Anda di halaman 1dari 12

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Mekanika Tanah


Mekanika Tanah adalah suatu cabang ilmu teknik yang mempelajari perilaku
tanah dan sifatnya yang diakibatkan oleh tegangan dan regangan yang disebabkan
oleh gaya-gaya yang bekerja. Banyak para ahli mendefenisikan istilah tanah sebagai
berikut:
1. Tanah adalah mineral yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat
yang tidak tersedimentasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan bahan bahan
organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan
gas yang mengisi ruang-ruang kosong antara partikel-partikel padat tersebut.
(Braja M. Das dkk, 1993:1)
2. Tanah adalah kumpulan (agregat) butiran mineral alami yang bisa dipisahkan
oleh suatu cara mekanika bila agregat dimaksud diaduk dalam air. (Karl Terzaghi
dan Raph B. Peck, 1993:4)
3. Tanah adalah campuran butir mineral tanah berbentuk tidak teratur dari berbagai
ukuran yang mengandung pori-pori diantaranya. Pori-pori ini dapat berisi air jika
tanah jenuh, air dan udara jika jenuh sebagian dan udara saja jika keadaan kering.
Butiran itu merupakan hasil batuan secara mekanika dan kimiawi yang, dikenal
sebagai pasir, kerikil, lanau dan lempung. (Ir.Gunawan. T dan Ir. Margaret. S,
1997).
Jadi dari beberapa pendapat dari para ahli diatas pada umumnya yang masuk
pada bidang mekanika tanah adalah semua mineral atau bahan organik yang lapuk
dan zat cair dan udara yang mengisi ruang kosong antara partikel, partikel tersebut
tidak melekat erat dan mudah di pisahkan, berukuran kerikil sampai lempung yang
berfungsi sebagai tempat pondasi bertumpuh.

2.2 Boring dan Sampling

3
2.2.1 Boring
Pemboran tanah adalah pekerjaan paling umum dan paling akurat dalam
survey geoteknik lapangan. Pemboran tanah yang dimaksud adalah pembuatan
lubang kedalam tanah dengan menggunakan alat bor manual maupun alat bor mesin,
untuk tujuan berikut: Mengidentifikasi jenis tanah sepanjang kedalaman lubang bor,
yang dilakukan terhadap contoh tanah terganggu yang diambil dari mata bor atau
core barrel, untuk memasukkan alat tabung pengambil contoh tanah asli di
kedalaman yang dikehendaki, untuk mengambil contoh tanah asli, untuk
memasukkan alat uji penetrasi baku (Standart Penetration Test, STP) di kedalaman
yang dikehendaki, untuk memasukkan alat-alat uji lainnya di kedalaman yang
dikehendaki. Pemboran pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan alat bor
tangan. Prinsip percobaan ini adalah untuk memperoleh sampel pada suatu kedalaman
tertentu guna diteliti lebih lanjut pada percobaan di laboratorium.

2.2.2 Sampling
Dalam percobaan ini diambil contoh tanah terganggu (disturbed sample) dan
contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample). Disturbed sample adalah contoh
tanah yang diambil tanpa ada usaha yang dilakukan untuk melindungi struktur asli
tanah tersebut. Undisturbed sample adalah contoh tanah yang masih menunjukkan
sifat asli tanah. Contoh undisturbed ini secara ideal tidak mengalami perubahan
struktur, kadar air, dan susunan kimia. Contoh tanah yang benar-benar asli tidak
mungkin diperoleh, tetapi untuk pelaksanaan yang baik maka kerusakan contoh dapat
dibatasi sekecil mungkin. Tabung yang dipakai untuk mengambil contoh tanah
undisturbed harus memenuhi ketentuan :

Dimana :
D1 = diameter tabung bagian dalam
D2 = diameter tabung bagian luar
2.3 Pengujian Sifat Fisik

4
2.3.1 Pengujian Kadar Air
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry
basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100
persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen
(Syarif dan Halid, 1993).
Tujuan cara uji kadar air (moisture content) digunakan untuk mengetahui
kadar air yang terdapat didalam pori-pori suatu contoh tanah. Kadar air tanah dapat
ditentukan dari perbandingan antara berat air yang terkandung dalam pori-pori butir
tanah dengan berat tanah itu sendiri setelah di keringkan pada kondisi standar.
(Ahmad, 2014)
Kadar air dapat juga disebut Water Content di definisikan sebagai perbandingan
antara berat air dan berat butiran padat dari volume tanah.

2.3.2 Pengujian Berat Isi


Berat isi tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang sering ditetapkan
karena berkaitan erat dengan perhitungan penetapan sifat-sifat fisik tanah lainnya,
seperti retensi air (pF), ruang pori total (RPT), coefficient of linier extensibility
(COLE), dan kadar air tanah. Data sifat-sifat fisik tanah tersebut diperlukan dalam
perhitungan penambahan kebutuhan air, pupuk, kapur, dan pembenah tanah pada
satuan luas tanah sampai kedalaman tertentu. Berat isi tanah juga erat kaitannya
dengan tingkat kepadatan tanah dan kemampuan akar tanaman menembus tanah.
Menurut Lembaga Penelitian Tanah (1979), definisi berat isi tanah adalah
berat tanah utuh (undisturbed) dalam keadaan kering dibagi dengan volume tanah,
dinyatakan dalam g/cm3(g/cc). Nilai berat isi tanah sangat bervariasi antara satu titik
dengan titik lainnya karena perbedaan kandungan bahan organik, tekstur tanah,
kedalaman tanah, jenis fauna tanah, dan kadar air tanah. Metode untuk menetapkan

5
berat isi tanah yang digunakan di laboratorium fisika tanah. Perhitungan berat isi
tanah menggunakan rumus sebagai berikut : (Agus et al, 2006).

Keterangan :
γ = berat isi tanah
d = diameter cetakan
t = tinggi cetakan
W1 = berat cetakan
W2 = berat cetakan + tanah

2.3.3 Pengujian Berat Jenis


Berat jenis tanah sering juga disebut specific gravity, dapat dinyatakan sebagai
perbandingan antara berat isi butir tanah dengan berat isi air. Nilai daripada berat isi
butir tanah adalah perbandingan antara berat butir tanah dengan volumenya.
Sedangkan berat isi air adalah perbandingan antara berat air dengan volume airnya,
biasanya mendekati nilai 1 g/cm3 . Jika terdapat keadaan dimana volume butiran
tanah sama dengan volume air, maka dengan demikian berat jenis tanah dapat diambil
sebagai perbandingan, diukur pada suhu tertentu, antara berat butir tanah dengan
berat air suling. Berat spesifik suatu massa tanah (Gs) dapat dihitung dengan rumus
berikut :

dimana :
Gs = Berat Jenis
w1 = Berat piknometer
w2 = Berat piknometer + bahan kering
w3 = Berat piknometer + bahan kering + air
w4 = Berat piknometer + air

6
2.3.4 Pengujian Batas Konsistensi Tanah
Batas Atterberg dikenalkan oleh Albert Atterberg pada tahun 1911 dengan
maksud untuk mengklasifikasikan tanah berbutir halus serta memastikan karakter
indeks property tanah. Batas Atterberg mencakup batas cair, batas plastis, serta batas
susut.
Tanah yang berbutir halus umumnya mempunyai karakter plastis. Karakter
plastis itu adalah kekuatan tanah sesuaikan pergantian bentuk tanah sesudah
bercampur dengan air pada volume yang tetaplah. Tanah itu bakal berupa cair, plastis,
semi padat atau padat bergantung jumlah air yang bercampur pada tanah itu.
Batas Atterberg memerlihatkan terjadinya bentuk tanah dari benda padat
sampai jadi cairan kental sesuai sama kadar airnya. Dari test batas Atterberg bakal
diperoleh parameter batas cair, batas plastis, batas lengket serta batas kohesi yang
disebut kondisi ketekunan tanah.

Tabel 2.1 Batas-batas atterberg

1. Batas Cair (Liquid Limit)


Batas cair (LL) adalah kadar air tanah yang untuk nilai-nilai diatasnya, tanah
akan berprilaku sebagai cairan kental (batas antara keadaan cair dan keadaan plastis),
yaitu batas atas dari daerah plastis.

7
2. Batas Plastis (Plastic Limit)
Batas plastis (PL) adalah kadar air yang untuk nilai-nilai dibawahnya, tanah tidak
lagi berpengaruh sebagai bahan yang plastis. Tanah akan bersifat sebagai bahan yang
plastis dalam kadar air yang berkisar antara LL dan PL. Kisaran ini disebut indeks
plastisitas.
3. Batas Susut (Shrinkage Limit)
Kondisi kadar air pada kedudukan antara daerah semi padat dan padat, yaitu
prosentase kadar air dimana pengurangan kadar air selanjutnya tidak mengakibatkan
perubahan volume tanah disebut batas susut (SL).

Keterangan :
SL = batas susut tanah
V0 = volume benda uji kering
W0 = berat benda uji kering
Gs = berat jenis tanah

2.3.5 Analisa Butiran


Tanah memiliki banyak sifat-sifat tertentu yang tergantung kepada ukuran
butirnya. Oleh karena itu, pengukuran besarnya ukuran butir tanah merupakan suatu
percobaan yang sangat amat penting untuk dilakukan dalam ilmu Mekanika Tanah.
Besarnya butiran menjadi dasar untuk pemberian atau klasifikasi nama kepada jenis-
jenis tanah. Sesuai dengan ukuran butir tanah, cara menganalisa ukuran butir tanah
dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan analisa saringan, analisa hydrometer dan
analisa gabungan. Pengujian ini dilakukan dengan standar acuan AASHTO T-87-74,
ASTM D-421-85 (Saringan), AASHTO T-88-72 dan ASTM D-422-85 (Hidrometer).
Secara umum tanah terdiri dari tiga bagian, yaitu butiran padat, air dan udara.
Sifat-sifat suatu macam tanah tertentu banyak tergantung pada ukuran butirannya.
Ukuran butiran menentukan klasifikasi tanah tersebut. Untuk butiran kasar

8
menggunakan cara penyaringan dalam penentuan ukuran butiran tanah. Tanah
dikeringkan dan disaring pada serangkaian saringan dengan diameter saringan
tertentu dari mulai yang kasar hingga yang halus. Dengan demikian butiran tanah
terpisah menjadi beberapa bagian dengan batas ukuran yang diketahui.
1. Menghitung nilai pembacaan terkoreksi (Rcp)

Rcp = R + Ft - Fz
keterangan :
R = bacaan hidrometer yang sudah terkoreksi
Ft = bacaan temperature yang sudah terkoreksi
Fz = koreksi bacaan nol
2. menghitung nilai % kumulatif

Nilai % kumulatif = nilai % tertahan + nilai % kumulatif diatasnya


3. menghitung nilai lolos %

Nilai lolos % = 100% - Nilai % kumulatif

2.4 Pengujian Sifat Mekanik


2.4.1 Pengujian Kuat Tekanan Bebas
Uji kuat tekan bebas (Unconfined Compresion Test) merupakan cara yang
dilakukan di laboratorium untuk menghitung kekuatan geser tanah. Uji kuat ini
mengukur seberapa kuat tanah menerima kuat tekan yang diberikan sampai tanah
tersebut terpisah dari butiran-butirannya juga mengukur regangan tanah akibat
tekanan tersebut.
Uji tekan bebas ini dilakukan pada contoh tanah asli dan contoh tanah tidak
asli lalu diukur kemampuannya masing-masing contoh terhadap kuat tekan bebas.
Dari nilai kuat tekan maksimum yang dapat diterima pada masing-masing contoh
akan didapat sensitivitas tanah. Nilai sensitivitas ini mengukur bagaimana perilaku
tanah jika terjadi gangguan yang diberikan dari luar.

 ( kg/cm2) Konsistensi
< 0,24 Very Soft
0,24 – 0,48 Soft
0,48 – 0,96 Medium Soft

9
0,96 – 1,92 Stiff
1,92 – 3,83 Very Stiff
> 3,83 Hard

Tabel 2.2 Tabel Konsistensi

St Kelas
<4 Rendah
2–4 Normal
4–8 Sensitive
>8 Sangat sensitif

Tabel 2.3 Tabel Sensitifitas

Dalam pengujian kuat tekan babas ada beberapa syarat yang harus diperhatikan.
1. Penekanan
Sr = Kecepatan regangan berkisar antara 0,5 – 2 % permenit
2. Kriteria keruntuhan suatu tanah :
a. Bacaan proving ring turun.
Bacaan proving ring tiga kali berturut-turut hasilnya sama.
b. Ambil pada  = 15 % dari contoh tanah, Sr = 1 % permenit, berarti waktu
maksimum runtuh = 15 menit.
Percobaan kuat tekan bebas dimaksudkan terutama untuk tanah lempung atau
lanau. Bila lempung itu mempunyai derajat kejenuhan 100% maka kekuatan geser
dapat ditentukan dari nilai kekuatan unconfined.
Pada sekitar tahun 1776 Coulomb memperkenalkan hubungan linear yang
terjadi antara tegangan normal dan tegangan geser.

 f  c   tan 
dimana :
c = kohesi
 = sudut geser internal
τ f = tegangan geser
σ = tegangan normal

10
Secara teoritis, untuk tanah lempung jenuh air yang sama uji tekanan tak
bersekap mampu dalam kondisi air termampatkan - tak terkendali (Unconsolidated-
Undrained) akan menghasilkan suatu harga Cu yang sama. Tetapi pada kenyataannya
pengujian unconfined compression pada tanah lempung jenuh - air biasanya
menghasilkan harga Cu yang lebih kecil dari harga yag diperoleh dari pengujian
Unconsolidated - Undrained.
Pada tanah-tanah lempung yang terdeposisi (terendapkan) secara alamiah
dapat diamati bahwa kekuatan tekan tanah tak bersekap berkurang banyak, bila tanah
itu diuji ulang lagi setelah tanah itu menderita kerusakan struktural (remolded) tanpa
adanya perubahan dari kadar air.
Sifat berkurangnya kekurangan tanah akibat adanya kerusakan struktural
tanah tersebut disebut kesensitifan (sensitivity). Tingkat kesensitifan dapat ditentukan
sebagai rasio antara kekuatan tanah yang masih asli dengan kekuatan tanah yang
sama setelah terkena kerusakan (remolded), bila tanah tersebut diuji dengan cara
tekanan tak tersekap.

2.4.2 Pengujian Kuat Geser Langsung


Kekuatan geser tanah merupakan perlawanan internal tanah tersebut per
satuan luas terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam tanah
yang dimaksud. Uji geser langsung merupakan pengujian yang sederhana dan
langsung. Pengujian dilakukan dengan menempatkan contoh tanah ke dalam kotak
geser. Kotak ini terbelah, dengan setengah bagian yang bawah merupakan bagian
yang tetap dan bagian atas mudah bertranslasi. Kotak ini tersedia dalam beberapa
ukuran, tetapi biasanya mempunyai diameter 6.4 cm atau bujur sangkar 5,0 x 5,0 cm .
Contoh tanah secara hati-hati diletakkan di dalam kotak, sebuah blok pembebanan,
termasuk batu-batu berpori bergigi untuk drainase yang cepat, diletakkan di atas
contoh tanah. Kemudian suatu beban normal Pv dikerjakan. Kedua bagian kotak ini
akan menjadi sedikit terpisah dan blok pembebanan serta setengah bagian atas kotak
bergabung menjadi satu. Kuat geser sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor , antara
lain :
1. Tekanan efektif atau tekanan antar butir.
2. Kemampuan partikel atau kerapatan

11
3. Saling keterkuncian antar partikel: jadi, partikel-partikel yang bersudut akan
lebih saling terkunci dan memiliki kuat geser yang lebih tinggi  yang lebih
besar) daripada partikel-partikel yang bundar seperti pada tebing-tebing.
4. Sementasi partikel, yang terjadi secara alamiah atau buatan.
5. Daya tarik antar partikel atau kohesi.
Perhitungan pada pengujian kuat geser langsung :

D = bacaan arloji x kalibrasi proving ring


Kekuatan geser tanah dapat dianggap terdiri dari dua bagian atau komponen,
yaitu :
1. Gesekan dalam, yang sebanding dengan tegangan efektif yang bekerja pada
bidang geser.
2. Kohesi yang tergantung pada jenis tanah dan kepadatannya tanah pada umumnya
digolongkan sebagai berikut :
a. Tanah berkohesi atau berbutir halus (misal lempung).
b. Tanah tidak berkohesi atau berbutir kasar (misal pasir).
c. Tanah berkohesi-gesekan, ada c dan ф (misal lanau).
Tergantung dari jenis alatnya ,uji geser ini dapat dilakukan dengan cara tegangan
geser terkendali ,dimana penambahan gaya geser dibuat konstan dan diatur, atau
dengan cara regangan terkendali dimana kecepatan geser yang diatur.
Kelebihan pengujian dengan cara regangan – terkendali adalah pada pasir padat,
tahanan geser puncak (yaitu pada saat runtuh) dan juga pada tahanan geser
maksimum yang lebih kecil (yaitui pada titik setelah keruntuhan terjadi) dapat
diamati dan dicatat pada uji tegangan – terkendali, hanya tahanan geser puncak saja
yang dapat diamati dan dicatat. Juga harus diperhatikan bahwa tahanan geser pada uji
tegangan – terkendali besarnya hanya dapat diperkirakan saja. Ini disebabkan
keruntuhan terjadi pada tingkat tegangan geser sekitar puncak antara penambahan
beban sebelum runtuh sampai sesudah runtuh. Pada pengujian tertentu, tegangan
normal dapat dihitung sebagai berikut:

Harga – harga yang umum dari sudut geser internal kondisi drained untuk
pasir dan lanau dapat dilihat pada table berikut ini

12
TIPE TANAH SUDUT GESER DALAM
( )
Pasir : butiran bulat
Renggang / lepas 27 – 30
Menengah 30 – 35
Padat 35 – 38
Pasir : butiran bersudut
Renggang / lepas 30 –35
Menengah 35 – 40
padat 40 – 45
Kerikil bercampur pasir 34 – 48
Lanau 26 – 35
Tabel 2.4 Tabel sudut geser dalam
2.4.3 Pengujian Permeabilitas
Didefinisikan sebagai sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran
rembesan dari cairan yang berupa air atau minyak mengalir lewat rongga pori. Untuk
tanah, permeabilitas dilukiskan sebagai sifat tanah yang mengalirkan air melalui
rongga pori tanah. Didalam tanah, sifat aliran mungkin laminar atau turbulen.
Tahanan terhadap aliran bergantung pada jenis tanah, ukuran butiran, bentuk butiran,
rapat massa, serta bentuk geometri rongga pori.
Aliran Air Dalam Tanah
Tinggi energi total (total Head) adalah tinggi energi elevasi atau Elevation
Head(z) ditambah tinggi energi tekanan atau pressure Head (h) yaitu Ketinggian
kolom air h A atau hB di dalam pipa diukur dalam millimeter atau meter diatas
titiknya.
Tekanan hidrostatis bergantung pada kedalaman suatu titik dibawah muka air
tanah. Untuk mengetahui besar tekanan air pori, Teorema Bernaulli dapat diterapkan.
Menurut Bernaulli, tinggi energi total (total Head) pada suatu titik dapat dinyatakan
oleh persamaan :

h=

Dengan :

13
h = tinggi energi total (total head)(m)
p/  w = tinggi energi tekanan (pressure head) (m)
p = tekanan air (t/m2,kN/m2)
v2/2g = tinggi energi kecepatan (velocity head) (m)
v = kecepatan air (m/det)
 w = berat volume air (t/m3,kN/m3)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
z = tinggi energi elavasi (m)

Karena kecepatan renbesan didalam tanah sangat kecil, maka tinggi energi
kecepatan dalam suku persamaan Bernoulli dapat diabaikan. Sehingga persamaan
tinggi energi total menjadi :

h=
Untuk menghitung debit rembesan lewat tanah pada kondisi tertentu, ditinjau
kondisi tanah.
Hukum Darcy
Darcy (1956), mengusulkan hubungan antara kecepatan dan gradien hidrolik
sebagai berikut :

Dengan : v=k×i
v = Kecepatan air (cm/det)
i = Gradien hidrolik
k = Koefisien permeabilitas (cm/det)

Debit rembesan (q) dinyatakan dalam persamaan :

q=k×i×A
Koefisien permeabilitas (k) mempunyai satuan yang sama dengan kecepatan
cm/det atau mm/det. Yaitu menunjukkan ukuran tahanan tanah terhadap air, bila
pengaruh sifat-sifatya dimasukkan, Maka :

Dengan :
2
K = koefisien absolute (cm ), tergantung dari sifat butiran tanah
w = Rapat massa air (g/cm )
3

 = koefisien kekentalan air (g/cm.det)


2
g = percepatan gravitasi ( cm/det )

14

Anda mungkin juga menyukai