Anda di halaman 1dari 20

BAB III

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN ELIMINASI


1. Definisi Eliminasi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik
yang melalui ginjal berupa urine maupun melalui gastrointestinal yang berupa
fekal. Elimasi urine merupakan cairan yang dikeluarkan dari ginjal sebagai hasil
filtrasi dari plasma darah di glomerulus. Dari 180 liter darah yang masuk ke
ginjal untuk di filtrasi, hanya 1-2 liter saja yang dapat berupa urine, sebagian
besar hasil filtrasi akan diserap kembali di tubulus ginjal untuk di manfaatkan
oleh tubuh.
a. Eliminasi Fekal
1). Definisi
Defekasi merupakan proses pengosongan usus yang sering disebut
buang air besar. Terdapat 2 pusat yang menguasai refleks untuk
defekasi,yang terletak di medulla dan sumsum tulang belakang. Apabila
terjadi rangsangan parasimpatis, sphincer anus bagian dalam akan
mengendur dan usus besar menguncup.
Pengeluaran feses dari anus dan rektum.defekasi juga disebut bowel
movement( pergerakan usus ). frekuensi defekasi sangat bersifat individual
yang beragam dari beberapa kali sampai dua atau tiga kali seminggu.jumlah
yang dikeluarkan juga berparias=-pi pada setiap orang.jika gelombang
peristaltik menggerakan feses ke colon sigmoid dan rektum distimulasi dan
individu menjadi ingin defekasi.
Feses normal mengandung 75 persen air dan 25 peren materi
padat.feses itu lunak tetapi memiliki bentuk. Feses normalnya berwarna
coklat,terutama karena adanya sterkobilin dan urobilin,yang berasal dari
bilirubin,factor yang mempengaruhi warna feses adalah kerja bakteri seperti
Escherichia coli,yang normalnya berada diusus besar.
2). Tujuan defekasi
Untuk mengeluarkan zat sisa sisa metabolisme yang ada di dalam
tubuh.

3). Teknik Defekasi


Secara umum, terdapat 2 macam refleks yang membantu proses
defekasi,yaitu refleks intrinsik,dan refleks defekasi parasimpatis.
a. Reflek defekasi intrinsic
Refleks defekasi ini dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses)
di dalam rektum sehinggah terjadi distensi kemudian flexus
mesenterikus merangsang gerakan peristaltik dan akhirnya feses
sampai dianus.lalu pada saat sphincter internal relaksasi,maka
terjadilah proses defekasi.
b. Refleks defekasi parasintetis
Reflek ini dimulai dari adanya proses dalam rektumyang
merangsang saraf rektum,ke spinal cord,dan merangsang ke
colon desenden kemudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan
gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sphincer
internal, maka terjadilah proses defekasi saat sp

4). Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

a. Usia
Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan
mengontrol proses defekasi yang berbeda
b. Diet
Diet pola atau jenis makanan yang dikomsumsi dapat
mempengaruhi.proses defekasi.makanan yang memiliki kandungan
serat inggi dapat membantu proses percepatan defekasi.
c. Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang ke dalam tubuh membuat
defekasi menjadi keras
d. Aktivitas
Aktivitas dapat dipengaruhi proses defekasi karena melalui
aktivitas tonos otot abdomen,pelvis,dan diaframa dapat membantu
kelancaran proses defekasi.
e. Pengobatan
Pengobatan juga dapat di pengaruhi oleh defekasi seperti
penggunaan laksantif atau antasida yang terlalu sering
f. Kebiasaan gaya hidup
Kebiasaan gaya hidup dapat memoengaruhi proses
defekasi.hal ini dapat terlihat oleh orang yang terbiasa hidup sehat.
g. Anesthesia dan pembedahan
Anestetika umum menyebabkan berhenti atau menurunnya
pergerakan kolon normal dengan cara menghambat stimulasi
parasimpatis ke otot kolon.

5). Masalah Eliminasi Fekal

a. kontipasi
kontipasi merupakan keadaan dimana individu yang
mengalami atau beresiko tinggi mengalami statis usus besar
sehinggah mengalami eliminasi yang jarang atau keras serta inja
yang keluar terlalu kering.
b. Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau
beresiko sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair dan
disertai dengan kejang usus
c. Inkontenensia usus
Inkontenensia usus merupakan kedaan individu yang
mengalami perubahan kebasaan dari proses defekasi normal.
d. Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara di dalam perut
karena pengumpulan gas gas berlebih di dalam lambung atau di
dalam usus
e. Homorroid
Hemoroid merupakan keadaan dimana terjadinya pelebaran
vena di daerah anus yang dapat disebabkan karena kontipasi
peregangan saat defekasi dan lain-lain

b. Eliminasi Urine
1) Definisi
Eliminasi urine adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial
dan berperan menentukan kelangsungan hidup manusia.
Mikturisi,berkemih dan urinasi adalah proses pengkosongan
kandung kemih.urine terkumpul dikandung kemih sampai tekanan
menstimulasi ujung saraf sensorik khusus di dinding kemih yang
disebut reseptor regang.hal ini terjadijika kandung kemih orang
dewasa berisi antara 250 sampai 450 ML urine.
Retentesi urine adalah pengumpulan urine didalam kandung
kemih dan ketidakmampuan kandung kemih untuk
mengosongkannya.karena produksi urine terus brlangsung.retensi
menyebabkan distensi kandun kemih. Karena retensi urine beberapa
kadung kemih orang dewasa dapat mengalami distensi untuk
menahan 3000-4000 ml urine.

Kadang –kadang,seorang dengan overflow (aliran yang berlebih ). Pada


situasi ini kandung kemih menahan urine dan hanya urine berlebih yang
dikeluarkan ketika tekanan urie melebihi control
2). Tujuan Eliminasi Urine

sfingter. Klien kemudian akan membuang sejumlah kecil urine


dengan sering atau mengeluarkan urine dengan mentes sementara
kandung kemih tetap distensi.

Untuk mengeluarkan urine atau mngeluarakan racun yang teriku


dalam urin sehingga dapat keluar dari tubuh kita

3). Tahap Pembentukan Urine

a. Filtrasi
Terjadi di glomelurus, proses ini terjadi karena permukaan
aferent lebih besar dari permukaan maka terjadi penyerapan darah,
sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein,cairan yang tersaring ditampung oleh bowman yang
terdiri dari glukosa, air sodium,klorida,sulfat,bikarbonat
dll,diteruskan keseluruh ginja.
b. Absorbsi
Terjadinya penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa,sodium,klorida,fosfat,dan beberapa ion karbonat. Prosesnya
terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsobsi terjadi
pada tubulus atas . Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah
terjadi kembali penyerapan sodium dan ion karbonat , bila
diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian
bawah,penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsobsi
fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupilarenalis.
c. Augmentasi
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal
sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi
penyerapan ion dan urea sehingga terbentuk urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang diawah ke pelvis renalis lalu
dibawah ke ureter. Dari uretr urine dialirkan menuju vesika urinaria
yang merupakan tempat penyimpanan urin sementara . Ketika
kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui
ureter . Mikturisi peristiwa penggabungan urin yang menglir melalui
ureter kedalam kandung kemih . Keinginan untuk buang air kecil
disebabkan penambahan tekanan didalam kandung kemih. dimana
sebelumnya telah ada 170-23 ml urin . Miktruisi merupakan gerak
refleks yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat-pusat
persyarafan yang lebih tinggi dari manusia,gerakannya oleh
kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu
mengosongkannya.

4). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine

a. Diet dan asupan


b. Respon keinginan awal untuk berkemih
c. Gaya hidup
d. Stres psikologis
e. Tingkat aktifitas
f. Tingkat perkembangan
g. Kondisi penyakit
h. Sosiokultural
i. Kebiasaan seseorang
j. Tonus otot
k. Pembedahan
l. Pengobatan
m. Pemeriksaan diagnostic

B. Etiologi
1. Intake cairan
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
output urine .seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang
keluar, kopi meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan,
akibatnya output urine lebih banyak.
2. Aktivitas
Aktivitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.Eliminasi
urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus
sfingter internal dan eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih terjadi
pada seseorang yang menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama ,
karena urine secara terus menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot
itu tidak pernah merenggang dan dapat menjadi tidak berfungsi. Aktivitas
yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah urine yang di produksi, hal ini
disebabkan karena lebih besar metabolism tubuh
3. Obstruksi; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, struktur urethra
4. Infeksi
5. Kehamilan
6. Penyakit; pembesaran kelenjar prostat
7. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih, urethra
8. Umur
9. Penggunaan obat-obatan

a. Manifestasi Klinis

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
1) Pola berkemih pasien
2) Gejala dari perubahan berkemih dan sejak kapan, lamanya
3) Faktor yang mempengaruhi berkemih dan usaha yang dilakukan selama
mangalami masalah eliminasi urine.
b. Pemeriksaan fisik.
1) Penampilan umum pasien seperti ekspresi wajah, pasien gelisah, atau
menahan sakit
2) Keadaan kulit.
Kulit kering, mukosa mulut kering, turgor kulit kurang, lidah menjadi
kering tanda kekurangan cairan.Kulit berkeringat, basah dapat
disebabkan karena pasien menahan nyeri saat berkemih.Kali adanya
edema atau asites mungkin dapat terjadi.
3) Abdomen.
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi kandung kemih,
pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, dan bising usus.
4) Genitalia wanita.
Inflamasi, nodul, lesi, adaya sekret dari meatus, dan keadaan atrofi
jaringan vagina.
5) Genitalia laki-laki.
Kebersihan, adanya lesi, tenderness, dan adanya pembesaran skrotum.

c. Intake dan output cairan.


1) Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).
2) Kebiasaan minum di rumah.
3) Intake : cairan infus, oral, makanan, NGT.
4) Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan
cairan.
5) Output urine dan urinal, kantung urine, drainase ureterostomi, dan
sitostomi.
6) Karakterisktik urine : warna, kejernihan, bau dan kepekatan.

d. Pemeriksaan diagnostik.
Urine: Pemeriksaan urine (urinalisis)
1. Makroskopis :
a. Warna urine
b. Bau urine
c. Kejernihan urine
d. pH urine
2. mikroskopis : sedimen urine (eritrosit, leukosit, bakteri)

2. Diagnosis keperawatan dan perencanaan.


a. Gangguan eliminasi urine inkontinensia (SDKI Cetakan III, 2017 )
Definisi : Pengeluaran urine yang tidak terkendali dan terus menerus tanpa
distensi atau perasaan penuh pada kandung kemih. (SDKI Cetakan III, 2017 )
Penyebab :
1) Neuropati arkus refleks;
2) Disfungsi neurologis;
3) Kerusakan refleks kontraksi deutrusor;
4) Trauma;
5) Kerusakan medula spinalis.
6) Kelainan anomatis (mis.fisula)
Kondisi klinis terkait :
1) Cedera kepala;
2) Trauma;
3) Tumor;
4) Infeksi medulla spinalis;
5) Fistula saluran kemih
Tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut.
1) Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam.
2) Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine.
3) Klien berkemih dalam keadaan rileks.

N0 Intervensi Rasional

1 Identifikasi faktor penyebab Beberapa faktor yang menyebabkan


inkontinensia. inkontinensia di antaranya penurunan
kesadaran, proses penuaan, gangguan fungsi
saraf, dan kelemahan sfingter uretra.

2 Monitor frekuensi, volume, Mengidentifikasi jenis inkontinensia seperti


warna, bau, dan nyeri saat stress atau urgensi.
miksi, serta pola miksi.

3 Lakukan pengaturan minum Melatih pola berkemih dengan mengatur


pasien secara berpola. produksi urine.

4 Lakukan bladder training Bladder training bertujuan melatih menahan


secara berkala. dan menguatkan kontraksi otot kandung kemih.

5 Lakukan latihan Kegel. Latihan Kegal bertujuan menguatkan otot


panggul dan pelvis sehingga dapat melatih
kemampuan berkemih.

6 Anjurkan pasien untuk tidak Kopi dapat meningkatkan stimuli berkemih.


mengonsumsi kopi atau
minum yang mengandung
soda.

7 Kolaborasi dengan tim medis Mempermudah dalam pengaturan pengeluaran


dalam pemasangan dower atau urine.
intermitten kateter.

b. Retensi urine. (SDKI, 2017).


Definisi : pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap (SDKI, 2017).
Penyebab :
1) Peningkstsn tekanan uretra;
2) Kerusakan arkus refleks;
3) Blok spingter;
4) Disfungsi neurologis (trauma, penyakit saraf);
5) Efek agen farmakologis (atropine, belladonna, psikotropik, anti histamine,
opiate)

Kondisi klinis terkait:


1) Benigna prostat hyperplasia
2) Pembengkakan perineal
3) Cedera medulla spinalis
4) Rektokel
5) Tumor di saluran kemih

Tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut.


1) Pasien dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih setiap 4 jam.
2) Tanda dan gejala retensi urine tidak ada.

No Intervensi Rasional

1 Identifikasi faktor penyebab Beberapa faktor yang menyebabkan retensi urine


retensi urine. seperti obstruksi saluran kemih, batu ginjal, atau
striktur uretra.

2 Monitor frekuensi, volume, Mengidentifikasi derajat retensi urine.


warna, bau dan nyeri saat
miksi serta pola miksi.
3 Monitor keadaan distensi Retensi urine menyebabkan distensi kandung kemih.
bladder setiap 4 jam.
4 Tanyakan kepada pasien Mengetahui jenis obstruksi apakah total atau persial.
bagaimana pancaran miksi.
5 Lakukan pengaturan minum Melatih pola berkemih dengan mengatur produksi
pasien secara berpola. urine.
6 Lakukan latihan Bladder training bertujuan melatih menahan dan
bladdertraining secara menguatkan kontraksi otot kandung kemih.
berkala.
7 Monitor intake dan output Mengetahui keseimbangan cairan.
cairan.
8 Anjurkan pasien untuk tidak Kopi dapat meningkatkan stimuli berkemih.
mengonsumsi kopi atau
minum yang mengandung
soda.
9 Kolaborasi dengan tim media Mempermudah dalam pengeluaran urine.
dalam pemasangan dower
atau intermitten kateter.
10 Kolaborasi dengan tim media Mengatasi penyebab retensi urine, misalnya karena
dalam perencanaan hipertropi prostat, batu ginjal membutuhkan tindakan
penanganan penyebab retensi operasi.
urine, seperti tindakan
operasi atau sitotomi.

c. Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang
telah dicatat dalam rencana perawatan pasien.Agar implementasi/pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi
prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan
(Doenges E Marilyn, dkk, 2000).

d. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
a) Evaluasi formatif adalah berfokus pada aktifitas proses keperawatan yang
dilakukan setelah mengimplementasikan untuk menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan ada empat bagian yaitu SOAP. Terdiri
dari:
1) Subyektif yang merupakan data keluhan pasien.
2) Obyektif merupakan data dari hasil pemeriksaan.
3) Analisa dan merupakan perbandingan data dengan teori.
4) Perencanaan.
b) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas
proses keperawatan selesai dilakukan dengan cara wawancara respon pasien
dan keluarga pada layanan keperawatan.
Ada tiga hasil evaluasi untuk pencapaian tujuan keperawatan, yaitu:\
1) Tujuan tercapai jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan.
2) Tujuan tercapai sebagian jika pasien menunjukkan perubahan pada
sebagian kriteria yang telah ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai jika pasien menunjukkan sedikit perubahan dan
tidak ada kemajuan sama sekali bahkan dapat timbul masalah yang baru.

B. KONSEP DASAR ISK


a. Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu istilah umum yang dipakai
untuk mengatakan adanya invasi mikrooorganisme pada saluran kemih. (Agus,
Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) Infeksi saluran kemih dapat mengenai laki-laki
maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dewasa
hingga usia lanjut. Akan tetapi wanita ternyata lebih sering dari pria dengan
angka populasi, kurang lebih 5-15%. Infeksi perkemihan pada bagian tertentu
dari sistem perkemihan disebabkan oleh bakteri terutama Escherichia coli, risiko
dan beratnya dapat meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikal urinaria,
adanya obstruksi pada saluran kemih, statis perkemihan, dan pemakaian
instrumen uretral baru contohnya kateter urine.
Infeksi saluran kemih pada pria merupakan akibat dari menyebarnya
infeksi yang berasal dari uretra sama seperti pada wanita. Infeksi saluran kemih
pada pria jarang terjadi karena panjang uretra dan jauhnya jarak uretra dari anus ,
namun jika gangguan ini terjadi akan menunjukkan adanya abnormalitas fungsi
dan struktur dari traktus uranius. Macam- macam ISK adalah Sistitis,
pielonefritis, dan glomeruonefritis.

b. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan atau sistem urinaria adalah suatu sistem tubuh tempat
terjadinya proses filtrasi atau penyaringan darah sehingga darah terbebas dari zat-
zat yang tidak digunakan lagi oleh tubuh. Selain itu pada sistem ini juga terjadi
penyerapan proses zat-zat yang masih dipergunakan lagi oleh tubuh. Zat-zat yang
sudah tidak dipergunakan lagi oleh tubuh akan larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urine (air kemih).
Sistem urinaria pada manusia terdiri atas :
1. Ginjal, yang mengeluarkan skret urine.
2. Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih.
3. Kandung kemih, yang bekerja sebagai penampungan urine.
4. Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kemih untuk kemudian
dikeluarkan.
Ginjal
Selain menyaring kotoran dalam darah, ginjal mempunya fungsi-fungsi sebagai
berikut :
a. Mengeksresikan zat-zat yang merugikan dalam tubuh, antara lain urea, asam
urat, amoniak, creatinin, garam anorganik, bakteri dan juga obat-obatan.
Jika zat-zat tersebut tidak dieksresikan oleh ginjal, makan manusia tidak
akan bisa bertahan hidup. Hal ini dikarenakan tubuhnya akan diracuni oleh
kotoran yang dihasilkan oleh tubuhnya sendiri. Bagian ginjal yang memiliki
tugas untuk menyaring adalah nefron.
b. Mengekresikan gula kelebihan gula darah
Zat-zat yang penting larut dalam darahakan ikut masuk kedalam nefron, lalu
kembali ke aliran darah. Akan tetapi, apabila jumlahnya didalam darah
berlebihan, makan nefron tidak akan menyerap kembali.
c. Membantu keseimbangan air dalam tubuh, yaitu mempertahankan tekanan
osmotik ekstraseluler.
Cairan tubuh yang larut dalam darah, jumlah nya diatur oleh darah.Oleh
karena itu volume harus tetap dalam jumlah seimbang agar tidak terjadi
kekurangan atau kelebihan cairan.
d. Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa
darah.
Jika konsentrasi garam dalam darah berlebihan makan akan terjadi
pengikatan air oleh garam. Dampaknya adalah cairan akan menumpuk diintra
vaskular. Selain itu banyaknya zat kimia yang tidak berguna bagi tubuh
dalam darah, maka tubuh akan berkerja secara berlebihan dan pada akhirnya
akan mengalami berbagai macam gangguan.
e. Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui
pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urine yang dihasilkan
dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.
Ureter
Ureter merupakan perpanjangan dari tubular yang terdiri dari 2 saluran pipa
beorot, masing maing tersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria)
panjangnya kurang lebih 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

c. Etilologi
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh mikroorganisme patogenik misalnya
bakteri E.coli, streptokokus, stafilokokus, pseudomonas, dll.
Faktor resiko yang umum pada ISK adalah :
1. Ketidakmampuan atau kegagalan kandung kemih untuk mengosongkan
isinya secara sempurna.
2. Penurunan daya tahan tubuh.
3. Peralatan yang dipasang pada saluran kemih misalnya seperti kateter dan
prosedur sistoskopi.

d. Patofisiologi
Patofisiologi infeksi saluran kemih (ISK) umumnya melibatkan infeksi
bakteri yang dapat terjadi melalui jalur ascending atau hematologi dan
limfatik. E.Coli adalah bakteri yang paling umum untuk menyebabkan infeksi
seluran kemih.
Patofisiologi ISK melalui jalur hematogen melibatkan mikroorganisme
seperti Staphylococcus aureus, Candida sp., Salmonella sp. dan Mycobacterium
tuberculosis, yang menyebabkan infeksi primer ditempat lain pada tubuh
manusia. Ginjal merupakan lokasi yang sering ditemukan abses pada pasien
dengan bakterimia atau endokarditis yang disebabkan oleh bakteri gram
positif, Staphylococcus Aureus
Patofisiologi ISK melalui jalur limfatik sangat jarang terjadi dengan bukti
kejadian yang sedikit. Sedangkan jalur ascending adalah yang paling sering.
Pada sebagian besar kasus ISK, infeksi awal bermula dari uretra lalu ke
kandung kemih melalu jalur ascending. Infeksi yang naik dan berkelanjutan ke
ureter dan ginjal merupakan jalur utama penyebab infeksi pada parenkim ginjal.
Hal ini memberikan penjelasan yang logis terhadap tingkat kejadian ISK yang
lebih tinggi pada wanita, dimana saluran uretra wanita yang lebih pendek
dibandingkan pria akan memudahkan bakteri untuk menginfeksi saluran kemih.
Kemunculan bakteri pada kandung kemih tidak selalu mengarah kepada infeksi
yang berkelanjutan dan bergejala. Interaksi antara inang, bakteri patogen dan
faktor lingkungan menentukan apakah invasi jaringan dan infeksi yang bergejala
akan terjadi
Faktor Inang
Individu memiliki mekanisme pertahanan untuk menghalangi akses bakteri ke
saluran kemih, yaitu aliran urin yang tinggi, frekuensi berkemih yang sering, efek
baterisidal dari mukosa kandung kemih, sekresi protein yang berikatan dengan
adhesi fimbrial pada dinding bakteri, dan respon inflamasi yang dimediasi oleh
PMN (polymorphonuclear leukocytes) dan sitokin.
Faktor predisposisi pada wanita usia muda adalah:
 Anatomi uretra yang pendek
 Hubungan seksual
 Tidak berkemih setelah berhubungan seksual
 Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang terpasang di serviks
 Pemakaian spermisida yang akan meningkatkan pH vagina dan bersifat toksik
terhadap flora normal juga meningkatkan pengikatan E. coli terhadap sel epitel
vagina
Pada wanita post menopause, defisiensi estrogen menyebabkan perubahan flora
vagina, seperti lactobacilli protektif yang merupakan flora normal dan akan
digantikan dengan E.coli dan uropatogen lainnya.
Pada wanita tertentu dengan antigen p1 dalam darah, ditemukan reseptor sel
epitelial yang dapat berikatan dengan E.coli sehingga memudahkan terjadinya
invasi dan kolonisasi bakteri.
Bakteri Patogen
E.coli memiliki faktor virulensi berupa fimbrae (P fimbrae dan tipe-1
fimbrae) yang bersifat spesifik berikatan dengan sel uroepitelial, hal tersebut
meningkatkan patogenitas bakteri untuk menginvasi dan menginfeksi saluran
kemih.
Beberapa bakteri uropatogen gram negatif yang dapat menyebabkan ISK
adalah Proteus mirabilis dan Klebsiela sp yang juga mampu menempel atau
berikatan pada sel periuretral dan vaginal.
Staphylococcus saprophyticus (bakteri gram positif) memiliki potensi lebih tinggi
untuk menyebabkan infeksi pada saluran kemih dibandingkan
dengan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidirmidis. Hal tersebut
disebabkan kemampuanya dalam berikatan dengan sel uroepitelial.
Pada individu dengan kelainan struktural dari saluran kemih ataupun pada
pemakaian kateter, beberapa organisme dengan patogenitas yang rendahpun
dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih.
Faktor lingkungan
Ekologi vagina merupakan faktor penting yang mempengaruhi terjadinya
ISK. Kolonisasi flora saluran pencernaan (biasanya E. coli) pada introitus vagina
dan area periuretral merupakan tahap awal yang penting dalam terjadinya ISK.
Setiap kondisi yang menyebabkan stasis urin ataupun obstruksi akan
menyebabkan peningkatan risiko terjadinya ISK, seperti; refluks vesikoureteral,
obstruksi ureteral sekunder akibat hipertrofi prostat, neurogenic baldder, operasi
pengalihan urin, batu saluran kemih, dan pemasangan kateter urin.
Adanya benda asing seperti batu atau kateter urin akan membuat perlukaan pada
mukosa saluran kemih sehingga memudahkan kolonisasi bakteri dan membentuk
biofilm yang persisten.

e. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang berhubungan dengan ISK bervariasi. Separuh dari
klien yang ditemukan adanya bakteri dalam urine (bakteriuria) tidak
menunjukkan adanya gejala (asimtomatik)
Gejala yang sering ditemukan pada ISK adalah :
1. Nyeri dan rasa panas ketika berkemih (disuria), polakisuria, dan terdesak
ingin berkemih (urgency).
2. Stranguria (sulit berkemih dan disetai kejang otot pinggang).
3. Tenesmus (rasa nyeri dengan keinginan mengosongkan kandung kemih
meskipun telah kosong).
4. Nokturia ( kecenderungan sering buang air kecil pada malam hari).
5. Prostatismus (kesulitan memulai berkemih).

f. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur urine; untuk pemeriksaan kriteria infeksi.
Hitung koloni: sekitar 100.000 CFU permililiter urine dari urine tampung
aliran tengah atau dari spesimen yang dikumpulkan dari aspirasi jarum
suprapubik ke dalam kandung kemih.
2. Pemeriksaan urinalisa; adanya hematuria.
3. IVP, sistoskopi, USG.

Anda mungkin juga menyukai