pusdiknakes;WHO;JHPIEGO. Buku asuhan antenatal. 2001
3. Saifudin, abdul bari dkk. Panduan praktis pelayanan maternal dan neonatal.
Jakarta;2002.
4. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. Konsep asuhan kebidanan. Jakarta;2001
5. Standard Pelayanan Kebidanan, IBI; 2002.
6. Neil, W.R. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta. Dian Rakyat; 2001.
7. Departemen Kesehatan RI,. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks
Keluarga, Jakarta; 1992.
8. Departemen Kesehatan RI. Asuhan Keperawatan Ibu Hamil (Antematal), Modul Diklat
Jarak Jauh, Jakarta; 1998.

FISIOLOGI KEHAMILAN
44
PENDAHULUAN

Asuhan kehamilan bertujuan utama untuk memfasilitasi


hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan
cara membina hubungan saling percaya dengan ibu,
mendeteksi komplikasi – komplikasi yang dapat mengancam
jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan
pendidikan.Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap
berjalan normak selama kehamilan.Kehamilan dapat menjadi masalah atau komplikasi
setiap saat. Sekarang ini secara umum sudah diterima bahwa setiap saat kehamilan
membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15 % dari seluruh
wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan
kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya.

1. Philosofi asuhan kehamilan

Asuhan Kehamilan adalah pemeriksaan kelainan


yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu
dan janin secara berkala, yang diikuti dengan
upaya kriteria terhadap penyimpangan yang
ditemukan. Perawatan kehamilan adalah
memberikan pengawasan atau pemeliharaan
bumil sampai melahirkan bayinya, dengan tujuan
menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian pada ibu-ibu hamil, melahirkan serta nifas serta menurunkan angka kematian
bayi sampai umur sekitar 1 tahun serta anak-anak pra sekolah.
Perawatan wanita hamil dan inklusi perawatannya memberikan suatu tantangan.
Untuk berbagi dan memfasilitasi pertumbuhan pasangan atau wanita sebaiknya
membuka diri mereka untuk mendapatkan perasaan baru yang diharapkan dapat
menjadi bagian dari salah satu pengalaman hidup. Tiap wanita atau pasangan suami
istri, mampu memberikan pengalaman yang unik. Manajemen kehamilan dan
penyesuaian bagaimana wanita dan pasangannya mengalami kondisi ini, harus
disesuaikan dengan keunikan pengalaman mereka.

45
2. Lingkup asuhan kehamilan
Asuhan kehamilan meliputi komponen dibawah ini :
a. Diagnosa dan manajemen awal dari kehamilan.
b. Penilaian dan evaluasi kesejahteraan dan kesehatan wanita.
c. Penilaian dan evaluasi kesejahteraan / kesehatan janin.
d. Keringanan tindakan untuk kegelisahan kehamilan yang umum.
e. Mengantisipasi bimbingan dan instruksi.
f. Skrining komplikasi maternal dan janin.

3. Prinsip pokok asuhan kehamilan


Yang seharusnya dilakukan oleh bidan selama melakukan asuhan kehamilan :
a. Mendengarkan dan berbicara kepada ibu serta keluarganya untuk membina
hubungan saling percaya.
b. Membantu setiap wanita hamil dan keluarganya untuk membuat rencana
persalinan (siapa yang akan mendampingi selama persalinan, tempat melahirkan,
peralatan yang diperlukan oleh ibu dan bayi baru lahir )
c. Membantu setiap ibu hamil dan keluarganya untuk persiapan menghadapi
komplikasi ( transportasi, keuangan, donor darah, pengambilan keputusan ) pada
setiap kunjungan
d. Melakukan penapisan untuk kondisi yang mengharuskan melahirkan di Rumah
Sakit ( misalnya : mengalami seksio sesaria sebelumnya )
e. Mendeteksi dan mengobati komplikasi – komplikasi yang dapat mengancam jiwa
( preeclampsia, anemia, penyakit – penyakit hubungan seksual )
f. Mendeteksi adanya kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu dan
adanya kelainan letak setelah usia kehamilan 36 minggu.
g. Memberikan konseling pada ibu sesuai usia kehamilannya, mengenai nutrisi,
istirahat, tanda – tanda bahaya, KB, pemberian ASI, ketidaknyamanan yang
normal selama kehamilan dan sebagainya.
h. Memberikan suntikan imunisasi Tetanus Toxoid bila diperlukan.
i. Memberikan suplemen mikronutrisi, termasuk zat besi dan folate secara rutin,
serta vitamin A bila perlu.

G
4. Sejarah asuhan kehamilan
angguan kesehatan dalam masa kehamilan dan kesulitan dalam persalinan
mengakibatkan ancaman, baik jiwa ibu maupun bayi yang dilahirkan.
Keadaan demikian mendorong keluarga atau ibu meminta pertolongan

46
pada orang lain yang dianggap mampu. Orang tersebut pada umumnya adalah
seorang wanita setengah baya yang dinamakan dukun bersalin.
Peran dukun di desa, didalam pemeliharaan kesehatan ibu hamil cukup besar.
Jumlah persalinan yang ditolong oleh dukun lebih banyak bila dibandingkan dengan
pertolongan persalinan yang dilakukan oleh bidan dan dokter.
Kehadiran bidan di indonesia dimulai sejak zaman penjajahan Belanda. Pada waktu
itu para dokter membutuhkan wanita yang mampu menolong persalinan. Wanita
Indonesia dilatih di rumah sakit untuk berfungsi sebagai bidan. Tugas utama bidan
pada awalnya mulanya adalah memberikan pertolongan bagi ibu yang melahirkan
dan bayi yang dilahirkan.
Kehamilan dan persalinan adalah peristiwa fisiologi dan alami. Kematian ibu dan
bayi didalam persalinan terbanyak sebagai akibat infeksi dan kelainan patologis.
Pelayanan kebidanan pada awalnya adalah mempersiapkan bumil agar dapat
melahirkan secara alamiah, untuk melaksanakan pelayanan kebidanan.
Banyaknya kasus – kasus resiko tinggi yang tidak dapat ditangani terutama daerah
yang jauh dari faktor kesehatan, mendorong pemberian kewenangan bagi Bidan
untuk melaksanakan tindakan terhadap kasus – kasus pathologis terbatas. Misalnya :
bidan diberikan kewenangan melakukan tindakan manual plasenta, forceps kepala
letak rendah, pemberian infus dan pengobatan sederhana.

5. Tujuan asuhan kehamilan


Perawatan asuhan kehamilan mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan
berakhir dengan :
- Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas
tanpa trauma fisik maupun mental yang merugikan.
- Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.
- Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya.
- Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti
keluarga berencana setelah kelahiran bayinya.

6. Refocusing asuhan kehamilan


Sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai penelitian di seluruh dunia, untuk lebih bisa
efektif dalam meningkatkan keselamatan ibu dan bayi baru lahir, maka asuhan

47
antenatal harus difokuskan pada intervensi yang telah terbukti bermanfaat
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.
Asuhan kehamilan yang mungkin tidak bermanfaat :
- Menimbang berat badan secara rutin
Berdasarkan hasil penelitian di luar negeri menimbang BB secara rutin tidak efektif
karena :
1. Untuk memantau pertumbuhan janin lebih efektif dengan langsung memeriksa
fundus uteri ibu tidak lagi melihat dari kenaikan BB ibu.
2. Untuk memantau komplikasi sedini mungkin terjadinya PEB lebih efektif langsung
memeriksa protein urinenya.
- Penilaian letak janin sebelum minggu ke 36
Kepala janin mulai masuk Pintu atas panggul pada usia 37 minggu, sehingga jika kita
melakukan penilaian letak janin sebelum minggu ke 36, tidak akan efektif karena
kepala masih bisa berputar.
- Membatasi kegiatan seksual selama hamil ( memakai kondom ).
Untuk mencegah kontraksi dini karena rangsangan prostaglandin dari sperma jika
usia kehamilan belum aterm dan dianjurkan memakai kondom.

7. Standar asuhan kehamilan


Terdapat enam standar dalam standar pelayanan asuhan antenatal. Standar tersebut
merupakan bagian dari lingkup standar pelayanan kebidanan :
1. Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara
berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota
keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini
secara teratur.

2. Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal


Bidan memberikan sesdikitnya 4 x pelayanan antenatal.Pemeriksaan meliputi
anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah
perkembangan berlangsung normal.Bidan juga harus mengenal kehamilan risti,
khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS / infeksi HIV, memberikan pelayanan
imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang

48
diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap
kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang
diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
3. Standar 5 : Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi
untuk memperkirakan usia kehamilan serta bila umur kehamilan bertambah,
memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga
panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
4. Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan/ atau rujukan
semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengenali tanda serta gejala preeklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang
tepat dan merujuknya.
6. Standar 8 : Persiapan persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada
trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan
aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di samping
persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba – tiba terjadi keadaan
gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.

49
Mata Kuliah : BIOLOGI DASAR DAN BIOLOGI PERKEMBANGAN
Penempatan : Semester I
Topik : FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN
Sub topik : 1. Faktor fisik
2. Faktor psikologis
3. Faktor sosial dan budaya

OBJEK PERILAKU SISWA


Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan tentang faktor fisik dalam kehamilan
2. Menjelaskan tentang faktor psikologis dalam kehamilan
3. Menjelaskan tentang faktor social budaya dan lingkungan dalam kehamilan

REFERENSI
1. Varney. Varney midwifery. Jakarta;1997.
2. Pusdiknakes;WHO;JHPIEGO. Buku asuhan antenatal. 2001
3. Saifudin, abdul bari dkk. Panduan praktis pelayanan maternal dan neonatal. Jakarta; 2002.
4. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. Konsep asuhan kebidanan. Jakarta;2001
5. Standard Pelayanan Kebidanan, IBI; 2002.
6. Neil, W.R. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta. Dian Rakyat; 2001.
7. Departemen Kesehatan RI,. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga,
Jakarta; 1992.
8. Departemen Kesehatan RI. Asuhan Keperawatan Ibu Hamil (Antematal), Modul Diklat
Jarak Jauh, Jakarta; 1998.

50
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN
Kehamilan dapat dipengaruhi berbagai faktor, antara lain faktor fisik, psikologis, sosial
budaya dan lingkungan
1. Faktor Fisik
A. Status Kesehatan
a. Diabetes Mellitus (DM)
Kehamilan normal dikatakan sebagai suatu kondisi diabetogenik, dimana
kebutuhan akan glukosa meningkat. Metabolisma maternal mengalami perubahan untuk
memastikan suplai glukosa yang adekuat dan konstan untruk perkembangan janin.
Selama trimester pertama kehamilan, kadar glukosa ibu menurun dengan cepat
dibawah kadar glukosa tidak hamil sampai antara 55 dan 65 mg/dl. Akibat pengaruh
estrogen dan progesteron, pankreas meningkatkan penggunaan glukosa. Disaat yang
sama penggunaan glukosa oleh janin meningkat, sehingga menurukan kadar glukosa
dalam darah ibu.
Selama trimester kedua dan ketiga, penigkatan kadar lactogen placental human,
estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin dan insulin dan meningkatkan resistensi insulin
melalui kerjanya sebagai suatu antagonis.
Penyakit ini cukup banyak penderitanya, termasuk di kalangan wanita muda.
Salah satu yang jadi sumber masalah adalah tingginya kadar gula dalam darah
(hiperglikemia), akibat kegagalan proses metabolisme gula oleh tubuh melalui hormon
insulin.

RISIKO DAN KOMPLIKASI PADA IBU


Kejadian penyakit Diabetes Mellitus dalam kehamilan sering memberikan pengaruh
yang kurang menguntungkan dan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pengaruh kehamilan terhadap penyakit Diabetes Mellitus
 Keadaan prediabates lebih jelas menimbulkan gejala pada kehamilan
 Penyakit Diabetes Mellitus makin berat
2. Pengaruh penyakit Diabetes Mellitus terhadap kehamilan
 Abortus spontan.
Terjadi lebih sering diantara wanita diabetik dan abortus ini berhubungan
dengan kontrol glikemia yang buruk saat konsepsi dan pada minggu awal
kehamilan.
 Hipertensi akibat kehamilan (pregnancy – induced hypertension/ PIH) atau
preeklamsi terjadi dua kali lebih sering selama masa hamil diabetik.
51
 Hidramnion, suatu kelebihan caran amniotik sebesar 2000 ml, terjadi sekitar 10
kali lebih sering dalalm kehamilan bukan diabetik. Hidramnion yang
menyebabkan distensi uterus ang berlabihan, meningkatkan risiko ruptur
membran yang prematur, persalinan prematur dan hemoragi post partum.
 Infeksi. Lebih umum terjadi dan lebih berat pada wanita diabetik yang hamil.
Infeksi vagina, khususnya vaginitis monilial dan urinary tract infections (UTI).
 Ketoasidosis. Dapat mengancam kehidupan ibu dan janin. Ketoasidosis terjadi
paling sering selama trimester kedua dan ketiga, yakni saat efek diabetogenik
pada kehamilan paling besar karena resistensi insulin meningkat.
 Anomali kongenital. Risiko anomali kongenial meningkat akibat kontrol
glikemia yang buruk sebelum konsepsi dan pada minggu- minggu awal
kehamilan, selama periode organogenesis.
 Salah satu dampak DM pada kehamilan adalah bayi yang dilahirkan menjadi
besar (lebih dari 4000 gram). Hal ini akan menimbulkan masalah pada proses
persalinan melalui jalan lahir biasa (pervaginam)
 Risiko lain yang penting diperhatikan adalah hipoglikemia (kekurangan
gula darah) pada bayi dan gangguan pernapasan saat baru lahir.
b. Jantung
Keperluan janin yang sedang bertumbuh akan oksigen dan zat-zat makanan
bertambah dalam berlangsungnya kehamilan, yang harus dipenuhi melalui darah
ibu. Untuk itu banyaknya darah yang beredar bertambah, sehingga jantung harus
bekerja lebih berat. Karena itu dalam kehamilan selalu terjadi perubahan-
perubahan dalam sistem kardiovaskular yang biasanya masih dalam batas-batas
fisiologi.
Perubahan-perubahan itu terutama diakibatkan :
1. Karena hidremia (hipervolumia) dalam kehamilan, yang
sudah dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya
antara 32 dan 36 minggu.
2. Karena uterus gravidus yang makin lama makin besar
mendorong diafragma ke atas, ke kiri dan ke depan, sehingga pembuluh-
pembuluh darah besar dekat jantung mengalami lekukan dan putaran.
Jantung yang normal dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
tersebut diatas, akan tetapi jantung yang sakit tidak. Karena hal-hal tersebut diatas maka
dalam kehamilan frekuensi detak jantung agak meningkat dan nadi rata-rata 88x/menit

52
dalam kehamilan 34 – 36 minggu. Menegakkan diagnosis penyakit jantung dalam
kehamilan harus dilakukan dengan tepat, jangan sampai dibuat diagnosis pada wanita
yang tidak menderitanya atau sebaliknya penyakit jantung yang ada jangan sampai tidak
dikenal.
Klasifikasi fungsional pada penyakit jantung dari asosiasi Jantung New York
sangat bermanfaat untuk menilai risiko kehamilan bagi pasien dengan penyakit jantung
dan untuk menentukan penanganan yang optimal selama kehamilan, persalinan dan
nifas. Adapun klasifikasi penyakit jantung dibagi sebagai berikut:

Klasifikasi Fungsional Pada Penyakit Jantung dari Asosiasi Jantung New York
Kelas I Tidak ada tanda-tanda atau gejala dekompensasi jantung pada kegiatan biasa,
tanpa pembatasan kegiatan fisik.
Kelas II Tidak ada gejala pada saat istirahat, kecuali sedikit pembatasan aktivitas fisik
Kelas III Tidak ada gejala pada saat istirahat, kecuali pembatasan nyata aktivitas fisik
Kelas IV Terdapat gejala pada saat istirahat, rasa tidak enak meningkat bila melakukan
setiap jenis aktivitas fisik.

Pengaruh Kehamilan Terhadap Penyakit Jantung


Pada kehamilan, terdapat peningkatan denyut jantung ibu untuk mengimbangi
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sekitar 10 denyut setiap menit
sehinga selama hamil akan terjadi peningkatan sebanyak 41.172.000 denyutan. Bagi
jantung yang normal peningkatan tersebut dapat diimbangi sehingga tidak mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin.
Pada penyakit jantung yang disertai kehamilan, pertambahan denyut jantung
dapat menguras cadangan kekuatan jantung sehinga terjadi keadaan payah jantung.
Penyakit jantung menjadi lebih berat karena kehamilan, bahkan dapat terjadi
dekompensasi kordis. Saat-saat berbahaya bagi ibu hamil adalah:
a. Kehamilan 32-36 minggu apabila hipervolemia mencapai puncaknya.
b. Partus kala II apabila wanita mengerahkan tenaga untuk meneran
c. Masa pospartum karena lahirnya plasenta.
Dalam ketiga hal tersebut diatas jantung harus bekerja lebih berat. Apabila tenaga
cadangan jantung dilampaui, maka akan terjadi dekompensasi kordis, jantung tidak sanggup lagi
menunaikan tugasnya.
Perubahan volume darah yang terjadi pada penderita penyakit jantung merupakan hasil
dari proses adaptasi sebagai upaya kompensasi untuk mengatasi kelainan yang ada dimana
perubahan yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kelainan yang ada dan jangka waktu kelainan
53
tersebut timbul. Penderita dengan gangguan kardiovaskular mempunyai toleransi yang sangat
buruk terhadap penurunan volume darah dan pada saat yang sama juga tidak beradaptasi
terhadap kelebihan volume sirkulasi. Volume darah yang terdapat dalam sirkulasi penderita
berada dalam keseimbangan sesuai dengan kelainan yang ada.
Pengaruh Penyakit Jantung terhadap Kehamilan
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin
dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat
menderita pula dan mati yang kemudian disusul dengan abortus. Apabila konseptus
dapat hidup terus, anak dapat lahir prematur atau lahir cukup bulan akan tetapi dengan
berat badan rendah (dismaturitas). Semua jenis kelainan jantung dapat menjadi masalah
bagi ibu hamil. Sebab pada akhirnya dapat mengakibatkan gagal jantung, yaitu keadaan
dimana kinerja jantung sudah tak dapat berjalan normal lagi, tidak mencukupi
kebutuhan lagi. Bagi ibu, gagal jantung dapat berakibat fatal bila tidak segera ditangani.
Umumnya, risiko ibu dan janin bagi pasien dengan penyakit kelas I dan II adalah
kecil, sementara ini risiko banyak meningkat pada penyakit kelas III dan IV. Oleh karena
itu bila ibu memiliki gangguan jantung, sebisa mungkin segera ditangani dan
dikendalikan dengan baik sebelum kehamilan berlangsung. Bila sudah hamil, perlu
pengawasan lebih ketat agar tak terjadi gangguan pada ibu maupun janinnya. Sebagai
prinsip umum semua pasien jantung yang hamil harus ditangani oleh seorang ahli
jantung. Diindikasikan untuk sering melakukan kunjungan prenatal dan mungkin sering
ke RS terutama bagi pasien dengan penyakit jantung kelas III dan IV.
c. Anemia
Selama kehamilan, volume darah meningkat sebesar 40-50%. Massa sel darah
merah meningkat 25% maka terdapat peningkatan relatif dalam volume plasma,
dibandingkan dengan massa sel darah merah. Konsentrasi hematokrit dan hemaglobin
menurun. Istilah anemia fisiologik pada kehamilan diterapkan pada penurunan
hematokrit ini. Kadar besi serum sedikit menurun tetapi tetap dalam rentang normal,
sementara kemampuan pengikatan besi keseluruhan meningkat sekitar15%. Kadar
hemoglobin yang kurang dari 10 gm/dl menunjukkan adanya anemia. Hanya kadar
hemoglobin yang kurang dari 6 gm/dl berhubungan dengan meningkatnya insidensi
bayi lahir mati dan prematur.
Kriteria anemia menurut Manuaba (1998) dapat dilihat sebagai berikut:
Hb 11 gr% Tidak anemia
9 – 10 gr% Anemia ringan
7 – 8 gr% Anemia sedang
54
<7 gr% Anemia berat

Berdasarkan data WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan


dengan anemia dalam kehamilan. Anemia ini umumnya disebabkan kekurangan gizi
yaitu zat besi, dan juga karena terjadi perdarahan. Pada kenyataannya kedua hal ini
saling berkaitan satu sama lain yaitu saling memperberat. Anemia dalam kehamilan juga
membuat pertumbuhan janin tidak optimal. Sebab, aliran dan kualitas darah ibu tidak
baik, sehingga suplai nutrisi yang disalurkan ke janin tidak optimal.
Defisiensi besi primer bertanggung jawab atas sekitar 80% dari anemia non
fisiologik selama kehamilan. Sekitar 1000 mg tambahan besi dibutuhkan selama
kehamilan untuk perluasan massa sel darah merah ibu, untuk hemoglobin janin dan
untuk kehilangan besi karena perdarahan. Akibatnya, pemberian tambahan besi selama
kehamilan diperlukan. 325 mg tablet sulfat ferosus yang dimakan tiap hari (60 mg unsur
besi) biasanya cukup untuk tujuan profilaksis, meskipun diperlukan lebih banyak lagi
pada penderita anemia defisiensi besi.

Berbagai pengaruh anemia pada kehamilan adalah sebagai berikut:


 Dapat terjadi abortus
 Persalinan prematuritas
 Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
 Mudah terjadi infeksi
 Ancaman dekompensasi kordis (Hb<6 gr%)
 Mola hidatidosa
 Hiperemisis gravidarum
 Perdarahan antepartum
 Ketuban pecah dini (KPD)

d. Hipertensi
Ganguan hipertensi yangmenjadi penyulit kehamilan sering dijumpai dan
termasuk salah satu diantara 3 trias mematikan, bersama dengan perdarahan dan
infeksi yang banyak menimbulkan morbiditas dan mortalitas ibu karena kehamilan.
Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7%-10% seluruh kehamilan. Dari
seluruh ibu yang mengalami hipertensi selama masa hamil, setengah sampai dua
pertiganya didiagnosis mengalami preeklamsi atau eklamsia.

55
Bagaimana kehamilan memicu atau memperparah hipertensi masih belum terpecahkan
walaupun sudah dilakukan riset intensif selam beberapa dekade, dan gangguan hipertensi masih
merupakan salah satu masalah yang signifikan dalam ilmu kebidanan.
Hipertensi didiagnosis apabila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg, atau lebih.
Edema tidak lagi di gunakan sebagai kriteria diagnostik karena kelainan ini terjadi pada banyak
wanita hamil normal sehingga tidak lagi digunakan sebagai faktor pembeda. Dahulu
direkomendasikan yang digunakan sebagai kriteria diagnostik adalah tekanan darah sistolik
sebesar 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg bahkan apabila angka absolut dibawah 140/90
mmHg. Kriteria ini tidak lagi dianjurkan karena bukti memperlihatkan bahwa wanita dalam
kelompok ini kecil kemungkinannya mengalami peningkatan gangguan hasil kehamilan (Levine,
2000; North dkk, 1999). Namun, wanita yang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik 30
mmHg atau diastolik 15 mmHg perlu diawasi dengan ketat.
Gangguan hipertensi pada kehamilan mengacu pada berbagai keadaan, dimana
terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai risiko yang berhubungan dengan
kesehatan ibu dan janin. Berikut klasifikasi kelainan hipertensif yang paling umum
dipakai:
Klasifikasi Kelainan Hipertensif pada Kehamilan
1. Hipertensi gestasional
2. Preeklampsi
3. Eklamsi
4. Preeklampsi pada hipertensi kronik (superinfosed preeclampsia on chronic
hypertension)
5. Hipertensi kronik

Pengaruh Kehamilan Pada Hipertensi


Selama masa kehamilan terjadi peningkatan curah jantung. Karena frekuensi jantung dan
volume sekuncup meningkat maka tahanan pembuluh darah menurun (Branch, 1992). Satu
penelitian yang dilakukan oleh Robson et al (1989) menunjukan bahwa curah jantung meningkat
dari 4,88 lt/mnt sebelum konsepsi menjadi 7,4 lt/mnt (meningkat 66% pada minggu 34).
Tekanan darah bergantung pada curah jantung dan tahanan perifer pembuluh darah.
Peningkatan curah jantung (volume sekuncup dikali frekuensi denyut jantung) cenderung
meningkatkan tekanan daarah, sementara tahanan periper pembuluh darah menurunkan
tekanan darah. Karena progesteron mendilatasi pembuluh darah maka tahanan perifer
diturunkan sehingga tekanan darah dipertahankan dalam rentang yang sesuai.

Pengaruh Hipertensi Pada Kehamilan

56
Hipertensi menyebabkan terjadinya vasospasme sehingga perfusi oksigen ke jaringan
berkurang. Karenanya jelaslah bahwa apabila tekanan darah mulai meningkat, baik ibu maupun
janinnya mengalami peningkatan risiko lebih besar. Bahaya yang spesifik pada kehamilan yang
disertai dengan hipertensi kronik adalah risiko timbulnya preeklampsia yang dijumpai pada
hampir 25% diantara wanita ini (Sibai dkk, 1998). Selain itu, risiko solusio plasenta meningkat
nyata terutama pada mereka yang kemudian yang mengalami preeklampsi lebih lanjut, janin
pada wanita yang dengan hipertensi kronik berisiko lebih besar mengalami hambatan
pertumbuhan dan kematian.
Pada sebagian wanita, hipertensi kronik yang sudah ada sebelumnya semakin memburuk
setelah usia gestasi 24 minggu. Apabila disertai dengan proteinuria diagnosisnya adalah
preeklampsi pada hipertensi kronik (Superimposed preeclampsia). Preeklampsia pada
hipertensi kronik ini biasanya muncul pada usia kehamilan lebih dini daripada preeklampsia
‘murni’, serta cenderung cukup parah dan pada banyak kasus disertai dengan hambatan
pertumbuhan janin.
Kombinasi proteinurine dan hipertensi selama kehamilan secara nyata meningkatkan
risiko mortalitas dan morbiditas perinatal (Ferrazzani dkk, 1990) hipertensi saja berkaitan
dengan peningkatan angka kematian janin sebesar 3 kali lipat. Memburuknya hipertensi
terutama apabila disertai oleh proteinurine, merupakan pertanda buruk. Sebaliknya proteinuria
tanpa hipertensi hanya menimbulkan efek keseluruhan yang kecil pada angka kematian bayi.
Pre eklamsi, eklamsia dan hipertensi sementara merupakan penyakit hipertensi
dalam kehamilan, seringkali disebut Pregnancy Induced Hypertension (PIH). Keadaan
hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit yang sudah ada sebelum hamil.
Wanita yang mengalami preeklampsia lebih rentan untuk mengalami penyulit hipertensi
pada kehamilan berikutnya. Umumnya semakin dini preeklampisa didiagnosis saat hamil,
semakin besar kemungkinan kekambuhannya. Sebagai contoh Sibai dkk (1986,1991)
mendapatkan bahwa wanita nulipara yang didiagnosis mengidap sebelum usia kehamilan 30
minggu memiliki risiko kekambuhan setinggi 40% pada kehamilan berikutnya. Angka
kekambuhan untuk wanita untuk satu episode sindrom HELLP adalah sekitar 5% (Sibai dkk,
1995). Wanita multipara yang mengalami preeklampsia berisiko tinggi mengalami kekambuhan
preeklampsia pada kehamilan berikutnya dibandingkan dengan nulipara yang mengalami
preeklampsia (Trupin dkk, 1996).
e. Asma
Kehamilan akan menimbulkan perubahan yang luas terhadap fisiologi
pernapasan. Ada empat faktor penting yang terjadi dalam kehamilan yang erat
hubungannya dengan fungsi pernafasan :
1. Rahim yang membesar karena kehamilan akan mendorong diafragma ke atas,
sehingga rongga dada menjadi sempit, gerakan paru akan terbatas untuk
57
mengambil oksigen selama pernafasan, dan untuk mengatasi kekurangan
oksigen ini pernafasan menjadi cepat (hiperventilasi)
2. Perubahan hormonal, terutama hormon progesteron yang meningkat selama
kehamilan, membuat otot-otot saluran pernafasan dan ini juga akan
mendorong terjadinya hiperventilasi.
3. Meningkatnya volume darah dan cardiak uotput dalam usaha menyelamatkan
janin serta memenuhi kebutuhan metabolik ibu yang meninggi.
4. Perubahan imunologik. Faktor daya tahan ibu sangat erat hubungannya
dengan timbulnya penyakit saluran napas tanda kehamilan.
Insidensi Asma Bronkiale pada kehamilan sekitar 1% dan sekitar 15% dari
individu ini mengalami satu atau lebih serangan yang hebat selama kehamilan.
Meskipun efek kehamilan pada asma bronkiale bervariasi, asma yang berat
berhubungan dengan angka aborsi yang tinggi dan meningkatnya insidensi kematian
janin dalam rahim dan keterbelakangan pertumbuhan janin yang paling mungkin
sebagai akibat dari hipoksia dalam rahim

Pengaruh Kehamilan terhadap Penyakit Asma


Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya penyakit asma tidaklah selalu sama
pada setiap penderita bahka pada seorang penderita asma, serangannya tidak sama
pada kehamilan pertama dan berikutnya. Kurang dari sepertiga daripenderita asma akan
membaik dalam kehamilan, lebih dari sepertiga akan menetap, kurang dari sepertiga lagi
akan menjadi buruk atau serangan bertambah. Biasanya serangan akan timbul mulai
usia kehamilan 24 minggu sampai 36 minggu, dan pada akhir kehamilan serangan jarang
terjadi.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh tim ahli asma California tahun 1983 pada 120
kasus asma yang hamil, dan terkontrol baik terdapat 90% penderita tidak pernah
mendapat serangan dalam persalinan, 2,2% menderita serangan ringan dan hanya 0,2%
yang menderita asma berat yang dapat diatasi dengan obat-obatan intravena.
Pengaruh Penyakit Asma Terhadap Kehamilan
Pengaruh asma terhadap ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan
beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen atau hipoksia.
Keadaan hipoksia bila tidak diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering
terjadi keguguran, persalinan prematur atau berat janin tidak sesuai dengan usia
kehamilan (gangguan pertumbuhan janin).

58
Faktor pencetus timbulnya asma antara lain karena zat-zat alergi, infeksi saluran
napas, pengaruh udara dan faktor psikis. Penderita selama kehamilan perlu pengawasan
yang baik, biasanya penderita mengeluh napas pendek, berbunyi, sesak dan batuk-batuk.
Diagnosis dapat ditegakkan seperti asama di luar kehamilan.
Penderita asma yang hamil harus diawasi dengan cermat selama kehamilan
untuk memastikan penilaian ibu dan janin yang memadai. Pada sebagian besar
penderita asma, terapi obat tidak diperlukan. Istirahat di tempat tidur yang cukup,
menghindari dehidrasi, terapi dini dan agresif pada infeksi pernapasan, menghindari
hiperventilasi maupun aktivitas fisik yang berlebihan merupakan hal yang harus
diperhatikan bagi ibu hamil dengan asma.
Diperlukan pemantauan antepartum pada janin untuk menilai pertumbuhan dan
perkembangan. Penentuan saat kelahiran bergantung pada status ibu dan janin. Kalau
kehamilan berjalan dengan baik tidak diperlukan campur tangan dini, dan dianjurkan
untuk menunggu permulaan persalinan spontan. Kalau keadaan ibu memburuk atau
terdapat keterbelakangan pertumbuhan janin, kelahiran dini dianjurkan.

B. Status Gizi
Kehamilan merupakan suatu kehidupan baru, suatu periode pertumbuhan.
Nutrisi merupakan satu dari banyak faktor yang ikut mempengaruhi hasil akhir
kehamilan Status nutrisi dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor yang membuat nutrisi
seorang wanita berisiko, seperti kemiskinan, kurang pendidikan, lingkungan yang buruk,
kebiasaan makan yang kurang baik dan kondisi kesehatan yang buruk akan terus
berpengaruh pada status gizi dan pertumbuhan serta perkembangan janin.
Kebutuhan kalori di saat hamil meningkat sebesar 500 kalori dari kebutuhan saat
tidak hamil, jadi total kalori yang diperlukan saat hamil sebesar 2500 kalori. Kebutuhan
protein sebagai zat penting bagi pertumbuhan jaringan baru akan meningkat hingga dua
kali lipat selama masa kehamilan. Begitu pula halnya kebutuhan akan kalsium yang
diperlukan untuk pembentukan tulang dan gigi janin. Jika janin tidak mendapat cukup
kalsium, ia akan mengambilnya dari tubuh ibu. Jika sumber kalsium dalam tubuh ibu
menurun, akibatnya tulang ibu bisa menjadi keropos.
Pentingnya peningkatan berat badan yang sesuai dalam masa hamil bukanlah
sesuatu yang dilebih-lebihkan. Peningkatan berat badan memberikan kontribusi penting
terhadap kesuksesan suatu kehamilan. Akan tetapi peningkatan berat badan saja tidak

59
dapat dipakai untuk menentukan kecukupan asupan nutrisi. Kualitas mungkin
merupakan faktor yang lebih penting dalam perkembangan janin secara keseluruhan.
Penelitian menunjukkan bahwa, apa yang dimakan oleh seorang wanita hamil
akan berpengaruh pada perkembangan alat-alat tubuh bayi. Misalnya kekuarangan
protein dan kalori selama trimester terakhir dapat mengganggu perkembangan dari
otak dan kekurangan asam folik dianggap berhubungan dengan cacat bawaan pada janin.
Apa yang dimakan oleh ibu, juga mempengaruhi pertumbuhan janin pada umumnya,
makan yang terlalu sedikit atau makanan yang salah dapat menghambat pertumbuhan
di dalam rahim. Penelitian juga menunjukkan bahwa kebiasaan makan dapat
mempengaruhi jalannya kehamilan. Beberapa komplikasi seperti anemia dan pre
eklamsia sering terjadi pada ibu yang kurang gizi. Risiko IUGR maupun kelahiran
prematur juga akan meningkat pada keadaan status gizi yang kurang. Hubungan
keadaan gizi ibu dan pertumbuhan janin dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Malnutrisi maternal

Penurunan ekspansi volume darah

Peningkatan curah jantung yang tidak adekuat

Penurunan aliran darah plasenta

Penurunan ukuran plasenta Penurunan transfer nutrien

Retardasi pertumbuhan janin

C. Gaya Hidup
Substance abuse
Salah satu yang mempengaruhi kehamilan dilihat dari gaya hidup adalah faktor substanse
abuse. Pengertian substanse abuse dapat diartikan sebagai penyalahgunaan zat-zat atau bahan
yang sering disalahgunakan. Berikut beberapa contoh tindakan dari substanse abuse.

a. Merokok
60
Penggunaan tembakau adalah salah satu penyebab yang menjurus ke masalah-
masalah pralahir. Beberapa di antaranya yang serius adalah perdarahan pervaginam,
keguguran, tertanamnya plasenta pada tempat yang tidak normal, pelepasan plasenta
yang terlalu dini, pecahnya ketuban dini dan persalinan prematur.
Berbagai gangguan tehadap hasil akhir kehamilan di laporkan berkaitan dengan
merokok selama hamil. Gangguan tersebut adalah berat lahir rendah akibat persalinan
prematur atau gangguan pertumbuhan janin, kematian janin dan bayi, serta solusio
plasenta. Mekanisme patofisiologi yang diperkirakan berperan menimbulkan ganguan
kehamilan ini antara lain meningkatnya kadar karboksi hemoglobin janin, berkurangnya
aliran darah utero plasenta, dan hipoksia janin (Jazayeri dkk,1998; Monheit dkk, 1983).
Terdapat bukti kuat bahwa ibu hamil yang merokok dapat langsung
mempengaruhi dan merusak perkembangan janin dalam rahim. Yang paling sering
terjadi adalah berat lahir yang rendah, disamping risiko gangguan pernapasan pada
janin.
b. Alkohol
Alkohol dalam jumlah banyak selama kehamilan dapat menyebabkan sejumlah besar
masalah pada janin. Hal ini karena alkohol akan memasuki aliran darah janin dengan
jumlah konsentrasi yang sama dengan konsentrasi alkohol dalam darah ibu, jadi setiap
kali ibu minim alkohol janinnya juga ikut serta. Peminum berat semasa kehamilan
disamping akan menagkibatkan berbagai komplikasi kehamilan yang serius juga dapat
menyebabkan FAS (Fetal Alcohol Syndrome) pada janin. Digambarkan seperti
mengalami kondisi setelah mabuk, bayi ini lahir dengan ukuran kecil, biasanya
cacatmental dengan berbagai kelainan bentuk (terutama pada kepala dan wajah, tangan
dan kaki), dan angka kematian bayi yang tinggi.
Risiko pada kehamilan juga dapat meningkatkan sisiko keguguran, lahir prematur, berat lahir
yang rendah, dan komplikasi selama masa persiapan kelahiran dan persalinan. Dari bukti yang
ada, nasehat yang terbaik bagi wanita hamil atau yang akan hamil adalah tidak mengkonsumsi
alkohol. Diharapkan bahwa efek samping alkohol pada kehamilan akan hilang setelah wanita
yang bersangkutan berhenti minum.
c. Obat-obat terlarang
Pemakaian kronik obat-obatan terlarang, termasuk turunan opium, barbiturat, dan
amfetamin dalam dosis besar selama hamil membahayakan janin. Gawat janin, berat lahir
rendah dan gangguan serius akibat putus obat segera setelah lahir sudah banyak di laporkan.
Ppara ibu yang mengunakan obat-obat keras ini sering tidak mengikuti asuhan perinatal, dan
kalaupun iya, ibu terseubt mungkin tidak mengakui menggunakan obat-obat tersebut. Deteksi

61
jaringan parut bekas fungsi vena mungkin merupakan petunjuk awal. Penatalaksaan kehamilan,
dan persalinan serta perawatan neontaus selanjutnya mungkin sangat sulit.
Penggunaan obat-obatan terlarang selama kehamilan sangat membahayakan bagi ibu
maupun janin. Kokain misalnya, yang tidak saja menembus plasenta, tapi juga dapat
menghancurkannya, mengurangi aliran darah ke janin dan menghambat pertumbuhannya.
Komplikasi kehamilan yang lain juga dapat terjadi termasuk keguguran, lahir prematur dan lahir
mati.
Tentu saja makin sering seorang ibu hamil menggunakan obat-obatan terlarang, makin besar
risikonya pada janin. Bahkan penggunaan yang sangat jarang pada kehamilanpun sudah dapat
membahayakan.

2. Faktor psikologis
A. Stressor internal dan eksternal
Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stress, tetapi
berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan
mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya untuk menghadapi
peran baru, wanita tersebut mengubah konsep dirinya supaya ia siap menjadi seorang
orang tua. Secara bertahap ia berubah dari seorang yang bebas dan berfokus pada diri
sendiri menjadi seorang yang seumur hidup berkomitmen untuk merawat seorang
individu lain.
Selama hamil kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan emosional. Sering
kali kita mendengar seorang wanita mengatakan sangat bahagia karena ia akan menjadi seorang
ibu namun tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir akan terjadi masalah pada
kehamilannya. Perubahan psikologis pada ibu hamil TM I umumnya terjadi penolakan,
kecemasan dan kesedihan; kemudian pada TM II ibu sudah merasa lebih nyaman dan pada TM
III rasa tidak nyaman dapat timbul kembali karena ibu merasa dirinya aneh dan jelek disamping
perasaan sedih akan berpisah dengan bayi dalam kandungannya.
Konflik dan masalah yang dihadapi seorang wanita yang hamil dapat memberikan pengaruh
terhadap kehamilannnya. Penelitian menunjukkan bahwa wanita hamil yang mengalami tekanan
pribadi secara terus-menerus memiliki risiko lebih dari 50% melahirkan anak dengan cacat fisik.
Dengan suasana hati yang tenang, seorang wanita hamil dapat melalui dan menjalani
kehamilannya dengan sehat.
B. Support Keluarga
Peran keluarga khususnya suami, sangat diperlukan bagi seorang wanita hamil. Keterlibatan
dan dukungan yang diberikan suami kepada kehamilan akan mempererat hubungan antara ayah
anak dan suami istri. Dukungan yang diperoleh oleh ibu hamil akan membuatnya lebih tenang

62
dan nyaman dalam kehamilannya. Hal ini akan memberikan kehamilan yang sehat. Dukungan
yang dapat diberikan oleh suami misalnya dengan mengantar ibu memeriksakan kehamilan,
memenuhi keinginan ibu hamil yang ngidam, mengingatkan minum tablet besi, maupun
membantu ibu malakukan kegiatan rumah tangga selama ibu hamil. Walaupun suami melakukan
hal kecil namun mempunyai makna yang tinggi dalam meningkatkan keadaan psikologis ibu
hamil ke arah yang lebih baik.
C. Partner Abuse
Suami adalah partner seorang wanita dalam kehidupannya. Partner abuse merupakan suatu
istilah untuk menyatakan adanya suatu penyalahgunaan tindakan yang dilakukan oleh pasangan
hidup seorang wanita, dalam hal ini yang dimaksud adalah suami. Keadaan kekerasan dalam
rumah tangga dapat mewakili suatu tindakan partner abuse ini.
Kekerasan dalam rumah tangga biasanya mengacu pada kekerasan terhadap wanita dewasa
dalam konteks keluarga atau hubungan yang intim. Kekerasan jenis ini semakin disadari sebagai
suatu masalah kesehatan yang penting. Gazmararian dkk (1996) melaporkan bahwa prevalensi
kekerasan dalam rumah tangga selamam kehamilan pada sebagian besar penelitian adalah
sebesar 4-8 %. Penganiaayan seperti ini dapat terjadi sebelum kehamilan dan tidak terhenti oleh
adanya kehamilan, bahkan dapat menjadi lebih berat.
Ibu hamil yang sering mendapat perlakuan kasar dari suaminya akan mengalami trauma
baik secara fisik maupun mental. Secara fisik, apabila misalnya terjadi pemukulan hal ini akan
secara langsung dapat mempengaruhi kehamilan, apalagi jika terjadi trauma pada bagian vital
tubuh ibu. Dilihat dari sisi psikologis, ibu hamil yang mendapat perlakuan tidak baik dari
pasangannya akan mempunyai masalah-masalah psikologis, seperti kecenderungan untuk
menyendiri sampai mengarah pada keadaan depresi.

3. Faktor sosial budaya dan lingkungan


a. Kebiasaan adat istiadat
Kebiasaan adat dan istiadat tidak bisa dilepaskan begitu saja dari perilaku setiap
orang begitu juga pada seorang wanita hamil. Keunikan fisik, emosional kekhususan social dan
budaya dari setiap perempuan serta keragaman kebutuhan dan arti kebudayaan yang dibawa
oleh perempuan, keluarga dan komunitasnya dalam kaitan dengan kehamilan, pemahaman dan
pendidikan awal pada anak harus di hormati. Misalnya kepercayaan seorang ibu hamil yang
mempunyai pantangan terhadap suatu makanan tertentu, ataupun kepercayaan ibu hamil yang
menyelipkan gunting dan kunyit di balik pakaiannya. Hal-hal seperti itu yang merupakan budaya
atau kepercayaan dari ibu harus dihargai oleh bidan sebagai pemberi asuhan. Bila memang tidak
membahayakan bidan harus menghargai budaya tersebut, namun bila dapat membahayakan ibu
maupun bayinya kepercayaan/budaya itu dapat dianjurkan untuk tidak dilakukan.

63
Kebiasaan adat istiadat dan nilai-nilai yang dianut oleh seorang wanita hamil
dapat memberikan dampak bagi kehanilannya, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Walaupun merupakan suatu kebiasaan adat istiadat yang sudah lama dianut,
namun perlu diperhatikan pengaruhnya pada kehamilan. Misalkan kepercayaan seorang
ibu hamil untuk tidak mengkonsumsi makanan tertentu. Bila ternyata makanan itu
mengandung banyak zat gizi yang diperlukan selama kehamilan, tindakan ini tentu dapat
mempengaruhi keadaan janinnya.
b. Fasilitas Kesehatan
Survey yang pernah dilakukan tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh ibu hamil
menunjukkan bahwa alasan kurang memadainya asuhan kehamilan berbeda-beda berdasarkan
kelompok sosial/etnik, usia, dan metode pembayaran. Alasan yang palinh sering adalah karena
tidak menyadari bahwa dirinya telah hamil. Alasan lainnya adalah karena tidak mempunyai
cukup biaya untuk memeriksakan diri. Roberts dkk(1998) mengidentifikasi alasan lain yang
mencakup masalah dalam mencari pengasuh anak, tidak adanya transportasi dan
kecenderungan wanita yang sudah pernah hamil untuk kurang menganggap penting
pemeriksaan prenatal.
Fasilitas kesehatan mempunyai peran yang penting bagi suatu kehamilan. Wanita hamil
yang secara rutin memeriksakan kehamilan ke fasilitas kesehatan akan mendapatkan perawatan
kehamilan yang lebih baik. Dengan memeriksakan kehamilan, deteksi dini terhadap komplikasi
yang sedang dihadapi dapat dilakukan dengan cepat. Hal ini tentu mempengaruhi keadaan
kehamilan, dimana kehamilan akan dapat terus dipantau agar selalu berada dalam keadaan
kehamilan yang sehat. Namun hal ini juga tergantung dari tenaga kesehatan yang ada, sarana
dan prasarana, serta sistem yang berlaku dalam suatu fasilitas kesehatan>
c.Ekonomi
Ekonomi berhubungan kemampuan keluarga memenuhi kebutuhan seorang ibu hamil,
terutama dengan asupan yang dimakan oleh ibu hamil. Semakin baik ekonominya maka akan
semakin baik pula asupan nutrisi yang diperoleh oleh ibu hamil. Hal ini dapat berkontribusi
pada status gizi sehingga komplikasi kehamilan seperti anemia dapat dihindarkan. Pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam kandunganpun dapat berjalan dengan optimal.
d. Hamil di Luar nikah
Masyarakat menghadapi kenyataan bahwa kehamilan di luar pernikahan makin meningkat
dan menjadi masalah. Keadaan ini bahkan terjadi pada usia remaja. Padahal kesehatan
reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian terutama di kalangan
remaja. Remaja yang kelak akan menikah dan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai
kesehatan reproduksi yang prima, sehingga dapat menurunkan generasi sehat.

64
Remaja yang hamil di luar nikah menghadapi berbagai masalah psikologis, yaitu rasa takut,
kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilannya sehingga terjadi usaha untuk
menghilangkannya dengan cara menggugurkan. Apabila dilakukan dengan tidak baik, tentunya
tindakan tersebut dapat berpengaruh pada alat reproduksinya kelak.
Dampak kehamilan remaja antara lain:
Keguguran : disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil
Persalinan prematur, BBLR, dan Kelainan bawaan: karena kekurangan berbagai zat yang
diperlukan saat pertumbuhan janin
Mudah terjadi infeksi: karena keadaan gizi yang buruk, tingkat sosial ekonomi yang
rendah, dan stress
Anemia : karena kurang asupan zat besi
Keracunan kehamilan: terjadi akibat kombinasi keadaan ala treproduksi yang belum siap
dan anemia
Kematian ibu yang tinggi

e. Unwanted Child
Ada banyak kemungkinan penyebab meningkatnya ansietas, banyak diantaranya dapat
dihilangkan melalui asuhan kebidanan yang efektif. Ansietas yang terkait dengan kehamilan itu
sendiri dapat memburuk, terutama jika kehamilan tidak direncanakan. Walaupun kehamilan
yang tidak direncanakan mula-mula menyebabkan peningkatan stres, penelitian
mengindikansikan bahwa stres akan berkurang seiring perjalanan waktu. Walaupun kehamilan
yang tidak direncanakan dan kehamilan yang tidak diinginkan dapat dibedakan pada
kebanyakan kasus tampaknya terdapat sedikit perbedaan dalam emosi jangka panjang yang
dihasilkan.
Penerimaan terhadap suatu kehamilan akan mempengaruhi sikap seorang wanita
terhadap kehamilan yang sedang dijalaninya. Kehamilan yang tidak diinginkan akan membentuk
suatu sikap penolakan pada diri wanita hamil tersebut yang mengakibatkan kurang peduli
terhadap kehamilannya. Akibatnya baik secara fisik maupun psikologis kebutuhannya sebagai
seorang ibu hamil mungkin saja akan diabaikan. Hal ini tentunya dapat memberikan dampak
yang tidak baik bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.

65
ESSAY
1. Apa yang seharusnya dilakukan oleh bidan selama melakukan asuhan
kehamilan ?
2. Perawatan asuhan kehamilan mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan
berakhir dengan ?
3. Asuhan kehamilan yang mungkin tidak bermanfaat meliputi apa saja ?
4. Terdapat 6 standar dalam asuhan kehamilan, sebutkan !
5. Jelaskan sejarah dari asuhan kehamilan !

EVALUASI

1. Faktor yang tidak dapat berpengaruh pada kehamilan adalah.........


a. Fisik
b. Psikologis
c. Psikoterapi
d. Sosial Budaya
e. Lingkungan

2. Berikut ini yang bukan keadaan akibat pre eklamsi yaitu.....


a. Prematur
b. IUGR
c. IUFD
d. Solutio plasenta
e. Cacat bawaan

3. Waktu terbaik untuk penyaringan diabetes gestasional adalah....


a. antara 20 dan 22 minggu kehamilan
b. antara 22 dan 24 minggu kehamilan
c. antara 24 dan 28 minggu kehamilan
d. antara 28 dan 32 minggu kehamilan
e. antara 32 dan 36 minggu kehamilan

4. Peminum berat semasa kehamilan dapat menyebabkan komplikasi pada janin yaitu...
a. Fetal Alcohol Disease
b. Fetal Alcohol Syndrome
c. New born Alcoho Syndrome
d. Baby Alcohol Disease
e. Baby Alcohol Syndrome

5. Faktor sosial budaya dan lingkungan yang berpengaruh pada kehamilan yaitu....
a. kebiasaan adat istiadat
b. fasilitas kesehatan
c. ekonomi
d. unwanted child dan hamil di luar nikah
e. semua jawaban di atas benar

66
Mata Kuliah : BIOLOGI DASAR DAN BIOLOGI PERKEMBANGAN
Penempatan : Semester I
Topik : FISIOLOGI PERSALINAN
Sub topik : 1. Definisi persalinan
2. Tahapan persalinan
3. Tanda-tanda persalinan
4. Mekanisme Persalinan
5. Faktor-faktor terjadinya persalinan

OBJEK PERILAKU SISWA


Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan tentang definisi persalinan
2. Menjelaskan tentang tahapan persalinan
3. Menjelaskan tentang tanda-tanda persalinan
4. Menjelaskan tentang mekanisme persalinan
5. Menjelaskan tentang faktor-faktor terjadinya persalinan

Sumber Pustaka :
1. Bennet, V. R and Brown, L. K. 1996. Myles Text Boox for Midwives. 12 th edition.
Churchill Livingstone. London.
2. Varney, H. 1997. Varney’s Midwifery 3th edition. Jones and Bartlett. New York.
3. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. 2003. Buku III Asuhan Kebidanan pada Ibu
Intrapartum.
4. Saifudin, Abdul Bari. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal &
Neonatal. Jakarta. YBP-SP
5. JNPK-KR. 2002. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. JNPK-KR

67
FISIOLOGI PERSALINAN

PENDAHULUAN
Persalinan merupakan suatu perubahan yang dramatic. Persalinan yang
berlangsung lama berkaitan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu dan
anak. Bagian utama penatalaksanaan persalinan diarahkan pada pendeteksian
lambatnya persalinan. Setiap ibu hamil memiliki hak untuk mendapat pelayanan
kebidanan dalam persalinan dan dalam lingkungan apapun yang ia pilih untuk
melahirkan bayinya. Bidan adalah pemberi asuhan yang utama dalam persalinan dan
kelahiran normal serta melanjutkan pemberian asuhannya bersama dengan ahli
obstetrik dalam persalinan dan kelahiran yang sulit.

URAIAN MATERI

Definisi persalinan
● Proses pergerakan keluar janin, plasenta dan
membran dari dalam rahim melalui jalan
lahir (Bobak, 2005)
● Suatu proses fisiologik yang memungkinkan
serangkaian perubahan yang besar pada ibu
untuk dapat melahirkan janinnya melalui
jalan lahir (Hacker, Moore, 2001)
D. Bentuk Persalinan
● Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
dan melalui jalan lahir.
● Persalinan buatan adalah persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar misal ,
ekstraksi dengan forceps atau operasi SC.
● Persalinan anjuran adalah persalinan yang dimulai setelah pemecahan ketuban,
pemberian pitocin atau prostaglandin.
Selama kehamilan terdapat kontraksi – kontraksi uterus, yang dikenal sebagai ,
Kontraksi Braxton Hicks.

68
E. Sebab – sebab mulainya persalinan

a. Perubahan kadar hormon


Perubahan kadar hormon mungkin disebabkan oleh penuaan plasenta dan
terjadi sebagai berikut :
 Kadar progesterone menurun (relaksasi otot rahim)
 Kadar estrogen dan prostaglandin meninggi, sehingga menyebabkan kontraksi
otot-otot rahim
 Oksitosin pituitary dilepaskan (pada kebanyakan kelahiran, produksi hormon ini
akan disupresi)
b. Keregangan otot-otot
Karena isinya yang bertambah, mengakibatkan uterus teregang sehingga dapat
menimbulkan kontraksi
c. Pengaruh janin
Kalau janin sudah mencapai batas perrtumbuhannya didalam uterus, ia akan
menyebabkan :
 Peningkatan tekanan dan ketegangan pada dinding uterus
 Pengaruh dari hypofise dan kelenjar suprarenal dari janin
 Stimulasi dinding uterus yang tegang tersebut sehingga timbul kontraksi
d. Faktor-faktor lain
 Ketika selaput amnion pecah menimbulkan penurunan tekanan dari janin
 Gangguan emosional yang kuat (lewat konteks hypothalamus-hipofise) dapat
menyebabkan pelepasan oksitosin

Tahapan Persalinan
Kala I
Dimulai pada saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini dibagi
menjadi 2 fase, Yaitu fase laten (8 jam) servix membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7
jam) serviks membuka dari 4 cm sampai 10 cm (Acuan Nasional Mternal dan Neonatal)
Pada fase aktif :
1. Fase akselerasi (2jam) terjadi pembukaan sampai 4 cm
2. Fase dilatasi maksimal (2 jam) terjadi pembukaan sampai 9 cm
3. Fase deselerasi (2 jam) terjadi pembukaan sampai 10 cm

69
Perubahan pada uterus :
1. Kontraksi berawal dari salah satu cornu, kemudian menyebar kesamping dan ke
bawah. Namun pada puncak kontraksi dapat dirasakan pada seluruh bagian
uterus dan menghilang kemudian muncul kembali. Akhir kala I interval kontraksi
2-3 menit dengan lama kontraksi 50-60 detik
2. Segmen atas dan bawah rahim terbentuk pada akhir kehamilan Segmen Atas
Rahim (SAR) berguna untuk kontraksi dan ototnya menebal sedangkan Segmen
Bawah Rahim (SBR) mempersiapkan peregangan dan pembukaan servik
sehingga semakin tipis
3. Penipisan serviks. Pada primi sebelum terjadi pembukaan di dahului oleh
penipisan serviks dalam waktu 13 – 14 jam, sedangkan pada multigravida
pembukaan dan penipisan terjadi secara bersamaan (6-7 jam)
4. Pembukaan cervik. Pembukaan terjadi akibat dari kontraksi uterus serta tekanan
yang berlawanan dari kantong membran dan bagian bawah janin. Kepala janin
yang fleksi akan membantu pembukaan yang efisien.

Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahir bayi (Acuan Nasional Mternal dan
Neonatal)
Setelah pembukaan lengkap kepala janin turun masuk PAP dan akan menimbulkan rasa
mengedan. Biasanya ibu merasa ingin buang air besar, karena tekanan pada rectum
dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan denan tanda
vulva membuka dan perineum menonjol. Dengan his mengedan yang terpimpin maka
lahirlah kepala janin dan disusul seluruh badan janin
Pada primi 1 ½ - 2 jam, sedangkan pada multi ½ - 1 jam

Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit (Acuan Nasional Mternal dan Neonatal)
Perubahan fisiologis kala III
3 fase pada kala III, yaitu :

70
1. Fase pelepasan plasenta.
Setelah bayi lahir rahim mengecil, karena pengecilan rahim tempat perlekatan
plasenta juga mengecil sehingga mengakibatkan plasenta sedikit demi sedikit
lepas dari dinding rahim
Kemudian terjadi haematom antara plasenta dengan desidua basalis yang
mengakibatkan pelepasan meluas (lamanya 4-5 menit)
Pelepasan plasenta ada 2 macam :
- Pelepasan secara schultze : Pelepasan dimulai pada bagian tengah, tidak
ada perdarahan sebelum plasenta lahir
- Pelepasan secara Duncan : Pelepasan dimulai dari pinggir plasenta
2. Fase pengeluaran plasenta
Setelah plasenta lepas, karena kontraksi dan retraksi otot rahim plasenta
terdorong kedalam segmen bawah rahim (SBR) kemudian plasenta didorong
keluar oleh tenaga mengejan
Manajemen aktif kala III :
1. Pemberian oksitoksin segera
2. PTT (perengan tali pusat terkendali)
3. Massage uterus
Keuntungan manajemen aktif kala III :
- Kala III lebih singkat
- Mengurangi jumlah kehilangan darah
- Mengurangi kejadian retensio plasenta

Kala IV
Dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam setelah post partum (Acuan Nasional
Mternal dan Neonatal)
Perubahan fisiologis kala IV selama 2 jam pertama, organ-organ ibu mengalami
penyesuaian awal terhadap keadaan tidak hamil dan sistem tubuh mulai stabil.
Asuhan yang diberikan :
1. Observasi perdarahan post partum
2. Penjahitan robekan perineum
3. Memeriksa bayi

71
F.

G. Tanda-tanda permulaan Persalinan


a. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul, sedangkan pada multi tidak kentara
yang disebabkan oleh:
72
 Kontraksi brakston hicks
 Ketegangan dinding perut
 Ketegangan ligamentum rotundum
 Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
b. Perut lebih melebar dan fundus uteri turun
c Polakisuria
Perasaan sering/susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah
janin
d. False labour pains ( Perasaan sakit diperut dan pinggang )
e. Keluar bloody show
Tanda-tanda in partu :
1. His yang makin kuat, sering dan teratur
2. Keluar lender bercampur darah (show) karena robekan-robekan kecil pada
serviks
3. Kadang-kadang ketuban pecah
4. Pada PD : serviks mendatar dan terjadi pembukaan

MEKANISME PERSALINAN
Mekanisme persalinan Normal adalah gerakan janin yang mengakomodasikan
diri terhadap panggul ibu. Penyesuaian diri berupa : fleksi, rotasi dari janin. Hal ini
sangat penting untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin tersebut harus
menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia didalam panggul. Diameter-diameter
yang lebih besar dari janin harus menyesuaikan diri dengan diameter yang paling besar
dari panggul ibu agar janin bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan.
Turunnya kepala dibagi menjadi dua yaitu:
a. Masuknya kepala dalam pintu atas panggul
Masuknya kedalam pintu atas panggul pada primigravida (yang baru pertama
kali hamil) sudah terjadi pada bulan terkahir kehamilan tetapi pada multigravida (yang
sudah pernah hamil sebelumnya) biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.
Masuknya kepala kedalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis,
melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya sutura sagitalis terdapat ditengah-
tengah jalan lahir, ialah tepat diantara simpisis dan promontorium, maka kepala
dikatakan dalam synclitismus dan synclitismus os parietal depan dan belakang sama
tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak kebelakang
73
mendekati promontorium maka posisi ini disebut asynclitismus. Pada pintu atas panggul
biasanya kepala dalam asynclitismus posterior yang ringan. Asynclitismus posterior ialah
jika sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os
parietal depan. Asynclitismus anteriorialah jika sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.
b. Majunya kepala.
Majunya kepala pada primigravida terjadi setelah kepala masuk kedalam rongga
panggul dan biasanya baru dimulai pada kala 2. Pada multigravida sebaiknya majunya
kepala dan masuknya kepala kedalam rongga panggul terjadi bersamaan. Yang
menyebabkan majunya kepala : Tekanan cairan intrauterin, tekanan langsung oleh
fundus pada bokong, kekuatan meneran, melurusnya badan janin oleh perubahan
bentuk rahim.
Penurunan terjadi selama persalinan oleh karena daya dorong dari kontraksi dan
posisi, serta peneranan selama kala 2 oleh ibu. Penurunan kepala mengalami tahapan-
tahapan sebagai berikut:
1. Fiksasi (engagement) merupakan tahap penurunan pada waktu diameter biparietal
dari kepala janin telah masuk panggul ibu
2. Desensus merupakan syarat utama kelahiran kepala, terjadi karena adanya tekanan
cairan amnion, tekanan langsung pada bokong saat kontraksi, usaha meneran, ekstensi
dan pelurusan badan janin
3. Fleksi, sangat penting bagi penurunan kepala selama kala 2 agar bagian terkecil
masuk panggul dan terus turun. Dengan majunya kepala, fleksi bertambah hingga ubun-
ubun besar. Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah ukuran kepala yang lebih kecil
melalui jalan lahir yaitu diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan
diameter suboccipito frontalis (11,5 cm). Fleksi disebabkan karena janin didorong maju,
dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding
panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan dorongan dan tahanan ini terjadilah
fleksi, karena moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang
menimbulkan defleksi.
4. Putaran paksi dalam/rotasi internal, pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa
sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah sympisis. Pada
presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan
bagian inilah yang akan memutar kedepan kebawah simpisis. Putaran paksi dalam
mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putara paksi merupakan suatu usaha untuk

74
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah
dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu
kepala sampai ke hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasa panggul.
Sebab-sebab putaran paksi dalam : Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan
bagian terendah dari kepala. Pada bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang
paling sedikit yaitu pada sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genetalis antara M.
Levator ani kiri dan kanan. Pada ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah
diameter anteroposterior. Rotasi internal dari kepala janin akan membuat diameter
enteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala akan menyesuaikan diri dengan
diameter anteroposterior dari panggul
5. Ekstensi, setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini terjadi pada saat lahir kepala, terjadi
karena gaya tahanan dari dasar panggul dimana gaya tersebut membentuk lengkungan
Carrus, yang mengarahkan kepala keatas menuju lubang vulva sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Bagian leher belakang dibawah occiputnya akan
bergeser dibawah simpisis pubis dan bekerja sebagai titik poros. Uterus yang
berkontraksi kemudian memberi tekanan tambahan atas kepala yang menyebabkan
ekstensi kepala lebih lanjut saat lubang vulva-vagina membuka lebar. Pada kepala
bekerja dua kekuatan, yang satu mendesaknay ekbawah dan satunya kerena disebabkan
tahanan dasar panggul yang menolaknya keatas. Resultantenya ialah kekuatan kearah
depan atas. Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah sympisis maka yang dapat
maju karena kekuatan tersebut diatas adalah bagian yang berhadapan dengan
subocciput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar,
dahi hidung dan mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Subocciput yang
menjadi pusat pemutaran disebut hypomoclion
6. Rotasi eksternal/putaran paksi luar, terjadi bersamaan dengan perputaran interior
bahu. Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak
untuk menghilangkan torsi pada leher yang etrjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan
ini disebut putaran restitusi.
7. Restitusi adalah perputaran kepala sejauh 45ᴼ baik kearah kiri atau kanan
bergantung pada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi oksiput anterior.
Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber
ischidicum. Gerakan yang terakhir ini adalah gerakan paksi luar yang sebenarnya dan

75
disebabkan karena ukuran bahu, menempatkan diri dalam diameter anteroposterior
dari pintu bawah panggul.
8. Ekspulsi, setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah sympisis dan
menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul
dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahi mengikuti
lengkung carrus (kurva jalan lahir).
Penurunan kepala dapat juga digambarkan seperti dibawah ini

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN


Persalinan dapat berjalan dengan normal apabila faktor – faktor yang mempengaruhi
persalinan dapat bekerja sama dengan baik yaitu power, passage, passenger dan juga
didukung dengan psikologi ibu serta factor penolong persalinan.
1. POWER
76
Power utama pada persalinan adalah tenaga atau kekuatan yang dihasilkan oleh his
atau kontraksi dan retraksi otot rahim, kontraksi otot – otot perut, kontraksi diafragma,
dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.

A. His ( Kontraksi Uterus )


Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja dengan baik dan
sempurna.
Pada waktu kontraksi otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan
lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan
kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
His normal mempunyai sifat :
• Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim
• Fundal dominant, menjalar keseluruh otot rahim : kontraksi yang paling kuat
dominan di bagian fundus
• Kekuatannya seperti memeras isi rahim
• Otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi
retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim
• Involuntir : kontraksi di luar kehendak
• Intermitten : kontraksi berlangsung selang seling
• Terasa sakit
• Terkoordinasi dan simetris
• Kadang – kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis
Dalam melakukan observasi pada ibu – ibu bersalin hal – hal yang harus
diperhatikan dari his:
1. Frekuensi his
Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permanit atau persepuluh menit.
2. Intensitas his
Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas dan frekuensi kontraksi uterus
bervariasi selama persalinan, semakin meningkat waktu persalinan semakin
maju. Telah diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar jika wanita
tersebut berjalan – jalan sewaktu persalinan masih dini.
3. Durasi atau lama his
Lamanya setiap his berlangsung diukurr dengan detik, misalnya selama 40 detik.
4. Datangnya his

77
Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
5. Interval
Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2 sampe 3
menit
6. Aktivitas his
Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo.
Penelitian tentang kekuatan his banyak dilaporkan oleh Caldeyro – Barcia dari
Amerika latin ( 1958). Dari penelitian ini diperoleh bahwa otot – otot uterus pada
waktu relaksasi masih mempunyai tonus dengan tekanan antara 6 sampai 12
mmHg. Sedangkan pada tiap kontraksi tekanan tersebut meningkat.
Pace maker adalah pusat koordinasi his yang berada pada uterus di sudut tuba
dimana gelombang his berasal . Dari sini gelombang his bergerak ke dalam dank e
bawah dengan kecepatan 2cm tiap detik mencakup seluruh otot – otot uterus. His
dominan, oleh karena serviks tidak mempunyai otot – otot yang banyak, maka
pada setiap his terjadi perubahan serviks :
- Tertarik dan mendatar ( affacement )
- Membuka ( dilatasi)
Perubahan – perubahan akibat His :
- Pada uterus dan serviks : Uterus teraba keras/ padat karena kontraksi. Tekanan
hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterine naik serta menyebabkan serviks
menjadi mendatar (effacement ) dan terbuka ( dilatasi ).
- Pada ibu : Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada
kenaikan nadi dan tekanan darah.
- Pada janin : Pertukaran oksigen pada utero plasenter kurang, maka timbul
hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat dan kurang jelas didengar karena
adanya iskemia fisiologis.

2. PASSAGE
Passage adalah jalan lahir, terdiri dari :
a. Jalan lahir keras :
Tulang panggul terdiri dari :
os coxae (os ilium, os ischium dan os pubis)
os sacrum
os coccygis.

78
Sedangkan sendi (artikulasio) terdiri dari : 2 buah artikulasio sacroiliaca :
menghubungkan os sacrum dan os ilium
1 buah artikulasio sacro coccygea : menghubungkan os sacrum dan os
coccygis
1 buah symphisis pubis : menghubungkan 2 tulang symphisis
Bidang/pintu panggul :
2 Pintu Atas Panggul (PAP) : promontorium, linea inominata dan pinggir
atas symphisis. Disebut juga inlet.
Ruang tengah panggul (RTP) : kira - kira pada spina ischiadica. Disebut
juga midlet.
Pintu Bawah Panggul (PBP) : symphisis dan arcus pubis. Disebut juga
outlet.

Ukuran - ukuran Panggul :


PAP :
Konjugata diagonalis :pinggir bawah symphisis pubis ke promontorium :12,5 cm
Konjugata vera : pinggir atas symphisis pubis ke promontorium : konjugata diagonalis -
1,5 cm = 11 cm
Konjugata transversa : antar dua linea innominata : 12 cm
Konjugata obliqua : 13 cm
Distansia spinarum : jarak antara kedua Spina Iliaka Anterior Superior ( 24 – 26 cm)
Distansia Kristarum : jarak antara kedua Krista iliaka kanan dan kiri ( 28 – 30 cm)
Konjugata eksterna (Bodeloque) 18 – 20 cm
Lingkar panggul : 80 -90 cm
RTP :
Bidang luas panggul : pertengahan symphisis ke pertemuan os sacrum 2 dan 3. Sekitar
12,75 x 12,5 cm. Dalam persalinan tidak mengalami kesukaran.
Bidang sempit panggul : tepi bawah symphisis menuju spina ischiadica. Sekitar 11,5 x 11
cm.
Jarak kedua spina 10 - 11 cm.
PBP :
Anterior posterior : pinggir bawah symphisis ke os coccygis : 10 - 11 cm.
Melintang : 10,5 cm.
Arcus pubis : lebih dari 90 derajat

79
Bidang Hodge
Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan promontorium
Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis.
Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.
Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis

b. Jalan lahir lunak


Jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen bawah rahim, serviks
uteri, dan vagina. Di samping itu, otot – otot jaringan ikat dan ligamen yang menyokong
alat – alat urogenital juga berperan pada persalinan.
Dasar panggul ( pelvic floor ) terdiri dari :
1. Diafragma pelvis : adalah bagian dalam yang terdiri dari m.levator ani,
m.pubococcygeus, m. ileococcygeus, dan m. ischiococcygeus
2. Diafragma urogenital terdiri dari perineal fasciae otot – otot superficial

PEMBENTUKAN JALAN LAHIR


Ketika kontraksi dan retraksi miometrium sudah menghasilkan dilatasi serviks lengkap
kepala janin turun ke dalam vagina yang mengembang untuk menerimanya. Otot-otot
vagina sudah mengalami hipertrofi dan epithelium menebal selama kehamilan sehingga
dapat menampung janin tanpa rusak. Ketika kepala janin turun, pertama akan bertemu
dasar panggul dan titik terdepan diarahkan kedepan oleh saluran yang dibentuk oleh
levator ani. Sekarang janin telah melalui diafragma urogenital. Otot-otot levator
meregang dan tergeser kebawah dan belakang sehingga anus didorong kuat oleh kepala
yang sedang turun tersebut. Dan mengalami dilatasi serta terbuka lebar hingga dinding
rectum anterior tampak. Tekanan juga diterima oleh bagian bawah vagina, dan bagian
tengah perineum, sehingga jaringan ini dapat robek ketika kepala janin lahir
Jalan turunya janin dari uterus lurus sampai setinggi spina iskiadika, lalu berbelok ke
anterior mengitari tepi bawah simpisis pubis. Jika arkus pubikus lebar, kepala janin akan
berada tepat dibelakang simpisis, sehingga perineum tidak terlalu teregang. Jika sudut
ini sempit, kepala akan terdorong kebelakang, arah kurva menjadi lebih tumpul sehingga
lebih memungkinkan timbulnya kerusakan perineum.

3. PASSENGER
Terdiri dari janin, plasenta dan amneon.

80
a. Janin
Janin adalah passage utama lewat jalan lahir. Bagian janin yang paling penting (karena
ukurannya paling besar) adalah kepala. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi
jalan persalinan. Ukuran kepala lebih lebar dari bahu dan kurang lebih seperempat dari
panjang bayi. 96% bayi dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama. Kepala paling
banyak mengalami cedera pada persalinan, sehingga dapat membahayakan hidup dan
kehidupan janin kelak: hidup sempurna,cacat atau akhirnya meninggal. Biasanya apabila
kepala janin sudah lahir, maka bagian-bagian lahir dengan mudah menyusul kemudian.

Postur janin dalam rahim


Sikap (harbitus)
Sikap menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya
terhadap tulang punggungnya. Janin umunya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang
punggung dan kaki dalam keadaan fleksi, serta tulang lengan silang di dada.
Letak janin
Letak janin adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu, misalnya letak
lintang dimana sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu, letak membujur dimana sumbu
janin sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak sunsang.
Presentasi
Preseentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang adda di bagian bawah
rahim yang dijumpai pada palpasi atu pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi
kepala, presentasi bokong, presentasi bahu, dll.
Bagian terbawah janin
Sama dengan presentasi hanya lebih diperjelas.
Posisi
Merupakna indicator untuk menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah
kanan, kiri, depan atau belakang terhadap sumbu ibu (maternal pelvis). Misalnya pada
letak belakang kepala (lbk), ubun-ubun kecil (uuk) kiri depan, uuk kanan belakang.
Apabila seseorang ingin menentukan presentasi dan posisi janin perlu diketahui hal-hal
berikut
Bagian terbawah janin?
Dimana bagian terbawah tersebut?
Apa indikatornya?

81
b. Amnion
Setelah kantong amnion pecah dan mengeluarkan cairan amnion pada waktu persalinan,
servik yang berdilatsi menekan kuat kulit kepala janin sehingga mengurangi aliran balik
limfatik dan vena dari kulit kepala janin. Hal ini menyebabkan pembengkakan jaringan
di bawah kulit dan disebut kaput suksedanium. Kaput ini lunak dan berfluktuasi pada
penekanan dan hilang dalam waktu beberapa hari.

c. Placenta
Placenta normal beratnya kira-kira 500gr atau seperenam dari berat badan janin,
diameternya rata-rata 15-20 cm dengan tebal 2,5 cm.

4. PSIKOLOGI
Banyaknya wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan disaat merasa
kesakitan awal menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati,
seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu
munculnya rasa bangga bias melahirkan atau memproduksi anaknya. Khususnya rasa
lega itu berlangsung bila kehamilannya mengalami perpanjangan waktu. Mereka seolah-
olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “
keadaan yang belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata.

Psikologis meliputi :
Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual, Pengalaman bayi
sebelumnya, Kebiasaan adat, Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:
•Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
•Persalinan sebagai ancaman pada self-image
•Medikasi persalinan
•Nyeri persalinan dan kelahiran

5. PENOLONG
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang
mungkin terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini proses tergantung dari kemampuan
skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

82
Bidan
* Biasanya, bidan punya waktu yang cukup longgar untuk mendampingi dan
mendengarkan curhat Anda menjelang persalinan.
*Ia dapat lebih sabar, sehingga menenangkan sebagian ibu.
* Jika persalinan Anda termasuk normal, sebenarnya Anda tidak perlu terlalu strict
memilih dokter untuk menolong Anda. Sebab, bidan juga merupakan tenaga medis
profesional yang cukup kompeten dan mampu menangani kehamilan risiko rendah dan
persalinan tanpa komplikasi.
* Bidan tak kalah dengan dokter dalam menolong persalinan. Ia sudah cukup terdidik
tentang pengetahuan kehamilan dan persalinan.
* Kalau Anda merasa sreg dan ingin ditolong oleh seorang bidan, pastikan ia memang
berpengalaman dan terdidik.

83
LATIHAN

Jawablah pertanyaan dibawah ini secara benar


1. Sebab-sebab terjadinya persalinan, kecuali :
A. Penurunan hormon progesterone
B. Peningkatan tegangan pada dinding uterus
C. Pengaruh janin
D. Kontraksi brakston hick
E. Oksitoksin pituitary dilepaskan
>B
2. Apa akibat dari lingkaran bandl
A. Persalinan spontan
B. Kontraksi rahim
C. Ruptur uteri
D. Perdarahan
E. Mulainya persalinan
3. Apa yang dimaksud dengan persalinan anjuran
A. Persalinan dengan kekuatan ibu sendiri
B. Persalinan dengan operasi SC
C Persalinan dengan pemberian pitocin
D. Persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
E. Persalinan dengan Vacum ekstraksi
4. Perubahan apa yang terjadi pada rahim pada kala I, Kecuali
A. Penipisan serviks
B. Pembukaan serviks
C. Perineum menonjol
D. Kontraksi pada rahim
E. Segmen bawah rahim dan segmen atas rahim
5. Kapan pemberian oksitoksin pada kala III
A. Setelah lebih dari 30 menit
B. Setelah dilakukan PTT tidak berhasil
C. Setelah melakukan massage uterus
D. Setelah plasenta lahir
E. Segera setelah bayi lahir

84
Essay
1. Jelaskan teori yang mempengaruhi persalinan ?
2. Jelaskan bentuk-bentuk persalinan ?
3. Jelaskan tahapan persalinan ?
4. Jelaskan mekanisme persalinan ?
5. Jelaskan factor yang mempengaruhi persalinan ?

85

Anda mungkin juga menyukai