Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik,
antara peserta didik dan pendidik, dan antara peserta dan sumber
belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar yang berlangsung
secara edukatif, agar peserta didik dapat membangun sikap,
pengetahuan dan keterampilannya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan hingga penilaian.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran yang
disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang
menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem
pendukung (Joice&Wells). Sedangkan menurut “Arends dalam
Trianto”, mengatakan “model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas”.
Esensi dari tujuan pendidikan kejuruan tingkat menengah
(SMK) adalah mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja
dalam bidang tertentu (Depdikbud, 2004: 1). SMK memegang peranan
penting dalam penyediaan tenaga kerja, karena pranata ekonomi
membutuhkan tenaga kerja terdidik dan terlatih. Namun tenaga kerja
yang dihasilkan sampai saat ini masih belum mampu menjawab
permasalahan kebutuhan tenaga kerja yang memenuhi kualifikasi
yang disyaratkan dunia kerja. Peluang kerja yang ditawarkan pasar

1
2

kerja masih banyak yang belum terisi, karena lulusan pendidikan yang
ada tidak terserap pasar kerja (Dedi S, 2002: 612).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan angka
pengangguran pada Agustus 2008 berdasarkan pendidikan didominasi
oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yakni 17,26 persen,
disusul tamatan SMA (Sekolah Menengah Atas) 14,31 persen, dan
lulusan Perguruan Tinggi (PT) 12,59 persen. Namun di sisi lain banyak
perusahaan yang mengalami permasalahan kesulitan mendapatkan
tenaga kerja, padahal masalah pengangguran di Indonesia menjadi
wacana nasional. Hal ini menggambarkan adanya kesenjangan antara
demand pasar kerja dengan supply dan ketersediaan tenaga kerja dari
institusi pendidikan kejuruan.
Berdasarkan penelusuran recruitment on-line garment
manufacturing di Indonesia yang berorientasi eksport, syarat yang
paling sering dimunculkan bagi calon tenaga kerja pada line produksi
adalah mampu bekerja dengan tekanan kerja yang tinggi, sanggup
bekerja lembur, sanggup ditempatkan di area produksi dan mampu
bekerja mencapai target waktu yang ditetapkan, sehat jasmani dan
rohani, dalam (http://acecnews.blogspot.com/2008/03/ungaran-
sarigarment.html). Syarat tersebut diajukan pihak industri karena
sistem kerja yang digunakan sangat memerlukan karakter kerja yang
tangguh untuk menjalankan sistem produksinya yang bersifat lean
manufacture.
Bekerja di industri garment harus dapat mengikuti irama kerja
yang memiliki produktivitas tinggi dan cepat (output piece per minute),
produksi bersifat masal dengan sistem produksi ban berjalan, dan
kualitas produk yang sangat dijaga ketat. Kesiapan mental dan
ketahanan fisik yang baik untuk mendukung kelancaran bekerja harus
dimiliki para pekerjanya. Di samping itu pekerjaan menjahit dan
membuat busana adalah pekerjaan keterampilan yang menunjukkan
3

pada pekerjaan mental, menggunakan gerakan-gerakan tangan


melalui pengintegrasian sensoris yang terkoordinasi dengan baik
(terampil, cekatan, cakap, cermat). Kemampuan teknis (hard skills)
yang handal dan mahir apabila tidak didukung oleh karakter kerja yang
baik maka menjadi tidak bermakna untuk bekerja di industri.
Pengembangan karakter kerja bagi siswa SMK merupakan
aspek penting dalam menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dan
berhasil dalam pekerjaannya. Oleh karena itu diperlukan kajian model
pengembangan karakter kerja untuk kesiapan kerja yang terintegrasi
dalam proses pembelajaran dengan berbagai strateginya. Siswa SMK
harus dipersiapkan untuk menghadapi real job yang ada di dunia
usaha dan industri. Bekerja di industri berada dalam lingkungan yang
berbeda dengan lingkungan sekolah. Pengembangan karakter kerja
untuk jangka panjang meliputi pembinaan ketahanan mental, disiplin
kerja, ketahanan fisik, dan perilaku positif siswa. Sedangkan jangka
pendek meliputi; pengembangan wawasan kerja di industri.

B. TUJUAN LAPORAN
Berdasarkan latar belakang di atas maka kami dapat
mengambil beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi karakter kerja yang diharapkan user (industri)
terhadap lulusan SMK.
2. Merumuskan model pengembangan karakter kerja siswa SMK agar
lulusannya memiliki karakter kerja yang sesuai dengan tuntutan
kerja di industri, serta mengkaji implikasi model tersebut terhadap
relevansi lulusan SMK dengan dunia industri.

C. MANFAAT
Pengembangan dan penerapan Model Pembelajaran mata
pelajaran kejuruan di Industri memiliki manfaat sebagai berikut:
4

1. Meningkatkan keterampilan teknis dan soft skill lulusan SMK yang


sesuai dengan standar industri/perusahaan.
2. Menciptakan Pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan akan
kuaifikasi dan kompetensi pekerja yang disyaratkan industri agar
lulusan SMK yang dihasilkan dapat mengikuti sistem kerja yang
ada.

Anda mungkin juga menyukai