Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit asam lambung (Gastritis) adalah suatu gangguan yang bersifat

pada peradangan dinding lambung yang disebabkan produksi asam lambung yang

meningkat. Penyakit asam lambung yang disebabkan oleh berbagai keadaan

yang pelik sehingga mengaktifkan rangsangan atau iritasi mukosa lambung

secara terus menerus, yang akhirnya asam lambung semakin meningkat

pengeluarannya, terutama pada saat keadaan emosi, ketegangan pikiran dan

tidak teraturnya jam makan. Pengaturan makanan dalam perut (metabolisme

pencernaan) dilaksanakan oleh sejumlah hormon dan syaraf yang ada

disepanjang sistem pencernaan, karena ada gangguan dari pengaturan syaraf dan

hormonal inilah yang menyebabkan peningkatan pengeluaran asam lambung

yang mengakibatkan luka pada lambung (Endang, 2011)

Asam Lambung (gastritis) yang juga dikenal sebagai penyakit maag oleh

masyarakat, bisa menyerang kapan saja, begitu banyak faktor pemicu

keganasannya yang menjadi lebih tinggi jika kondisi psikis sedang memiliki

beban yang berat misalnya beban kerja yang berlebihan, menumpuknya tugas

pada masyarakat , pola makan yang tidak teratur serta kebiasaan makan makanan

yang merupakan faktor pencetus terjadinya penyakit gastritis misalnya kebiasaan

makan makanan yang mengandung banyak gas (Bustan, 2012)

Penyakit asam lambung dengan kondisi gangguan yang ringan umumnya

timbul secara mendadak dan berlangsung singkat atau biasa dikenal istilah
2

sakit maag akut ditandai dengan rasa mual dan muntah, nyeri, pendarahan,

rasa lemah, nafsu makan menurun dan sakit kepala. Hal ini disebabkan karena

kebiasaan mengkomsumsi suatu jenis makanan yang sangat sensitif bagi

orang tersebut, makan terlalu cepat atau makan dengan gangguan emosional.

Selain itu penyakit ini kadang timbul secara menahun (kronis) yang

biasanya dimulai dengan adanya infeksi oleh suatu bakteri yang disebut

helicobacter pylori yang menyebabkan gangguan pada dinding lambung yang

ditandai dengan gejala-gejala seperti hilangnya nafsu makan,rasa

kenyang,nyeri uluhati, mual dan muntah. Penyebab tersebut dapat merusak

ketahanan selaput lambung, jika berlangsung terus menerus tanpa adanya

makanan yang masuk maka produksi asam lambung yang bisa berakibat pada

terjadinya luka lambung. Disamping itu stres fisik dan mental menyebabkan

peningkatan produksi asam lambung dan menyebabkan aliran darah ke

mukosa dinding lambung berkurang, sehingga terjadi peningkatan permeabilitas

dinding lambung yang dapat mengakibatkan pembengkakan dinding lambung

(Uripi, 2006).

Asam Lambung (gastritis) sering terjadi di setiap daerah, baik di

perkotaan maupun pedesaan, yang mengancam setiap orang tanpa mengenal usia,

jenis kelamin maupun status sosial. Penyakit asam lambung (gastritis) sering

muncul secara spontan, kejadian ini bisa terjadi apabila pola makan yang tidak

teratur dengan kebiasaan makan makanan yang merupakan pantangan misalnya

terbiasa untuk memakan makanan yang mengandung gas banyak, dan yang paling
3

penting adalah adanya beban psikologis yang terjadi secara berkepanjangan

(Adib, 2011)

Berdasarkan orang yang rentan terhadap penyakit gastritis adalah orang-

orang yang memiliki kesibukan banyak dengan jumlah jam kerja yang relatif

banyak sehingga terkadang melupakan waktu makannya. Selain dengan beban

kerja yang berlebihan terlalu seringnya mengkonsumsi makanan yang bisa

menyebabkan alat-alat pencernaannya mengalami perlukaan. Orang bisa

mengetahui telah terserang atau menderita gastritis apabila merasakan nyeri yang

terjadi pada ulu hati atau lambungnya, serta dirasakan adanya kembung karena

adanya gas yang terlalu banyak dalam saluran pencernaan (Santoso, 2010).

World Health Organization (WHO) mengadakan tinjuan terhadap

beberapa negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian

asam lambung (Gastritis) du dunia, diantara Inggris (22%), China (31%), Jepang

(14%), Kanada (35%), dan Prancis (29,5%), di dunia insiden penyakit asam

lambung sekitar sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah dari jumlah penduduk setiap

tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah

penduduk setiap tahunnya. Prevalensi penyakit asam lambung yang di konfirmasi

melalui Endoskopi pada populasi di Shanghai berkitar 17,2% yang secara

substantial lebih tinggi dari pada populasi di Barat yang berkisar 4,1% dan

biasanya di anggap sebagai suatu hal yang remeh, namun penyakit asam lambung

merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita (WHO,

2014).
4

Berdasarkan penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Departemen

Kesehatan RI, angka kejadian gastritis pada tahun 2012-2013 di beberapa Kota di

Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu kota Medan, Surabaya (31,4),

Denpasar (46%), Jakarta (50%), Bandung (30,5), Palembang (35,5), Pontianak

31,5, hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat. Presentase dari

angka kejadian penyakit asam lambung di Indonesia menurut WHO tahun 2014

adalah 45,9%. Angka kejadian penyakit asam lambung (gastritis) pada beberapa

daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari

238.452.952 jiwa penduduk (WHO, 2014). Berdasarkan profil kesehatan

Indonesia tahun 2014 penyakit asam lambung merupakan salah satu penyakit di

dalam sepuluh besar penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di

Indonesia dengan jumlah 45,154 kasus (5,6%) (Depkes RI, 2014)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Dokter

Gastrointestinal Indonesia (2013) menyatakan bahwa timbulnya gangguan pada

saluran cerna cukup sering dikeluhkan dan menjadi masalah kesehatan dalam

masyarakat. Penyakit-penyakit yang timbul pada saluran cerna, selain disebabkan

oleh adanya faktor organik (kelainan struktur saluran cerna, infeksi) ternyata 40-

60% merupakan sindrom fungsional. Penderita dapat mengalami gangguan

pencernaan walaupun penyebab dan mekanisme terjadinya gangguan tersebut

secara pasti belum diketahui secara pasti, namun gangguan tersebut sangat

dipengaruhi oleh faktor psikologis (Ikatan Dokter Indonesia, 2013)

Berdasarkan data di Aceh sendiri angka penyakit asam lambung (Gastritis)

mencapai 34,7%, ini disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan kurang
5

sehat (Profil Dinkes Aceh, 2014). Kabupaten Aceh Barat bahwa kasus penyakit

asam lambung sebanyak 27540 orang pada tahun 2015, dengan perbulan rata-rata

yang menderita mencapai 2540 orang (11,8%) (Profil Dinas Kesehatan Aceh

Barat, 2015).

Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas Meureubo Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat, jumlah penderita penyakit asam lambung dari

tahun ke tahun meningkat, hal ini terlihat dari data tahun 2013 sebanyak 2349

orang, dan tahun 2014 sebanyak 2809 orang, serta tahun 2015 sebanyak 3040

orang. Pada masyarakat Gampong Gunong Kleng dalam hal ini juga didapatkan

masyarakat yang menderita asam lambung sering berobat 2 kali sampai dengan 3

kali dalam satu bulan. (Profil Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo

Kabupaten Aceh Barat, 2015).

Berdasarkan wawancara dengan sebagian masyarakat Gampong Gunong

Kleng bahwa masyarakat mengatakan mereka sering mengalami keluhan dari

penyakit asam lambung, diantara pada saat mereka terlambat makan,

mengkonsumsi makanan pedas, mengkonsumsi makan yang berlebihan/takaran

yang berlebihan, maka mereka mengalami seperti sering kembung pada perut,

mual-mual, dan gangguan saluran pencernaan, muntah, nyeri, pendarahan, rasa

lemah, nafsu makan menurun dan sakit kepala dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Hubungan Pola Makan dengan Penyakit Asam Lambung pada Masyarakat

Gampong Gunong Kleng Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun

2016”.
6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: bagaimana hubungan pola makan dengan penyakit asam

lambung pada masyarakat Gampong Gunong Kleng Kecamatan Meureubo

Kabupaten Aceh Barat tahun 2016?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan penyakit asam lambung

pada masyarakat Gampong Gunong Kleng Kecamatan Meureubo Kabupaten

Aceh Barat tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan frekuensi makan dengan penyakit asam

lambung pada masyarakat Gampong Gunong Kleng Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun 2016.

2. Untuk mengetahui hubungan jenis makan dengan penyakit asam lambung

pada masyarakat Gampong Gunong Kleng Kecamatan Meureubo

Kabupaten Aceh Barat tahun 2016.

3. Untuk mengetahui hubungan jumlah (porsi) makan dengan penyakit asam

lambung pada masyarakat Gampong Gunong Kleng Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun 2016.


7

1.4 Hipotesa Penelitian

Ha : Ada hubungan frekuensi makan, jenis makanan, dan jumlah (porsi)

makan dengan kejadian penyakit asam lambung pada masyarakat

Gampong Gunong Kleng Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh

Barat tahun 2016.

1.5 Manfaat Penelitian


1.1.5 Manfaat Praktis
1. Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai informasi pengetahuan, serta sikap

masyarakat dalam mengatur pola makan maupun tidakan untuk mencegah

penyakit asam lambung (maag) dan bagaimana cara mencegahnya dan

mengatasi penyakit asam lambung.


2. Bagi pihak puskesmas hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam memberikan perawatan pada pasien penderita asam

lambung.
3. Bagi Instansi kesehatan khususnya yang di Kabupaten Aceh Barat bisa

menjadi acuan untuk penatalaksanaan dan mengatasi penyakit asam

lambung dan sebagai bahan masukan dalam rangka pengambilan kebijakan

untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pengetahuan

tentang faktor yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit asam lambung.


1.1.5 Manfaat Teoritis
1. Bagi peneliti untuk menambahkan pengetahuan dan wawasan tentang hal-

hal yang beresiko penyebab penyakit asam lambung.


2. Bagi mahasiswa lain sebagai informasi dasar untuk melakukan penelitian

yang lebih lanjut.


3. Bahan tambahan bacaan di Pustaka UTU.
8

Anda mungkin juga menyukai