PENDAHULUAN
Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara langsung
atau tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka di kulit kepala,
fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak dan kerusakan jaringan otak itu
ataupun benturan fisik dari luar, yang dapat mengubah kesadaran yang dapat
2016).
Diperkirakan 1,7 juta orang di Amerika Serikat mengalami cedera kepala
setiap tahunnya, 50.000 meninggal dunia, 235.000 dirawat di rumah sakit, dan
1.111.000, atau hampir 80% dirawat dan dirujuk ke Departemen Instalasi Gawat
Darurat. Menurut laporan World Health Organization (WHO), setiap tahunnya sekitar
1,2 juta orang meninggal dengan diagnosis cedera kepala yaitu akibat kecelakaan lalu
lintas (KLL) dan jutaan lainnya terluka atau cacat. Sebagian besar kematian dapat
pengguna kendaraan roda dua, terutama pengguna sepeda motor, dan lebih dari 50%
terluka atau meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Kejadian cedera kepala di
Indonesia sebesar 27% dari total cedera yang dialami akibat kecelakaan lalu lintas.
Kejadian cedera otak berat di Indonesia antara 6 hingga 12% dari semua kasus cedera
otak dengan angka kematian berkisar antara 25% hingga 37% (Astrid C. et al. 2016).
Penyebab cedera kepala dibagi menjadi cedera primer yaitu cedera yang
terjadi akibat benturan langsung maupun tidak langsung, dan cedera sekunder yaitu
1
cedera yang terjadi akibat cedera saraf melalui akson meluas, hipertensi intrakranial,
terjadi akibat berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari
pemeriksaan klinis awal yang teliti, dan ditunjang oleh pemeriksaan penunjang, dan
salah satu pemeriksaan penunjang yang akurat untuk menentukan letak kelainan pada
baiknya dipergunakan modalitas awal yang lebih terjangkau seperti foto Roentgen
mungkin agar tindakan terapi dapat segera dilakukan untuk menghasilkan prognosa
pada trauma kepala berat dalam rentang waktu 4 jam pertama setelah kejadian, dapat
menyelamatkan kurang lebih 70% pasien. Sebaliknya, tingkat mortalitas dapat naik
sampai 90% bila tindakan intervensi dilakukan lebih dari 4 jam. Penegakan diagnose
trauma kepala diperoleh dengan pemeriksaan klinis awal yang diteliti dan tentu
I. ANATOMI KEPALA
2
Kepala merupakan bagian superior tubuh yang menempel dengan batang tubuh
occipitale sampai margo supraorbitalis ossis frontalis. Ke arah lateral kulit kepala
meluas lewat fascia temporalis ke arcus zygomaticus. Kulit kepala terdiri dari lima
lapis jaringan; tiga lapis pertama saling berhubungan secara erat satu dengan yang
keringat dan kelenjar minyak (kecuali daerah occipital), serta folikel rambut.
2. Connective tissue (jaringan ikat). Merupakan lapisan subkutan, memiliki
tengkuk.
4. Loose connective tissue (jaringan ikat longgar). Bentuknya menyerupai
spon karena berisi banyak ruang potensial yang dapat mengembang karena
menyerap cairan yang terbentuk akibat cedera atau infeksi; lapis ini
terdalam.
5. Pericranium. Selapis jaringan ikat padat, melekat erat pada ossa cranii
Jaringan penunjang longgar memisahkan galea aponeurotika dari perikranium
subgalea). Kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga bila terjadi
perdarahan akibat laserasi kulit kepala akan menyebabkan banyak kehilangan darah
3
terutama pada anak-anak atau penderita dewasa yang cukup lama terperangkap
Cranium (skull) adalah bagian superior tengkorak yang bulat dan besar, yang
4
Terdiri dari :
otak.
Neurocranium terdiri dari :
- calvaria (skull cup) : bagiap atap tengkorak
- floor (cranial base) : basis cranii
5
b. Viscerocranium (facial bone)
Merupakan bagian tengkorak yang berasal dari arkus brakhialis dan terdiri dari
Frontal Bone
Frontal bone membentuk dahi (bagian anterior cranium), lubang mata (orbit), dan
Pterion pertemuan antara tulang sphenoid, temporal, frontal dan parietal bones
(H shape)
External acoustic opening
Parietal Bone
Parietal Bone membentuk bagian besar pada sisi dan atap dari cranial cavity.
Permukaan internal parietal bone mengandungtonjolan dan penekanan yang
6
Zygomatic process pada tulang temporal dan temporal process pada tulang
Occipital Bone
Occipital Bone membentuk bagian posterior dan sebagian besar basis cranii.
Lambda pertemuan antara sutura sagittal dengan sutura lambdoid
Bregma pertemuan sutura coronal dengan sagittal.
Vertex superior point dari neurocranium di midline skull
Foramen magnum bagian inferior occipital Bone
External occipital protuberance proyeksi penonjolan midline pada
f. Persarafan
g. Vaskularisasi
7
v. supratrochlearis (dari daerah v. auricularis posterior
occipitalis) (dari depan dan belakang
Auricular)
v. facialis
(dari depan)
v. subclavia
h. Limfe
i. Vaskularisasi Otak
communicans anterior.
8
a. vertebralis a. subclavia Meninges dan cerebellum
a. inferior posterior a. vertebralis Aspek postero-inferior cerebellum
9
2.1.3 MENINGEN
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan
yaitu :
a. Duramater
Duramater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan endosteal
dan lapisan meningeal. Duramater merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan
ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak
melekat pada selaput arachnoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial
(ruang subdura) yang terletak antara duramater dan arachnoid, dimana sering
berjalan pada permukaan otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau
subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan
hebat.
Arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam dari kranium
(ruang epidural). Laserasi pada arteri ini dapat menyebabkan laserasi dan
arteri meningea media yang terletak pada fosa temporalis (fosa media)
b. Selaput Arakhnoid
10
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang. Selaput
arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater sebelah luar yang
meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial, disebut
spatium subdural dan dari pia mater oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh
membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan masuk
kedalam sulci yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak dan
2.1.4 OTAK
Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu; proensefalon (otak depan) terdiri dari
11
belakang) terdiri dari pons, medula oblongata dan serebellum. Serebrum terdiri dari
hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan oleh falk serebri yaitu lipatan dura mater
Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus frontal berkaitan dengan
fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara. Lobus parietal berhubungan
dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal mengatur fungsi memori
tertentu. Lobus oksipital bertanggung jawab dalam proses penglihatan. Batang otak
terdiri dari mesensefalon (midbrain), pons dan medulla oblongata. Mesensefalon dan
pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan
kecepatan produksi sebanyak 30 ml/jam. CSS mengalir dari ventrikel lateral melalui
foramen monro menuju ventrikel III, dari akuaduktus sylvius menuju ventrikel IV.
CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui granulasio arakhnoid yang
terdapat pada sinus sagitalis superior. Adanya darah dalam CSS dapat menyumbat
12
granulasio arakhnoid sehingga mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan
volume CSS sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari.
2.1.6 TENTORIUM
(terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media) dan ruang infratentorial (berisi
tentorium, dan saraf ini dapat tertekan pada keadaan herniasi otak yang umumnya
berada pada permukaan nervus okulomotorius. Paralisis serabut ini yang disebabkan
oleh penekanan akan mengakibatkan dilatsi pupil karena aktivitas serabut simpatik
tidak dihambat. Bila penekanan ini terus berlanjut akan menimbulkan paralisis total
okulomotorik yang menimbulkan gejala deviasi bola mata ke lateral dan bawah.
Bagian otak besar yang sering mengalami herniasi melalui insisura tentorial adalah
sisi medial lobus temporalis yang disebut girus unkus. Herniasi unkus juga
menyebabkan penekanan traktur piramidalis yang berjalan pada otak tengah. Traktus
piramidalis atau trunkus motorik menyilang garis tengah menuju sisi berlawanan
pada level foramen magnum, sehingga penekanan pada traktus ini menyebabkan
paresis otot-otot sisi tubuh kontralateral. Dilatasi pupil ipsilateral disertai hemiplegia
intracranial terdapat pada sisi yang sama dengan sisi pupil yang berdilatasi, walaupun
tidak selalu.
2.2 FISIOLOGI
13
A. Tekanan intracranial (TIK)
Berbagai proses patologis yang mengenai otak dapat mengakibatkan
(TTIK) tidak hanya merupakan indikasi adanya masalah serius dalam otak,
tetapi justru merupakan masalah utamanya. TIK normal pada saat istirahat
tidak normal dan TIK lebih dari 40mmHg termasuk ke dalam kenaikan TIK
berat. Semakin tinggi TIK setelah cedera kepala semakin buruk prognosisnya.
B. Doktrin Monro-Kellie
Merupakan suatu konsep sederhana yang dapat menjelaskan pengertian
rongga yang tidak mungkin terekspansi/mekar. TIK yang normal tidak berarti
tidak adanya lesi massa intrakranial, karena TIK umumnya tetap dalam batas
14
indikator yang sama penting dengan TIK. TPO mempunyai formula sebagai
berikut:
TPO = MAP – TIK
TPO kurang dari 70mmHg umunya berkaitan dengan prognosis yang
buruk pada penderita cedera kepala. Maka dari itu, mempertahankan tekanan
darah yang adekuat pada penderita cedera kepala adalah sangat penting,
Bila ADO menurun sampai 20-25ml/100 gr/menit, aktivitas EEG akan hilang
dan pada ADO 5 ml/100 gr/menit, sel-sel otak mengalami kematian dan
mmHg. Bila MAP < 50mmHg ADO menurun curam, dan bila MAP
>160mmHg terjadi dilatasi pasif pembuluh darah otak dan ADO meningkat.
yang mengalami hipotensi. Maka dari itu, bila terdapat TIK, harus
dikeluarkan sedini mungkin dan tekanan darah yang adekuat tetap harus
dipertahankan.
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III. 1 Trauma Kepala
Trauma kepala atau trauma kepala adalah suatu ruda paksa (trauma) yang
menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau
trauma kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun
degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat
trauma. Cedera yang tampak pada kepala bagian luar terdiri dari dua, yaitu secara
garis besar adalah trauma kepala tertutup dan terbuka. Trauma kepala tertutup
merupakan fragmen-fragmen tengkorak yang masih intak atau utuh pada kepala
setelah luka. The Brain and Spinal Cord Organization 2009, mengatakan trauma
kepala tertutup adalah apabila suatu pukulan yang kuat pada kepala secara tiba-
16
tiba sehingga menyebabkan jaringan otak menekan tengkorak. Trauma kepala
terbuka adalah yaitu luka tampak luka telah menembus sampai kepada dura mater.
berikut:
retak atau kelainan pada bagian kranium. Yang pertama Fraktur basis kranii
basis kranii yaitu rhinorrhea (cairan serobrospinal keluar dari rongga hidung)
dan gejala raccoon’s eye (penumpukan darah pada orbital mata). Tulang
dan pembuluh darah. Fraktur basis kranii bisa terjadi pada fossa anterior,
media dan posterior. Fraktur maxsilofasial adalah retak atau kelainan pada
17
tulang mandibula. Fraktur pada bagian ini boleh menyebabkan kelainan pada
sinus maxilari.
III.1.1.2 Luka memar (kontosio)
Luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan
sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan berwarna merah kebiruan.
Luka memar pada otak terjadi apabila otak menekan tengkorak. Biasanya
terjadi pada ujung otak seperti pada frontal, temporal dan oksipital. Kontusio
Imaging) seperti luka besar. Pada kontusio dapat terlihat suatu daerah yang
atau runcing. Dengan kata lain, pada luka yang disebabkan oleh benda
bermata tajam dimana lukanya akan tampak rata dan teratur. Luka robek
adalah apabila terjadi kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah kulit.
Luka ini biasanya terjadi pada kulit yang ada tulang dibawahnya pada proses
parut.
III.1.1.4 Abrasi
Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial.
Luka ini bisa mengenai sebagian atau seluruh kulit. Luka ini tidak sampai
pada jaringan subkutis tetapi akan terasa sangat nyeri karena banyak ujung-
18
Luka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas,
tetapi sebagian masih berhubungan dengan tulang kranial. Dengan kata lain
Lesi jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi bagian dalam terjadi pada
benturan pada kepala dapat terjadi pada tiga jenis keadaan yaitu, kepala diam
dibentur benda yang bergerak, kepala yang bergerak membentur benda yang diam,
dan kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang lain
coup. Contre coup dan coup pada trauma kepala dapat terjadi kapan saja pada
orang orang yang mengalami percepatan pergerakan kepala. Trauma kepala pada
coup disebabkan hantaman otak bagian dalam pada sisi yang terkena sedangkan
primer dan trauma kepala sekunder. Trauma kepala primer merupakan cedera yang
terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian cedera, dan ini merupakan suatu
banyak yang bisa dilakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel yang
sakit dapat menjal ani proses penyembuhan yang optimal Trauma kepala sekunder
merupakan proses lanjutan dari trauma kepala primer dan lebih merupakan
19
trauma kepala sekunder antara lain penyebab sistemik (hipotensi, hipoksemia, hipo
Gejala perdarahan epidural yang klasik atau temporal berupa kesadaran yang
semakin menurun, disertai oleh anisokoria pada mata ke sisi dan mungkin
iaitu:
a) Perdarahan subdural akut
psilateral pupil.
20
a. Perdarahan subdural subakut, biasanya terjadi 7 sampai 10
beberapa bulan.
dan motorik.
perdarahan intraserebral.
III.1.3.5 Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral merupakan penumpukan darah pada jaringan
otak. Di mana terjadi penumpukan darah pada sebelah otak yang sejajar
21
Skala koma Glasgow adalah nilai (skor) yang diberikan pada pasien trauma
Berdasarkan Skala Koma Glasgow, berat ringan trauma kapitis dibagi atas;
1. Trauma kapitis Ringan, Skor Skala Koma Glasgow 14 – 15
2. Trauma kapitis Sedang, Skor Skala Koma Glasgow 9 – 13
3. Trauma kapitis Berat, Skor Skala Koma Glasgow 3 – 8
a) Trauma Kepala Ringan
Dengan Skala Koma Glasgow >12, tidak ada kelainan dalam CT-scan,
tiada lesi operatif dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit. Trauma kepala
ringan atau cedera kepala ringan adalah hilangnya fungsi neurologi atau
2001). Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS: 15 (sadar
22
penuh) tidak kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri kepala,
hematoma, laserasi dan abrasi (Mansjoer, 2000). Cedera kepala ringan adalah
cedara otak karena tekanan atau terkena benda tumpul. Cedera kepala ringan
sementara. Pada penelitian ini didapat kadar laktat rata-rata pada penderita
dalam CT-scan dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit (Torner, Choi,
Barnes, 1999). Pasien mungkin bingung atau somnolen namun tetap mampu
penderita cedera kepala sedang mencatat bahwa kadar asam laktat rata-rata
3,15 mmol/L.
c) Trauma Kepala Berat
Dengan Skala Koma Glasgow < 9 dalam 48 jam rawat inap di Rumah
Sakit. Hampir 100% cedera kepala berat dan 66% cedera kepala sedang
cedera otak primer seringkali disertai cedera otak sekunder apabila proses
peningkatan titer asam laktat dalam jaringan otak dan cairan serebrospinalis
23
III.1.5 Gejala Klinis Trauma Kepala
Gejala klinis trauma kepala adalah seperti berikut, Tanda-tanda klinis yang
mastoid)
b. Hemotipanum (perdarahan di daerah menbran timpani telinga)
c. Periorbital ecchymosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung)
d. Rhinorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari hidung)
e. Otorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari telinga)
kemudian sembuh.
b. Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan.
c. Mual atau dan muntah.
d. Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun.
e. Perubahan keperibadian diri.
f. Letargik.
abnormal ekstrimitas.
III.2 Gambaran CT Scan pada Trauma Kepala
Tomografi Computer adalah satu pemeriksaan yang menggunakan sifat
tembus sinar-x, di mana sumber sinar-x dan detektor berputar di sekitar objek
adalah modalitas alat pencitraan utama yang digunakan dalam keadaan akut dan
24
sangat bermanfaat pada dalam menegakkan serta menentukan tipe trauma kapitis
jelas baik bentuk maupun ukurannya. Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat
seluruh struktur anatomis kepala, dan merupakan alat yang paling baik untuk
Fraktur pada dasar tengkorak sering kali sukar di lihat. Fraktur dasar
25
Fraktur tulang temporal petrous kiri,yang melibatkan telinga tengah
(panah kecil). Dapat dilihat juga adanya gambaran sedikit udara pada fossa
antara duramater, yang tidak dapat dipisahkan dari periosteum tengkorak dan
kecil. Dengan bentuk bikonveks yang khas, elips, gambaran CT scan pada
26
Gambar 3.2 Perdarahan
aksial non kontras di wilayah parietalis kanan. Ini biasanya terjadi akibat
robekan vena - vena di daerah korteks serebri atau bridging vein oleh suatu
subdural dibagikan dalam tiga jenis: akut, subakut dan kronik. Subdural
parenkim otak. Pada minggu kedua dan ketiga (fase subakut), subdural
hematoma menjadi isodense terhadap otak dan sering menjadi bentuk lensa
27
minggu kemudian, akan timbul hematoma subdural kronik, ditemukan area
heterogen padat dengan fluid level antara (hipodens) komponen akut dan
hiperdens diantara duramater dan araknoid, umumnya akibatkan robekan dari briging
28
Gambar D
Gambar D :
di atas gyri pada konveksitas otak. SAH yang disebabkan oleh pecahnya
mengisi ruangan subaraknoid yang biasanya terlihat gelap dan terisi cairan
mungkin tampak putih di perdarahan akut. Temuan ini paling jelas terlihat
beberapa hari atau minggu setelah perdarahan awal, temuan akan tampak
lebih halus. Gambaran putih darah dan bekuan cenderung menurun, dan
29
akibat trauma, pecahnya pembuluh darah arteri (aneurisme) atau malformasi
beberapa jam akan tampak daerah hematom (hiperdens) dan tepi yang tidak
rata.
30
Di temukan perdarahan parenkim otak dengan adanya gambaran lesi
scan.
31
Gambar 3.6 Gambaran
Perdarahan Intraserebral
e. Apakah terdapat deviasi midline struktur dan sejauh berapa deviasi tersebut
g. Pons, fossa posterior, sinus paranasalis, mastoid, cavum orbita tampak baik
cerebrospinalis, yang terlihat sbagai densitas air di dalam system ventrikel dan cavitas
32
sub arachnoidea. Dengan scanner modern dan penggunaan penjelasan (enhancement)
oleh pemberian kontras secara intravena. Mungkin membedakan substansia ala dan
grissa otak. Arteri lebih besar pada basis otak mauun pada sinus venosus sehingga
dapat dikenal bila opasifikasi dalam medium kontras. Falx tampak lebih padat dari
pada otak. Regio supraperitonial terlihat tampak baik, tetapi penilaian fossa posterior
pada pasien dengan cedera kepala akut karena mampu melihat seluruh jaringan otak
dan secara akurat membedakan sifat dan keberadaan lesi intrakranial dan
ekstrakranial. Lesi intrakranial sering terjadi pada cedera kepala sedang dan berat,
tetapi juga dilaporkan sebanyak 14% pada pasien cedera kepala ringan. Sebagian
besar pasien cedera kepala ringan tidak menunjukkan abnormalitas pada hasil CT
scannya
Computerized tomography scanning merupakan modalitas diagnostik penting
metode diagnostik standar terpilih (gold standart) untuk kasus cedera kepala
mengingat selain prosedur ini tidak invasive (sehingga aman), juga memiliki
33
Gambar : CT-Scan Normal
34
Gambar : irisan aksial CT pada tingkatan pons.
III.5 Indikasi pada CT-Scan
III.5.1 Indikasi Umum Pada CT Scan
saraf lainnya
e. Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan dll
35
g. alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan
kesadaran.
otak.
(Irwan, 2009).
perubahanselama 20-25menit
BAB IV
KESIMPULAN
36
Trauma kepala adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa
gangguan fungsional jaringan otak. Gejala klinis dari trauma kepala adalah
dibagi atas trauma kepala ringan (SKG 14-15), sedang (SKG 9-13) dan berat
computer (CT Scan) kepala sangat berguna pada trauma kepala karena isi
kepala secara anatomis akan tampak dengan jelas. Pada trauma kepala,
fraktur, perdarahan dan edema akan tampak dengan jelas baik bentuk maupun
ukurannya. Tomografi
DAFTAR PUSTAKA
37
Allan H. R., 2008, Concussion and Other Head Injuries, Harrison’s Principle of
Internal Medicine, 17th Edition, Volume 2, Mc Graw Hill, 2596-2601.
Astrid C. et al. 2016. Gambaran Cedera Kepala yang Menyebabkan Kematian di
Bagian Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. R.D. Kandou periode Juni
2015-Juli 2016. Jurnal e-Clinic. Vol.4 No.2 2016
Bernath D. Head Injury (serial online). Dipublikasikan online: 7 Januari 2009,
Diunduh dari: http://e-medicine.com/head.injury.aspx
Huisman TA, Tschirch FT. Epidural hematoma in children: Do cranial sutures act
as a barrier. J Neuroradiol.2009; 36(2):93-7
Jeffrey R. Wasserman, 2014. Diffuseaxonalinjuryimaging. DO
DiagnosticRadiologist, Manatee Memorial
HospitalandLakewoodRanchMediccal Center. Availablefrom :
http://emedicine.medscape.com/article/339912-overview#a3 (accessed 07
Juli 2015)
Miranda, E. et all. 2014. Gambaran CT-Scan Kepala Pada Penderita Cedera
Kepala Ringan di BLU RSUP Prof. Dr. R. Kandou Manado. Jurnal e-
cliniC. Vol.2. No. 2
Misra R, Holmes E. A-Z of Emergency Radiology. New York; Cambridge
University Press; 2004. 1-20
Paci GM, Sise MJ, Sise CB, Sack DI, Swanson SM, Holbrook TL, et al., The
need for immediate computed tomography scan after emergency
craniotomy for head injury. J Trauma. 2008; 64(2):326-33; discussion
333-4 (ISSN: 1529-8809)
Rasad S. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta; Balai Penerbit FK UI;
2008. 382-391
Riskanto R. et al. 2016 Akurasi Revised Trauma Score Sebagai Prediktor
Mortality Pasien Cedera Kepala. Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti. Vol.
4 No.2 2016 Hal.76-90
Thomas. O, et al, 2016, How To Interpret An Unenhanced CT Brain Scan. South
Sudan Medical Jurnal, Vol. 9, No. 3
38
Yuh EL, Gean AD, Manley GT, Callen AL, Wintermark M., Computer aided
assessment of head computed tomography (CT) studies in patients with
suspected traumatic brain injury. J Neurotrauma. 2008; 25(10):1163-72
(ISSN: 0897-7151)
Zee CS. Neuroradiology: A Study Guide. Los Angeles; Mcgraw; 1996. 235-241
39