PEMBAHASAN
bersifat naik turun. Demam muncul perlahan, namun mendadak bertambah tinggi
saat malam hari disertai dengan menggigil. Suhu panas tidak pernah diukur dengan
thermometer di rumah. Satu minggu setelah onset demam, pasien dibawa orang
tuanya ke IGD, namun pasien hanya dirawat jalan karena pasien tidak memiliki
keluhan lain saat itu selain demam. Dan ketika diperiksa di igd, suhu badan mulai
turun dan lab normal. Pasien tidak mengeluhkan adanya mual dan muntah. Namun
pasien juga mengeluhkan batuk kering namun jarang sejak seminggu yang lalu dan
sakit kepala ringan. Pasien tetap makan 3x sehari walaupun dengan porsi yang lebih
sedikit dan minum seperti biasa. Pasien belum ada buang air besar semenjak demam.
Buang air kecil lancar, tidak ada sesak, dan pasien kadang-kadang mengeluhkan nyeri
di ulu hati. Riwayat penyakit dahulu pasien belum pernah mengalami sakit. Riwayat
Pada demam tifoid, setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit
pada awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam, sakit
51
kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual , muntah, batuk, dengan nadi antara 80-
100 kali per menit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat dengan gambaran
bronkitis kataral, perut kembung dan terasa tidak enak, sedangkan diare dan sembelit
dapat terjadi bergantian. Pada akhir minggu pertama,diare lebih sering terjadi. Khas
lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau
tremor. Epistaksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa kering
dan radang. Jika penderita ke dokter pada periode tersebut, akan menemukan demam
dengan gejala-gejala di atas yang bisa saja terjadi pada penyakit-penyakit lain juga.14
Karena itu, ketika pada minggu pertama setelah onset demam, pasien datang ke IGD
dengan keluhan berupa demam tanpa disertai keluhan lain, keluhan pasien tersebut
tidak menunjukkan gejala yang khas dan bisa merupakan gejala awal penyakit infeksi
Namun terapi simptomatik ini tidak efektif, sehingga seminggu kemudian, yaitu
tanggal 23 Agustus 2015, pasien datang berobat kembali dengan keluhan demam
yang masih tinggi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan lidah kotor. Diagnosis banding
yang diajukan adalah demam tifoid dan malaria. Namun, diagnosis malaria
Diagnosis demam tifoid diperkuat dengan hasil kultur urin yang menyatakan terdapat
tab 3x500 mg. Pada hari keempat setelah dirawat di rumah sakit, suhu tubuh pasien
52
sudah kembali normal dan tidak lagi mengalami demam dengan temperature yang
penggunaan ceftriaxone relatif cukup aman pada anak serta waktu pengobatannya
yang lebih singkat. Walaupun lini utama terapi antibiotik pada demam tifoid adalah
penggunaan kloramfenikol tidak dianjurkan karena memiliki efek toksik yang dapat
53