Anda di halaman 1dari 14

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Pembelajaran PKn MI

Dosen Pengampu : Nor Hadi, M. Pd.I

Description: D:\Logo-IAIN-Walisongo-Semarang.jpg

Disusun Oleh:

1.Risa Qismatil Ihza ( 133111015 )

2.Ulfa Nurul Wakhidah ( 133911037 )

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2014

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia-Nya lah kami akhirnya bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul: “Hubungan konsep, Nilai, Moral, dan Norma dengan Tuntutan
Masyarakat”.

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Semoga kita
termasuk umatnya yang akan mendapatkan syafaatnya nanti amin.

Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran PKn MI Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Institut Agama Islam Negri Semarang.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada penulis juga
para pembacanya. Amin.

Semarang, 11 Desember 2014

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan bernegara sangat erat kaitannya antara Nilai, Moral, Norma dengan tuntutan prilaku
warga negaranya. Setiap warga negara memiliki kewajiban dan bertanggungjawab terhadap Negara
terutama dalam hal pembangunan. Dalam membentuk prilaku suatu negara membutuhkan proses,
kebiasaan serta keteladanan, sedangkan prilaku warga Negara berdasarkan pada kehidupan berbangsa
dan bernegara misalnya, bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan hukum.
Selain itu, setiap warga Negara berkewajiban untuk turut serta dalam membela Negara. Bela Negara
dapat terwujud jika dilandasi dengan adanya niat, tekat yang kuat, tindakan yang sesuai dengan prilaku
warga Negara yang baik serta didasarkan kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara,
serta yakin atas kesaktian pancasila sebagai ideologi bangsa dan rela berkorban untuk Negara Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah, diantaranya
adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengertian dari Konsep, Nilai, Moral dan Norma?

2. Bagaimana hubungan Konsep, Nilai, Moral dan Norma dengan tuntutan prilaku warga negara?

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Konsep, Nilai, Moral dan Norma (KNMN)

a. Konsep

Konsep merupakan cara berfikir untuk mengeneralisir atau menunjukkan sesuatu.[1] Konsep dapat juga
diartikan pernyataan yang bersifat abstrak/pemikiran untuk mengelompokan ide-ide atau peristiwa yang
masih dalam angan-angan seseorang. Konsep ada yang bersifat positif ada pula yang bersifat negativ
Meskipun belum diimplementasikan, konsep yang bersifat positif memiliki makna yang baik, begitu pula
sebaliknya jika konsep itu bersifat negatif maka akan memiliki makna negatif pula.

Munculnya suatu konsep karena adanya kesadaran kelas ditunjukan dengan atribut kelas yang yaitu
simbol. Misalnya, konsep “rakyat” merupakan sebutan umum sekelompok penghuni wilayah suatu
negara dalam pemerintahan Negara tertentu dan Konsep “demokrasi” merupakan sebutan abstrak
tentang sistem kekuasaan pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Dari contoh tersebut, tampak bahwa konsep bersifat abstrak dalam pengertian yang berkaitan bukan
hanya dengan contoh tertentu melainkan dengan konteks. Dengan demikian, konsep merupakan cara
berpikir menggeneralisasikan sejumlah anggota kelas yang khusus ke dalam satu contoh model yang
tidak tampak, termasuk atribut semua contoh yang berbeda-beda.

Konsep dasar yang digunakan dalam pembelajaran PKn antara lain: pemerintah, negara, bangsa, negeri,
wilayah, pembangunan, negara berkembang, negara tertinggal, pengambilan keputusan, moral, nilai,
karakter, perasaan, sikap, solidaritas, kekuasaan, kelas penguasa, nasionalisme, demokrasi, perilaku,
empati, wewenang, politik, partai politik, pemilu, konstitusi, globalisasi, dan lain-lain.[2]

b. Nilai

Nilai dalam bahasa inggris disebut Value, sedangkan menurut Djahiri nilai diartikan sebagai harga,
makna, isi, semangat, konsep, teori dan pesan sehingga bermakna secara fungsional.[3] Nilai dapat juga
diartikan sebagai baik buruk tingkah laku atau perbuatan manusia.

Nilai bersifat universal atauumum, dapat pula diartikan sebagai kualitas dari sesuatu yang bisa
disandarkan pada sesuatu apapun misalnya, hargasuatu barang atau mutu, kualitas suatu barang.

Ada beberapa pengertian nilai menurut para ahli :

Ø Dalam Kamus Sosiologi yang disusun oleh Soerjono Soekanto disebutkan bahwa nilai (value) adalah
konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk

Ø Horton dan Hunt (1987) menyatakan bahwa nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman
itu berarti apa tidak berarti. Dalam rumusan lain, nilai merupakan anggapan terhadap sesuatu hal.
Sesuatu itu dapat berupa benda, orang, tindakan, pengalaman, dan seterusnya.

Ø Menurut Frankel (1978) dalam Sapria dkk., nilai adalah konsep. Seperti umumnya konsep. Seperti
umumnya konsep, makna nilai sebagai konsep tidak muncul dalam pengalaman yang dapat diamati
melainkan ada dalam pikiran orang. Nilai dapat diartikan kualitas dari sesuatu atau harga dari sesuatu
yang diterapkan pada konteks pengalaman manusia.

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu kenyataan yang
tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan lainnya. Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia
untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain kemudian untuk selanjutnya diambil
keputusan.

v Macam-macam Nilai

Max Scheler menyatakan bahwa nilai-nilai yang ada tidak sama tinggi, maksudnya yaitu adanya
tingkatan-tingkatan nilai. Menurutnya nilai dapat dikelompokan dalam empat tingkatan yaitu :

a) Nilai kenikmatan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan indra yang memunculkan rasa senang,
menderita atau tidak enak.
b) Nilai kehidupan yaitu nilai-nilai penting bagi kehidupan yakni : jasmani, kesehatan serta
kesejahteraan umum.

c) Nilai kejiwaan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebenaran, keindahan dan pengetahuan
murni.

d) Nilai kerohanian yaitu tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci.

Sementara itu, nilai menurut Prof. Dr. Notonagoro dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1) Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia,

2) Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan suatu aktivitas atau
kegiatan.

3) Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang bersifat rohani manusia yang dibedakan dalam empat
tingkatan yaitu, nilai kebenaran, nilai keindahan/estetis, nilai kebaikan.

Dari poin di atas dapat disimpulkan bahwa menurut Prof. Dr. Notonegoro nilai adalah segala hal
yang memiliki kegunaan.[4] Selain itu nilai bisa diartikan sebagai sesuatu yang merujuk kepada tuntutan
perilaku yang membedakan perbuatan yang baik dan buruk atau dapat diartikan sebagai kualitas
kebaikan yang melekat pada sesuatu.[5]

Berdasarkan beberapa uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dan
makna nilai adalah suatu bobot/kualitas perbuatan kebaikan yang terdapat dalam berbagai hal yang
dianggap sebagai sesesuatu yang berharga, berguna, dan memiliki manfaat.

c. Moral

Moral berasal dari bahasa latin yaitu Mos yang mempunyai arti kebiasaan, adat. Sedangkan dalam
bahasa yunani, Mos sama artinya dengan etos. Dan pengertian moral secara umum adalah tindakan
manusia yang sesuai dengan ide-ide yang berkaitan dengan makna-makna yang baik dan wajar. Dalam
KBBI Moral berarti baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi
pekerti, susila.[6]

Moral menurut para ahli:

· Helden (1977) dan Richard (1971) merumuskan pengertian moral sebagai kepekaan dalam pikiran,
perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap
prinsip dan aturan.

· Atkinson (1969) mengemukakan moral atau moralitas merupakan pandangan tentang baik dan
buruk, benar dan salah, apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan.
· Chaplin (2006) Moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut
hukum, adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku.

· Hurlock (1990) Moral adalah tata cara, kebiasaan, dan adat peraturan prilaku yang telah menjadi
kebiasaan bagi anggota suatu budaya.

Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.
Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam
masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Moral dalam perwujudannya dapat
berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang benar, baik terpuji dan mulia. Moral dapat berupa
kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara.

Dengan demikian, dapat disimpulakan bahwa Moral merupakan suatu keyakinan tentang benar salah,
baik buruk yang sesuai dengan kesepakatan sosial yang mendasari tindakan atau pemikiran atau bisa
dikatakan bahwa moral merupakan suatu keharusan perilaku yang dibawakan oleh nilai.

d. Norma

Norma adalah sumber dasar hukum yang menguatkan kedudukan konsep, nilai, dan moral serta perilaku
yang dilakukan.[7] Selain itu, Norma memiliki arti sebuah perwujudan martabat manusia sebagai
makhluk sosial, budaya, moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang
dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi.

Norma berkembang sesuai dengan kesepakatan sosial masyarakat (peraturan sosial). Norma menyangkut
perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosial. Keberadaan norma dalam
masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial
yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam
masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan. Norma dalam masyarakat berisi tata
tertib, aturan, dan petunjuk standar perilaku yang pantas atau wajar.

Norma tidak boleh dilanggar. Siapa pun yang melanggar norma atau tidak bertingkah laku sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam norma itu, akan memperoleh hukuman. Misalnya, bagi siswa yang
terlambat dihukum tidak boleh masuk kelas, bagi siswa yang mencontek pada saat ulangan tidak boleh
meneruskan ulangan.

Hubungan Konsep, Nilai, Moral dan Norma (KNMN) dengan tuntutan prilaku warga negara

Tuntutan perilaku warga negara di dasarkan pada nilai-nilai yang dijadikan pedoman sesuai dengan
ketetapan MPR No. II/ MPR/ 1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4).
Namun, Sebelum kita membahas tentang Hubungan Konsep, Nilai, Moral dan Norma dengan tuntutan
prilaku warga negara, kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan warga negara.

Menurut Rustandi (1988:60) “Warga Negara ialah mereka yang berdasarkan hukum merupakan anggota
dari suatu Negara. sedangkan mereka yang tidak termasuk warga Negara disebut orang asing atau
(bukan warga Negara)”. Dari rumusan tersebut diperoleh suatu pengertian untuk dapat dikatakan
sebagai warga Negara maka seseorang harus dinyatakan secara legal (sah) menjadi warga Negara.

Sedangkan menurut Pasal 26 ayat 1 menyatakan bahwa “yang menjadi warga Negara Indonesia ialah
orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang di sahkan oleh undang-undang
sebagai warga negara”. Dan ayat 2 menyatakan bahwa “syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan
Negara ditetapkan dengan undang-undang”.[8]

Selain itu Warga Negara Indonesia beraneka ragam jenisnya, baik suku bangsa, agama dan keyakinan,
budaya, adat istiadat, dan mereka bertempat tinggal di berbagai pulau-pulau dalam suatu wilayah
Indonesia. Melihat situasi dan kondisi tersebut maka dibutuhkan kesadaran tinggi antar sesama warga
Negara untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

Untuk menekankan tuntutan prilaku dalam mewujudkan sikap warga negara dalam kehidupan sehari-
hari, Sesuai dengan ketentuan MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila terutama sila kemanusiaan yang adil dan beradab yang terdirin dari 10 butir nilai kemanusiaan
adalah sebagai berikut:

1. Mengakui dan memperlakukan manusian sesuai harkat dan martabat sebagai Makhluk Tuhan YME.

Setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan semuanya sama dihadapan-Nya, yang membedakan
hanyalah keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan. Manusia harus diakui dan diperlakukan sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk tuhan dan Tuhan menciptakan manusia dengan kelebihan yang
sempurna dari pada makhluk lainnya yang diciptakan.

2. Mengakui Persamaan Derajat, Persamaan Hak dan Kewajiban yang Asasi Setiap Manusia, tanpa
membeda-bedakan Suku, Keturunan, Agama, Kepercayaan, Jenis Kelamin, Kedudukan Social, Warna Kulit
dll. agar mereka saling mengenal.

3. Mengembangkan Sikap Saling Mencintai Sesama Manusia.

Mencintai merupakan pengungkapan rasa kasih sayang yang tulus, ikhlas dan manusiawi. Mencintai
merupakan watak manusia untuk memenuhi kebutuhan unsur kejiwaannya (batiniah) sebagai dasar
adanya kerja sama dalam hubungan kesatuan, harmonis, serta dinamis antara akal, rasa dan kehendak.

4. Mengembangkan Sikap Tenggang Rasa, mampu menempatkan perasaannya pada perasaan orang
lain supaya kita menjauhkan diri dari buruk sangka, karena buruk sangka merupakan perbuatan tercela
dan termasuk dosa.
5. Mengembangkan Sikap tidak Semena-mena terhadap Orang lain

Hal ini berarti adanya pengakuan persamaan derajat, hak dan kewajiban yang kemudian menimbulkan
sikap saling mencintai sesama manusia. dengan demikian manusia saling berinteraksi dengan berhati-
hati dalam bersikap, berucap dan bertindak/ tingkah laku agar tidak menimbulkan terganggunya orang
lain.

6. Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Kemanusiaan.

7. Gemar Melakukan Kegiatan Kemanusiaan misalnya, menyantuni fakir miskin menyantuni yatim
piatu, dan semua yang menjadi program departemen social. Sehingga akan muncul rasa kemanusiaan
antar sesama manusia.

8. Berani Membela Kebenaran dan Keadilan.

Agama mengajarkan pada kita harus mengatakan kebenaran walaupun pahit, dan berjuang yang utama
adalah berjuang dalam mengemukaan perkaataan yang benar, terhadap penguasa yang dzalim.

9. Bangsa Indonesia Merasa dirinya sebagai Bagian dari Seluruh Umat Manusia.

Bangsa Indonesia mempunyai pandangan hidup bahwa hakikatnya manusia itu mempunyai kesamaan
pandangan, dimana manusia merasa dirinya bagian dari umat manusia lainnya yang akan senantiasa
berpandangan bahwa bangsa Indonesia mempunyai martabat yang sama sehingga dapat hidup bersama
dengan tenteram dan damai.

10. Mengembangkan Sikap saling menghormati dan menjalin hubungan kerja sama dengan Bangsa lain.
[9]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam kehidupan bernegara sangat erat kaitannya antara Nilai, Moral, Norma dengan tuntutan prilaku
warga negaranya. Setiap warga negara memiliki kewajiban dan bertanggungjawab terhadap Negara
terutama dalam hal pembangunan. Dalam membentuk prilaku suatu negara membutuhkan proses,
kebiasaan serta keteladanan, sedangkan prilaku warga Negara berdasarkan pada kehidupan berbangsa
dan bernegara

Konsep merupakan pernyataan yang bersifat abstrak/pemikiran untuk mengelompokan ide-ide yang
masih dalam angan-angan seseorang. Nilai adalah suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan-
kenyataan lainnya. Moral merupakan suatu keyakinan tentang benar salah, baik buruk yang sesuai
dengan kesepakatan sosial yang mendasari tindakan atau pemikiran. Norma adalah sumber dasar hukum
yang menguatkan kedudukan konsep, nilai, dan moral serta perilaku yang dilakukan.
Tuntutan prilaku Warga Negara Indonesia didasari oleh ketetapan MPR No. II/MPR/1978 meliputi:

a. Mengakui Persamaan Derajat, Persamaan Hak dan Kewajiban

b. Saling Mencintai Sesama Manusia

c. Mengembangkan Sikap Tenggang Rasa

d. Tidak Semena-mena terhadap Orang lain

e. Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Kemanusiaan.

f. Berani Membela Kebenaran dan Keadilan.

g. Bangsa Indonesia Merasa dirinya sebagai Bagian dari Seluruh Umat Manusia.

h. Sikap saling menghormati dan menjalin hubungan kerja sama dengan Bangsa lain.

B. Saran

Demikian hasil makalah yang telah kami buat, semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca terkhusus untuk pemakalah sebagai bahan pembelajaran maupun yang lainnya.
Tentu makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu mohon kritik dan sarannya untuk memperbaiki
dalam pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Murtadlo Amin, Moh. dkk. 2009. Pembelajaran PKN MI. Aprinta. Surabaya

Wahab,Aziz M.A. dkk, 2004. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKn). Universitas terbuka.
Jakarta

Diposkan oleh rian_patana rianpatana.blogspot.com/2011/11/konsep-nilai-moral-dan-norma-dalam.


html diakses pada 06 November 2014. Pada pukul 16.06

http://ibasy.blogspot.com/2011/11/konsep-materi-nilai-norma-dan-moral.html diakses pada 06


November 2014, pada pukul 16.17.
FORUM DISKUSI

Meliputi 2 Sesi

1. Kritik dan Saran

Kritik

Ø Min ayatin Ainunsihaa: dilihatdari penulisan Cover masih salah menempatkan, penulisan makalah
seharusnya berada dibawah judul, bukan di atas judul, dan penulisan footnote masih ada yang belum
dicetak miring, jadi untuk selanjutnya mohon bisa diperbaiki lagi.

Tanggapan Pemakalah

Ø Ulfa Nurul Wakhidah: Trimakasih atas kritik dan saran yang membangun dari mbak min, itu akan
menjadi koreksi untuk perbaikan dalam Merevisi atau pun dalam pembuatan makalah selanjutnya

2. Tanya Jawab
Pertanyaan

Ø Wiji Astuti Ningsih (133911029)

Bagaimana tanggapan pemakalah mengenai kondisi masyarakat khususnya mahasiswa yang sekarang ini
lebih cenderung suka atau berpusat pada perang pemikiran yang terkadang malah berdampak negative
bagi kondisinya sendiri?

Tanggapan

Pemakalah : (Ulfa Nurul Wakhidah)

Seharusnya kita kembali kepada pemikiran tersebut, apakah konsep dari pemikiran itu sudah benar atau
belum, mungkin kita bisa menyadarkan para mahasiswa jika pemikiran itu cenderung berlebihan atau
bisa dikatakan liberal.

Sebenarnya perang pemikiran atau adu argument itu baik, utamanya dikalangan mahasiswa yang
notabenenya harus kritis dalam setiap forum-forum diskusi, akantetapi argumennya harus
tetapberdasarkan pada Nilai dan Norma yang berlaku.

Min Ayatin aunun siha (133911029)

Seharusnya kita kembali ke pengertian mengenai kritik, kita lihat dasarnya, harus bisa menempatkan
sesuatu pada tempatnya, dan harus sesuai dengan keyakinan, jangan sampai kebablasen.

Ø Novita Ernawati (133911040)

Apakah sifat konsep yang bersifat positif atau negative bisa berpengaruh terhadap nilai dan norma atau
tidak?

Tanggapan pemakalah (Risa qismatil ihza)

Sifat konsep yang bersifat positif ataupun negative bisa berpengaruh terhadap nilai dan norma, karena
itu saling berkaitan satu sama lain, jika konsep dari awal positif maka akan berbuah positif pula, dan
begitu juga sebaliknya.

Fridayati (133911003)

Konsep sangat berdampak pada hasinya, jika konsepnya buruk maka hasilnya akan negative dan jika
konsepnya positif maka akan berdampak positif pula.

Ø Nor Rofi’ (133911017)


Jelaskan kembali pengertian dari hubungan antarakonsep Nilai, Moral, dan Norma kemudian berikan
contohnya dalam bentuk kegiatan?

Tanggapan Pemakalah (Ulfa Nurul Wakhidah)

· Konsep adalah pemikiran seseorang atau ide-ide yang dihasilkan seseorang yang masih dalam angan-
angan seseorang. Contohnya: seorang designer yang sedang nerancang busana pengantin untuk
klaennya.

· Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik atau buruk oleh masyarakat. Contohnya : emas merupakan
barang yang sangat disukai oleh perempuan khusunya karena sangant bernilai atau berharga, jika dipakai
semakin mempercantik bagi penggunanya.

· Moral adalah sesuatu yang dianggap baik atau buruk oleh kalangan masyarakat yang berhubungan
dengan prilaku manusia. Contohnya: Prilakuseorang maling yang tertangkap basah mencuri ayam, maka
akan dikenal masyarakat bahwa pencuri itu memiliki perilaku yang buruk karena telah mencuru ayam.

· Norma adalah sumber dasar hukum yang menguatkan kedudukan konsep, nilai, dan moral serta
perilaku yang dilakukan. Contohnya: UUD 1945.

Sri wijayanti ( menambahi )

Konsep adalah ide. Contohnya adalah ketika konsep dari awal pergi ke kampus untuk membolos, maka
hasil akhirnya akan berdampak pada nilai IPK, kemudian jika niatnya kekampus untuk belajar maka hasil
akhirnya akan positif atau mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

[1] Aziz wahab, M.A. dkk, Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKn), ( Jakarta: Universitas
terbuka, 2004), hlm. 54.

[2] http://ibasy.blogspot.com/2011/11/konsep-materi-nilai-norma-dan-moral.html diakses pada 06


November 2014, pukul 16.17.

[3] Moh. Murtadlo Amin, dkk., Pembelajaran PKN MI, (Surabaya: Aprinta, 2009), hlm. 9.

[4] Diposkan oleh rian_patana rianpatana.blogspot.com/2011/11/konsep-nilai-moral-dan-norma-


dalam.html diakses pada 06 November 2014, Pada pukul 16.06

[5] Aziz wahab, M.A. dkk, Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKn), ( Jakarta: Universitas
terbuka, 2004), hlm. 54.

[6] Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hlm. 971.


[7] Aziz wahab, M.A. dkk, Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKn), ( Jakarta: Universitas
terbuka, 2004), hlm. 54.

[8] Aziz wahab, M.A. dkk, Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKn), ( Jakarta: Universitas
terbuka, 2004), hlm. 516.

[9] Aziz wahab, M.A. dkk, Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKn), ( Jakarta: Universitas
terbuka, 2004), hlm. 518 - 525.

Anda mungkin juga menyukai