Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah atau disingkat menjadi SPIP
adalah sebuah proses yang terintegrasi dilaksanakan oleh seluruh unsur dalam
suatu lembaga yaitu pimpinan beserta seluruh pegawainya dengan konsisten
dan terus menerus dengan tujuan memberikan keyakinan yang memadai atas
berjalannya kegiatan organisasi dengan efektif dan efisien, memiliki laporan
keuangan yang dapat diandalkan, adanya sistem pengamanan aset yang
memadai, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
SPIP hendaknya dilaksanakan oleh organisasi pemerintah baik pusat maupun
daerah.
Kejahatan korupsi merupakan kejahatan yang luar biasa, yang menjadi
penghambat utama tercapainya tujuan pembangunan nasional, yaitu
terwujudnya Indonesia yang adil. Upaya penindakan korupsi harus diimbangi
dengan upaya pencegahannya. Pemerintah telah berupaya melakukan upaya
pencegahan yang dituangkan dalam Instruksi Presiden dan Peraturan Presiden.
Untuk mensinergikan kegiatan pencegahan korupsi, reformasi birokrasi, dan
peningkatan kualitas pelayanan publik, maka ditetapkan kebijakan
pembangunan Zona Integritas, yang sekaligus merupakan tindak lanjut dari
penandatanganan Pakta Integritas oleh seluruh PNS yang merupakan
komitmen untuk tidak melakukan korupsi. Sebagai tolak ukur keberhasilan
pembangunan ZI, ditetapkan suatu indikator, dengan pemberian penghargaan
berupa predikat WBK dan WBBM. Diharapkan nilai IPK Indonesia terus
meningkat dari tahun ke tahun.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Pengendalian internal pemerintahan?
2. Tujuan dari Sistem Pengendalian internal pemerintahan?

3
3. Bagaimana penyelenggaraan dari Sistem Pengendalian internal
pemerintahan?
4. Unsur-unsur Sistem Pengendalian internal pemerintahan?
5. Penerapan kegiatan Pengendalian internal pemerintahan?
6. Pengertian zona integritas?
7. Pencanangan Pembangunan Zona Integritas
8. Proses Pembangunan Zona Integritas
a. Penilaian Satuan Kerja Berpredikat WBK
b. Penilaian dan Penetapan Satuan Kerja Berpredikat WBBM
9. Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Sistem Pengendalian internal
pemerintahan?
2. Untuk mengetahui tujuan dari Sistem Pengendalian internal
pemerintahan?
3. Untuk mengetahui penyelenggaraan dari Sistem Pengendalian internal
pemerintahan?
4. Untuk mengetahui unsur-unsur Sistem Pengendalian internal
pemerintahan?
5. Untuk mengetahui penerapan kegiatan Pengendalian internal
pemerintahan?
6. Untuk mengetahui pengertian zona integritas?
7. Untuk mengetahui pencanangan pembangunan zona integritas
8. Untuk mengetahui proses pembangunan zona integritas
a. Penilaian Satuan Kerja Berpredikat WBK
b. Penilaian dan Penetapan Satuan Kerja Berpredikat WBBM
9. Untuk mengetahui seperti apa itu wilayah bebas korupsi dan wilayah
birokrasi bersih melayani

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)


1. Pengertian
Pengendalian merupakan suatu tindakan/ aktivitas yang dilakukan
manajemen untuk memastikan (secara memadai, bukan mutlak)
tercapainya tujuan dan sasaran organisasi.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah merupakan salah satu sistem
pengendalian pemerintah. Disamping itu terdapat Sistem lainnya adalah
Sistem pengendalian Ekstern Pemerintah. Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat melalui Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah/ Sedangkan Sistem Pengendalian Ekstern pemerintah
dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), DPR/DPRD,
Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi dan lembaga
peradilan lainnya
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah Proses yang integral pada
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan
dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.”
Dengan adanya SPIP tersebut diharapkan dapat menciptakan kondisi
dimana terdapat budaya pengawasan terhadap seluruh organisasi dan
kegiatan sehingga dapat mendeteksi terjadinya sejak dini kemungkinan
penyimpangan serta meminimalisir terjadinya tindakan yang dapat
merugikan negara.
Untuk memahami definisi di atas sebaiknya dipahami beberapa
variabel definisi sebagaimana diuraikan di bawah ini, yaitu:

5
a. Kriteria Penyelenggaraan SPIP yaitu Proses yang Integral Pada
Tindakan dan Kegiatan Pimpinan dan Seluruh Pegawai. Variabel ini
menyatakan bahwa SPIP adalah suatu proses yang dibangun secara
“terpasang menjadi satu” (built-in) pada tindakan dan kegiatan
pimpinan dan seluruh pegawai. Dengan demikian, untuk membangun
SPIP sebaiknya difahami berbagai proses manajemen penyelenggaraan
pemerintahan pada berbagai tingkatan manajemen dan prioritas
pengendaliannya. Dengan penerapan SPIP pada tindakan dan kegiatan,
diharapkan akan dihasilkan proses pembangunan SPIP yang ekonomis,
efisien, dan efektif. Proses yang Dilakukan Secara Terus Menerus Oleh
Pimpinan dan Seluruh Pegawai yang merupakan Kriteria Utama dari
Penerapan SPIP. Penerapan SPIP bukan sekedar formalitas untuk
memenuhi suatu ketentuan peraturan perundangundangan, SPIP harus
diterapkan sebagai suatu budaya/kultur pengendalian (control culture)
yang menjadi bagian dari budaya kerja organisasi.
b. Kriteria Tujuan Penyelenggaraan Penerapan SPIP yaitu Untuk
Memberikan Keyakinan yang Memadai Atas Tercapainya Tujuan
Organisasi. Variabel ini menyatakan bahwa penyelenggaraan
penerapan SPIP ditujukan untuk memberikan keyakinan yang memadai
atas tercapainya tujuan organisasi. Dalam definisi pada PP Nomor 60
Tahun 2008, keyakinan memadai tersebut ditunjukkan dengan/melalui:
1) kegiatan yang efektif dan efisien,
2) keandalan pelaporan keuangan
3) pengamanan aset negara, dan
4) ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Keyakinan memadai menurut sudut pandang akuntansi ditunjukkan
dengan SPI yang menghasilkan keempat hal tersebut di atas. Dengan
demikian penerapan SPIP ditujukan untuk menghasilkan kegiatan yang
efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

6
c. Kriteria Aktor Penerapan yaitu dilaksanakan oleh Pimpinan dan
Seluruh Pegawai dan Diselenggarakan Secara Menyeluruh di
Lingkungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Variabel ini
menyatakan bahwa SPIP dilaksanakan oleh pimpinan dan seluruh
pegawai secara menyeluruh di lingkungan Pemerinatah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Dengan demikian, mandat pelaksanaan SPIP ini
lebih dibebankan pada orang dan/atau jabatan.
2. Tujuan
Pengendalian dibuat untuk :
a. Mengamankan harta kekayaan
b. Meneliti keakuratan dan dapat dipercayamya data akuntansi
c. Meningkatkan Efisiensi Operasi
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan.
System Pengendalian Internal Pemerintah dibuat untuk :
a. Mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien
b. Memberikan informasi keuangan secara akurat
c. Menjaga asset yang dimiliki oleh Negara
d. Menjaga ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
3. Penyelenggaran Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
Berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2008 maka untuk
menyelenggarakan SPIP diperlukan hal-hal sebagai berikut.
a. Pengaturan Penyelenggaraan
Pasal 58 UU No. 1 Tahun 2004 menyatakan “Dalam rangka
meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan
menyelenggarakan system pengendalian intern di lingkungan
pemerintahan secara menyeluruh. Sistem pengendalian intern
sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan peraturan pemerintah”.
Sebagai tindak lanjut, Pemerintah telah menetapkan PP 60 Tahun 2008
tentang SPIP yang berlaku bagi penyelenggaraan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Dalam pasal 60 PP 60 Tahun 2008 disebutkan

7
bahwa ketentuan penyelenggaraan SPIP di tingkat Pemerintah Daerah
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah dengan tetap 76
berpedoman pada PP 60 Tahun 2010. Berdasarkan pada kedua pasal
tersebut dapat disimpulkan bahwa mandat instruktif untuk
menyelenggarakan SPIP ada pada para kepala pemerintahan, yaitu
Presiden dengan Peraturan Pemerintah dan Kepala Daerah dengan
Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota.
b. Pengaturan Penyelenggaraan
Sesuai dengan pasal Pasal 2 angka (1) PP Nomor 60 Tahun 2008
dinyatakan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang
efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga,
gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Hal ini senada dengan pasal 6
UU No.17 Tahun 2010 tentang pemegang kuasa pengelolaan keuangan,
yaitu Menteri, Pimpinan Lembaga, dan Kepala Daerah. Selanjutnya,
untuk mengatur penerapan SPIP diperlukan acuan, pedoman, atau
sejenis.
c. Penerapan
Pasal 55 Ayat 4 UU No.1 Tahun 2004 menyatakan bahwa
Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna
Barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBN telah
diselenggarakan berdasarkan system pengendalian intern yang
memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan
standar akuntansi pemerintahan. Pasal 56 Ayat 4 UU No.1 Tahun 2004
menyatakan bahwa Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwa
pengelolaan APBD telah diselenggarakan berdasarkan system
pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah
diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Pada
beberapa pasal pada PP No 60 Tahun 2008 disebutkan bahwa pimpinan
instansi pemerintah mempunyai kewajiban berikut:

8
1) Menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang
menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem
Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya (Pasal 4 PPNo. 60
tahun 2008).
2) Melakukan penilaian risiko (Pasal 13 PP No. 60 Tahun 2008).
3) Menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran,
kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
yang bersangkutan (Pasal 18 PP No. Tahun 2008).
4) Mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi
dalam bentuk dan waktu yang tepat (Pasal 41 PP No. 60 Tahun
2008).
5) Melakukan pemantauan terhadap Sistem Pengendalian Intern (Pasal
43 PP No. 60 Tahun 2008). Selanjutnya dalam Pedoman Teknis
yang dikeluarkan oleh BPKP ditetapkan bahwa untuk menerapkan
SPIP dilakukan dengan melalui tahapan.
a) Pemahaman (Knowing).
b) Pemetaan.(Mapping).
c) Penetapan norma (Norming).
d) Pembentukan (Forming).
e) Pelaksanaan (Performing).
f) Pengembangan (Improving).
Berdasarkan ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai
berikut.
1) Dalam menerapkan SPIP pada suatu instansi pemerintah wajib
dibangun unsur-unsur SPIP sebagaimana pada pasal 3 PP Nomor
60 Tahun 2008.
2) Pelaksanaan kegiatan pengendalian dilakukan sesuai dengan
kebutuhan sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas
dan fungsi (pada tingkat yang optimum dan bukan pada tingkat
maksimum).

9
3) Berdasarkan kegiatan pengendalian yang disusun terhadap tugas
dan fungsi instansi pemerintah maka pimpinaninstansi pemerintah
wajib memberikan pernyataan bahwa terhadap penyelenggaraan
pengelolaan keuangan telah dilakukan pengendalian intern.
4) Untuk menerapkan SPIP harus melalui proses yang sistematis
sesuai dengan tahapannya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk
menerapkan SPIP pada suatu instansi pemerintah diperlukan acuan,
pedoman, dan sejenis untuk menerapkan instrumen-instrumen
pengendalian termasuk pemeliharaan lingkungan pengendalian.
d. Penguatan Efektivitas
Penyelenggaraan SPIP Pada pasal 43 PP No. 60 Tahun 2008 dinyatakan
bahwa “Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota
bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern di lingkungan masing-masing”.
4. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
Dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 , SPIP
memiliki 5 (lima) unsur penting sebagai berikut:
a. Lingkungan Pengendalian.
b. Penilaian Risiko.
c. Kegiatan Pengendalian.
d. Komunikasi dan Informasi.
e. Pemantauan.
Penjelasan mengenai 5 unsur pengendalian adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan pengendalian, sebagaimana dimaksud diciptakan oleh
pimpinan instansi pemerintah yang merupakan dasar fondasi SPIP
melalui:
1) Penegakan integritas dan nilai etika. yang intinya kejujuran atas
tindakan dan ucapan yang merupakan cerminan dari nilai etika
dasar, menurut Josepfson Institute
2) Komitmen terhadap kompetensi, agar tidak tergantung satu orang.

10
3) Kepemimpinan yang kondusif.
4) Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan.
5) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat.
6) Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang
pembinaan sumber daya manusia.
7) Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang
efektif.
8) Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
b. Penilaian risiko, menurut pasal 13 ayat 2 PP Nomor 60 Tahun 2008,
terdiri dari :
1) Identifikasi risiko dan
2) Analisis risiko
Penilaian risiko dilakukan terhadap tujuan-tujuan yang ditetapkan pada
instansi pemerintah hingga tujuan suatu kegiatan berkaitan dengan
proses pengelolaan keuangan oleh instansi pemerintah. Hal tersebut
dilakukan karena risiko merupakan sesuatu yang ada unsur
ketidakpastian dan tidak pasti kapan akan terjadi.
c. Kegiatan Pengendalian. Penerapan kegiatan pengendalian menurut
pasal 16 ayat 2 PP Nomor 60 Tahun 2008, sekurangkurangnya memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1) Kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok Instansi
Pemerintah;
2) kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian
risiko;
3) kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus
Instansi Pemerintah;
4) kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis;
5) prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai yang
ditetapkan secara tertulis; dan

11
6) kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan
bahwa kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang
diharapkan.
d. Komunikasi dan Informasi. Unsur komunikasi dan informasi
merupakan pencerminan interaksi antar strata pemerintahan dan/atau
antara pimpinan, pegawai, dan metode kerja dalam mencapai tujuan
dan/atau kinerja yang ditetapkan. Komunikasi dan informasi wajib
diselenggarakan dengan efektif dan untuk menyelenggarakan
komunikasi yang efektif maka pimpinan instansi pemerintah harus
menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana
komunikasi serta mengelola, mengembangkan, dan memperbarui
sistem informasi secara terus menerus (Pasal 42 PP Nomor 60 tahun
2008).
e. Pemantauan Sistem Pengendalian Intern. Pemantauan Sistem
Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud pada Pasal 43 PP Nomor
60 Tahun 2008 ayat (1) dilaksanakan melalui pemantauan
berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil
audit dan reviu lainnya. Pemantauan adalah pencerminan penerapan
kegiatan pengendalian dan komunikasi pengendalian yang terus
menerus dilakukan pada suatu instansi pemerintah.
5. Penerapan Kegiatan Pengendalian
Penerapan kegiatan pengendalian menurut Pasal 16 ayat 3 PP No. 60
Tahun 2008 dilakukan dalam bentuk sebagai berikut :
a. review atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;
b. pembinaan sumber daya manusia;
c. pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;
d. pengendalian fisik atas aset;
e. penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
f. pemisahan fungsi;
g. otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;
h. pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;

12
i. pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;
j. akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya;
k. dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi
dan
l. kejadian penting.

B. Pembangunan Zona Integritas


1. Pengertian Zona Integritas
Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 52 tahun 2014 tentang
pedoman pembangunan Zona Integritas menuju wilayah bebas korupsi dan
wilayah birokrasi bersih melayani di lingkungan instansi pemerintah
menyebutkan bahwa, Zona Integritas merupakan predikat yang diberikan
kepada instansi pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai
komitmen untuk mewujudkan wilayah bebas korupsi (WBK) dan wilayah
birokrasi bersih melayani (WBBM) melalui reformasi birokrasi, khususnya
dalam hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik,
serta reformasi birokrasi di lingkungan kerja yang menjadi tanggung
jawabnya, yang diawali dengan penandatanganan Pakta Integritas oleh
seluruh pegawainya.
Pada hakekatnya, pembangunan zona integritas menuju
WBK/WBBM ditujukan untuk membangun dan mengimplementasikan
program reformasi birokrasi secara baik pada tingkat unit kerja di
lingkungan instansi pemerintah (K/L/Pemda), sehingga mampu menumbuh
kembangkan budaya kerja birokrasi yang anti korupsi dan budaya birokrasi
yang melayani publik secara baik, serta mampu meningkatkan kepercayaan
publik terhadap birokrasi di lingkungan instansi pemerintah.
Zona integritas merupakan salah satu program yang dimaksudkan
untuk mengakselerasi capaian sasaran reformasi birokrasi, yaitu
pemerintahan yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien, serta kualitas
pelayanan publik yang baik. Namun dalam perjalanan menuju pencapaian

13
sasaran reformasi birokrasi, kendala sering kali dihadapi, diantaranya
adalah penyalahgunaan wewenang, praktik Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN), dan lemahnya pengawasan. Hal tersebut berimbas pada
kepuasan pelayanan masyarakat dan tingkat kepercayaan masyarakat
kepada birokrasi yang semakin rendah. Oleh karena itu, setiap instansi
pemerintah dirasa perlu untuk membangun pilot project pelaksanaan
reformasi birorkasi yang dapat menjadi percontohan penerapan pada unit-
unit kerja lainnya.
2. Pencanangan Pembangunan Zona Integritas
Adapun pencanangan Pembangunan Zona Integritas berdasarkan
pedoman Pembangunan Zona Integritas Nomor 52 tahun 2014, meliputi
sebagai berikut:
a. Pencanangan pembangunan Zona Integritas adalah
deklarasi/pernyataan dari pimpinan suatu instansi pemerintah bahwa
instansinya telah siap membangun Zona Integritas;
b. Pencanangan pembangunan Zona Integritas dilakukan oleh instansi
pemerintah yang pimpinan dan seluruh atau sebagian besar pegawainya
telah menandatangani dokumen Pakta Integritas dapat dilakukan secara
massal/serentak pada saat pelantikan, baik sebagai CPNS, PNS,
maupun pelantikan dalam rangka mutasi kepegawaian horizontal atau
vertikal. Bagi instansi pemerintah yang belum seluruh pegawainya
menandatangani dokumen Pakta Integritas, dapat
melanjutkan/melengkapi setelah pembangunan Zona Integritas;
c. Pencanangan pembangunan Zona Integritas beberapa instansi pusat
yang berada di bawah koordinasi Kementrian dapat dilakukan bersama-
sama. Sedangkan pencanangan pembangunan Zona Integritas di
instansi daerah dapat dilakukan oleh kabupaten/kota bersama-sama
dalam satu provinsi;
d. Pencanangan pembangunan Zona Integritas dilaksanakan secara
terbuka dan dipublikasikan secara luas dengan maksud agar semua
pihak termasuk masyarakat dapat memantau, mengawal, mengawasi

14
dan berperan serta dalam program kegiatan reformasi birokrasi
khususnya di bidang pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas
pelayanan publik;
e. Penandatanganan Piagam Pencanangan Pembangunan Zona Integritas
untuk instansi pusat dilaksanakan oleh pimpinan instansi pemerintah &
Penandatanganan Piagam Pencanangan Pembangunan Zona Integritas
untuk instansi daerah dilaksanakan oleh pimpinan instansi pemerintah
daerah;
f. KPK, ORI, unsur masyarakat lainnya (perguruan tinggi, tokoh
masyarakat/LSM, dunia usaha) dapat juga menjadi saksi pada saat
pencanangan Zona Integritas untuk instansi pusat dan instansi daerah.
3. Proses Pembangunan Zona Integritas
Dalam upaya pembangunan Zona Integritas menuju WBBM,
Kemenkes telah melakukan penilaian terhadap calon Satker WBK yang
memenuhi syarat indikator hasil dan indikator proses Satker WBK serta
pada tanggal 30 Agustus 2013 telah mengusulkan 3 Satuan Kerja ke
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk
ditetapkan sebagai Satker WBK. Proses pembangunan Zona Integritas yang
dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dengan melakukan 2 (dua) cara
penilaian, yakni sebagai berikut.
a. Penilaian Satuan Kerja Berpredikat WBK
Penilaian Satuan Kerja berpredikat yang berpredikat WBK di
lingkungan Kementerian Kesehatan dilakukan oleh Tim Penilai
Internal (TPI) yang dibentuk oleh Menteri Kesehatan. Penilaian
dilakukan dengan dengan menggunakan indikator proses (nilai di atas
75) dan indikator hasil yang mengukur efektivitas kegiatan pencegahan
korupsi yang telah dilaksanakan. Dalam upaya pencapaian predikat
Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani (WBBM) kriteria utama yang harus dipenuhi adalah
pencapaian opini laporan keuangan kementerian/lembaga oleh BPK-

15
RI, harus memperoleh hasil penilaian indikator proses di atas 75 dan
memenuhi syarat nilai indikator hasil WBK seperti tabel berikut ini.
NO UNSUR INDIKATOR PROSES BOBOT %

1 Penandatanganan pakta integritas 5

2 Pemenuhan kewajiban LHKPN 6

3 Pemenuhan akuntabilitas kinerja 6

4 Pemenuhan kewajiban laporan keuangan 5

5 Penerapan kewajiban disiplin PNS 5

6 Penerapan kode etik khusus 4

7 Penerapan kebijakan pelayanan publik 6

8 Penerapan whistle blower system tindak pidana 6


korupsi

9 Pengendalian gratifikasi 6

10 Penanganan benturan kepentingan (conflict of 6


interest)

11 Kegiatan pendidikan, pembinaan, dan promosi 6


antikorupsi

12 Pelaksanaan saran perbaikan yang diberikan oleh 5


BPK/KPK/APIP

13 Penerapan kebijakan pembinaan purna-tugas 4

14 Penerapan kebijakan pelaporan transaksi keuangan 6


yang tidak sesuai dengan profil PPATK

16
15 Promosi jabatan secara terbuka 3

16 Rekrutmen secara terbuka 3

17 Mekanisme pengaduan masyarakat 6

18 E-Procurement 6

19 Pengukuran kinerja individu 3

20 Keterbukaan informasi publik 3

b. Penilaian dan Penetapan Satuan Kerja Berpredikat WBBM


Penilaian satker yang berpredikat Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani (WBBM), dilakukan oleh Tim Penilai Nasional (TPN)
melalui evaluasi atas kebenaran material hasil self -assessment yang
dilaksanakan oleh TPI termasuk hasil self-assesament tentang capaian
indikator hasil WBBM. Untuk mencapai Indikator Hasil WBK dan
WWBM dapat dinilai mengacu pada penilaian seperti tabel berikut ini.
NO UNSUR INDIKATOR WBK WBBM KETERANGAN
HASIL

1 Nilai Indeks Integritas >7,0 >7,5 Skala 0–10 berdasarkan


intrumen KPK

2 Penilaian kinerja unit >550 >750 Skala 0–1000


pelayanan berdasarkan Permenpan
public 38/2012. Dalam
2 tahun terakhir

3 Penilaian kerugian 0% 0% Penilaian APIP & BPK


negara (KN) dalam 2 tahun yang

17
belum diselesaikan (%)
terakhir

4 Persentase maksimum 3% 2% 0% jika jumlah pegawai


temuan inefektif 100 orang

5 Persentase minimum 3% 2% <1% jika jumlah


temuan inefisien pegawai >100 orang

6 Persentase maksimum 1% 0% Idem


jumlah pegawai yang
dijatuhi hukuman
disiplin karena
penyalahgunaan
keuangan

7 Persentase pengaduan 5% 0% Idem


masyarakat yang belum
ditindak lanjuti

8 Persentase pegawai yang 0% 0% Pengaduan yang telah


melakukan tindak pidana >60 hari dalam 2 tahun
korupsi terakhir berdasarkan
keputusan pengadilan
yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap

Proses pembangunan Zona Integritas difokuskan pada penerapan


program manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan
manajemen SDM, penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas
kinerja, dan peningkatan kualitas pelayanan publik yang bersifat konkret.
Dalam membangun Zona Integritas, pimpinan instansi pemerintah

18
menetapkan satu atau beberapa unit kerja yang diusulkan sebagai WBK
dan WBBM dengan memperhatikan beberapa syarat yang telah ditetapkan,
diantaranya : (1) dianggap sebagai unit yang penting/strategis dalam
melakukan pelayanan publik; (2) mengelola sumber daya yang cukup
besar, serta (3) memiliki tingkat keberhasilan reformasi birokrasi yang
cukup tinggi di unit tersebut. Sehingga, perlunya dilakukan pembinaan dan
pengawasan yang efektif guna menjaga terpeliharanya predikat WBK dan
WBBM.
4. Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani
Wilayah Bebas Korupsi adalah predikat yang diberikan kepada suatu
unit kerja yang memenuhi sebagian besar kriteria dalam
mengimplementasikan 6 area perubahan program reformasi birokrasi, yaitu
manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen
SDM, penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan
peningkatan kualitas pelayanan publik. Hal tersebut juga harus didukung
dengan hasil survei eksternal Indeks Persepsi Korupsi (IPK) dan Indeks
Persepsi Kualitas Pelayanan yang menyatakan baik, di mana nilai IPK
minimal 13,5 dari maksimal 15, serta telah menyelesaikan tindak lanjut
hasil pemeriksaan oleh pemeriksa internal dan eksternal.
Wilayah Birokrasi Bersih Melayani, sama seperti WBK, predikat ini
hanya diberikan kepada unit kerja yang memenuhi sebagian besar kriteria
6 area perubahan dan didukung hasil survei eksternal IPK dan Indek
Persepsi Kualitas Pelayanan yang baik, minimal 13,5 dari nilai maksimal
15. Namun yang membedakan adalah adanya nilai persepsi kualitas
pelayanan publik dengan perolehan minimal 16 dari nilai maksimal sebesar
20, serta telah menyelesaikan tindak lanjut hasil pemeriksaan oleh
pemeriksa internal dan eksternal.
Adapun penjelasan indikator-indikator tersebut yaitu :
a. Manajemen perubahan, bertujuan untuk mengubah secara sistematis
dan konsisten mekanisme kerja, pola pikir (mind set), serta budaya kerja

19
(culture set) individu pada unit kerja yang dibangun, menjadi lebih baik
sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan Zona integritas.
b. Penataan tatalaksana, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien,
dan terukur pada Zona Integritas menuju WBK/WBBM.
c. Penataan sistem manajemen SDM, bertujuan untuk meningkatkan
profesionalisme SDM aparatur pada Zona Integritas menuju
WBK/WBBM.
d. Penguatan akuntabilitas, akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan
kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan dalam
mencapai misi dan tujuan organisasi. Program ini bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
e. Penguatan pengawasan, bertujuan untuk meningkatkan
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN pada
masing-masing instansi pemerintah.
Peningkatan kualitas pelayanan publik, merupakan suatu upaya
untuk meningkatkan kualitas dan inovasi pelayanan publik pada masing-
masing instansi pemerintah secara berkala sesuai kebutuhan dan harapan
masyarakat. Disamping itu, peningkatan kualitas pelayanan publik
dilakukan untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap
penyelenggara pelayanan publik dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat dengan menjadikan keluhan masyarakat sebagai sarana untuk
melakukan perbaikan pelayanan publik.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata kunci Pengendalian adalah “Proses” dari manajemen
penyelenggaraan pemerintahan dan merupakan “Tone at the Top”, dimana
peran yang besar datangnya dari Pimpinan.
SPIP lebih banyak ditekankan kepada soft controls yaitu Perangkat
Pengendalian yang Sifatnya tidak berwujud karena lebih sukar dan sulit ditata
daripada Hard controls. Sebagai contoh soft control: nilai etika dasar dari
pegawai, dimana intinya kejujuran atas tindakan dan ucapan yang merupakan
cerminan dari nilai etika dasar. Hard controls yaitu Perangkat Pengendalian
yang Sifatnya berwujud dan mudah ditata, sebagai contoh pengelolaan
pemakaian kendaraan dinas, rumah dinas yang merupakan aset-aset milik
negara.
Pengendalian adalah Proses yang hidup dan berkembang pada
organisasi dan bukan sesuatu yang bersifat formalitas, sedangkan Lingkungan
Pengendalian merupakan fondasi dari SPIP.
Penilaian risiko dilakukan karena Risiko merupakan sesuatu yang ada
unsur ketidakpastian dan tidak pasti kapan akan terjadi karena merupakan
potensi masalah dimasa yang akan datang.
Kegiatan pengendalian dilaksanakan sesuai dengan ukuran,
kompleksitas proses manajemen, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi
pemerintah. Kegiatan pengendalian merupakan pencerminan dari aktualisasi
penerapan kebijakan SPIP oleh suatu instansi pemerintah untuk mencapai
tujuan-tujuan pengendalian yang ditetapkan secara keseluruhan dan pada titik-
titik proses manajemen yang memerlukan pengendalian sesuai kebutuhan.
Komunikasi dan informasi wajib diselenggarakan dengan efektif dan
untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif maka pimpinan instansi
pemerintah harus menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana
komunikasi.

21
Pemantauan adalah pencerminan penerapan kegiatan pengendalian dan
komunikasi pengendalian yang terus menerus dan berkelanjutan harus
dilakukan pada instansi pemerintah, sebagaimana yang dimaksud bunyi pasal
43 PP Nomor 60 Tahun 2008 ayat (1) dilaksanakan komunikasi apan melalui
pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi
hasil audit dan reviu lainnya.
SPIP akan terhambat apabila adanya factor-faktor sebagai berikut
1. Pengabaian Manajemen karena tergantung dari Sumber Daya Manusianya.
2. Kolusi
3. Kelalaian dan
4. Kelelahan
Zona Integritas merupakan predikat yang diberikan kepada instansi
pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk
mewujudkan wilayah bebas korupsi (WBK) dan wilayah birokrasi bersih
melayani (WBBM) melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal
pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik, serta
reformasi birokrasi di lingkungan kerja yang menjadi tanggung jawabnya,
yang diawali dengan penandatanganan Pakta Integritas oleh seluruh
pegawainya. Proses pembangunan Zona Integritas difokuskan pada penerapan
program manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan manajemen
SDM, penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan
peningkatan kualitas pelayanan publik yang bersifat konkret. Proses
pembangunan Zona Integritas yang dilakukan oleh kementerian kesehatan
dengan melakukan 2 (dua) cara penilaian, yakni penilaian satuan kerja
berpredikat wbk dan penilaian dan penetapan satuan kerja berpredikat wbbm

B. Saran
Sebagai mahasiswa kiranya kita dapat bersama-sama untuk selalu
menumbuhkan dan meningkatkan semangat nasionalisme untuk Negara
Indonesia agar menjadi Negara yang bebas dari Korupsi, dan ciptakan pribadi
bebas korupsi

22
23

Anda mungkin juga menyukai