SISTEM KOLOID
Guru Pembimbing :
M. Saiful Amin
Disusun Oleh :
Kelas :
XI – MIPA 4
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan
memberi petunjuk dan kekuatan kepada penulis sehingga makalah, “KOLOID” ini
dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi – materi yang ada. Materi –
materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa dalam belajar
mengenai koloid. Serta siswa juga dapat memahami nilai – nilai dasar yang
direfleksikan dalam berpikir dan bertindak.
Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, para siswa akan mampu
menghadapi masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang timbul dalam belajar
Teknologi Infomasi dan Komunikasi. Dan dengan harapan semoga siswa mampu
berinovasi dan berkreasi dengan potensi yang dimiliki.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir semester
untuk bidang study kimia, dan lebih lanjut semoga makalah ini bermanfaat untuk
menambah pengetahuan seputar Sistem Koloid. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Koloid......................................................................................3
2.2 Perbedaan antara Larutan Suspensi dan Koloid....................................4
2.3 Jenis-jenis Koloid..................................................................................5
2.4 Sifat-sifat Koloid...................................................................................6
2.5 Koloid dalam kehidupan sehari-hari.....................................................8
2.6 Cara membuat Koloid...........................................................................9
BAB III PENUTUP
3.1 Kasimpulan .........................................................................................13
3.2 Saran.....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian koloid?
2. Apa sajakah penggolongan dari koloid?
3. Apa saja jenis-jenis koloid?
4. Apa saja sifat-sifat koloid?
5. Bagaimana kestabilan koloid?
6. Bagaimana cara pembuatan koloid?
7. Apa saja penggunaan koloid dalam kehidupan?
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian koloid
2. Mendeskripsikan penggolongan dari koloid
3. Mendeskripsikan jenis-jenis koloid
4. Mendeskripsikan sifat-sifat koloid
5. Mendeskripsikan kestabilan koloid
6. Mendeskripsikan cara pembuatan koloid
7. Mendeskripsikan penggunaan koloid dalam kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
2
Kata koloid berasal dari bahasa Yunani kolla yang berarti lem, karena
dahulu koloid dianggap mirip lem. Klasifikasi koloid yang pertama diajukan oleh
Von Weimar dan Ostwald, istilah sistem terdispersi diperkenalkan, dan ukuran
partikel digunakan sebagai faktor utama dalam klasifikasi dan karakterisasi koloid.
Koloid adalah zat yang terdiri atas medium homogen dan partikel yang
terdispersi di dalamnya. Namun, tidak semua sistem terdispersi merupakan koloid.
Thomas Graham (1805-1809) banyak mempelajari tentang kecepatan difusi
(gerak) partikel materi sehingga ia dapat merumuskan hukum tentang difusi. Dari
pengamatannya, ternyata gerakan partikel zat dalam larutan ada yang cepat dan
lambat. Umumnya yang berdifusi cepat adalah zat berupa kristal sehingga
disebut kristaloid, contohnya NaCl dalam air. Akan tetapi, istilah ini tidak populer
karena ada zat yang bukan kristal berdifusi cepat, contohnya HCl dan H 2SO4. Yang
lambat berdifusi disebabkan oleh partikelnya mempunyai daya tarik (perekat) satu
sama lain, contohnya putih telur dalam air. Zat seperti ini disebut koloid (bahasa
Yunani : cola = perekat).
Kecepatan difusi menurut Graham bergantung pada massa partikel, makin
besar massa makin kecil kecepatannya. Massa ada hubungannya dengan ukuran
partikel, yang massanya besar akan besar pula ukuran partikelnya. Berdasarkan
ukuran partikel, campuran dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu larutan sejati
(misalnya larutan gula), koloid (misalnya larutan susu), dan suspensi kasar
(misalnya larutan pasir).
Dalam larutan sejati, seperti larutan gula atau larutan garam,partikel zat
terlarut mengandung ion atau molekul tunggal. Pada sisi lain ada yang disebut
dengan suspensi,yang mana partikelnya mengandung lebih dari satu molekul dan
cukup besar untuk dilihat oleh mata atau dibawah mikroskop .Diantara keduanya
akan ditemukan suatu koloid,yang mana partikelnya mungkin mengandung lebih
dari satu molekul tetapi tidak cukup besar untuk dapat dilihat dengan mikroskop
biasa (Laider,1982).
Partikel – paritkel yang terletak dalam jarak ukuran koloidal mempunyai
luas permukaan yang sangat besar dibanding dengan luas permukaan partikel –
partikel yang lebih besar dengan volume yang sama. (Moechtar, 1989) Diameter
partikel dalam larutan sejati lebih kecil dari 1 mµ. Bila diameter partikel – partikel
dalam larutan terletak diantara 1- 100 mµ, sistem disebut campuran kasar atau
dispersi kasar (Sukardjo, 1997).
3
Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat terbagi halus atau terdispersi
dalam zat lain, koloid merupakan suatu sistem dispersi, karena terdiri dari dua fasa,
yaitu fasa terdispersi (fasa yang tersebar halus) dan fasa pendispersi. Fase
terdispersi umumnya memiliki jumlah yang lebih kecil atau mirip dengan zat
terlarut dan fasa pendispersi jumlahnya lebih besar atau mirip pelarut dalam suatu
larutan(Yazid,2005). Zat yang terdispersi tersebut berjarak ukuran antara dimensi
partikel–partikel atomik dan molekular sampai partikel–partikel yang berukuran
milimeter, ukurannya dapat diklasifikasikan baik yang sebagai membentuk dispersi
molekular maupun dispersi koloidal. Beberapa suspensi dan emulsi dapat
mengandung suatu jarak ukuran partikel sedemikian sehingga partikel–partikel nya
yang kecil masuk dalam jarak koloidal, sedangkan yang besar – besar dapat
diklasifikasikan sebagai partikel–partikel kasar (Moechtar, 1989).
5
hampir sama dengan medium pendispersinya. Pada koloid hidrofil karena
terjadi hidrasi, sifat-sifat fisikanya sangat berbeda dengan mediumnya.
Viskositasnya lebih besar dan tegangan permukaannya lebih kecil.
2.4.2 Sifat Koligatif
Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligaif. Sifat ini
hanya bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat
koligatif koloid umumnya lebih rendah daripada lautan sejati dengan jumlah
partikel yang sama (Yazid, 2005). Ini disebabkan karena butir-butir koloid
terdiri atas beribu-ribu molekul,sedangkan pengaruh terhadap sifat koligatif
hanya ditentukan oleh jumlah molekul (Sukardjo, 1997)
2.4.3 Sifat Optis
Walaupun secara definisi partikel koloid terlalu kecil untuk dapat dilihat
oleh mikroskop biasa mereka dapat dideteksi secara optikal. Ketika cahaya
dilewatkan melalui medium yang mengandung partikel yang tidak lebih besar
daripada 10-9 m, berkas cahaya tersebut tidak dapat dideteksi dan medium
tersebut disebut optically clear. Ketika partikel koloid hadir, bagaimanapun,
sebagian cahaya akan dihamburkan, dan sebagian lagi akan diteruskan dalam
intensitas yang rendah. Penghamburan ini dikenal dengan nama efek Tyndall
(Laider, 1982).
Efek Tyndall dapat digunakan untuk mengamati partikel-partikel koloid
dengan menggunakan mikroskop. Karena intensitas hamburan cahaya
bergantung pada ukuran partikel, maka efek Tyndall juga dapat digunakan untuk
memperkirakan berat molekul koloid. Partikel-partikel koloid yang mempunyai
ukuran kecil, cendrung untuk menghamburkan cahaya dengan panjang
gelombang pendek. Sebaliknya partikel-partikel koloid yang mempunyai ukuran
besar cendrung untuk menghamburkan cahaya dengan panjang gelombang yang
lebih panjang (Bird, 1993).
6
2.4.4 Sifat kinetik
a. Gerak Brown
Partikel koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra akan nampak
sebagai bitik-bintik bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan
berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium
pendispersinya disebut gerak Brown. Terjadinya gerakan ini disebabkan oleh
banyaknya tabrakan molekulmolekul medium pendispersi tidak sama (tidak
setimbang) (Yazid, 2005).
b. Pengendapan (sedimentasi)
Partikel-partikel koloid mempunyai kecendrungan untuk mengendap
karena pengaruh gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa
partikel terhadap mediumnya. Jika rapat massa partikel lebih besar dari
medium pendispersinya, maka partikel tersebut akan mengendap.
Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan mengapung.
Koagulasi endapan koloid dapat dipercepat oleh suhu tinggi dan
pengadukan serta dengan penambahan elektrolit tertentu. Dengan suhu
tinggi berarti akan menurunkan viskositas dan menaikkan selisih rapatan.
Namun faktor-faktor ini pengaruhnya relatif kecil terhadap kecepatan
pengendapan (Yazid, 2005).
7
c. Difusi
Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya
tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya
dengan gerak Brown, sehingga dapat dianggap molekul-molekul atau
partikel-partikel koloid mendifusi karena adanya gerak Brown.
Kecendrungan dari zat untuk berdifusi dinyatakan dengan koefisien difusi.
Menurut Graham, butir-butir koloid berdifusi sangat lambat karena ukuran
partikelnya relatif besar (Yazid, 2005).
2.4.5 Sifat Listrik
Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik karena terjadinya
ionisasi atau penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat
bergerak dalam medan listrik. (Yazid, 2005). Bila partikel koloid yang
bermuatan ditempatkan pada medan listrik, maka partikel tadi akan bergerak ke
arah salah satu elektroda bergantung pada muatannya. Proses ini dikenal dengan
nama elektroforesis. Laju gerakan partikel (cm/det) dalam medan listrik dengan
gradien potensial (volt/cm) dikenal sebagai mobilitas partikel tersebut (Bird,
1993).
8
2.6 Cara Pembuatan Koloid
Ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel
suspensi. Oleh karena itu, sistem koloid dapat dibuat dengan pengelompokkan
(agregasi) partikel larutan sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar
kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Cara yang pertama disebut
cara kondensasi, sedangkan yang kedua disebut cara dispersi.
2.6.1 Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati (molekul atau ion)
bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi-
reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau
dengan pergantian pelarut.
1. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh:
Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H 2S) dengan
belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam SO2.
2H2S (g) + SO2 (aq) 2H2O (l) + 3S (koloidal)
Pembuatan sol emas dari reaksi antara larutan HAuCl 4 dengan larutan
K2CO3 dan HCHO (formaldehida).
2HAuCl4 (aq) + 6K2CO3 (aq) + 3HCHO (aq) 2Au (koloidal) + 5CO2 (g) +
8KCl(aq) + 3HCOOK (aq) + KHCO3 (aq) + 2H2O (l)
2. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air
mendidih ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3 (aq) + 3H2O (l) Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl (aq)
3. Dekomposisi Rangkap
Contoh:
Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan
H2S.
2H3AsO3 (aq) + 3H2S (aq) As2S3 (koloid) + 6H2O (l)
Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer
dengan larutan HCl encer
9
AgNO3 (aq) + HCl (aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
4. Penggantian Pelarut
Contoh:
Larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk
suatu koloid berupa gel.
2.6.2 Cara Dispersi
1. Cara Mekanik
Butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium
dispersi.
Contoh:
Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-
sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur
serbuk halus itu dengan air.
2. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).Zat pemeptisasi
memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi
dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein (polipeptida)
yang dikatalisis oleh enzim pepsin.
Contoh:
Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin.
Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
2.6.3 Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam
yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektroda yang dicelupkan dalam
medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya.
Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom
tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi, cara
busur ini merupakan gabungan cara kondensasi dan cara dispersi.
10
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang
penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling
melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Berikut adalah aplikasi koloid :
Jenis industry Contoh aplikasi
Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk
suntikan
Berikut adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid :
1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan
gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah
diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut.
Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga
gula dapat berwarna putih.
2. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif.
Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau
tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar
partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah
dapat lebih mudah dilakukan.
3. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel
koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif.
Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan
beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu
dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat
pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid
Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+
11
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel
koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut
kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh
gravitasi.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pada penulisan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil
sebagai berikut.
Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat terbagi halus atau terdispersi
dalam zat lain, koloid merupakan suatu sistem dispersi, karena terdiri dari dua
fasa, yaitu fasa terdispersi (fasa yang tersebar halus) dan fasa pendispersi.
Campuran yang terletak antara medium dispersi disebut koloid.
Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium
pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat,
cair, dan gas.
Sifat koloid : Sifat Fisika, sifat koligatif, sifat optis, dan sifat kinetik
3.2 Saran
Harapan penulis dari simpulan tersebut yaitu, penulis dapat merumuskan
beberapa saran, diantaranya :
1. Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui koloid apa saja yang terdapat
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Diharapkan agar pembaca dapat menguasai materi koloid tidak hanya pada
makalah ini, lebih baik dari berbagai sumber lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
13
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia
Eistein Yazid. 2005.Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: Penerbit Andi
http://kimiamania11.blogspot.com/2011/02/sistem-koloid.html. Diakses Pada Tanggal
15 Maret 2015 Pukul 13.28 WIB
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/07/contoh-koloid-pelindung-dan-koloid-
asosiasi.html Diakses Pada Tanggal 15 Maret 2015 Pukul 14.05 WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33774/4/Chapter%20II.pdf Diakses
Pada Tanggal 15 Maret 2015 Pukul 14.00 WIB
https://anggiwilianandini.wordpress.com/kimia-kelas-xi/sistem-koloid/koloid-
pencemar/ Diakses Pada Tanggal 15 Maret 2015 Pukul 13.50 WIB
Laider, K. J. 1982. Physical Chemistry. California :The Benjamin/Cummings
Publishing Company Inc.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Yogyakarta.
14