Anda di halaman 1dari 3

2.

2 Gasifikasi Biomassa

Secara harfiah biomassa adalah material biologis yang berasal dari tumbuhan, hewan,
termasuk manusia yang dapat dijadikan sumber energi. Jenis material yang dapat dikatakan
sebagai biomassa sangat bervariatif mulai dari residu agrikultur, residu hewan, serpih kayu,
kayu hasil residu perkotaan yang kering serta terkontaminasi material lain, hingga material
organik dari sampah padat di perkotaan. Biomassa dapat dimanfaatkan untuk memproduksi
energi salah satunya melalui proses termokimia contohnya pirolisis, gasifikasi, dan pembakaran.
Perbedaan jenis konversi energi tersebut terletak pada banyaknya supply oksigen saat konversi
berlangsung. Konsumsi oksigen yang diperlukan saat pembakaran setidaknya memiliki AFR
6,25. Pada proses gasifikasi memiliki batasan AFR 1,5. Sedangkan pirolisis cenderung tidak
membutuhkan oksigen pada prosesnya. (Putra, 2012)

Gasifikasi secara bahasa dapat diartikan sebagai pembuatan gas. Secara definisi yang
sebenarnya, gasifikasi adalah proses konversi energi dari bahan bakar yang mengandung
karbon (padat ataupun cair) menjadi gas yang disebut producer gas dimana gas tersebut
memiliki nilai bakar dengan cara oksidasi parsial pada temperatur tinggi. Produk luaran
gasifikasi yang telah dimurnikan adalah komponen yang mudah terbakar yang terdiri dari
campuran karbon monoksida (CO), hydrogen (H2) dan metan (CH4) yang disebut syngas dan
pengotor inorganik seperti NH3, HCN, H2S, debu halus, serta pengotor organik yaitu tar.
Komposisi gas ini sangat tergantung pada komposisi unsur dalam biomassa, bentuk dan partikel
biomassa, serta kondisi-kondisi proses gasifikasi. Sebagai ilustrasi, komposisi gas hasil gasifikasi
sekam padi bentuk jarum ukuran 1 cm adalah CO 20,1%, H2 11,3%, CH4 1,8%, CO2 % , N2 55,4%
dan panas pembakaran 4350 kJ/kg. (Putra, 2012)

Proses gasifikasi mempunyai 2 stage reaksi yaitu proses oksidasi dan reduksi. Sub-
stoikiometerik oksidasi menggiring gas mudah menguap dari biomassa dan proses ini adalah
eksotermis (melepaskan energi). Proses ini berlangsung pada temperatur 1100 – 1200°C dan
terjadi pembangkitan produk gas seperti karbon monoksida, hidrogen dan karbon dioksida
(CO2) serta uap air yang mana pada gilirannya di-reduksi ke karbon monoksida dan hidrogen
dengan bed charcoal panas yang dibangkitkan selama proses gasifikasi. Sedangkan reaksi
reduksi adalah sebuah reaksi endotermis (membutuhkan panas) untuk membangkitkan produk
yang mudah terbakar seperti hidrogen, karbon monoksida dan metan. (Putra, 2012)

2.2.1 Proses Gasifikasi Untuk Pembangkit Energi Listrik

Producer gas dari gasifikasi biomassa hasil dari proses pemurnian (syngas) dapat
dijadikan sebagai bahan bakar mesin pembakaran internal penggerak (diesel maupun bensin)
generator listrik. Pada mesin bensin, campuran udara dan bahan bakar dinyalakan dengan
menggunakan busi sebagai pemantik.
Dengan demikian mesin bensin dapat dioperasikan menggunakan injeksi syngas tanpa bensin.
Sedangkan pada mesin diesel, syngas tidak dapat dipakai 100%, karena suhu dan tekanan di
dalam silnder tidak dapat menyalakan campuran udara dan syngas. Selama injeksi campuran
udara dan syngas diperlukan injeksi solar sebagai pemantik. Pemakaian syngas pada mesin
diesel mampu mensubtitusi kebutuhan solar hampir 70%. Producer gas disalurkan menuju
siklon untuk memisahkan partikel solid, lalu disalurkan ke heat exchanger pada temperatur
400-700°C kemudian diturunkan menjadi 150°C untuk meningkatkan densitas energinya.
Selanjutnya syngas dialirkan menuju scrubber untuk menghilangkan tar dan menurunkan
temperatur syngas menjadi <40°C sebelum diumpankan ke mesin genset. (Putra, 2012)

2.2.2 Seleksi Proses Gasifikasi

Gasifikasi merupakan kumpulan proses yang mengkonversi bahan bakar padat atau cair
menjadi gas yang mudah terbakar. Gasifikasi batu bara pada prinsipnya adalah suatu proses
penghasilan gas sintesis (syngas) yang mudah terbakar dari batu bara. Pada umumnya,
gasifikasi meliputi reaksi karbon dengan udara, O2, steam, CO2, atau campuran dari gas-gas
tersebut pada suhu 700°C atau lebih untuk dapat menghasilkan produk gas yang dapat
digunakan sebagai sumber panas atau bahan baku industri petrokimia. Setiap materi karbon
baik liquid ataupun solid diubah menjadi gas, zat yang tidak diharapkan seperti sulfur dan abu
dihilangkan dari gas. Pada proses gasifikasi, bahan yang masuk akan mengalami hidrogenasi.
Hal ini berarti hidrogen ditambahkan pada sistem secara langsung atau tak langsung atau bahan
dipirolisis untuk menghilangkan karbon untuk menghasilkan produk dengan rasio hidrogen
karbon yang lebih tinggi dari bahan. Proses ini dapat dilaksanakan secara terpisah atau
bersama-sama.

Pada proses hidrogenasi tak langsung, steam digunakan sebagai sumber hidrogen dan
hidrogen dihasilkan dalam reaktor gasifikasi. Proses hidrogenasi tak langsung dikenal juga
sebagai proses gasifikasi udara atau oksigen, tergantung apakah udara atau oksigen yang
digunakan sebagai sumber oksidan. Jika gasifikasi tidak menggunakan oksidan, melainkan hanya
steam dan panas, maka gasifikasi tersebut disebut steam reforming. Selain itu, sedang
dikembangkan proses gasifikasi katalitik. Katalis digunakan untuk menghasilkan gas H2 dan CO
pada temperatur yang rendah. Namun, rintangan terbesar untuk mengkomersialisasi proses ini
adalah katalis sangat mudah terdeaktivasi dan cost proses yang masih tinggi. Pada proses
hidrogenasi langsung, bahan dipaparkan pada hidrogen pada tekanan tinggi untuk
menghasilkan gas dengan kandungan metana yang lebih tinggi daripada proses hidrogenasi tak
langsung. Proses hidrogenasi secara langsung juga disebut sebagai proses hidrogasifikasi.
Proses ini biasanya digunakan untuk memproduksi SNG. (Cheremisinoff & Rezaiyan, 2005 dalam
jurnal (Esmunaldo, 2016))
Bibliography
Esmunaldo, K. (2016). Pemilihan Proses Gasifikasi.

Putra, R. C. (2012). Proses Gasifikasi Biomassa. Tugas Akhir FT Unila.

Anda mungkin juga menyukai