PENDAHULUAN
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan
Notoatmodjo, 2014)
yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Salah satunya adalah
mencuci tangan dengan sabun. Hal ini disebabkan perilaku PHBS masih sangat
rendah, dimana baru 12% masyarakat yang mencuci tangan pakai sabun setelah
buang air besar, hanya 9% ibu-ibu yang mencuci tangan pakai sabun setelah
sedangkan masyarakat yang mencuci tangan pakai sabun sebelum makan hanya
14%. Mencuci tangan sebelum makan sudah menjadi keharusan supaya kita
terlindung dari bahaya kuman yang ikut masuk ke dalam tubuh kita. Kuman
inilah yang dapat ditularkan dan menyebabkan kita menjadi sakit. Penularannya
itu dapat melalui beberapa cara yaitu melalui percikan ludah pada saat batuk
1
2
cairan tubuh si penderita misalnya air seni. Melalui tangan yang kotor dan
Salah satu masalah yang disebabkan oleh masalah lingkungan yang kurang
sehat berkaitan dengan air minum adalah penyakit diare. Penyakit diare sampai
saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian.(
juga merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian.
Pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18
(CFR 2,47%). Angka kematian (CFR) saat KLB diare diharapkan <1%. Pada tabel
berikut dapat dilihat rekapitulasi KLB diare dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2015, terlihat bahwa CFR saat KLB masih cukup tinggi (>1%) kecuali pada tahun
2011 CFR saat KLB 0,40%, sedangkan tahun 2015 CFR diare saat KLB bahkan
sarana kesehatan dan kader kesehatan sebesar 10% dari angka kesakitan dikali
jumlah penduduk di satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun. Angka kesakitan
nasional hasil Survei Morbiditas Diare tahun 2015 yaitu sebesar 214/1.000
bahwa pola penyakit rawat inap di Rumah Sakit di Provinsi Sumatera Utara yang
penderita diare tahun 2016 sebanyak 130.283 orang sedangkan jumlah yang
mengobati dan menangani penderita diare yang ada di wilayahnya melebihi target
yang telah ditetapkan. Namun, ada juga Kabupaten/Kota yang persentase diare
yang diobati dan ditangani rendah, yaitu Kota Tebing Tinggi (36,06%) dan
diobati dan ditangani di Kota Tebing Tinggi disebabkan oleh kurangnya pelaporan
dari fasilitas kesehatan. Angka Kesakitan diare di Provinsi Sumatera Utara sebesar
Berdasarkan profil kesehatan Kota Medan bahwa pada tahun 2016 jumlah
penderita diare sebanyak 8.861 orang dan seluruhnya (100%) ditolong oleh tenaga
Data Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2015 juga dapat
sebanyak 11.807 orang sedangkan jumlah penderita diare yang ditangani sebesar
Salah satu faktor risiko yang sering diteliti berkaitan dengan penyakit diare
adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi
lingkungan, jamban, dan kondisi rumah.2 Kejadian diare dapat ditularkan melalui
air yang merupakan media utama dalam penularan diare, disamping makanan dan
4
vektor penyakit. Diare dapat terjadi bila seseorang mengonsumsi air minum yang
telah tercemar, baik tercemar dari sumbernya maupun tercemar selama perjalanan
Penyebab utama diare adalah minimnya perilaku hidup bersih dan sehat
tangan dengan sabun secara baik dan benar menggunakan air bersih mengalir.
Berdasarkan kajian WHO, cuci tangan dengan sabun dapat mengurangi angka
Desa Sampe Raya adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan
Bahorok Kabupaten Langkat. Berdasarkan data yang diperoleh dari kepala Desa
Sampe Raya bahwa jumlah penduduk di desa tersebut sebanyak 1695 jiwa yang
terdiri dari laki-laki sebanyak 862 jiwa dan perempuan sebanyak 833 jiwa. Jumlah
KK sebanyak 425 KK dan jumlah balita sebanyak 155 balita. Berdasarkan data
kejadian diare pada balita di Desa Sampe Raya pada tahun 2018 (Januari 2018 –
Juni 2018) sebanyak 84 kasus atau rata-rata per bulan sebanyak 14 kasus diare
pada balita. Dan pada bulan Juli 2018 data yang terjadi diare pada balita adalah
sebanyak 13 orang.
orang ibu yang anaknya mengalami diare menunjukkan bahwa hanya 4 orang
(40%) yang memiliki perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan baik, dan 6
orang (60%) lainnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tidak baik. Hal
tersebut menunjukkan bahwa lebih banyak ibu yang tidak memiliki perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga untuk mencegah terjadinya diare
5
pada balita. Ibu tidak membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum memberi
makan balitanya, ibu tidak mencuci tangan dengan air yang mengalir, dan ibu
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik dan merasa perlu untuk
dilakukan penelitian dengan judul “Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Balita (Usia 2-5 Tahun) di
penelitian ini adalah bagaimana hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) Rumah Tangga dengan kejadian diare pada balita (usia 2-5 tahun) di
Tangga ibu yang mempunyai balita (usia 2-5 tahun)di Desa Sampe Raya
2) Untuk mengetahui kejadian diare pada balita (usia 2-5 tahun) di Desa
Rumah Tangga dengan kejadian diare pada balita (usia 2-5 tahun) di Desa
1) Manfaat teoritis
(2) Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya yang
2) Manfaat praktis
(1) Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi petugas Kesehatan
Sehat (PHBS) Rumah Tangga dengan kejadian diare pada balita (usia 2-
5 tahun).
TINJAUAN PUSTAKA
1) Pengertian
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan
perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan tiga kali
salah satu penyakit sistem pencernaan yang sering dijumpai di masyarakat yaitu
penyakit yang ditandai dengan buang air besar encer lebih dari tiga kali dalam
Jadi diare adalah buang air besar yang frekuensinya lebih dari 3 kali sehari
2) Etiologi
7
8
utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi: (a) Infeksi bakteri:
b) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
(4) Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan
memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding dengan
9
balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat
(6) Faktor pekerjaan. Ayah dan ibu yang bekerja pegawai negeri atau Swasta rata-
rata mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang
bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan
membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai risiko lebih
(7) Faktor umur balita. Sebagian besar diare terjadi pada anak di bawah usia 2
tahun. Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai risiko terjadi diare 2,23
(8) Faktor lingkungan. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang
berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan
pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku
manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare
serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu
diare.
(9) Faktor Gizi. Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh
penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian
10
besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan
malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90,
menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya beli yang rendah,
kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai penyediaan air bersih yang
(11) Faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi. Kontak antara sumber dan
host dapat terjadi melalui air, terutama air minum yang tidak dimasak dapat
juga terjadi secara sewaktu mandi dan berkumur. Kontak kuman pada kotoran
dapat berlangsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan
Kontaminasi alat-alat makan dan dapur. Bakteri yang terdapat pada saluran
yaitu Enterovirus, rota virus, serta parasite yaitu cacing (Ascaris, Trichuris),
(12) Faktor terhadap Laktosa (susu kaleng). Tidak memberikan ASI secara penuh
4-6 bulan pada pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI risiko
untuk menderita diare lebih besar daripada bayi yang diberi ASI penuh dan
2013)
3) Klasifikasi Diare
2013)
(1) Diare akut. Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat
dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya
Kesehatan RI, diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan
dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, c) Diare
dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat
badan, d) Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari
(2) Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah dalam tinjanya. Disentri dapat
(3) Diare persisten. Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,
merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan
kronik.
12
(4) Diare kronik. Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama
gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari.
Menurut Suharyono, diare kronik adalah diare yang bersifat menahun atau
a) Diare dengan dehidrasi ringan yaitu kehilangan cairan sampai 5% dari berat
badan. b) Diare dengan dehidrasi sedang yaitu kehilangan cairan 6-10% dari berat
badan. c) Diare dengan dehidrasi berat yaitu kehilangan cairan lebih dari 10% dari
Lebih dari 90% kasus diare akut adalah disebabkan oleh agen infeksius,
dimana proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh agen infeksius yang diawali
berkembang biak dalam usus sehingga merusak sel mukosa pada usus dan
merusak kerja dari usus tersebut. Sehingga terjadilah perubahan kapasitas usus
yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan
menyebabkan sistem transport aktif dalam usus mengalami iritasi yang kemudian
dimana kegagalan ini akan menyebabkan tekanan osmotik meningkat dan terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga
13
terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik sehingga terjadi
5) Manifestasi Klinis
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam
14
sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
dapat diabsorbsi usus selama diare. (Suharyono, 2013) Gejala muntah dapat
terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut
penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
makin tampak. Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun
membesar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi
ringan, sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi
Penularan penyakit diare pada balita biasanya melalui jalur fecal oral
dan air). (2) Beberapa faktor yang berkaitan dengan peningkatan kuman perut :
(a) Tidak memadainya penyediaan air bersih, (b) kekurangan sarana kebersihan
dan pencemaran air oleh tinja, (c) penyiapan dan penyimpanan makanan tidak
secara semestinya. Cara penularan penyakit diare adalah Air (water borne
disease), makanan (food borne disease), dan susu (milk borne disease).
(Anandita, 2015)
Secara umum faktor risiko diare pada dewasa yang sangat berpengaruh
terjadinya penyakit diare yaitu faktor lingkungan (tersedianya air bersih, jamban
Faktor risiko terjadinya diare pada balita selain faktor intrinsik dan
ekstrinsik juga sangat dipengaruhi oleh perilaku ibu dan pengasuh balita karena
balita masih belum bisa menjaga dirinya sendiri dan sangat bergantung pada
lingkungannya. Dengan demikian apabila ibu balita atau ibu pengasuh balita tidak
bisa mengasuh balita dengan baik dan sehat maka kejadian diare pada balita tidak
berdiri sendiri, tetapi sangat kompleks dan sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang berkaitan satu sama lain, misalnya faktor gizi, sanitasi lingkungan,
keadaan social ekonomi, keadaan social budaya, serta faktor lainnya. Untuk
air yang tercemar, system pencernaan serta faktor infeksi itu sendiri. Kerentanan
tubuh sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, status gizi, perumahan padat dan
7) Komplikasi Diare
laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena kerusakan vili
energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami
8) Pencegahan Diare
(1) Terhadap faktor penjamu. Mempertinggi daya tahan tubuh manusia dan
a) Imunisasi
Salah satu jalan pintas yang sangat ampuh untuk menurunkan angka
kesakitan suatu penyakit infeksi baik oleh virus maupun bakteri adalah
imunisasi. Hal ini berlaku pula untuk penyakit diare dan penyakit
makanan.
b) Pemberian ASI
antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. Pada bayi yang baru lahir,
pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar
terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol.
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama
(b) Jamban keluarga, keluarga buang air besar di jamban atau WC yang
di lingkungan rumah.
memelihara kesehatan.
faktor yang tidak baik dapat diawasi sedemikian rupa sehingga tidak
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi, komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai
umur 4-6 bulan, tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.
Menurut Supariasa,21 bahwa ASI adalah makanan bayi yang paling alamiah,
sesuai dengan kebutuhan gizi bayi dan mempunyai nilai proteksi yang tidak
bisa ditiru oleh pabrik susu manapun. Tetapi pada pertengahan abad ke-18
modifikasi. Pada permulaan abad ke-20 sudah dimulai produksi secara masal
susu kaleng yang berasal dari air susu sapi sebagai pengganti ASI. ASI steril
berbeda dengan sumber susu lain, susu formula, atau cairan lain disiapkan
dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor.
Pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan
botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan
harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 4-6 bulan, setelah 6 bulan
yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4x
lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu
botol.
(2) Makanan pendamping ASI Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat
makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa,
dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan. Untuk itu ada beberapa
yang lebih baik, yaitu a) perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6
anak berumur 6 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4 x sehari),
setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan
sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, suapi anak dengan sendok
yang bersih. d) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada
20
tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada
(3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Menurut Kementerian Kesehatan RI, (
Supariasa, 2012) bahwa untuk melakukan pola perilaku hidup bersih dan
dengan gizi seimbang, c) Air bersih, keluarga menggunakan air bersih (PAM,
rumah, (c) Meningkatkan taraf hidup rakyat, sehingga dapat memperbaiki dan
manusia.
8) Penatalaksanaan
21
(1) Dehidrasi, diare cair membutuhkan pengganti cairan dan elektrolit tanpa
melihat etiologinya. Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah
yang telah hilang melalui diare dan atau muntah, ditambah dengan banyaknya
cairan yang hilang melalui keringat, urin, pernafasan, dan ditambah dengan
banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung. Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat masing-
(2) Nutrisi. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk
menghindari efek buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada anak
berikut yakni pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24
jam pertama, makanan cukup energi dan protein, makanan tidak merangsang,
maka terapi pada penderita diare dibagi menjadi tiga yaitu rencana pengobatan
a) Rencana pengobatan A.
terkena diare lagi. Cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit,
b) Rencana pengobatan B
sedang dengan cara 3 jam pertama diberikan 75 ml/kg BB, berat badan
anak tidak diketahui, berikan oralit paling sedikit sesuai tabel berikut:
Berikan anak yang menginginkan lebih banyak oralit, dorong juga ibu
untuk meneruskan ASI. Bayi kurang dari 6 bulan yang tidak mendapatkan
ASI, berikan juga 100-200 ml air masak. Setelah 3-4 jam, nilai kembali
untuk melanjutkan.
23
c) Rencana pengobatan C
Rencana pengobatan C digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat
berat. Pertama-tama berikan cairan intravena, nilai setelah 3 jam. Jika
keadaan anak sudah cukup baik maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam
berikutnya nilai ulang anak dan pilihlah rencana pengobatan yang sesuai. (
Kemenkes RI, 2012)
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas kesadaran semua anggota keluarga dan masyarakat, sehingga
keluarga dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif
dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, dan
menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu
dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
3. Biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya
investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan
di bidang kesehatan.
tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
tangga dilakukan untuk mencapai rumah tangga sehat. Rumah tangga sehat adalah
ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya).
Mengapa setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan: (Proverawati, 2015)
b) Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk
yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan
Bayi diberi ASI eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI
saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain. ASI (Air Susu
Ibu). ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang
cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan
berkembang dengan baik. Air Susu Ibu pertama berupa cairan bening
e) Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan
(Proverawati, 2015)
Sama seperti indikator pertama, apakah ibu mempunyai balita atau adik
yang masih berusia 0-5 tahun? Kalau tidak, boleh mengabaikan ini. Kalau ada,
sudahkah bayi atau balitanya ditimbang setiap bulan dan tercatat di KMS atau
terlihat perkembangan berat badannya apakah naik atau tidak. Manfaatnya, ibu
dapat mengetahui apakah balita tumbuh sehat, tahu dan bisa mencegah
pilek, diare), jika berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik atau bahkan
balita yang berat badannya di bawah garis merah (BGM) dan dicurigai gizi
bersih untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari air kemasan, air ledeng,
air pompa, sumur terlindung dan penampungan air hujan dan memenuhi syarat
air bersih yaitu tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna. Manfaat
penyakit kulit atau keracunan. Dengan menggunakan air bersih setiap anggota
sampai saat ini. Mulailah dari sekarang, kapan saja harus mencuci tangan
sebelum makan dan makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang bayi,
menggunakan air bersih mengalir dan sabun. Manfaat mencuci tangan adalah
agar tangan menjadi bersih dan dapat membunuh kuman yang ada di tangan,
penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), bahkan flu burung dan
Sudah setengah jalan dilewati untuk menjadi rumah tangga yang sehat,
Tiba saatnya di indikator yang keenam. Punya jamban kan di rumah? Jamban
yang digunakan minimal jamban leher angsa, atau jamban duduk yang banyak
kebersihannya. Untuk daerah yang sulit air (kalau ada) dapat menggunakan
tidak mengundang datangnya lalat atau serangga lain yang dapat menjadi
Cukup sekali seminggu, asal rutin dilakukan secara rutin. Tidak sulit
menerapkan indikator yang satu ini, manfaatkan waktu libur anda dengan
jentik nyamuk di dalam dan atau di luar rumah seminggu sekali dengan 3M
28
3M plus yaitu menguras bak air, menutup tempat penampungan air dan
keluarga anda mengkonsumsi minimal 2 porsi sayur dan 3 porsi buah atau
sebaliknya setiap hari, tidak harus mahal, yang penting memiliki kecukupan
gizi. Semua jenis sayuran bagus untuk dimakan, terutama sayuran yang
berwarna (hijau tua, kuning, oranye) seperti bayam, kangkung, daun katuk,
kacang panjang, selada hijau atau daun singkong. Begitu pula dengan buah,
semua bagus untuk dimakan, terutama yang berwarna (merah, kuning) seperti
mangga, papaya, jeruk, jambu biji atau apel lebih banyak mengandung vitamin
tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Jenis aktifitas fisik yang dapat dilakukan
29
taman, mencuci pakaian, mencuci mobil, mengepel lantai, naik turun tangga
dan membawa belanjaan. Aktifitas fisik lainnya bisa berupa olah raga yaitu
push up, lari ringan, bermain bola, berenang, senam, bermain tenis, yoga,
fitness, angkat beban/berat. Intinya olahraga itu tidak harus mahal, bahkan
Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga dengan kejadian diare pada
balita (usia 2-5 tahun) di Desa Sampe Raya Kecamatan Bahorok Kabupaten
Penelitian yang berkaitan dengan kualitas air minum dengan kejadian diare
pada balita telah dilakukan telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Adapun
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati tahun 2014 bahwa dari
hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,007 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan ada
hubungan antara kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare pada balita usia 1-3
tahun. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa proporsi kejadian diare pada
balita lebih banyak terjadi pada balita yang di dalam keluarganya tidak melakukan
cuci tangan. Pemahaman mereka tentang cara cuci tangan dengan sabun secara
baik dan benar masih kurang karena kebiasaan mereka melakukan cuci tangan
hanya mencuci dengan air biasa dan tidak mengalir. (Kusumawati, 2014)
lingkungan, dan pola makan dengan kejadian diare pada di Puskesmas Lubuk
dan independen dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Pada penelitian ini
populasinya adalah ibu yang mempunyai anak balita dengan diagnosa diare yang
berjumlah 482 orang dalam satu tahun. Sampel yang diambil dalam penelitian
balita yang terserang diare berjenis kelamin laki-laki yang datang berobat ke
Puskesmas Lubuk Buaya Padang tahun 2012 (62,5%). Terdapat hubungan yang
signifikan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada balita di
tahun 2015 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara PHBS
31
pada Ibu Dengan Kejadian Diare Balita Umur 2 – 5 Tahun di Dusun Sembungan
Bangunjiwo Kasihan Bantul, hal ini dibuktikan x2 hitung = 11.298 > x2 tabel =3.481,
nilai probabilitas = 0.001 < = 0.05), dan untuk tingkat hubungan dua variabel menurut
besarnya koefisien korelasi dalam penelitian ini adalah sedang ( CI 95% = 0.429).
(Trisnawati, 2015)
BAB III
METODE PENELITIAN
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga dengan kejadian diare
Kabupaten Langkat.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus 2018 sampai dengan bulan
September 2018.
3.3.1. Populasi
Populasi ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita (usia 2-5 tahun)
3.3.2. Sampel
32
33
N
n=
1 N (d ) 2
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
155
n=
1 155(0,1) 2
155
n=
1 155(0,01)
155
n=
1 1,55
155
n=
2,55
sebanyak 61 orang. Penarikan sampel dengan cara acak sederhana (simple random
sampling) yaitu dengan memilih 61 orang dari 155 populasi yang ada karena
dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga dengan kejadian diare pada balita (usia 2-5
tahun) di Desa Sampe Raya Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2018
1) Kejadian diare pada balita adalah pengeluaran feses atau buang air besar
(BAB) yang tidak normal dan cair lebih dari 3 kali dalam sehari yang terjadi
2) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga adalah kebiasaan
dengan pencegahan diare pada balita yaitu menggunakan air bersih untuk
keperluan sehari-hari dan air minum, mencuci tangan sebelum dan sesudah
Jenis
Nama Jlh Cara dan Alat Skala
No. Variabel Ukur Pengukuran
Value Skala
Soal Ukur
A. Dependen
1. Kejadian 1 Menanyakan 1 Diare Nominal
Diare gejala diare 0 Tidak Diare
yang dialami
balita dalam 1
bulan terakhir
B. Independen
1. Perilaku 15 Kuesioner 1 Tidak Baik (0-7) Nominal
Hidup Bersih dengan pilihan 0 Baik (8-15)
Dan Sehat jawaban ‘ya’
(PHBS) dan ‘tidak’
Jenis dan sumber data dalam penelitian kuantitatif ini meliputi data primer,
1) Data primer
Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli atau pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan
oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan riset atau penelitian. Data primer
2) Data sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data
36
sekunder diperoleh dari kepala Desa Sampe Raya berkaitan dengan jumlah
3) Data tertier
Data tersier adalah suatu kumpulan dan kompilasi sumber primer dan
sumber sekunder. Data tersier dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai
referensi yang sangat valid, seperti: jurnal, text book, sumber elektronik.
1) Data primer
Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner yang dijawab langsung oleh
responden.
2) Data sekunder
Data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi berupa data dari Kepala
3) Data tertier
Data tersier diperoleh melalui studi kepustakaan seperti: jurnal, text book,
sumber elektronik.
dan reliabilitas. Kuesioner yang telah disusun tersebut dilakukan ujicoba pada 30
orang yang memiliki karakter yang sama dengan responden yaitu di Desa Bagan
1) Uji Validitas
atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat
ukur. Uji validitas dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item
moment (r), dengan ketentuan jika nilai r-hitung > r-tabel, maka dinyatakan
valid dan sebaliknya. Untuk responden 30 orang nilai r-tabel adalah 0,361.
2) Reliabilitas
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu test
Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat
Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dengan ketentuan nilai
1) Collecting
Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner yang telah dijawab oleh
responden.
2) Checking
kuesioner dengan tujuan agar data yang diperoleh dapat diolah secara
benar.
39
3) Coding
Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel yang
4) Entering
Data entry, yakni jawaban dari masing-masing responden yang masih dalam
5) Data Processing
Semua data yang telah diinput ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai
1) Analisis univariat
Analisis dan penyajian data penelitian disajikan dalam bentuk deskriptif yang
2) Analisis bivariat
nilai p < p value (0,05) maka dikatakan (Ho) ditolak, artinya kedua variabel