Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN ETIKA

Disusun oleh :

Kelompok 7

Dimas Ari Prasetyo 16504241013

Yoni Adi Candra 16504241036

Ridho Tri N 16504241033

Afrid Cahya 16504241023

Vyasa Adi Nugraha 16504241029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang pendidikan etika.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang pendidikan


etikaini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, Oktober
2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK....................................................................................... i

KATA PENGANTAR..................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN............................................................. 1

A. LATAR BELAKANG.......................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................... 2
C. MAKSUD DAN TUJUAN.................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ETIKA......................................................... 3
B. TEORI DAN PRAKTIK..................................................... 3
C. ETIKA DI KELAS DAN DI SEKOLAH............................. 4

BAB III : PENUTUP

A. KESIMPULAN.................................................................... 7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada waktu sekarang banyak kedengaran keluh kesah orang-orang tua


tentang kurangnya pendidikan budi pekerti atau pendidikan etika di sekolah-
sekolah. Keluh kesah itu terdengar karena banyak terjadi perbuatan-perbuatan
yang melanggar kesusilaan. Kini timbullah pertanyaan “Apakah generasi
sekarang lebih cenderung bakatnya keasah yang buruk taukah perbuatan-
perbuatan yang melanggar susila itu ada hubungannya dengan perkembangan
masyarakat kita sejak revolusi?

Masyarakat sebelum dan sesudah revolusi sangat jauh bedanya. Tiap


guru dan orang tua hendaknya dapat memahami perbuatan-perbuatan pemudah
kita dalam keseluruhan struktur masyarakat kita yang dinamis.

Banyak yang mengemukakan bahwa sekolah lebih merupakan tempat


belajar daripada tempat mendidik. Sekolah lebih mengutamakan belajar dan
kurang menyediakan waktu dan perhatian kepada pendidikan kesusilaan
daripada kepribadian sebagai keseluruhan. Oleh karena itu mungkin terjadi
sekolah itu sampai tingkat tertentu memperlihatkan corak yang a-moril atau
taksusila. Yakni bersikap agak acuh tak acuh terhadap segi kesusilaan yang
khas.

Sekolah adalah suatu lembaga yang diberi tugas yang tegas, yakni
menyiapkan anak-anak untuk kehidupan dalam masyarakat. Jadi segala macam
pekerjaan di sekolah itu sangat bergantung kepada tuntutan-tuntutan yang
diajukan masyarakat.

1
Dapatkah kita yakin bahwa tuntutan itu hanya mengenai kesusilaan
semata-mata? Tak ada orang yang berani mengatakan bahwa masyarakat itu
dimanapun didunia ini berdasarkan prinsip-prinsip kesusilaan. Jadi ada
kemungkinan bahwa pengajaran yang banyak dan pendidikan yang sedikit kita
berikan kepada anak-anak kita disekolah itu akan memperlihatkan corak yang
tak-susila, bagaimanapun anehnya tak masuk akalnya hal itu tampaknya silihat
sepintas lalu. (Pendidikan Budi Pekerti, Seri paedagogik No.7, 1957)

B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari pendidikan etika ?
2. Bagaimana dengan teori dan praktiknya ?
3. Apa sajakah contoh dari etika dalam dunia pendidikan ?
C. Maksud dan Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mendeskripsikan pengertian dari pendidikan etika.
2. Dapat mengetahui tentang keselarasan anatara teori dan praktik.
3. Dapat menerapkan etika dalam dunia pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian etika

Etika Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “etika adalah ilmu
tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
Kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai yang benar
dan salah yang dianut masyarakat.” Jika diteliti dengan baik, etika tidak hanya
sekadar sebuah ilmu tentang yang baik dan buruk ataupun bukan hanya sekadar
sebuah nilai, tetapi lebih dari itu bahwa etika adalah sebuah kebiasaan yang baik
dan sebuah kesepakatan yang diambil berdasarkan suatu yang baik dan benar.

Dari asal usul kata, “Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang
berarti adat istiadat/kebiasaan yang baik. Perkembangan etikastudi tentang
kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang
berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada
umumnya.”

Kemudian secara etimologi Etika berasal dari bahasa Yunani adalah


“Ethos”, yang biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan
istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”,
yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.

B. Teori dan Praktik

Bagaimanakah kita dapat mengorganisasi pendidikan etika dalam


praktik kehidupan di sekolah? Terdapat tiga jenis hubungan yakni :

a. Hubungan antara guru dan pendidikan


b. Hubungan antara sekolah dengan masyarakat
c. Hubungan antara masyarakat lama dengan masyarakat baru di
negara kita

3
Ketiga hubungan ini mempunyai arti praktis yang langsung bagi
pendidikan kesusilaa. Oleh karena itu haruslah meninjau baik dari sudut
negatifnya maupun sudut positifnya (Pendidikan Budi Pekerti, Seri paedagogik
No.7, 1957 “Teori dan Praktik”)

C. Etika di kelas dan di sekolah


Lingkungan sekolah khususnya di dalam ruangan kelas di setiap
lingkungan sekolah dan setiap guru yang mengajar terlihat dalam situasi yang
berbeda. Saat guru tertentu suasananya sangat angker, menakutkan dan mudah
mengantuk. Sedangkan guru lainnya sangat santai bahkan ada beberapa siswa
berani menepuk punggung si guru. Tetapi apapun situasi di sekolah semua
siswa harus menjaga etika dan etiket secara baik dan benar. Etika pergaulan dan
aktifitas di sekolah meliputi berbagai aspek, beberapa contoh di bawah ini :

1. Hormati dan bersikap sopan terhadap guru. Hal ini adalah salah satu
etika yang tetap sakral selama berabad-abad. Guru adalah sebagai orangtua.
Siswa yang paling bijaksana akan tetap baik dan mengikuti perintah guru.
2. Harus berani membela teman yang kesusahan, kesulitan dan tertindas
teman lainnya. Harus berani bertindak dan bersikap terhadap perlakuan dan
akibat tindakan yang diderita oleh seorang teman. Bila terdapat seorang teman
yang tidak masuk segera tanyakan kabarnya, beritahu informasi pelajaran di
kelas.
3. Harus peduli dengan perasaan, kesulitan dan segala hal yang tidak benar
di dalam kelas. Bila ada teman yang kesulitan tanpa diminta harus segera
menolong. Bila ada teman yang berbuat tidak baik dan mengancam teman
sekelas harus berani menegur dengan sopan dan baik. Bila tidak bisa diingatkan
dengan baik sebaiknya diberitahukan pada ketua kelas atau wali kelas.
4. Berpakaian yang rapi, bersih dan tidak berbau. Jangan memakai
perhiasan yang berlebihan, rambut sebaiknya rapi dan bersih. Selalu memakai
kaos kaki karena akan menjaga aroma bau kaki. Berganti kaos kaki dan baju
setiap hari agar terhindar dari bau tidak sedap kepada teman di sekitar.

4
5. Didalam kelas sebaiknya bersikap duduk yang sopan duduk tegak, dan
tidak merebahkan kepala di meja, jangan mengangkat kaki di atas kursi atau
meja meskipun dalam keadaan istirahat.
6. Jangan berbicara yang tidak perlu bila guru sedang menerangkan
pelajaran, bila sedang tidak berkonsentrasi buatlah corat coret di kertas tentang
pelajaran. bila itu juga tidak bisa berkonsentrasi buatlah gambar dari pelajaran
yang sedang kamu hadapi.
7. Etika berkomunikasi dengan guru dan teman di sekolah. Berbicara yang jelas
dan dapat dimengerti dengan baik dalam hal volume suara atau kejelasan kata yang
terucap, jangan terburu buru dalam berkomunikasi

Di dalam kurikulum yang baru yakni kurikulum 2013, pemerintah


mempunyai berbagai tujuan. Namun salah satu tujuan tersebut adalah dalam
rangka memperbaiki moral ataupun etika calon penerus bangsa. Kurikulum
2013 adalah kurikulum yang mengedepankan pendidikan karakter.
Memberlakukan pendidikan karakter tentu saja bertujuan menumbuhkan
karakter positif. Rasa yakin akan menumbuhkan keberanian, bukan
kesembronoan. Rasa takut akan menumbuhkan kehati-hatian, bukan
kepengecutan. Rasa malu akan menumbuhkan kesopanan, buka minder. Untuk
mencapai tujuan terbentuknya karakter positif tersebut, maka pendidikan
karakter tidak bisa terlepas dari nilai-nilai tentang benar dan salah. Ada begitu
banyak contoh karakter contohnya sebagai berikut :

a) Tanggung jawab

Tanggung jawab pada taraf yang paling rendah adalah kemampuan


seseorang untuk menjalankan kewajiban karena dorongan dari dalam dirinya,
atau biasa disebut dengan panggilan jiwa. Ia mengerjakan sesuatu bukan
semata-mata karena adanya aturan yang menyuruh untuk mengerjakan hal itu.
Tetapi ia merasa kalau menunaikan pekerjaan tersebut dengan baik,
sesungguhnya ia merasa tidak pantas menerima apa yang selama ini menjadi
haknya.

5
b) Sportif
Sikap sportif juga merupakan salah satu pilar penyangga karakter
adil. biasakanlahanak untuk mengakui keunggulan dan kelebihan orang
lain, jika orang itu memang memiliki keunggulan. Sebaliknya, ia juga
harus didorong untuk percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki
jika ia memang memiliki kemampuan yang dapat diunggulkan. Sikap
sportif inilah yang sedang hilang dari bangsa Indonesia. Di bidang
apapun, baik olahraga, politik, sosial, maupun bidang yang lain, selalu
ada konflik di mana pihak yang kalah tidak mau menerima
kekalahannya. Sementara itu pihak yang menang ternyata banyak
melakukan upaya kecurangan dalam meraih kemenangan.
c) Sikap hormat
Rasa hormat merupakan perwujudan dari pengakuan atas
keberadaan orang lain tanpa memedulikan predikat yang melekat pada
diri orang tersebut. Seorang anak harus memiliki rasa hormat kepada
orang tuanya. Seorang murid harus memiliki rasa hormat kepada
gurunya. Meski begitu, seorang guru juga harus menghormati
muridnya. Demekian juga orang tua terhadap anaknya. Penghormatan
kepada yang lebih muda akan dirasakan sebagai kasih saying dari orang
yang lebih tua.
d) Integritas
Islam mengajarkan umatnya untuk menjadi umat yang memiliki
integritas. Ini tercermin dalam doa yang setiap hari dilantunkan oleh
kaum musimin dalam salatnya, yaitu kalimat ihdinas shiraatal
mustaqim, ‘tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus’. Jalan yang
lurus atau istiqomah yang dimaksud adalah tetap konsisten dalam
memegang teguh kebenaran dan beramal berdasarkan kebenaran itu.
Maksudnya, umat Islam disuruh untuk menjadi penengah antara dua
umat yang ekstrem, yaitu Yahudi dan umat Nasrani.
(Pendidikan Karakter “Membangun Karakter Anak Sejak Dari
Rumah”. Penulis Abdullah Munir. Sleman. 2010)
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pokok pembahasan yang telah dikemukakan diatas maka dapat


disimpulkan bahwa pendidikan etika sangat penting bagi kelangsungan bangsa
dan negara ini. Banyak yang terjadi di negara pada umumnya adalah mengenai
ketidak selarasan antara teori dengan prateknya. Dalam kehidupan sehari-hari
perlu adanya pendidikan etika dari berbagai lapisan masyarakat dan yang paling
utama adalah dari instansi pendidikan yang terkait. Dalam lingkup sekolah
pendidikan etika masih sangat kurang, melainkan sekolah hanya tempat untuk
mencari ilmu saja dan masih kurang mengenai perihal mendidik moral ataupun
etika peserta didik. Maka dari itu pendidik harus memberikan contoh perilaku
etika yang baik di dalam kelas ataupun di sekolah sehingga peserta didik dapat
terdidik dengan baik mengenai perihal etikanya.

7
Daftar Pustaka

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Pendidikan Budi Pekerti, Seri paedagogik No.7, 1957

Pendidikan Karakter “Membangun Karakter Anak Sejak Dari Rumah”. Penulis


Abdullah Munir. Sleman. 2010

Anda mungkin juga menyukai