Anda di halaman 1dari 6

Pneumonia

a. Definisi

Pneumonia adalah radang paru-paru yang disertai eksudasi dan


konsolidasi, biasanya disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur,
virus, dan parasit (Dorland, 2014).

b. Epidemiologi

Pneumonia merupakan penyebab kematian tertinggi di Negaranegara maju


dan penyebab kematian keenam di seluruh dunia.(Mandell, 2007). Misnadiarly
(2008) menyebutkan bahwa di Amerika Serikat terdapat dua juta sampai tiga juta
kasus pneumonia
per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang, sedangkan di Indonesia
pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga.

c. Etiologi

Penyebab pneumonia pada orang dewasa dan usia lanjut umumnya


adalah bakteri. Penyebab paling umum pneumonia di Amerika Serikat
adalah bakteri Streptococcus pneumonia, atau Pneumococcus.Sedangkan
pneumonia yang disebabkan karena virus umumnya adalah Respiratory Syncytial
Virus, rhinovirus, Herpes
Simplex Virus, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) (National
Institutes of Health, 2011)

Patofisiologi

Pneumonia terjadi jika mekanisme pertahanan paru mengalami gangguan


sehingga kuman patogen masuk ke saluran napas bagian bawah.Agen-agen
mikroba yang menyebabkan pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi primer
yaitu aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi
pada orofaring, infeksi aerosol yang infeksius dan penyebaran hematogen dari
bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara
tersering yang menyebabkan pneumonia, sementara itu penyebaran secara
hematogen lebih jarang terjadi (PDPI, 2003).
e. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang biasanya dijumpai pada pneumonia adalah demam
atau panas tinggi disertai batuk berdahak yang produktif, napas cepat (frekuensi
nafas >50 kali/menit), selain itu pasien akan merasa nyeri dada seperti ditusuk pisau
atau sesak, sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang (Rikesdas, 2013)

f. Klasifikasi Pneumonia

Menurut Departemen Kesehatan RI , pneumonia diklasifikasikan sebagai


berikut : 1.Pneumonia berat

2.Peumonia ringan

3.Bukan pneumonia ( penyakit paru lain)

(Kemenkes, 2010).Sedangkan pada panduan persatuan dokter paru


indonesia (2003), pneumonia diklasifikasikan sebagai berikut :

1.Berdasarkan klinis dan epidemiologis

a.Pneumonia komuniti (Community Acquired Pneumonia)

b.Pneumonia nosokomial (Hospital Acqiured Pneumonia / Nosocomial


Pneumonia)

c.Pneumonia aspirasid.Pneumonia pada penderita


Immunocompromisedpembagian ini penting untuk memudahkan dalam
penatalaksanaan.

2.Berdasarkan bakteri penyebab

a.Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa


bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya
Klebsiellapada penderita alkoholik, Staphyllococcuspada penderita pasca
infeksi influenza.

b.Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan


Chlamydiac.Pneumonia virusd.Pneumonia jamur sering merupakan infeksi
sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah
(immunocompromised)

3.Berdasarkan predileksi infeksi

a.Pneumonia lobaris,Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan


orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan
sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda
asing atau proses keganasan

b.Bronkopneumonia,Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan


paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan
orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus

c.Pneumonia interstisial(PDPI, 2003)

Fisioterapi dada ini walaupun caranya keluhatan tidak istimewa tetapi


ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki
ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok
fisioterapi dada pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara
fungsi otot-otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dan bronkus
dan untuk mencegah penumpukan sekret, memeperbaiki pergerakan dan aliran
sekret (Soekamo, 1984; dalam Helmi, 2005).
Fisioterapi dada ini terdiri dari usaha-usaha yang bersifat pasif dan aktif
yang bersifat pasif seperti penyinaran, relaksasi, postural drainage, perkusi,
dan vibrasi sedangkan yang bersifat aktif seperti latihan/pengendalian batuk,
latihan bernafas, dan koreksi sikap (Azis, 1978; Worjodiardjo, 1985; dan
Waluyo, 1981; dalam Helmi, 2005).

(b)Kontra Indikasi Menurut Diyah & Yulianti 2012 kontra indikasi fisioterapi
dada diantaranya yaitu fraktur atau patah tulang costae. Fisioterapi dada ini juga
tidak boleh dilakukan pada pasien dengan kegagalan jantung, status asma
tikus, renjatan, dan perdarahan masif, infeksi paru berat, dan tumor paru (Helmi,
2005).

(c) Prosedur Tindakan Fisioterapi Dada Fisioterapi dada adalah suatu rangkaian
tindakan keperawatan yang terdiri dari perkusi, vibrasi, dan postural drainage.
Adapun langkah-langkah tindakan fisioterapi dada, yaitu:

a.Mengatur posisi sesuai daerah paru yang terganggu dengan posisi drainage.

b.Memasang alas/handuk pada area yang akan di perkusi dan tempatkan pot
sputum di dekat mulut pasien.

c.Melakukan clapping/ perkusi dengan cara telapak tangan dibentuk


sepertimangkuk lalu pukulkan pada punggung klien perlahan-lahan selama
kurang lebih 1-2 menit

d.Meminta klien untuk batuk dan mengeluarkan sekret segera setelah perkusi
selesai.

e.Mengintruksikan klien untuk menghirup (inspirasi dalam) secara perlahan


tahan sebentar.

f.Bersamaan dengan itu ratakan tangan pada area paru yang mengalami
penumpukan sekret.

g.Instruksikan klien mengeluarkan nafas/ ekspirasi melalui mulut.

h.Dan lakukan vibrasi dengan cara getaran kuat secara serial yang dihasilkan
oleh tangan yang diletakan datar pada dinding dada klien.
i.Lakukan tindakan ini 3-4 kali pada area yang terkena.

j.Anjurkan klien menarik nafas dalam dan batuk.

k.Melakukan auskultasi dada.

(2)Postural Drainage

(a)Pengertian Terapi fisik dada bertujuan memperbaiki pembersihan sekresi


bronkus sehingga dapat menurunkan tahanan jalan napas, memperbaiki fungsi
pertukaran gas, mengurangi kejadian infeksi saluran napas dan meningkatkan
sirkulasi pada otot dinding dada sehingga mengoptimalkan kerja otot-otot
pernapasan. Termasuk dalam terapi fisik dada tersebut adalah postural
drainage. Postural Drainage merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret
dari paru dengan menggunakan gaya berat dan sekret itu sendiri (Frown,1978;
Hudaya,1981; Gaskel,1977; dan Waring, 1990; dalam Helmi,2005). Suatu
bentuk pengaturan posisi pasien untuk membantu pengaliran mucus sehingga
segmen besar dengan bantuan gravitasi dan akan memudahkan mucus
diekspectorasikan dengan bantuan batuk (dalam Putri, 2013). Postural
drainage adalah teknik pembersihan jalan napas dari sekret dengan
meletakkan penderita pada berbagai posisi berdasarkan anatomi trakeobronkus.
Hal itu dilakukan selama waktu tertentu sehingga pengaruh gravitasi akan
membantu aliran sekret. Pada teknik ini lobus atau segmen yang akan disalir
posisikan demikian rupa sehingga terletak di atas bronkus utama, sekret
akan mengalir ke bronkus dan trakea untuk kemudian dibatukkan keluar. Pada
penderita yang banyak memproduksi sekret, cara ini sangat bermanfaat (Perry
dan Potter, 2005). Postural drainage dapat dilakukan untuk mencegah
terkumpulnya sekret dalam saluran nafas penderita dengan produksi sputum
yang banyak, postural drainage lebih efektif bila disertai dengan perkusi dan
vibrasi dada (dalam Helmi, 2005).

(b)Indikasi Tujuan Postural Drainage adalah untuk membantu mengeluarkan


dahak (Putri & Soemarno, 2013). Indikasi untuk dilakukannya postural
drainage untuk melepas perlengketan sputum pada bronkus, yaitu: pasien
dengan produksi sputum yang berlebih, penumpukan sekret, bronkoekstasis
(Putri & Soemarno, 2013).

(c)Kontra Indikasi Adapun kontra indikasi postural drainage yaitu; patah tulang
rusuk, emfisema subkutan daerah leher dan dada, emboli paru, pneumotoraks
tension (Putri & Soemarno, 2013).

(d)Prosedur Tindakan Adapun langkah-langkah postural drainage sebagai


berikut (Rahayu, 2012):

a.Duduk tegak di tempat tidur atau kursi; lakukan terapi pada dada kanan dan
kiri

b. Membungkuk ke depan pada posisi duduk; lakukan terapi pada punggung

c. Berbaring datar, lakukan terapi pada dada kanan dan kiri

d. Telungkup, miring kanan atau kiri; lakukan terapi pada punggung kanan atau
kiri

e. Telungkup, miring ke kiri pada posisi trendelenburg; lakukan terapi pada dada
kanan

f. Telungkup, miring kiri, dengan panggul ditinggikan, lakukan terapi pada


punggung kanan

g. Berbaring pada posisi trendelenburg; lakukan terapi pada dada kanan dan kiri

h. Berbaring pada posisi trendelenburg telungkup; lakukan terapi pada punggung


kanan dan kiri

i. Berbaring miring kanan atau kiri, pada posisi trendelenburg; lakukan


terapi pada punggung

j. Berbaring telungkup disertai terapipada punggung kanan dan kiri

Anda mungkin juga menyukai